Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 170199 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dimas Nugroho
"[ABSTRAK
Lapisan Barium Zirkonnium Titanate akan disintesis menggunakan metode
Chemical Solution Deposition kemudian dilanjutkan dengan proses Spin Coating.
Pada tahap pertama, material lapisan Barium Zirkonium Titanate akan diberikan
variasi perlakuan temperatur, yaitu 150oC, 400oC, 650oC dan 750oC. Kemudian
pada tahap kedua, material lapisan Barium Zirkonium Titanate akan didoping
dengan ion Alumunium sebanyak 1% dan 3% pada posisi ion Titanium.
Berdasarkan pengujian XRD, terlihat puncak intensitas Barium Zirkonium
Titanate bertambah seiring bertambah besar perlakuan panas. Pada lapisan Barium
Zirkonium Aluminum Titanate, puncak intensitas bergeser ketika doping ion
Aluminum dilakukan. Lapisan Barium Zirkonium Titanate dan Barium Zirkonium
Aluminum Titanate memiliki struktur kristal kubik perovskite.
Kata

ABSTRACT
Barium Zirkonium Titanate Film was synthesized using sol-gel method, followed
by Spin coating method. Stage 1, Barium Zirkonium Titanate film was given
various heat treatment 150oC, 400oC, 650oC, and 750oC. Stage 2, Barium
Zirkonium Titanate film was doped by Aluminum ion with the content 1% and
3% to Titanium ion site. Peak intensity was observed in XRD pattern. The
increase of intensity related with the increase of temperature. Along with the
doping of Aluminum ion in BZT, the peak shifting were observed in som XD
pattern. Barium Zirkonium Titanate and Barium Zirkonium Aluminum Titanate
film had crystal structure of Cubic perovskite., Barium Zirkonium Titanate Film was synthesized using sol-gel method, followed
by Spin coating method. Stage 1, Barium Zirkonium Titanate film was given
various heat treatment 150oC, 400oC, 650oC, and 750oC. Stage 2, Barium
Zirkonium Titanate film was doped by Aluminum ion with the content 1% and
3% to Titanium ion site. Peak intensity was observed in XRD pattern. The
increase of intensity related with the increase of temperature. Along with the
doping of Aluminum ion in BZT, the peak shifting were observed in som XD
pattern. Barium Zirkonium Titanate and Barium Zirkonium Aluminum Titanate
film had crystal structure of Cubic perovskite.]"
Depok: [Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, Universitas Indonesia], 2016
S61939
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irawan Gunanto
"Anoda korban paduan Al-5Zn-0,5Cu-0,3Y merupakan salah satu pengembangan anoda korban dengan tegangan yang rendah yang dapat mencegah terjadinya adanya proteksi berlebih yang dapat menimbulkan potensi terjadinya stress corrosion cracking. Namun pada pengaplikasiannya dibutuhkan anoda korban yang memiliki efisiensi yang tinggi untuk memaksimalkan kerja anoda korban. Salah satu peningkatan efisiensi anoda korban yaitu dengan penambahan perlakuan panas. Perlakuan panas yang dilakukan pada penilitan ini yaitu age hardening. Dilakukan proses quenching dari suhu 400°C kemudian dilakukan penuaan pada suhu 220°C dengan variasi waktu penahanan 1 jam, 3 jam, dan 5 jam. Pengujian efisiensi dilakukan dengan menggunakan standar DNV RP-B401 yang dilakukan selama 96 jam. Didapatkan efisiensi dari anoda korban Al-5Zn-0.5Cu-0,3Y as-cast, aging 1 jam, 3 jam, dan 5 jam berturut – turut adalah 67%, 66%, 64%, dan 61%. Perlakuan panas menyebabkan meningkatnya laju korosi dari anoda korban paduan karena adanya pembentukan presipitat yang tumbuh pada batas butir sehingga korosi lebih mudah menyerang. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin lama penahanan waktu perlakuan panas maka akan semakin mengurangi efisiensi dari anoda korban paduan Al-5Zn-0.5Cu-0.3Y.

