Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 155728 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Waskitha Weninging Galih
"Skripsi ini membahas perlindungan hak cipta skenario film dan berfokus pada skenario film yang belum selesai dan belum dipublikasikan. Skenario film merupakan dokumen yang dibaca oleh semua departemen produksi film sehingga ia mengalami banyak perpindahan tangan di antara departemen-departemen produksi. Sehingga, skenario film yang belum selesai dan belum dipublikaskan harus mendapatkan perlindungan hak cipta secara tegas. Tulisan ini membahas konsep pengaturan hak cipta dari ciptaan yang belum selesai dan ciptaan yang belum dipublikasikan dan pengejawantahannya di dalam hukum hak cipta Indonesia. Selanjutnya juga dibahas pertanyaan mengenai kapan skenario film mendapatkan hak cipta dan perlindungan terhadap Pencipta ketika skenario filmnya dibocorkan sebelum dipublikasikan. Pada analisis skripsi ini dapat dilihat bahwa belum selesainya atau belum dipublikasikannya skenario film bukan merupakan pembatasan perlindungan hak cipta atasnya. Selain itu, perjanjian penulisan skenario film dan non-disclosure agreement dalam sesi pitching antara penulis skenario dan produser serta rumah produksi merupakan aspek penting dalam perlindungan skenario film yang belum selesai dan belum dipublikasikan.

This paper studies the copyright protection of screenplays and focuses on the cases of the unfinished and unpublished screenplay. A screenplay is a document that is read by the whole departments of a film production, therefore, it gets many dispositions among the departments. Thus, the unfinished and unpublished screenplay need to acquire its copyright protection. This paper discusses questions around when the screenplay obtains its copyright and also the protection of the writer if his screenplay is leaked prior to its publication. This paper affirms whether a screenplay has not been finished nor published is not a limitation to its copyright protection. In addition, this paper highlights the importance of screenwriting agreements and non-disclosure agreements in a pitching session between screenwriters and film producers as well as production companies on the protection of the both unfinished and unpublished screenplays.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2015
S61955
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutauruk, M.
Jakarta: Erlangga, 1982
R 346.0482 HUT p
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Gatot Supramono
Jakarta: Pustaka Kartini, 1989
R 346.0482 GAT m
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Rooseno Harjowidigdo
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1997
346.048 2 ROO m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Simorangkir, J.C.T.
Jakarta: Djambatan, 1982
R 346.0482 SIM u
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Iqbal Maulana
"ABSTRAK
Ketika perlindungan Hak Cipta di Internet telah dilindungi, muncul dilema lain apakah ciptaan yang di remix atau mengubah konten seperti lirik bisa dianggap ke dalam doktrin Fair Use. Menurut US Copyright Act, bagian 107, memungkinkan konten dari parodi yang akan diterbitkan dianggap sebagai kreasi baru karena dianggap sebagai kategori Fair Use Doctrine. Sebaliknya, di Indonesia, menurut Undang-undang Hak Cipt No. 28 Tahun 2014 tidak mengatur mengenai hal tersebut, dan jelas melarang perubahan, modifikasi, distorsi, dan mutilasi sebuah karya. Oleh karena itu, setiap ciptaan yang pengarang parodi itu lakukan akan dianggap sebagai pelanggaran Hak Cipta. Bahkan Penggunaan Wajar yang diatur dalam pasal 44 Undang-Undang Hak Cipta Indonesia 2014, tidak memberikan batasan untuk parodi atau bahkan menyebutkan hal tersebut. Sementara, negara-negara lain seperti Jerman memungkinkan parodi dengan batasan-batasan tertentu seperti mengubah gambar dan sastra dan mengkritik dalam bentuk parody dapat diterima, namun, Jerman tidak memungkinkan lagu yang akan diparodikan. Selanjutnya, masalah muncul ketika penciptaan pengarang parodi yang diunggah di YouTube dan menjadi terkenal. Permasalahan ini telah menjadi dasar bagi penulis untuk mengambil langkah dan mencari cara untuk melindungi parodi sebagai ciptaan.

ABSTRACT
When protection of Copyright Law in the Internet has been protected it arose another dilemma whether a creation that is being remix or altering the content such as lyrics could be deemed as Fair Use Doctrine. According to US Copyright Act, section 107, allowing content of parody to be published and considered as new work since it is considered under the Fair Use Doctrine. Whereas, in Indonesia, the Copyright Law No. 28 Year 2014 does not stipulate the same, it is clearly prohibit the alteration, modification, distortion, and mutilation of a work. Hence, any creation that the parodist was doing will be considered to be an infringement of Copyright. Even the Penggunaan Wajar stipulated in article 44 of Indonesian Copyright Law 2014 does not provide limitation for parody or even mention related to it. While, other countries such as Germany allows parody in certain limitation, taking the pictures and literature and criticizing in the form of parody is accepted, however, Germany does not allow a song to be parodied. Furthermore, the problem arises when the creation of the parodist is uploaded on YouTube and become famous. This commotion has led to be the ground for writer to taking a step and seeking a way to protect parody as a creation.
