Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 220931 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Shelly
"Infeksi cacing usus merupakan salah satu jenis infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan di dunia, dengan anak berusia di bawah lima tahun (balita) sebagai salah satu kelompok yang rentan. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara perilaku cuci tangan ibu, sebagai orang yang terdekat dengan balita, dengan infeksi cacing usus pada balita di Kecamatan Nangapanda, Flores, Indonesia. Penelitian ini menggunakan desain studi potong lintang yang melibatkan 98 ibu dan balita. Ibu diwawancara dengan kuesioner yang berisikan pertanyaan mengenai perilaku cuci tangan ibu di waktu-waktu tertentu. Status infeksi STH pada anak ditentukan dengan menggunakan metode Kato-Katz untuk melihat adanya telur cacing di tinja. Perilaku cuci tangan ibu dan faktor-faktor lainnya seperti usia balita, jenis kelamin balita, pendidikan ibu, dan status infeksi balita kemudian dianalisis menggunakan SPSS dengan uji chi-square dan analisis multivariat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase ibu yang memiliki balita yang sudah melakukan praktik cuci tangan adalah sebesar 93%. Analisis antara perilaku cuci tangan ibu dengan infeksi cacing usus pada balita menunjukkan hasil yang tidak signifikan secara statistik (p>0,05). Analisis multivariat terhadap faktor lainnya seperti usia balita dan jenis kelamin balita dengan status infeksi cacing usus balita menunjukkan hasil yang signifikan (p<0,05), sedangkan analisis pendidikan ibu dengan status infeksi cacing usus balita menunjukkan hasil yang tidak signifikan (p>0,05). Dapat disimpulkan bahwa perilaku cuci tangan ibu tidak berhubungan dengan infeksi cacing usus pada balita, namun diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor lain yang berhubungan dengan infeksi cacing usus pada balita.

Soil-transmitted helminthiasis (STH) is still a health problem in most developing countries, especially in under-five children. The objective of this research was to determine the association between handwashing practice in mother and STH in under-five children in Nangapanda Subdistrict, Flores Island, Indonesia. This cross-sectional study included 98 mothers and their under-five children. The mothers were interviewed using the questionaire that included questions about handwashing practice of mother in certain time. The STH infection status of the children was determined using Kato-katz technique to detect the presence of helminth eggs in stool. Handwashing practice in mother and other factors such as age and gender of under-five children, mothers education and STH infection status in under-five children were analyzed by SPSS using chi-square test and multivariate test.
The result showed that most of the mothers had done handwashing practice (93%). Association between handwashing practice in mother and STH in under-five-year-old children were not statistically significant (p>0,05). Other factors were then analyzed using multivariate analysis, which showed that the association between age and gender of under-five children and STH in under-five children were statistically significant (p<0,05), but the mothers education had no significant association with STH infection in children. It can be concluded that handwashing practice in mother does not associate with soil-transmitted helminthiasis in under-five children, but further research is needed to evaluate other factors that can be related to the STH infection in under-five children.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saragih, Ninik Maris
"Kato-Katz sebagai teknik pemeriksaan infeksi kecacingan yang direkomendasikan WHO memiliki sensitivitas yang rendah pada intensitas infeksi yang ringan. Teknik flotasi mulai dikembangkan untuk mendapatkan teknik dengan sensitivitas yang lebih tinggi. Penelitian ini bertujuan memodifikasi teknik flotasi, yaitu mini-FLOTAC dengan mempertahankan satu tahap sentifugasi pada prosedur FLOTAC dan membandingkan sensitivitas teknik tersebut dengan teknik Kato-Katz. Penelitian ini dilakukan pada Juni 2015-Oktober 2015 di Laboratorium Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Sensitivitas, nilai duga negatif, akurasi, dan rerata jumlah telur dihitung berdasarkan hasil temuan di mikroskop dan diolah dengan rumus standar. Data perbandingan antara kedua teknik dianalisis dengan menggunakan program SPSS 20.0 for windows dengan uji McNemar untuk analisis perbedaan dan uji Kappa untuk kesesuaian sensitivitas, serta uji Wilcoxon pada rerata jumlah telur ketiga jenis cacing.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa sensivitas modifikasi mini-FLOTAC lebih tinggi dibandingkan Kato-Katz pada pemeriksaan Trichuris trichiura (94,7% vs 73,7%) dengan perbedaan signifikan (p=0,039), sedangkan pada Ascaris lumbricoides didapatkan sensitivitas setara (83,7% vs 85,7%) dan pada infeksi cacing tambang didapatkan sensitivitas yang lebih rendah (20% vs 90%) dengan perbedaan yang signifikan (p=0,039). Median jumlah telur Ascaris lumbricoides dan cacing tambang pada Kato-Katz secara signifikan lebih tinggi dibandingkan modifikasi mini-FLOTAC (p<0,0001 dan p=0,007, secara berurutan). Performa modifikasi mini-FLOTAC lebih tinggi dibandingkan Kato-Katz hanya pada infeksi Trichuris trichiura. Untuk mendapatkan alat screening yang ideal dalam satu metode untuk infeksi multipel dibutuhkan penelitian lebih lanjut.