Al-5Zn-0,5Cu-0.3Y alloy sacrificial anode is one of the developments of a low-voltage sacrificial anode that can prevent overprotection which that makes stress corrosion cracking. However, its application requires a sacrificial anode that has high efficiency is needed to maximize the function of the sacrificial anode. One way to increase the efficiency of the sacrificial anode is by adding heat treatment. The heat treatment that carried out in this research is age hardening. The quenching process uses 400°C for a temperature and then aging at a temperature of 220°C with variations in holding times of 1 hour, 3 hours, and 5 hours. Efficiency testing was carried out using the DNV RP-B401 standard which was carried out for 96 hours. The efficiency of the sacrificial anode Al-5Zn0.5Cu-0.3Y without heat treatment, or with aging holding time of 1 hour, 3 hours, and 5 hours, respectively, was 67%, 66%, 64%, and 61%. Heat treatment causes an increase in the corrosion rate of the alloy sa crificial anode due to the formation of precipitates that grow at the grain boundaries so that corrosion is easier to attack. This shows that the long holding time will further reduce the efficiency of the Al-5Zn-0.5Cu-0.3Y alloy sacrificial anode.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Hay
"Die soldering adalah fenomena melengketnya produk cor dengan cetakan akibat reaksi interface antara aluminium cair dengan material cetakan. Akibat tingginya afinitas aluminium terhadap besi, unsur besi dari material cetakan berdifusi menuju aluminium cair membentuk lapisan intermetalik pada permukaan cetakan. Kemudian, sehingga aluminium cair menempel pada permukaan cetakan dan tertinggal setelah pelepasan hasil pengecoran. Fenomena ini mengakibatkan terjadinya kegagalan cetakan dan menurunnya kualitas permukaan hasil coran, sehingga mengarah kepada penurunan produktivitas dan peningkatan biaya produksi pengecoran. Untuk mencegah terjadinya die soldering, pembentukan lapisan intermetalik pada permukaan cetakan harus dihindari atau diminimalisir.
Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari morfologi dan karakteristik lapisan intermetalik AlxFeySiz yang terbentuk selama proses reaksi antar muka pada saat pencelupan. Sampel uji yang digunakan yaitu baja perkakas jenis H13 hasil temper, yang dicelup pada paduan Al-7%Si dan Al-12%Si yang telah ditambah 0,1%, 0,3%, 0,5%, dan 0,7% Mn pada temperatur tahan 6800C,7000,C , dan 7200,C dengan putaran 2500, 3000, 3500 rpm.
Hasil penelitian menunjukkan dua lapisan intermetalik terbentuk pada permukaan baja perkakas H13 yakni compact intermetallic layer dan broken intermetalik layer dengan fasa intermetalik AlxFey, ketebalan lapisan broken layer rata-rata lebih tebal dibanding compact layer. Demikian pula kekerasan compact layer lebih tinggi dibandingkan broken layer. Penambahan 0.3 - 0.5 %Mn pada paduan Al-7%Si pada suhu 7200C, dan Al-12%Si dengan penambahan 0.7 %Mn dengan waktu kontak 30 menit pada suhu 7000C, menunjukkan hasil signifikan dalam menurunkan lapisan intermetalik, pada rentang kecepatan 2500 - 3000 rpm, pada penambahan 0.1 Mn. Pada suhu 7000C ketebalan lapisan intermetalik meningkat dengan meningkatnya kecepatan, dan kekerasan temper lebih tebal dibandingkan dengan kekerasan over temper.

Die soldering is the stickiness phenomenon of the mold to cast products due to the reaction between liquid aluminum interface with the mold material. The high degree of aluminum affinity toward iron led to the iron element of die material to diffuse into liquid aluminum and form an intermetallic layer on the die surface. Then, the liquid aluminum adheres on the die surface and left behind after the release of casting product. This phenomenon induce a failure in the die and decrease surface quality of the casting product, which lead to decrease in productivity and increase in casting production cost. To prevent die soldering, the forming of intermetallic layer on die surface must be avoided or minimized.
This research was conducted to study about the morphology and characteristic of AlxFeySiz intermetallic layer, which formed during interface reaction process during of dipping process. The speciment used are tool steel type H13 that has been tempered, which dipped in Al- 7% and Al-12%Si alloy with the addition of Mn as much as 0.1%, 0.3%, 0.5%, and 0.7%, holding temperature on, 6800C, 7000 and 7200C, with rotational speed 2,500, 3,000, and 3,500 rpm.