"
2014
S61714
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Komang Setiabudi
"Film merupakan media multi dimensional, dan menyangkut aneka hak cipta. Banyak ciptaan-ciptaan yang ada hak ciptanya dimanfaatkan. Ciptaan-ciptaan itu diantaranya adalah cerita, lagu (musik), dan mungkin suatu tarian. Produser film tidak boleh menggunakan suatu hak cipta tanpa ijin tertulis pemegang hak cipta itu. Bahwa era film bisu dan hitam putih telah lama berlalu. Film berwarna dengan efek suara dan tehnologi yang menunjangnya semakin membuat semaraknya hiburan bagi masyarakat. Kemajuan tehhologi ternyata menimbulkan masalah hak cipta yang sangat kompleks sedangkan Undang-undang Hak Cipta 1912 (Auteurswet 1912) yang dibuat di masa pemerintahan Hindia Belanda tidak memadai 1agi. Padahal eksistensi undang-undang tersebut ' adalah melindungi pencipta beserta ciptaannja, maka digantinya Auteurswet 1912 dengan Undang-undang No. 6 tahun 1 982, yang kemudian disempurnakan dengan Undang-undang No. 7 tahun 1987, merupakan langkah maju untuk menjawab tantangan tehnologi, termasuk film. Undang-undang yang baru itu diharapkan dapat memecahkan masalah hak cipta dalam film, baik terhadap pembajakan film dengan sarana video, maupun berbagi pelanggaran lainnya. Hal ini demi memajukan dan menggairahkan bangsa Indonesia untuk berfikir kreatif supaya lahir beraneka ciptaan yang baru. Tanpa perlindungan, maka banyak pencipta dan pegang hak cipta yang dirugikan. Demikian pula masyarakat kita, serta pemerintah yang sedang mengusahakan pembangunan di segala bidang. Hak cipta bukan sekadar kata yang bernilai hukum, hak cipta juga suatu peluang bisnis dan ekonomi yang sangat tinggi. Permasalahan yang menarik ini akan diungkap dan dibahas dalam skripsi ini. Agar memperoleh gambaran yang je1as ten tang hak cipta yang bersangkutan dehgan film, penulis akan membahas masalahmasalah tersebut sejak film dipersiapkan, diproduksi, dan sampai saat film itu diedarkan ke tengah masyarakat luas."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1989
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silitonga, Berliana
"Manusia dalam perkembangannya menghasilkan berbagai karya, baik karya ilmiah, kesusatraan, kesenian, teknologi dan masih banyak lagi. Semua bentuk hasil karya yang sudah terwujud dan dapat dirasa oleh panca indra kita dilindungi oleh hak cipta. Hal ini karena kreativitas dan inisiatif manusia dihargai tinggi oleh manusia lain. Salah satu bentuk karya adalah musik. Musik sangat dibutuhkan manusia dan ternyata dapat mempunyai nilai ekonomi yang tinggi Tanpa musik hidup terasa hampa. Oleh karena itu orang rela membayar suatu harga untuk dapat menikmati keindahan musik. Dalam karya tulis hubungan hukum antara artis ini akan dibahas bagaimana dan produser dalam suatu perjanjian kerja rekaman. Perjanjian yang digunakan Penulis untuk ditinjau secara yuridis adalah pedoman perjanjian pembuatan karya rekaman yang dikeluarkan oleh ASIRI (Asosiasi Industri Rekaman Indonesia) dan dari itu dapat terlihat bahwa hak cipta milik artis dapat beralih kepada pihak produser perjanjian (penyanyi) Selain itu, Penulis juga akan mencoba mengupas sedikit tentang hak cipta yang dimiliki oleh artis dan produser untuk menambah pengetahuan kita bahwa artis dalam mempersembahkan karya musiknya mempunyai hak-hak yang bernilai tinggi dan produser dalam membuat hasil rekaman juga dilindungi hak cipta."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2002
S21200
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Kaligis, Otto Cornelis, 1942-
"Theory and legal cases of trademarks and copyrights in Indonesia."
Bandung: Alumni, 2012
346.048 KAL t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>