Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 157953 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Peter Tofano
"Skripsi ini membahas gaya hidup masyarakat kolonial di Batavia pada abad ke-19 dengan pendekatan sosial yang dilihat melalui pakaiannya. Pakaian yang akan dibahas pada tulisaan ini dibagi menjadi : pakaian kerja, pakaian sehari-hari, pakaian pesta dan juga pakaian olaraga. Pada penelitian ini pakaian akan dibahas secara mendetail dari unsur-unsur atau variasi yang berada pada pakaian tersebut. Detail pakaian itu akan menunjukan fungsi, gaya pakaian dan juga life style yang mempengaruhi terhadap perubahaan pakaian orang asing khusunya Eropa di Batavia.

This thesis studies colonial society lifestyle in Batavia, 19th century by social approach observing through the clothes. The clothes which will discussed on the thesis divided into work wear, daily wear, formal wear, and also sport wear. In the research, clothes will be discussed in detail from its elements or variation. Details of the clothes will show the function, the style, and also lifestyle that affect changes of or apparel in Batavia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S61875
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Janah Dwi S.
"Masjid merupakan bangunan tanpa aturan yang kaku sehingga membuat masjid menjadi bangunan yang dinamis. Masjid dapat menunjukkan pengetahuan masyarakat pembuatnya. Melalui Masjid Perempuan diharapkan dapat memperlihatkan ciri khas Masjid Perempuan Yogyakarta dan Surakarta. Penelitian ini membahas tentang Masjid Perempuan Kauman, Yogyakarta dan Masjid Perempuan Keprabon, Surakarta. Analisis dilakukan dengan melakukan kajian perbandingan terhadap Masjid Umum abad 18 dan 20.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa terdapat tujuh ciri yang muncul pada Masjid Perempuan antara lain; berpondasi masif, beratap tumpang, tidak memiliki pawestren atau ruang untuk laki-laki, tidak memiliki mimbar, memiliki bangunan tambahan berupa dapur dan gudang, memiliki ornamen hias kaca es pada pintu atau jendela, dan memiliki kanopi. Melalui kajian terhadap Masjid Perempuan maka tampak bahwa perempuan muslim pada masa itu telah memiliki kedudukan yang kuat dalam masyarakat dan mampu menunjukkan keberadaan dan identitas mereka.

The mosque is a building without the rigid rules that make a mosque to be dynamic building. Mosques can demonstrate knowledge of the society. Through the Women's Mosque is expected to show typical of Woman Mosque at Yogyakarta and Surakarta. This research discusses about the Women's Mosque at Kauman, Yogyakarta and Women's Mosque at Keprabon, Yogyakarta, Surakarta. Analysis is performed by a comparison of the 18th and 20th century Common Mosque.
The results showed that there were seven characteristics that appear in Women's Mosque among others ; has a massive structure, overlapping roof, do not have pawestren or space for men , do not have a pulpit , having additional buildings such as kitchens and warehouses, has stained glass decorative ornament on the door or window, and has a porch gate. Women's Mosque suggests that Muslim women in the past have had a strong foothold in the community and be able to demonstrate the existence and identity."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S53115
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Q. Reynaldo Regent Effendy
"Penelitian ini merupakan upaya rekonstruksi Stasiun Kereta Api Sukabumi, Jawa Barat, pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20 dalam perspektif arkeologi industri. Kajian arkeologi industri adalah salah satu kajian arkeologi yang menekankan interpretasi pada tinggalan industri masa lampau dengan memberikan konteks sosial, ekonomi, dan teknologi. Metode penelitian yang digunakan meliputi pengumpulan data, pengolahan data, analisis data (analisis bentuk dan kontekstual), dan interpretasi. Hasil penelitian ini adalah kegiatan operasional perkeretaapian di dalam Stasiun Kereta Api Sukabumi berdasarkan hubungan keletakan antar bangunan. Pada stasiun ini juga menggambarkan adanya pembagian kelas sosial penumpang. Stasiun ini berperan dalam perantara mobilisasi masyarakat dan distribusi barang serta komoditi perkebunan teh sekitar. Stasiun ini juga andil dalam industri pariwisata di Sukabumi. Keberadaan stasiun ini juga memberikan kemudahan bagi masyarakat pada masa Hindia Belanda yang hendak ke Kota Sukabumi.