Kato-Katz as a recommended technic by WHO has low sensitivity in low intensity of soil transmitted helminths (STH) infection. Flotation technic is developed for higher sensitivity technic. The purpose of this research is to modify mini-FLOTAC by adding one sentrifugation step in mini-FLOTAC procedure and then comparing the sensitivity between the technic and Kato-Katz. Data of modified mini-FLOTAC were collected from June 2015- October 2015 in the laboratory of Parasitology Department in Faculty of Medicine University of Indonesia. Sensitivity, negative predictive value, accuracy, and mean egg per gram were calculated based on microscopic examination and arranged in standard formula. The data of both modified mini-FLOTAC and Kato-Katz were analyzed using SPSS 20.0 for Windows. McNemar test were used to analyze the difference, Kappa test were used to analyze the agreement, and Wilcoxon test were used to analyze the difference of eggs per gram.
The result showed that sensitivity of modified mini-FLOTAC were significantly higher than Kato-Katz in Trichuris trichiura infection (94,7% vs 73,7%; p=0,039), but were comparable in Ascaris lumbricoides (83,7% vs 85,7%, respectively) and had significantly lower sensitivity in hookworm infection (20% vs 90%; p=0,039). Median of egg per gram for Ascaris lumbricoides and hookworm were significantly higher in Kato-Katz than modified mini-FLOTAC (p<0,0001 and p=0,007, respectively). The performance of modified mini-FLOTAC was higher than Kato-Katz in Trichuris trichiura infection. Further research is needed to find the ideal tool to screen multiple STH infection in a single diagnostic technic.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andy William
"Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan salah satu provinsi dengan angka kekurangan nutrisi pada anak balita yang cukup tinggi. Kekurangan nutrisi merupakan penyebab mortalitas utama pada anak balita, yang dapat disebabkan oleh infeksi. Indonesia merupakan negara yang endemis terhadap soil transmitted helminth (STH) yang mencakup Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, dan cacing tambang. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa infeksi STH dapat menyebabkan kekurangan nutrisi pada anak. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mencari pengaruh infeksi STH terhadap kekurangan nutrisi pada anak balita di kecamatan Nangapanda, NTT yang diukur dengan weight-for-age z-score (WAZ), height-for-age z-score (HAZ), dan weight-for-height z-score (WHZ).
Penelitian menggunakan desain cross-sectional dengan 98 subjek anak balita di Kecamatan Nangapanda yang berasal dari random sampling. Status WAZ, HAZ, dan WHZ diperoleh dari pengukuran antropometri, sementara status infeksi STH ditentukan melalui metode Kato-Katz untuk menemukan telur cacing di tinja. Hubungan antara infeksi STH dan kekurangan nutrisi pada anak balita dianalisis dengan chi-square, dan dilakukan analisis regresi logistik untuk mencari pengaruh faktor lain seperti usia anak balita, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan ibu. Dari 98 anak balita, sebanyak 58 di antaranya terinfeksi STH.
Sementara itu, ditemukan bahwa 27,6% anak balita memiliki WAZ <-2, 40,9% memiliki HAZ <-2, dan 10,2% memiliki WHZ <-2. Meskipun begitu, hasil analisis menunjukkan bahwa status infeksi STH tidak berhubungan secara bermakna dengan status gizi buruk pada anak balita, baik menurut WAZ (p = 0,997), HAZ (p = 0,244), maupun WHZ (p = 1,000). Analisis multivariat juga menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan dengan faktor lainnya. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa infeksi STH tidak mempengaruhi kekurangan nutrisi pada anak balita di NTT, sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut.