The research showed that two intermetallic layers was formed on the surface of H13 tool steel, namely compact intermetallic layer and broken intermetalik layer with AlxFey intermetallic phase. The thickness of broken layer is higher than compact layer but the hardness of compact layer is higher than broken layer. The addition of 0.3 - 0.5 Mn in the alloy Al-7% Si at a temperature of 7200 C, and Al-12% Si 0.7 Mn with the addition of 30 minutes of contact time at a temperature of 7000C significantly lower intermetallic layer, the speed range 2500-3000 rpm, the addition of 0.1 Mn , at a temperature of 7000C intermetallic layer thickness increases with increasing speed,. The Hardness of temper is higher than the hardness of over temper.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
D1438
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andreas Heru Prakoso
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh temperatur austenisasi, waktu tahan dan volume media celup- dalam hal ini air - terhadap kekerasan dan struktur mikro sebuah produk yang bemama Liner KL-3, yang terbuat dari baja mangan austenitik tipe GX 120Mn12 (DIN), yang komposisi utamanya adalah 12-13 % Mn dan 1.10-1.30 % C. Sampel penelitian adalah balok logam baja mangan austenitik dengan ukuran kira-kira 1 x 1 x 4 cm yang diambil dari garfng .system pada pengecoran produk Liner KL-3. Variabel penelitian yang dipakai adalah temperatur austenisasi (900 °C, 950 °C dan 1000 °C), waktu tahan (30, 45 dan 60 menit) serta volume air - sebagai media kuens (1 Lt., 3 Lt., dan 5 Lt). Sifat-sifat yang diteliti setelah perlakuan panas adalah kekerasan (menggunakan metode Brinell) dan struktur mikro. Dari penelitian ternyata diperoleh hasil bahwa makin tinggi temperatur austenisasi (untuk semua kondisi waktu tahan dan volume media kuens) akan menurunkan kekerasan baja mangan austenitik. Hal ini sesuai dengan hasil foto struktur mikro, dimana makin tinggi temperatur austenisasi menyebabkan karbida yang larut makin banyak. Demikian juga dengan meningkatnya waktu tahan akan menyebabkan karbida yang larut makin banyak sehingga kekerasan baja mangan austenitik cenderung turun. Sedangkan meningkatnya volume media kuens air hanya sedikit mempengaruhi kekerasan baja mangan austenitik, seperti juga tampak dalam foto stmktur mikro dimana jumlah karbida yang larut tidak terlalu banyak berbeda untuk ketiga volume air (1, 3 dan S Lt.). Penelitian juga menunjukkan bahwa makin tinggi temperatur austenisasi maka kecenderungan terjadinya dekarburisasi permukaan makin besar."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S40774
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novikov, I.
Moscow : MiR Publishers, 1978
671.360 1 NOV t (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S41920
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Danika Aprilia Somadinata
"Perlakuan panas merupakan salah satu proses untuk mengoptimalkan sifat-sifat material. Salah satu langkah perlakuan panas adalah proses quenching, di mana suatu objek didinginkan dengan cepat untuk mendapatkan sifat atau struktur mikro secara spesifik. Quenching membutuhkan media pendingin, yang contohnya adalah udara, air, minyak, dan juga nanofluida yang baru dikembangkan, dimana partikel berukuran nano dicampur dengan fluida dasar. Dalam ulasan ini, akan dibahas tentang efek karakteristik nanofluida terhadap laju pendinginan. Karakteristik nanofluida yang berasal dari fluida dasar, ukuran, jenis dan persentase partikel, ukuran dan persentase surfaktan, dan potensial zeta. Tujuan dari tinjauan ini adalah untuk memahami dasar-dasar tentang pengaruh nanofluida dalam proses quenching dan bagaimana memanfaatkannya untuk mendapatkan properti yang ditargetkan dengan cara membandingkan dari literatur-literatur yang sudah ditulis sebelumnya.