This research is an effort to reconstruct the Sukabumi Railway Station, West Java, in the late 19th to early 20th centuries in industrial archaeology perspective. The study of industrial archeology is one of the archaeological studies that emphasizes the interpretation of the industrial heritage of the past by providing social, economic, and technological contexts. The research method used includes data gathering, data processing, data analysis (form and contextual analysis), and interpretation. The results of this study are the railway operational activities in the Sukabumi Railway Station based on the location relationship between buildings. At this station also illustrates the existence of a social class division of passengers. This station has a role in community mobilization and distribution of goods and commodities from surrounding tea plantations. This station also has role in the tourism industry in Sukabumi. The existence of this station made easy for people during the Dutch East Indies era who wanted to go to Sukabumi City.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Laila Abdul Jalil
"Moluccas Islands which is rich of spices has become an appeal for the foreign trades to come make a trades of spices. The first foreign traders who visited the Moluccas Island are muslim Arab traders. The entry of Islam into Jaillolo is marked by the existence of ancient gravestone in the Village of Galala and Gam Lamo. This paper aims to describe the process of entry through the variatons of ancient gravestone in Jailolo. This preliminary study used descriptive method of analysis."
Yogyakarta: Balai Arkeologi D.I Yogyakarta, 2017
930 ARKEO 37:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dzulfiqar Isham
"Perjudian merupakan kegiatan bertaruh atau mempertaruhkan sesuatu yang berharga. Perjudian biasanya melibatkan beberapa faktor penting diantaranya adalah pelaku perjudian, lokasi perjudian, dan kegiatan perjudian itu sendiri. Perjudian pada masa lalu memiliki jejak rekam sejarah melalui prasasti. Prasasti yang menyimpan rekaman sejarah tersebut adalah prasasti sima, selain prasasti sima juga terdapat data pendukung yang lain speerti naskah dan juga relief. Data pendukung tersebut juga memberikan gambaran yang jelas mengenai perjudian pada masa Jawa kuno. Berdasarkan perbandingan data utama dengan isi naskah sastra maka perjudian memang ada dan muncul pada masa Jawa Kuno namun perjudian pada naskah belum ditemui pada prasasti yang sezaman. Teori-teori masuknya budaya dan agama India ke Indonesia tampaknya tidak diikuti oleh masuknya perjudian ke dalam budaya Indonesia. Data etnografi juga menunjukkan bahwa perjudian tradisional yang ada sekarang ini berbeda dengan perjudian di India. Berdasarkan data itu juga memperkuat asumsi bahwa perjudian tradisional seperti sabung ayam, adu kambing, dan adu babi masih berlangsung hingga kini. Bentuk-bentuk perjudian adu hewan yang berlangsung hingga saat ini merupakan usaha dan upaya masyarakat dalam mempertahankannya. Sabung ayam yang bertahan diseluruh pelosok Jawa dan Bali, adu kambing atau domba masih dilestarikan oleh masyarakat Jawa Barat, adu babi masih dilestarikan oleh masyarakat Sumedang dan adu balap burung dara oleh masyarakat Jawa Barat merupakan bentuk budaya yang masih bertahan hingga kini.