East Nusa Tenggara Province had one of the highest rate of undernutrition in under-five children in Indonesia. Undernutrition contributes to a high proportion of mortality in under-five children, which can be caused by infection. Indonesia is endemic for soil-transmitted helminth (STH) infection, which can be caused by Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura¸ and hookworm. Several studies have shown that STH infections can cause malnutrition in under-five children. Therefore, this research aims to investigate the association between STH infection and undernutrition in under-five children measured by weight-for-age z-score (WAZ), height-for-age z-score (HAZ), and weight-for-height z-score (WHZ).
This is a cross-sectional study involving 98 under-five children which is recruited using random sampling from Nangapanda Sub-District, East Nusa Tenggara. WAZ, HAZ, and WHZ status is determined from anthropometry, while STH infections are determined by Kato-Katz method to find the helminth eggs. Chi-square analysis is performed to find the association between STH infection and nutritional status in under-five children, and logistic regression is also performed to find other potential factors such as age, gender, and mother?s education. Of the 98 children recruited, 58 had STH infections.
This study also found that 27,6% of the children had WAZ <-2, 40,9% had HAZ <-2, and 10,2% had WHZ <-2. However, chi-square analysis showed that there are no significant association between STH infection and undernutrition in under-five children of Nangapanda measured by WAZ (p = 0,997), HAZ (p = 0,244),and WHZ (p = 1,000). Multivariate analysis also showed that other factors in this study are not significant. Therefore, this research showed that STH infection are not the main cause of undernutrition in children of East Nusa Tenggara, and further research are warranted to determine other factors which may cause the problem.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ivan Kurniadi
"Infeksi parasit, khususnya soil-transmitted helminht (STH), adalah infeksi yang tersebar luas di dunia. Anak usia sekolah mempunyai resiko yang tinggi untuk terinfeksi dan telah dikaitkan dengan berbagai konsekuensi seperti anemia, keterlambatan pertumbuhan, dan hilangnya berat badan. Studi ini bertujuan untuk menginvestigasi hubungan antara infeksi STH dan kekurusan di anak usia sekolah. Peserta adalah anak usia sekolah kurang dari 18 tahun yang tinggal di Nangapanda, Nusa Tenggara Timur. Data demografis diperoleh dan deteksi infeksi STH dalam tinja dilakukan dengan real-time PCR. Analisa univariat dan multivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara infeksi STH dan BMI, disesuaikan dengan usia dan jenis kelamin. Dari 185 anak, 179 (96.7%) terinfeksi oleh STH. 91 anak didapatkan berada dalam kategori kurus dan sangat kurus. Infeksi Necator adalah infeksi yang paling sering (174 kasus, 94.1%), diikuti oleh Ancylostoma (24 cakasusses, 13%) and Ascaris infection (49 kasus, 26.5%). Infeksi STH tidak ditemukan, namun menunjukkan pola untuk, memiliki hubungan yang signifikan dengan kekurusan (p-value=0.089). Poliinfeksi STH tidak ditemukan memiliki perbedaan signifikan dengan monoinfeksi. Usia dan jenis kelamin tidak ditemukan berasosiasi signifikan dengan infeksi STH. Studi lebih lanjut dengan populasi yang lebih besar diperlukan untuk mengkonfirmasi hasil ini. Studi longitudinal juga diperlukan untuk mengkonfirmasi hubungan sebab-akibat pada studi ini.

