Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 165102 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Luthfan Togar
"Stainless steel 17-4 PH merupakan salah satu jenis breket ortodonti yang digunakan dalam kedokteran gigi karena memiliki sifat mekanik yang baik, ekonomis, dan biokompatibel. Namun, sifat mekanik dan fisiknya dapat beragam sesuai dengan temperatur heat treatment yang dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh aging di suhu 5400C terhadap analisa biodegradation material, kekerasan, ketahanan korosi, struktur mikro, dan biokompatibilitas in vitro dengan melihat lepasan ion Nikel yang dapat menimbulkan reaksi alergi di dalam artificial saliva. Proses age hardening dilakukan dalam dua tahapan. Langkah pertama adalah solution treatment dengan memanaskan spesimen pada temperatur 10800 C. Kemudian dilakukan proses pendinginan cepat sampai temperatur kamar menggunakan media oli. Langkah selanjutnya adalah proses aging di temperatur 5400C dengan waktu penahanan empat jam yang didinginkan di oli. Hasil akan dianalisa sebelum dan sesudah heat treatment menggunakan mikroskop optik untuk melihat perubahan mikrostruktur, EDS-SEM untuk membuktikan terbentuknya presipitat, metode polarisasi untuk mengetahui perubahan laju korosi material, uji hardness dengan Vickers, dan biokompatibilitas in vitro dengan cara merendam sampel dalam artifisial saliva selama 15, 21 dan 28 hari untuk melihat perbandingan jumlah ion nikel yang terlepas menggunakan atomic absorption spectroscopy. Morfologi permukaan sebelum dan sesudah periode perendaman dianalisa menggunakan SEM. Hasil penelitian menunjukan bahwa sampel mengalami hardening sebesar 16% dari kekerasan awal 35 HRC menjadi 41 HRC. Laju korosi material menurun setelah heat treatment dari 0.26072 mm/year menjadi 0,020012 mm/year. Optical microscope menunjukkan perubahan mikrostruktur menjadi martensit temper dan δ-ferrite, serta tumbuhnya presipitat di sekitar batas butir. Analisa EDS-SEM menunjukkan presipitat Cu terbentuk setelah proses pemanasan dan memicu terbentuknya fasa Ni-rich di sekitar presipitat Cu. Gambar SEM menunjukkan adanya scale dan micro-pit yang semakin besar seiring dengan peningkatan periode perendaman ditandai dengan peningkatan weight loss material. Hasil ion nikel yang terlepas <0,09 mg/L selama periode perendaman. Hasil penelitian membuktikan bahwa ion logam dalam kondisi eksperimental adalah baik karena konsentrasi di bawah nilai kritis yaitu 600 - 2500 μg untuk mengurangi risiko alergi dan di bawah tingkat asupan harian makanan sebesar 300-500 μg sehingga tergolong material yang biokompatibel untuk aplikasi ortodonti.

Stainless steel 17-4 PH is one of a commercial orthodontic brackets type that has been used today in the field of dentistry because it has good mechanical properties, economical value, and biocompatible although the mechanical properties can be varied depends on the temperature of age hardening. The aim of the research is to study the effect of age hardening at 5400C on biodegradation of material, alteration hardness, corrosion resistance, microstructure, and biocompatibility in vitro to determine the ion release of Nickel concentration in artificial saliva. The age hardening treatment is done by 2 steps. Firstly, solution treatment at 10800C, then quench to room temperature with oil medium. Secondly, the material is tempered at 5400C for 4 hours, then quench with oil medium. Sample is analyzed before and after heat treatment using optical microscope to see the change in microstructure, EDS-SEM analysis to prove the forming of precipitate, polarization method to measure the corrosion rate and hardness test using Vickers method to identify the hardness of material. Biocompatibility in vitro is tested after immersing the material in artificial saliva for 15, 21, and 28 days to demonstrate and compare the ion release of Nickel concentration using atomic absorption spectroscopy. The surface morfology of stainless