Gambling is an activity bet or risking something of value. Gambling usually involves several important factors including the perpetrators of gambling, gambling location, and gambling itself. Gambling in the past has a track record history through inscriptions. Inscriptions keep the historical record is the inscription sima, sima inscription in addition there are also other supporting data speerti script and also relief. The supporting data also provide a clear picture of the future of gambling in ancient Java. Based on comparison of key data to the content of literary texts, the gambling exists and appears in ancient Javanese period but gambling on the manuscript has not been found in contemporary inscriptions. Theories entry of culture and religion of India to Indonesia does not seem to be followed by the entry of gambling into the culture of Indonesia. Ethnographic data also show that the current traditional gambling is different from gambling in India. Based on that data also reinforces the assumption that traditional gambling such as cock fighting, fighting goats, and pigs fighting has continued until now. The forms of gambling animal fights that took place today is a business and community efforts to maintain it. Cockfighting sustained throughout the corners of Java and Bali, fighting goats or sheep are still preserved by the people of West Java, the pig race is still preserved by the people of Soil and race racing pigeons by the people of West Java is a form of culture that still survives to this day."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2015
S61419
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Muhammad Iqbal Al Hafizh
"Jatinegara Mester merupakan salah satu daerah di Jakarta yang pada masa kolonial merupakan sebuah kota metropolitan. Kajian ini membahas tentang persebaran permukiman kolonial di Jatinegara Mester pada abad ke-20 dan faktor-faktor yang membuat kota tersebut berkembang menjadi kota satelit Batavia. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap pola pemukiman Belanda pada masa kolonial sekaligus memberikan data untuk penelitian selanjutnya mengenai Jatinegara. Metode yang digunakan dalam artikel ini didasarkan pada metode penelitian Sharer dan Ashmore yang membagi penelitian arkeologi menjadi beberapa tahapan mulai dari perumusan masalah penelitian hingga penarikan kesimpulan. Penelitian ini memiliki sumber data primer dan sekunder. Sumber data primer didapatkan dari survey bangunan lama di Jatinegara Mester. Sedangkan sumber data sekunder didapatkan dari foto – foto dan peta lama untuk mendapatkan gambaran mengenai Jatinegara Mester pada masa kolonial. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Jatinegara Mester pada masa kolonial membagi wilayahnya menjadi beberapa kawasan seperti kawasan pemukiman, kawasan peribadatan, dan kawasan komersial. Pembagian wilayah ini juga menunjukkan dua karakter yang pemerintah pada masa itu perhatikan dalam mengembangkan kota mereka. Karakter pertama, pengaturan ruang yang menunjukkan adanya perbedaan pada bagian tanah tertentu. Karakteristik kedua, jarak sosial yang diatur antar penduduk. Karakteristik kedua ini memisahkan tempat tinggal penduduk koloni, Tionghoa, dan pribumi. Ditemukan juga beberapa faktor-faktor penyebab perkembangan Jatinegara Mester yang berupa faktor ekonomi, transportasi, politik dan militer, religi, dan geografis.

Jatinegara Mester is an area in Jakarta which during the colonial period was a metropolitan city. This study discusses the distribution of colonial settlements in Jatinegara Mester in the 20th century and factors that made the town grown to became Batavia’s satellite city at one point. This study aims to reveal the pattern of Dutch settlement during the colonial period while at the same time provides data for future reaserch related to Jatinegara. The method used in this article are based on Sharer and Ashmore’s research method which divides archaeological research into several stages from formulation of research problems to drawing conclusions. This study has primary and secondary data sources. The primary data source was obtained from a survey of old buildings in Jatinegara Mester. While the secondary data sources were obtained from old photographs and maps to get an overview of Jatinegara Mester during the colonial period. The results of this study indicate that Jatinegara Mester during the colonial period divided its territory into several areas such as residential areas, worship areas, and commercial areas. This division of territory also shows two characteristics that the government at that time paid attention to in developing their city. The first character is the spatial arrangement that shows the differences in certain parts of the land. The second characteristic is the regulated social distance between residents. This second characteristic separated the residences of the colonists, the Chinese, and the natives. In addition, several factors that caused its development were found, namely economic, transportation, political and military, religion, and geography"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ali Akbar
"Sudah sejak lama diketahui bahwa Jakarta dan sekitarnya banyak terdapat temuan prasejarah seperti tembikar, terakota, beliung persegi, batu serpihan, batu asahan, gelang batu, manik-manik, alat logam, cetakan logam, dan lain-lain. Temuan-temuan tersebut berasal dari penduduk yang umumnya diperoleh di sawah atau ladang mereka. Berdasarkan informasi penduduk itulah maka lokasi temuan dapat diketahui. DMS DKI Jakarta dan PUSLITARKENAS kemudian melakukan penelitian berupa survei dan ekskavasi. Namun, tidak semua lokasi temuan telah diteliti baik berupa survei maupun ekskavasi. Bahkan sebagian besar temuan hasil penelitian arkeologi tersebut, kini tidak dapat dilacak lagi keberadaannya.