Soil-transmitted helminth (STH) infection is widely distributed in the world. School-aged children are at high risk of acquiring this infection, which has been linked with various consequences such as anemia, stunting, and weight loss. This study aims to investigate the relationship between STH infection and thinness in school children. The study participants were children below 18 years living in Nangapanda Subdistrict, East Nusa Tenggara. The basic demographic data was taken and detection of STH infection in stool samples was done by real time PCR. Univariate and multivariate analyses were done to examine the relationship between STH infection and BMI, with age and gender as potential confounding factors. Out of 185 children, 179 (96.7%) were infected with STHs by PCR. 91 children were shown to be in the thinness and severe thinness category. Necator infection was found to be the most common infection (174 cases, 94.1%); followed by Ancylostoma (24 cases, 13%) and Ascaris infection (49 cases, 26.5%) respectively. STH infection was not, but showed a tendency, to be associated with thinness (p-value=0.089). Polyinfection of STHs did not show a significant difference with monoinfection. Age and gender were not found to be associated with STH infection. We found that there was a tendency of positive association between STH infection and thinness. Age and gender were not found to be significantly associated with STH infection. Future studies with a larger number of population are needed to confirm these results. In addition, longitudinal studies are needed to confirm the cause-effect relationship."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitohang, Agrianti
"Anemia adalah suatu kondisi dimana jumlah sel darah merah atau kemampuannya untuk mengangkut oksigen tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan fisiologis tubuh. Anemia pada anak dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak, serta menyebabkan anak menjadi lemas dan pucat. Salah satu faktor yang dapat menyebabkan anemia di negara-negara berkembang adalah infeksi soil-transmitted helminths. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti hubungan antara infeksi soil-transmitted helminths dengan kejadian anemia pada balita di Kecamatan Nangapanda, Ende, Nusa Tenggara Timur. Penelitian ini menggunakan desain potong-lintang yang meneliti status infeksi soil-transmited helminths melalui pemeriksaan telur pada feses dan hubungannya dengan anemia yang diukur dari kadar hemoglobin darah kapiler. Selain itu juga diteliti hubungan antara anemia dengan faktor perancu berupa usia, jenis kelamin, dan nutrisi. Penelitian ini dilakukan pada Juli 2015 hinga Oktober 2015 di Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Data dianalisis dengan menggunakan program SPSS 20.0 for windows dengan Uji Chi Square dan Fisher untuk analisis univariat serta Regresi Logistik untuk analisis mutivariat. Hasil penelitian ini menunjukkan prevalensi infeksi soil-transmitted helminths pada 100 balita di Kecamatan Nangapanda, Ende, Nusa Tenggara Timur adalah 59%, dengan infeksi terbanyak disebabkan oleh infeksi majemuk antara Ascaris lumbricoides dan Trichuris trichiura sebanyak 23%. Prevalensi anemia pada balita di Kecamatan Nangapanda, Ende, Nusa Tenggara Timur adalah 63%. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara infeksi soil-transmitted helminths dengan kejadian anemia pada balita di Kecamatan Nangapanda, Ende, Nusa Tenggara Timur. Dari berbagai faktor yang diteliti, usia yang kurang dari 2 tahun merupakan faktor yang memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian anemia pada populasi ini.

Anemia is a condition where the red blood cell count or its ability to carry oxygen is not adequate to fulfill physiological needs. Anemia in children can affected growth and development and cause fatigue, paleness. One of the factors that can cause anemia in developing countries is soil-transmitted helminths infection. This research aimed to analyze the correlation between soil-transmitted helminths infection and the prevalence of anemia in under-five children in Nangapanda Subdistrict, Ende district, East Nusa Tenggara. This research used cross-sectional design by investigating soil-transmitted helminths infection status through detection of helminth eggs in stool examination and its correlation with status of anemia based on hemoglobin measured from finger-prick blood. The link between anemia and confounding factors such as age, gender, and nutriotinal status was also analyzed. This research was conducted from July 2015 to October 2015 at Parasitology Departement of Faculty of Medicine of University of Indonesia. The data are analyzed using SPSS 20.0 software for Windows with Chi-Square and Fisher Test for univariate analysis and Logistic Regression for multivariate analysis. The results showed that the prevalence of soil-transmitted helminths infection in the 100 under-five children in Nangapanda Subdistrict, Ende district, East Nusa Tenggara was 59%, with majority of children (23%) co infected with Ascaris lumbricoides and Trichuris trichiura. The prevalence of anemia in the under-five children in Nangapanda Subdistrict, Ende district, East Nusa Tenggara 63%. There was no significant correlation between soil-transmitted helminths infection and anemia status in under-five children in Nangapanda Subdistrict, Ende District, East Nusa Tenggara. However, among other confounding factors analyzed, children under 2 years old were significantly associated with the prevalence of anemia in this population."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salma Alsakina Qurotuain