steel 17-4 PH is investigated using Scanning Electron Microscop (SEM) before and after immersing the sample in the period of time. The result showed that there was 16% increase of hardening effect which results to the change of hardness from 35 HRC to 41 HRC. The corrosion rate decreased after heat treatment, from 0.26072 mm/year to 0.020012 mm/year. Optical microscope showed the microstructure of heat treated stainless steel were tempered-martensite and δ-ferrite, with precipitate along grain boundaries. EDS-SEM analyzed that Cu precipitates were formed because of age hardening and it was found that there was an enrichment of Ni at the Cu precipitate-matrix interface. SEM captured scale and the micro-sized pitting were getting bigger along the increasing of immersing time which can be proved by the increasing of weight loss. Nickel ion release test showed that the value was below 0,09 mg/L for all immersing periods. Results showed that metal ions released in this experimental condition were well below the critical value which is 600 ? 2500 μg to induce allergy and below daily dietary intake level (300-500 μg) and it is considered to be a biocompatible material for orthodontic application."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
S62220
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fourina Sri Rahimah
"Elektrolisis plasma merupakan salah satu metode AOP (Advanced Oxidation Process) yang dapat menghasilkan radikal hidroksil (OH•) dan radikal hidrogen (H•) dalam jumlah lebih banyak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas elektroda stainless steel pada zona plasma anodik serta pengaruh laju injeksi udara dan daya terhadap degradasi Remazol Red dan erosi anoda. Penelitian dilakukan dengan reaktor 1,2 L menggunakan variasi laju injeksi udara 0,6 lpm, 0,8 lpm, 1 lpm, 1,2 lpm, dan 1,5 lpm serta variasi daya 400 W, 500 W, dan 600 W dengan elektrolit K2SO4 0,02 M.  Pada penelitian ini, didapat hasil degradasi yang lebih baik oleh elektroda stainless steel dibandingkan tungsten. Dalam waktu 8 menit, stainless steel mampu mendegradasi sebanyak 94,73% sedangkan tungsten hanya mampu sebesar 84,54% dan ditinjau dari erosinya stainless steel hanya tergerus sebanyak 0,07 gr, sedangkan tungsten sebanyak 1,8 gr. Laju injeksi udara yang menghasilkan tingkat degradasi optimum adalah 1,2 Lpm dan variasi daya yang optimum untuk laju injeksi tersebut adalah 500 W. Persentase degradasi optimum Remazol Red mencapai 99,84%, sementara degradasi Pt-Co sebesar 99,16%, dan COD sebesar 84,16% pada konsentrasi awal limbah 200 ppm dan FeSO4 20 ppm. Produk samping yang didapat berupa amonia sebesar 0,438 mmol dan nitrat sebesar 1,736 mmol.

Plasma electrolysis is an AOP (Advanced Oxidation Process) method that can produce more hydroxyl radicals (OH•) and hydrogen radicals (H•). This study aims to determine the effectiveness of stainless steel electrodes in the anodic plasma zone and the effect of air and power injection rates on the degradation of Remazol Red and anode erosion. The research was conducted with a 1.2 L reactor using air injection rate variations of 0.6 lpm, 0.8 lpm, 1 lpm, 1.2 lpm and 1.5 lpm and power variations of 400 W, 500 W and 600 W with electrolyte K2SO4 0.02 M. In this study, better degradation results were obtained by stainless steel electrodes than tungsten. Within 8 minutes, stainless steel was able to degrade as much as 94.73%, while tungsten was only able to 84.54% and in terms of its erosion, stainless steel only eroded as much as 0.07 gr, while tungsten as much as 1.8 gr. The air injection rate that produces the optimum degradation rate is 1.2 Lpm and the optimum power variation for the injection rate is 500 W. The optimum degradation percentage of Remazol Red reaches 99.84%, while the degradation of Pt-Co is 99.16%, and COD of 84.16% at the initial waste concentration of 200 ppm and 20 ppm FeSO4. The by-products obtained were 0.438 mmol of ammonia and 1.736 mmol of nitrate."