Atas dasar itulah, penelitian ini berusaha memilah lokasi-lokasi temuan prasejarah di wilayah ini. Lokasi-lokasi temuan dibagi ke dalam dua kategori yaitu situs permukiman dan bukan situs permukiman. Hasil pemilahan menunjukkan hanya 7 dari 39 lokasi temuan yang dapat dikategorikan sebagai situs permukiman. Kemudian, dari 7 situs permukiman tersebut hanya 4 situs yang temuannya dapat dilacak kembali keberadaannya, yaitu situs Kelapa Dua, Pejaten, Kampung Kramat, dan Buni.
Hasil analisis menunjukkan bentuk-bentuk tembikar yang ada adalah periuk, tempayan, cawan, cawan berkaki, piring, pasu, dan kendi. Teknik pembentukannya adalah teknik tangan, sambung, tatap pelandas, dan roda pemutar. Tahap penyelesaian akhir menggunakan pengupaman, pemberian slip warna merah, dan memberikan hiasan. Hiasan dihasilkan dengan teknik gores, tatap pukul, tekan, gabungan antara teknik tekan dan gores. Hiasan yang dihasilkan adalah garis sejajar, garis tak beraturan, garis silang, tumpal, jala, anyaman, duri ikan, lingkaran memusat, kerang, gabungan garis lengkung dan titik-titik. Mengenai persebarannya terlihat bahwa Kelapa Dua memiliki variasi yang paling sedikit, baik dalam hal bentuk, teknik pembuatan, teknik penyelesaian, teknik bias, dan hiasan. Pejaten dan Kampung Kramat memiliki variasi yang terbanyak. Tembikar dari Kelapa Dua berasal dari masa Bercocok Tanam atau lebih tua dari situs lainnya.
Hasil analisis menunjukkan tidak ada perbedaan yang mutlak antara tingkat porositas dan daya serap air baik terhadap tembikar tipis maupun yang tebaI. Hal tersebut tergantung dari penyelesaian akhir yang dilakukan. Kemudian, komposisi kimia tembikar dari keempat situs adalah sama, yaitu silikat, aluminium, kalsium, magnesium, dan besi dengan kadar yang relatif tidak berbeda. Bahan campurannya pun, yaitu lempung dan pasir berukuran relatif sama. Masyarakat tampaknya telah mempunyai standar tertentu dalam memilih bahan baku dan campurannya.
Sebagian besar situs yaitu Kelapa Dua, Pejaten, Kampung Kramat, Condet, Tanjung Barat, dan Serpong terletak pads satuan Kipas Gunung Api Bogor. Jenis-jenis mineral tanah di satuan ini dan jenis-jenis mineral tembikar dan situs-situs memperlihatkan cukup banyak persamaan. Sungai-sungai yang mengalir dikeenam situs menghasilkan endapan pasir atau lempung. Proses pengendapan ini membuat situs-situs itu mengandung sumber daya bahan untuk membuat tembikar. Tampaknya tembikar dari situs-situs tersebut menggunakan bahan baku yang diambil dari wilayahnya sendiri dan tembikar yang dihasilkan merupakan produksi lokal.
Bentuk atau tipe beliung persegi di wilayah ini ada 3 tipe. Bahan beliung persegi terdiri dari batuan Cheri, Metalimestane, Dacite, Horn fels, Jasper, Siltstone, dan Silisifiedwaod. Berdasarkan peta geologi, Kelapa Dua mengandung sumber bahan haku Cheri, Silisifedwaad, dan Siltstone, Sedangkan Pejaten, Kampung Kramat, dan Buni tidak mengandung batuan untuk pembuatan beliung persegi. Beliung persegi yang terbuat dari Chart, Silistfiedwood, dan Siltstone kemungkinan berasal dari Kelapa Dua. Sedangkan, yang terbuat dari batuan lainnya kemungkinan berasal dari luar wilayah ini. Beliung persegi yang terdapat di Kelapa Dua, Pejaten, dan Kampung Kramat sebagian besar menunjukkan bekas-bekas pemakaian untuk keperluan praktis yakni pengerjaan kayu seperti membuat ukiran kayo. Beliung persegi dari Buni semuanya. masih utuh dan mungkin digunakan untuk alat upacara serta digunakan sebagai hekal kubur.