"Nangapanda merupakan salah satu kecamatan di Flores, Indonesia yang memiliki prevalensi kecacingan usus sebesar 87,2 . Terdapat tiga jenis spesies cacing usus yang paling sering menyebabkan infeksi kecacingan, yaitu Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, serta cacing tambang. Infeksi cacing usus akan menimbulkan respon imun tipe 2, sehingga menghasilkan respon imun humoral berupa pembentukan Immunoglobulin E IgE. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara status infeksi kecacingan usus dengan kadar IgE Total dan IgE spesifik terhadap Ascaris lumbricoides pada penduduk Nangapanda. Status infeksi kecacingan usus ditentukan dengan menggunakan metode Kato Katz, dimana dilakukan pencarian terhadap telur cacing pada sampel tinja pasien secara mikroskopis. Pada penelitian ini, dilakukan pengukuran antibodi IgE total dan spesifik terhadap Ascaris dalam sampel plasma dengan menggunakan metode ELISA. Didapatkan peningkatan kadar antibodi IgE Total yang bermakna pada kelompok terinfeksi oleh setidaknya satu jenis cacing usus P

Nangapanda is one of the endemic areas in Indonesia with a very high STH prevalence 87,2 . Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, and hookworms are the most prevalent etiologies of helminth infection. When helminth infects the body, it will enhance the type 2 immune response which will lead to the production of humoral immunity such as Immunoglobulin E. This research aimed to identify the relationship between STH infection status with the Total IgE and Ascaris specific IgE levels. The STH infection status was determined by Kato Katz method to identify the presence of STH rsquo s eggs in the stool sample microscopically. In this research, the levels of total and specific IgE in the plasma samples were detected by ELISA. The levels of Total IgE was increased significantly in helminth infected group."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shandy Stewart Narpati
"Anemia pada anak-anak dapat menghambat pertumbuhan serta menyebabkan prestasi yang berkurang. Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan salah satu propinsi yang memiliki paling banyak anak-anak dengan gizi buruk di Indonesia. Survey sebelumnya menemukan bahwa prevalensi STH pada populasi mencapai 30%. Studi ini bertujuan mengetahui prevalensi dan hubungan antara infeksi cacing tambang dan anemia pada anak-anak yang tinggal di Kecamatan Nangapanda, NTT. Desain studi adalah potong lintang dengan menggunakan data sekunder yang diambil dari Departemen Parasitologi, FKUI pada April 2011.
Data untuk analisis diperoleh dengan mengambil sampel tinja dan darah dari anak-anak sekolah berusia dibawah 18 tahun pada Mei 2010. Infeksi cacing tambang ditentukan dengan metode konsentrasi formol-ethyl asetat. Pemeriksaan kadar haemoglobin menggunakan mesin Sysmex KX21. Jumlah partisipan adalah 262 anak, dan 10.3% termasuk dalam kategori anemia. Dari 94.7% yang mengumpulkan sampel tinja, 10.0% anak terinfeksi oleh cacing tambang, dan dari anak-anak yang terinfeksi, 20.0% persen tergolong anemia, dibandingkan dengan 9.0% dari yang tidak terinfeksi oleh cacing tambang.
Hasil analisa multivariat yang disesuaikan dengan umur dan jenis kelamin menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan pada kasus anemia antara anak-anak yang terinfeksi cacing tambang dibanding dengan yang tidak terinfeksi cacing tambang (OR= 0.387, 95% CI= 0.131-1.149). Disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara infeksi cacing tambang dan status anemia pada anak-anak yang tinggal di Kecamatan Nangapanda, NTT. Pengobatan cacing dan anemia harus diberikan untuk semua anak yang menderita. Edukasi perlu diberikan kepada semua orang mengenai infeksi cacing dan anemia.

Anemia in children could lead to stunted growth and intellectual retardation. East Nusa Tenggara is one of the provinces with the highest percentage of ‘very thin’ children in Indonesia, and the hygienic behavior was also very low. A preliminary survey showed that the prevalence of STH was as high as 30%. This study aimed to explore the prevalence of hookworm infection and anemia in Nangapanda Subdistrict, East Nusa Tenggara, and to investigate the relationship between those two variables. This was a cross sectional study using secondary data provided from the Department of Parasitology, FKUI on April 2011.