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Martina Yttria Mertoprawiro
"ABSTRAK
Inhibisi Ammonium Molibdat terhadap perilaku korosi pitting pada material baja tahan karat martensitik diinvestigasi menggunakan pengukuran elektrokimia polarisasi Siklik dan electrochemical Impedance Spectroscopy EIS .Hasil penelitian mengindikasikan Amonium Molibdat menginhibisi korosi AISI410 dan bertindak sebagai inhibitor anodik. Maksimum efisiensi inhibisi mencapai 78 dengan konsentrasi Amonium Molibdat 200ppm pada larutan 3,5 NaCl. Perilaku korosi pitting tertinggi pada larutan konsentrasi NaCl 3,5 . Hasil pengujian elektrokimia mengungkapkan Amonium Molibdat menginhibisi sebagai inhibitor anodik yang teradsorpsi secara fisika pada AISI410 dan mengikuti mode adsorpsi Langmuir.

ABSTRACT
Inhibisi Ammonium Molibdat terhadap perilaku korosi pitting pada material baja tahan karat martensitik diinvestigasi menggunakan pengukuran elektrokimia polarisasi Siklik dan electrochemical Impedance Spectroscopy EIS .Hasil penelitian mengindikasikan Amonium Molibdat menginhibisi korosi AISI410 dan bertindak sebagai inhibitor anodik. Maksimum efisiensi inhibisi mencapai 78 dengan konsentrasi Amonium Molibdat 200ppm pada larutan 3,5 NaCl. Perilaku korosi pitting tertinggi pada larutan konsentrasi NaCl 3,5 . Hasil pengujian elektrokimia mengungkapkan Amonium Molibdat menginhibisi sebagai inhibitor anodik yang teradsorpsi secara fisika pada AISI410 dan mengikuti mode adsorpsi Langmuir."
2017
T49097
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zulhaq IT
"Baja SECE yang digunakan cialam penelitian ini adalah baja lembaran yang digunakan oieh perusahaan otomotif. Baja lembaran ini merupakan jenis baja lapis seng dan umumnya digunakan sebagai bagian dari bodi mobil, karena relatif' lebih tahan terhadap korosi.
Rangkaian penelitian ini dilakukan adalah untuk melihat pengaruh ketebalan pelat terhadap mampu bentuk baja SECE 0/20, yaitu baja yang digalvanis 20 μm pada satu permukaan, dan baja SECE 20/20, yaitu baja yang digalvanis 20 μm pada kedua permukaaannya dengan ketebalan pelat 0,7 mm dan 0,8 mm.
Dari penelitian yang dilakukan diperoleh bahwa lembaran baja SECE yang digalvanil sam permukaan (0/20) cenderung mempunyai kemampubentukan yang reiatif lebih besar dari lembaran baja SECE yang digalvanis kedua permukaanya. Hal ini terlihat dari nilai koefisien pengerasan regangnya (n) dan nilai Limiting Deep Drawing Ratio (LDR) dari masing-masing bahan. Untuk lembaran 0,7 mm;0/20 nilai n dan LDRnya 0,325 dan 2,10, untuk lembaran 0,7mm;20/20 nilainya 0,318 dan 2,075, lembaran 0,8mm;0/20 nilai n dan LDRnya 0,328 dan 2,150 serta untuk lembaran 0,8mm;2O/20 nilainya 0,314 dan 2,1.
Secara umum walaupun lembaran baja yang digalvanil kedua permukaannya lebih rendah kemampubentukannya. Tapi karena hanya terjadi perubahan yang kecil maka secara keseluruhan perubahan itu dianggap tidak berarti atau dapat diabaikan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S47830
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Juli Ayu Ningtyas
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelapisan nikel dengan metode impregnasi basah pada substrat katalitik stainless steel 316 terhadap yield dan kualitas carbon nanotube CNT berbasis limbah polipropilena PP menggunakan reaktor flame synthesis. Dilakukan variasi loading nikel sebesar 0 , 5 dan 10 . Hasil penelitian menunjukkan pelapisan nikel dapat meningkatkan yield CNT namun tidak signifikan, yaitu hanya sebesar 8,4. Akan tetapi, hasil CNT yang dihasilkan dari pelapisan nikel dengan loading 10 pada substrat SS 316 memiliki kualitas yang lebih baik. Dari hasil XRD, CNT terdeteksi pada peak intensitas 2 = 26° dan 43°, serta masih terdeteksi beberapa pengotor berupa grafit, Fe3O4, Fe3C, dan NiO pada ketiga sampel.