Heat treatment is one of the process to optimize the properties of material. One of the steps for it is called quenching, where an object is rapidly cooled in order to gain a specific properties or microstructure. Quenching needs a cooling media, some of them are air, water, oil, and the recently developed nanofluid, where nano sized particles are combined with base fluid. In this review, we discussed about the effects of characteristics of nanofluids to the quenching rate. Characteristic of nanofluids, such as base fluids, particle size, type, and percentage, surfactant size and percentage, and zeta potential. The aim of this review is to grasp the basic understanding of the influence of nanofluid in quenching process and how to utilize it in order to get the targeted properties using comparison between already existing literatures.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fidela Lutfi Divina
"Baja 253 MA merupakan baja tahan karat austenitik dengan paduan kromium-nikel yang dipadukan dengan nitrogen dan elemen reaktif yang memiliki ketahanan terhadap oksidasi dan creep yang sangat baik. Pada penelitian ini diberikan perlakuan panas pada baja 253 MA dengan temperatur 900, 1000, dan 1200 °C lalu queching menggunakan air dan diberikan variasi waktu penahanan yang berbeda yaitu 0, 240, 420, dan 840 detik. Hasil penelitian menunjukan perubahan ukuran butir rata-rata seiring bertambahnya temperatur dan waktu tahan yang diberikan pertumbuhan ukuran butir austenit semakin besar. Pertumbuhan butir juga mempengaruhi nilai kekerasan, dimana seiring meningkatnya pertumbuhan butir maka kekerasan menurun. Selain itu didapatkan pemodelan persamaan untuk memprediksi pertumbuhan butir baja 253 MA adalah sebagai berikut:
Dt5,55 – D05,55 = 1,3 x 1019 t1,407 exp (-376000/(RT)).

253 MA steel is an austenitic stainless steel containing a chromium-nickel alloy combined with nitrogen and other reactive elements and has excellent oxidation and creep resistance. This study gave heat treatment to 253 MA steel with a temperature of about 900, 1000, and 1200 °C, then quenched using water and given different variations in holding times 0, 240, 420, dan 840 seconds. From the research results, we can see the changes in the average growth size of the austenite. The more temperature and holding time given, the bigger the grain. Grain growth also affects the hardness value, whereas, with grain growth, the hardness decreases. In addition, obtained equation modeling was to predict grain growth of 253 MA steel as follows:
Dt5,55 – D05,55 = 1,3 x 1019 t1,407 exp (-376000/(RT)).
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daniel Eka Perkasa
"Salah satu sifat biokompatibilitas paduan kobalt sebagai biomaterial adalah ketahanan korosi paduan terhadap lingkungan biologis seperti Simulated Body Fluid (SBF). Paduan kobalt memiliki dua struktur kristal dominan yaitu struktur FCC dan HCP. Paduan Co-Cr-Mo-Al mengalami perlakuan panas pada suhu 1000 °C, dengan variasi waktu penahanan selama 4, 6 dan 8 jam. Pengamatan struktur kristal paduan dengan menggunakan difraksi sinar-x dan pengamatan korosi menggunakan metode voltametri siklik (CV) dan voltametri linear (LSV) dalam larutan SBF pada suhu cairan simulasi SBF 20, 32 dan 37 °C. Dari pola difraksi sinar-X, diketahui bahwa perlakuan panas meningkatkan ukuran kristal paduan dan menurunkan parameter kisi kristal struktur FCC sebesar 0,041 Å dibandingkan sampel tanpa pemanasan. Pengamatan voltametri siklik menunjukkan bahwa reaksi reduksi-oksidasi berlangsung secara searah (irreversible) dan pembentukan lapisan pasif terjadi secara spontan di lingkungan SBF. Data LSV digunakan untuk menentukan tingkat korosi paduan. Tingkat korosi yang rendah ditemukan pada paduan yang tidak diberi perlakuan panas pada temperatur pengujian 37°C sebesar 8,843 mm/tahun. Dapat disimpulkan bahwa perlakuan panas dengan waktu penahanan yang berbeda mempengaruhi struktur kristal dan sifat korosi paduan Co-Cr-Mo-Al dalam larutan SBF.