Blood and stool samples were collected from children aged below 18 years old living in Nangapanda Subdistrict on May 2010. Hookworm eggs examination in the stool was performed using the formol-ethyl acetate concentration method. Haemoglobin levels were measured using the blood analyzer Sysmex KX21.There were 262 children participated in this study. 10.3% were anemic. 94.7% of the participants collected their stool samples, and 10.0% of them were infected with hookworms. 20.0% of those infected with hookworms were also anemic, compared to 9.0% of those with no hookworm infection.
Multivariate analysis showed that (OR= 0.387, 95% CI= 0.131-1.149). No significant association was found between hookworm infection and anemia in the children living in Nangapanda Subdistrict, East Nusa Tenggara. Treatment of hookworm infection and anemia should be done for those who are infected. Health promotion regarding hookworm infection and anemia should be given to everyone.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lukito Ongko
"ABSTRAK
Infeksi oleh soil transmitted helminth masih menjadi permasalahan utama di Indonesia terutama di daerah pedesaan dan pinggiran kotaseperti di Kecamatan Nangapanda.Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa infeksi kronis oleh soil transmitted helminth ini dapat memberikan efek protektif terhadap berbagai penyakit metabolik. Penelitian ini merupakan sebuah studi cross-sectional yangbertujuan untuk mengetahui hubungan antara infeksi helminth dengan parameter metabolik. Sebanyak 285 responden diukur tinggi badan, berat badan, glukosa darah puasa fasting blood glucose dan oral glucose tolerance test OGTT .Status infeksi pada responden ditentukan dengan pemeriksaan tinja melalui metode Kato Katz. Data yang telah dikumpulkan tersebut kemudian di analisis dengan program SPSS 20.0 for Windowsmelalui uji Mann-Whitney untuk melihat apakah terdapat perbedaan bermakna pada parameter metabolik antara kelompok yang terinfeksi dengan kelompok yang tidak terinfeksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok yang terinfeksi oleh spesies Trichuris trichiura memiliki body mass index BMI yang lebih rendah, tetapi memiliki nilai glukosa darah puasa fasting blood glucose yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelompok yang tidak terinfeksi oleh spesies tersebut. Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa pada kelompok yang terinfeksi oleh 1 spesies helminth memiliki nilai oral glucose tolerance test yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok yang tidak terinfeksi maupun kelompok yang terinfeksi oleh lebih dari 1 spesies. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara infeksi oleh soil transmitted helminth dengan parameter metabolik.

ABSTRACT
Soil transmitted helminth infections still become a major concern in Indonesia especially in rural and suburban areas such as Nangapanda. Mostly, infections by the soil transmitted helminth remain asymptomatic and may last for a long time. Studies had shown that such chronic infections by soil transmitted helminth may confer beneficial effects such as protection against metabolic diseases for the host. The objective of this cross sectional research is to study the effects of soil transmitted helminth infections on metabolic paramaters.As many as 285 people participated in the study and their stool samples were analysed to determine the infection status through Kato Katz method. We also collected the anthropometry measurements height and weight and also metabolic parameters fasting blood glucose and oral glucose tolerance test . Data that had been collected were analyzed using SPSS 20.0 for Windows through Mann Whitney test to find out any significant differences in the metabolic parametersbetween the infected group and non infected group regarding. The results showed that people who are infected by Trichuris trichiura have lower body mass index BMI but higher fasting blood glucose value. Moreover, this study also shows that people who were infected by only 1 species of soil transmitted helminth have lower oral glucose tolerance test value. As the conclusion, this study indicatedthat infection by soil transmitted helminths may affect the metabolic parameters of the host."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tahapary, Dicky Levenus
"Obesitas sentral di dunia dan Indonesia terus meningkat. Dislipidemia pada obesitas sentral merupakan kelainan metabolik yang paling sering ditemui, paling awal muncul, dan hubungannya paling kuat dengan komplikasi kardiovaskular. Penelitian mengenai obesitas sentral dan dislipidemia, di daerah rural Indonesia sangatlah terbatas. Belum ada penelitian yang menilai kontribusi leptin, adiponektin, dan resistin terhadap dislipidemia pada obesitas sentral secara bersamaan.