Hasil SEM menunjukkan CNT lebih banyak terbentuk pada substrat dengan loading nikel 10 , dan ketiga sampel masih terdapat karbon amorf dan pengotor lain. Hasil EDX menunjukkan persen berat karbon dari sampel CNT yang tumbuh pada substrat loading nikel 10 lebih tinggi dari sampel lain, yaitu 74,07. Pada hasil TGA, pelapisan nikel dapat meningkatkan stabilitas termal CNT karena CNT mengalami penurunan persen massa pada suhu oksidasi sebesar 620oC. Karena peningkatan yield yang tidak signifikan pada limbah PP, dilakukan uji pelapisan nikel pada substrat stainless steel dengan sumber karbon kamper.
Yield yang dihasilkan juga tidak signifikan, hanya sebesar 6,8. Namun, kualitas CNT yang dihasilkan justru mengalami peningkatan, baik dari segi diameter kristal yang menjadi semakin kecil sebesar 8,08 nm, komposisi karbon yang meningkat sebesar 83,06, maupun stabilitas termal yang meningkat dengan suhu oksidasi sebesar 723°C. Oleh karena itu, pelapisan nikel dapat meningkatkan yield meskipun tidak signifikan serta dapat meningkatkan kualitas CNT.

This research aims to determine the effect of nickel coating on 316 stainless steel catalytic substrate by wet impregnation method on the yield and quality of polypropylene waste based carbon nanotube CNT using a flame synthesis reactor. The effect of nickel loading was studied at 0 , 5 and 10 . The results showed nickel coating increase CNT yield by 8.4 . However, CNT with 10 nickel loading offered the best yield and quality.. From the XRD results, CNT was detected at peak intensities of 2 26° and 43°, and still detected some impurities such as amorphous carbon, Fe3O4, Fe3C and NiO.
From the SEM results showed that more CNT were produced on substrate with 10 nickel loading. EDX result shows that the carbon weight percentage from CNT with 10 nickel loading substrate is higher than other samples, which is 74.10 . In the TGA results, nickel coating can increase the thermal stability of CNT because CNT mass has decreased at an oxidation temperature of 620oC. Because the CNT yield from PP waste is not significant, nickel coating on substrates is tested with camphor as carbon sources.
The yield produced is also insignificant by 6.8 . However, the quality of CNT is increased, in terms of crystal diameter which became smaller by 8.08 nm, the composition of carbon which increased by 83.06 , and the thermal stability which increased with an oxidation temperature of 723°C. Therefore, nickel coating can increase yield even it is not significant and can improve the quality of CNT.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andri Wistianto
"Pembuatan baja cor tahan karat (cast stainless steel) membutuhkan salah satu unsur bahan baku yang sangat penting yaitu nikel murni. Kebutuhan nikel murni ini cukup tinggi sedangkan harganya paling tinggi diantara harga bahan baku lainnya dan saat ini masih diimpor. Telah dilakukan penelitian untuk memanfaatkan ferronikel dengan menambahkan unsur khrom yang hasilnya disebut ferronikelkhrom (Fe-Ni-Cr) lokal. Bahan tersebut juga telah diteliti sebagai bahan baku pembuatan material baja cor tahan karat. Meskipun cukup berhasil namun hasilnya kurang begitu memuaskan karena masih terdapat impurities pada hasil pemaduan.
Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan ferronikel sebagai bahan baku baja cor tahan karat disamping untuk mengetahui pengaruh prosentase penggunaan ferronikel (Fe-Ni) terhadap sifat mekanis, struktur mikro dan ketahanan korosi baja tahan karat austenitik SS 316 (CF8M). Diharapkan bahan baku lokal ini dapat menggantikan nikel impor sebagai bahan baku baja cor tahan karat.