Artefak logam berasal dari Pejaten, Kampung Kramat, dan Buni. Sedangkan, Kelapa Dua tidak mengandung artefak logam. Hasil analisis menunjukkan terdapat artefak besi dan perunggu di Pejaten serta terak logam di Kampung Kramat dan Buni. Di Pejaten dan Kampung Kramat terdapat temuan yang mengindikaslkan aktivitas pembuatan alat logam. Namun, berdasarkan keadaan geologi, wilayah ini tidak mengandung bahan baku untuk pembuatan alat logam.
Mengenai hubungan antara situs dan keadaan lingkungan alamnya terlihat bahwa iklim di wilayah ini relatif nyaman. Situs-situs umumnya terletak pada satuan morfologi yang banyak mengandung rempah-rempah gunung api dan membuat tanah menjadi subur. Sehingga, berbagai Penis flora dan fauna yang dibutuhkan manusia, dapat hidup dan berkembang dengan baik di wilayah ini.
Berdasarkan temuan dan keadaan lingkungan alamnya, situs-situs di wilayah ini terdiri atas 3 tipe. Tipe 1 yaitu Kelapa Dua dari masa Bercocok Tanam dan terdapat di bagian pedalaman Aktivitas di sites ini adalah perbengkelan beliung persegi tahap awal sampai akhir. Beliung persegi tersebut kemudian didisiribusikan ke situs lain yang berada di utara Kelapa Dua. Pejaten, Kampung Kramat, Condet, Tanjung Barat, dan Serpong tergolong Tipe 2 dari masa Barcacok Tanam dan terus berlanjut sampai Perundagian. Situs-situs itu terdapat di bagian tengah wilayah penelitian ini. Aktivitas yang terjadi di sini adalah perbengkelan beliung persegi tahap pembentukan dan penyelesaian akhir serta perbengkelan logam. Situs Tipe 3 yaitu Buni dari masa Perundagian dan terdapat di dekat pantai. Aktivitas yang terjadi di sini adalah sebagai tempat pertemuan atau interaksi antara masyarakat yang tinggal di sites ini dengan masyarakat lain dari luar situs.
Situs-situs permukiman prasejarah di wilayah ini menunjukkan suatu model bahwa pada awalnya permukiman ditempatkan pads suatu daerah yang mengandung bahan bake untuk membuat artefak. Kriteria itu hares dipenuhi, meskipun daerah yang mengandung bahan baku tersebut terietak di pedalaman_ Pada masa berilcutnya penempatan situs lebih mempertimbangkan faktor kemudahan berinteraksi dengan daerah luar. Sehingga, masyarakat pada masa itu lebih memilih daerah pantai, walaupun daerah ini miskin sumber bahan bake pembuatan artefak. Namun, suatu hal yang tidak berubah adalah perilaku masyarakat untuk tetap memilih daerah yang dekat aliran sungai."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2002
T546
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Once Britain had become separated from the European mainland in the seventh millennium BC, Mesolithic stone tool traditions on opposite sides of the newly formed Channel embarked upon different directions of development. Patterns of cross-Channel contact have been difficult to decipher in this material, prior to the expansion of farming (and possibly farmers) from northern France at the beginning of the fourth millennium BC. Hence the discovery of Late Mesolithic microliths of apparently Belgian affinity at the western extremity of southern Britain—in the Isles of Scilly—comes as something of a surprise. The find is described here in detail, along with alternative scenarios that might explain it. The article is followed by a series of comments, with a closing reply from the authors."
300 ANT 89 (346) 2015
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>