Tujuan: Mengetahui prevalensi obesitas sentral dan dislipidemia di kecamatan Nangapanda, NTT. Selain itu juga mengevaluasi hubungan antara obesitas sentral dengan kadar TG, K-HDL, K-LDL, leptin, adiponektin, dan resistin. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang yang menganalisis data sekunder penelitian Sugarspin yang dilakukan di 3 desa di Kecamatan Nangapanda, NTT. Kriteria inklusi adalah seluruh pasien yang tercatat dan sesuai periode penelitian yang berusia >18 tahun dan <60 tahun. Sedangkan kriteria eksklusi bila terdapat komponen data yang tidak lengkap, kadar TG lebih dari 400 mg/dl, dan menggunakan terapi obat dislipidemia, steroid, dan kontrasepsi hormonal. Hasil: Prevalensi obesitas sentral di kecamatan Nangapanda, NTT sebesar 31.2%
(40% pada perempuan dan 17.0% pada laki-laki). Sedangkan prevalensi
dislipidemia sebesar 70.9% (71.6% pada perempuan dan 69.9% pada laki-laki). Pada subyek dengan obesitas sentral, proporsi dislipidemia sebesar 88.2% (87.0% pada perempuan dan 92.9% pada laki-laki). Obesitas sentral yang dinilai dengan lingkar pinggang, baik pada perempuan maupun laki-laki berkorelasi positif dengan kadar TG dan kadar K-LDL, serta berkorelasi negatif dengan kadar K-HDL. Obesitas sentral, baik pada perempuan maupun laki-laki, berkorelasi positif dengan kadar leptin dan negatif dengan kadar adiponektin. Korelasi negatif sangat lemah didapatkan antara obesitas sentral dengan kadar resistin hanya pada laki-laki. Didapatkaan korelasi positif antara kadar leptin dengan kadar TG dan kadar KLDL, serta korelasi negatif dengan kadar K-HDL, baik pada perempuan maupun laki-laki. Didapatkan korelasi positif yang lemah antara kadar adiponektin dengan kadar K-HDL baik pada perempuan maupun laki-laki. Kadar resistin berkorelasi negatif sangat lemah dengan kadar HDL hanya pada perempuan.
Simpulan: Prevalensi obesitas sentral dan dislipidemia di 3 desa di kecamatan Nangapanda, NTT sebagai salah satu daerah rural di Indonesia cukup tinggi sehingga memerlukan perhatian khusus. Leptin nampaknya memegang peranan penting dalam patofisiologi terjadinya dislipidemia pada obesitas sentral.

Background: The global trend of central obesity has increased dramatically as well
as in Indonesia. Dyslipidemia is the most common and the earliest metabolic
disease component that concurrently found in central obesity. Moreover,
dyslipidemia in central obesity was remarked to have the strongest correlation with
the risk of cardiovascular complication. Studies regarding central obesity and
dyslipidemia in rural area in Indonesia were limited. In addition, there was no study
that observed the contribution of leptin, adiponectin, and resistin in dyslipidemia
and central obesity concurrently.
Objective: This study aims to determine the prevalence of central obesity and
dyslipidemia in Nangapanda district, East Nusa Tenggara and to evaluate the
correlation between central obesity and triglyceride, HDL-C, LDL-C, leptin,
adiponectin, and resistin levels.
Methods: This study was cross-sectional study that analyzed secondary data from
Sugarspin that was conducted in three sub-district in Nangapanda district, East
Nusa Tenggara. Inclusion criteria were all subjects recorded in Sugarspin database
within specific study period, aged > 18 years and < 60 years. Exclusion criteria
were incomplete data, subjects who had triglyceride level > 400 mg/dl, as well as
consumed lipid lowering agent, steroid and hormonal contraception.
Results: The prevalence of central obesity and dyslipidemia in Nangapanda
district, East Nusa Tenggara was 31.2% (40% female and 17.0% male) and 70.9%
(71.6% female and 69.9% male), respectively. In subjects with central obesity, the
proportion of dyslipidemia was 88.2% (87.0% female and 92.9% male). Central
obesity that was remarked by waist circumference measurement had positive
correlation with triglyceride and LDL-C level while had negative correlation with
HDL-C level. Central obesity, both in female and male, had positive correlation
with leptin level and had negative correlation with adiponectin level. A very weak
negative correlation was found between central obesity and resistin level only in
male. While, a positive correlation was found between leptin level and triglyceride
as well as LDL-C level, a negative correlation was found between leptin level and
HDL-C level, both in female and male. In addition, a weak positve correlation
between adiponectin and HDL-C level was found in female and male. Resistin level
had a very weak negative correlation only in female.