One of the biocompatibility properties of cobalt alloys as a biomaterial is the corrosion resistance of the alloy to the biological environments such as Simulated Body Fluid (SBF). Cobalt alloys have two dominant crystal structures namely the FCC and HCP structures. The Co-Cr-Mo-Al alloy were subjected to heat treatment at a temperature of 1000 °C, with variations in holding time for 4, 6, and 8 hours. Observation of the crystal structure of the alloy by using x-ray diffraction and corrosion observation using the voltammetry method Cyclic Voltammetry (CV) and Linear Sweep Voltammetry (LSV) in Simulated Body Fluid (SBF) at a temperature of 20, 32 and 37 °C. From the X-ray diffraction pattern, it is known that heat treatment increases the alloy crystal size and decreases the crystal lattice parameters of the FCC structure by 0.041 Å compared to samples unheated. Observation of cyclic voltammetry shows that the reduction-oxidation is irreversible and the formation of passive layers occurs spontaneously in the SBF environment. LSV data are used to determine the rate of corrosion of the alloy. A low level of corrosion was found in alloys that were not unheated at a test temperature of 37 °C of 8.843 mm/year. It can be concluded that heat treatment with different holding time affects the crystal structure and corrosion properties of Co-Cr-Mo-Al alloys in the SBF solution."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syeila Yusuf
"Penelitian komposit Mg-Al-Ti-B dilakukan untuk mencari alternatif material selain aluminium dan diaplikasikan sebagai kerangka kendaraan dan komponen otomotif. Komposit magnesium cocok digunakan karena memiliki nilai densitas rendah sehingga dapat meningkatkan efesiensi dan memiliki sifat mekanis yang baik. Pada penelitian ini, Mg-Al-Ti-B bertindak sebagai matriks komposit yang diberi 0,20 vf% penguat nano-Al2O3. Komposit difabrikasi dengan metode pengecoran aduk, kemudian perlakuan panas T6 diterapkan pada sampel, diawali dengan solution treatment pada 420 oC selama satu jam dan dilanjutkan dengan artificial agingdengan variasi temperatur 170 oC, 200 oC, 230 oC dan 260 oC selama 6 jam. Pengaruh dari perlakuan panas T6 terhadap struktur mikro menunjukkan perbedaan morfologi fasa Mg17Al12 dimana terjadi pembulatan dan muncul presipitat Al3Ti dan TiB2 hasil proses aging untuk meningkatkan sifat mekanis pada sampel. Pada penelitian ini juga dilakukan karakterisasi kimia OES, EDS dan XRD, densitas dan porositas dan pengujian merusak. Hasil pengujian mekanis menunjukkan peningkatan sifat mekanis pada sampel yang telah diberikan perlakuan panas. Nilai kekuatan tarik (UTS) tertinggi pada sampel dengan temperature aging 170 oC yakni 65,31 MPa. Nilai kekerasan, harga impak dan laju aus paling optimum dicapai oleh sampel dengan temperatur aging200 oC yakni 92,4 HRH, 0,07 J/mm2, dan 0,00254mm3/m berturut-turut.

A study of Mg-Al-Ti-B composite is conducted to replace aluminium for vehicle body structure and automotive components application. Magnesium composite is a suitable material to be applicated due to its lightweight and its low density. Thus, the vehicle body structure with lightweight, high efficiency, and good mechanical properties can be achieved. Mg-Al-Ti-B acts as the matrix, reinforced with 0.20 vf% nano-Al2O3. Magnesium composite was fabricated by the stir casting method. Furthermore, T6 heat treatment was applied with aging temperature 170oC, 200 oC, 230 oC dan 260 oC for 6 hours, following the prior 1 hour 420 oC solution treatment. The effect of T6 heat treatment on microstructure shows difference in morphology of primary Mg17Al12in which spheroidization takes place, also Al3Ti and TiB2precipitates from aging appears. In this research, characterizations were conducted using OM, OES, EDS XRD, density and porosity measurements, and destructive test. Mechanical properties of T6 heat treated sampel is improved compared to non-heat treated ones. The highest ultimate tensile strength is achieved with 170 oC aging temperature that is 65.31 MPa. The optimum hardness, impact value and wear rate are seen on 200 oC aging temperature, the numbers are 92,4 HRH, 0,07 J/mm2, dan 0,00254mm3/m respectively.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>