Pada penelitian ini Fe-Ni lokal ditambahkan pada bahan baku coran lain dengan penambahan prosentase sebanyak 0%, 23 %, 45 % dan 70 %. Dari masing-masing prosentase tersebut dilakukan proses pengecoran (foundry), dibuat sampel untuk uji komposisi, uji tarik, uji kekerasan, uji ketangguhan, analisa struktur mikro baik dengan mikroskop optik maupun SEM (Scanning Electron Microscope) dan pengujian korosi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa semua sampel yang dibuat memiliki komposisi kimia sesuai standar SS 316 (CF8M) sehingga bahan baku Fe-Ni dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku baja cor tahan karat SS 316 meskipun masih ditemukan adanya impurities pada setiap prosentase penambahan Fe-Ni. Pada semua prosentase Fe-Ni kekuatan tarik dan kekerasan yang didapat masih dibawah SS 316 standar namun lebih ulet darpada SS 316 standar."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
T20180
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heny Faisal
"Baja tahan karat austenit mempunyai ketahanan korosi yang lebih baik dari baja tahan karat ferit dan martensit. Baja tahan karat dapat menjadi baja tidak tahan karat kalau terkena pemanasan. Bila baja tahan karat austenit dipanaskan pada -425°-900°C kemudian didinginkan perlahan lahan akan terbentuk presipitasi khrom-karbida sepanjang batas butir, sehingga daerah sekitar batas butir mengalami kekurangan khrom. Akibatnya pada daerah tersebut tidak terbentuk lapis lindung (Cr2Q33 ) sehingga mudah terkorosi.
Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh korosi tegangan pada baja tahan karat austenit 316 yang mengalami berbagai perlakuan panas.
Metode yang digunakan adalah dengan melakukan uji tarik, kekerasan, fraktografi, EDX, korosi dan metalografi pada baja tahan karat austenit 316 pada keadaan (as delivered, heated , quenched). Disamping itu uji tarik dan pemeriksaan struktur mikro juga dilakukan terhadap tiga jenis spesimen tersebut diatas setelah mengalami korosi tegangan dengan berbagai variasi tegangan.
Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan keuletan (elongation} akibat korosi tegangan. Struktur mikro mempunyai pengaruh yang besar terhadap korosi tegangan. Struktur mikro austenit hasil proses pemanasan yang disusul dengan " quenching" , ternyata memberikan penurunan keuletan yang paling kecil dan mempunyai ketahanan korosi yang baik bila dibandingkan dengan fasa austenit dan karbida ataupun dengan fasa austenit yang mengalami "cold working.""
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurmala
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S41919
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teguh Trihudoyo Widi
"Peneluian yang ~.11/ukukun men1pakan basil kf!rjr.~sama an tara Dapartemen J,Jewlwxi dan Jf,u.ria/ fTCJ dengan PT AS!I:JB Steel indonesia untuk dapat meningkatkan penggunaan baja Corrax: dan meningkatkan si/at mekanis baja rersahw unmk dapt:~l memenuhi sfandar sabaglan bahan r:etakan, Baja Corrcc.: dapat digolong.kan ke dalam jenis baja tahan karat pengerasan presipflasi. D1perlukan pencap~1ian sifat mekanis dengan kriteria tertentu .vang dikombmasikan dengan ketahanan korosi yang Iingg/ untuk aplikasinya."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S41345
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harfi Sandresen
"Baja As-Cast CA-40 adalah baja tahan karat (stainless steel) martensilik yang setara dengan stainless steel martensitik 420. Baja jenis ini selain memiliki sifat kctahanan korosi yang baik juga peka terhadap proses pengerasan dengan pencelupan. PenelWan ini menganalisa sifat mampu laku panas material haja As-Cast CA- 40 setelah proses pengerasan dengan lemperatur auslenisasi sebesar 980oC dan JOS0°C serta pendinginan dengan media ali (minyak) dan diltmjutkan dengan proses temper dengan varias; temperatur 200, 300 dan 400°C dengan waktu tahan masingmasing 1, 2 dan 3 jam. Hasil pengujian kekcrasan memperlihatkan bahwa temperatur austenisasi yang semakin tinggi dan laju pendinginan yang cepat akan mengakibatkan nailmya nilai kekerasan baja tcrsebut, Dengan sifal mampu keras yang baik maka transformasi austenit menjadi matlensil Japat let:fadi. Proses temper akan mengakibatkan tunmnya nilai kekerasan, dimana struklur martensit berubah menjadi manensit temper. Sifat mekanis yang baik diperoleh pada kandisi aw;tenisasi pada temperotur 1050°C, pence/upon oli dan dilemperpada temperatur 200-300°C. Proses temper pada lempcratur 400°C akan meningkatkan kekerasan material tetapi menurunkan ketangguhan karena mulai terjadi tempering embrittlemenl."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S41375
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>