Conclusions: Prevalence of central obesity and dyslipidemia in three sub-districts
in Nangapanda district, East Nusa Tenggara, a rural area in Indonesia, was high.
The growing prevalence required attention due to its cardiovascular risk. Leptin
was seemingly played an important role in pathophysiology of dyslipidemia in
central obesity
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Suriyani
"Latar Belakang : WHO menyatakan bahwa malaria merupakan penyebab kematian utama penyakit infeksi tropis pada anak-anak dan wanita hamil. Anemia berat merupakan komplikasi yang umum dari malaria, terutama malaria yang disebabkan oleh Plasmodium falciparum. Seperempat dari total penduduk di Kecamatan Nangapanda yang merupakan daerah endemis malaria adalah anak sekolah, sehingga perlu dilihat hubungan antara infeksi Plasmodium falciparum dengan anemia pada anak sekolah di kecamatan Nangapanda, Nusa Tenggara Timur.
Tujuan : Mengetahui hubungan antara anemia dengan infeksi Plasmodium falciparum pada anak sekolah di kecamatan Nangapanda, Nusa Tenggara Timur.
Desain : Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan case control.
Metode : 540 whole blood anak sekolah yang telah mendapat terapi kecacingan selama 30 hari, diambil untuk pengukuran kadar haemoglobin dan pembuatan preparat malaria darah tebal dan darah tipis dengan pewarnaan Giemsa. Spesies Plasmodium dipastikan dengan menggunakan Real Time Polymerase Chain Reaction (PCR).
Hasil : Tingkat infeksi Plasmodium terhadap anak sekolah di daerah endemis malaria sebesar 3,51% (koreksi dengan Real Time PCR). Terdapat 43 kasus anemia dengan kasus 41 anemia ringan dan 2 kasus anemia sedang. Dari total 41 kasus anemia ringan, infeksi Plasmodium falciparum hanya ditemukan pada 3 kasus. Dua kasus anemia sedang dan 38 kasus anemia ringan yang dialami oleh subyek ternyata bukan disebabkan oleh infeksi Plasmodium falciparum. Subyek yang terkena infeksi Plasmodium falciparum mempunyai resiko 4.6 kali untuk menjadi anemia jika dibandingkan dengan subyek yang tidak terinfeksi (OR 4.6).
Kesimpulan : Subyek yang terkena infeksi Plasmodium falciparum mempunyai resiko 4.6 kali untuk menjadi anemia jika dibandingkan dengan subyek yang tidak terinfeksi.

Background: According to the WHO, malaria is the major cause of death from tropical infections in children and pregnant women. Severe anaemia is a common complication of malaria, particularly Plasmodium falciparum malaria. One-fourth of the population of Nangapanda Subdistrict, an malaria endemic region, are school children. Therefore it is necessary to investigate the relationship between Plasmodium falciparum infection with anaemia in school children at at Nangapanda Subdistrict, Nusa Tenggara Timur.
Objective: To investigate the relationship between Plasmodium falciparum infection with anaemia in school children at Nangapanda Subdistrict, Nusa Tenggara Timur.
Study Design: This was an observational case control study.
Methods: A total of 540 whole blood samples were collected from school children receiving anthelmintic treatment for 30 days from the research team, for hemoglobin determination and preparation of thick and thin Giemsa blood smears for malaria diagnosis. Species of Plasmodium was confirmed by Real Time Polymerase Chain Reaction (PCR).
Results: Infection rate of Plasmodium among school children in this malaria endemic region was 3.51%. There were 43 cases of anaemia, comprising 41 mild cases and 2 moderately severe cases. Among the 41 mild anaemia cases, Plasmodium falciparum infection was found in only 3 cases. The remaining anaemia cases (38 mild and 2 moderately severe cases) were not caused by Plasmodium falciparum infection. Subject with the infection of Plasmodium falciparum will have a 4.6 times chances to become anaemia if compared with the subject with no infection (OR 4.6).
Conclusion: Subject with the infection of Plasmodium falciparum will have a 4.6 times chances to become anaemia if compared with the subject with no infection.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>