Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 23366 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mella Camelia
"Pertidaksamaan Hadamard adalah pertidaksamaan yang dibentuk oleh integral Riemann suatu fungsi konveks pada interval tertutup dengan integrasi numerik aturan titik tengah dan aturan trapesium. Hasil pengembangan dari pertidaksamaan Hadamard untuk fungsi terturunkan dan perkalian dua fungsi disebut pertidaksamaan tipe Hadamard. Studi literatur ini bertujuan untuk mempelajari beberapa pertidaksamaan tipe Hadamard berkaitan dengan fungsi-konveksi.

Hadamard's inequality is formed by Riemann integral form of convex function and its approximation rules by using midpoint rule and trapezoidal rule. The extension of Hadamard?s inequality for differentiable function and products of two functions is called Hadamard type. This study of literature is studying about the Hadamard type inequalities based on s-convexity.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S62571
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susi Lestari
"Pertidaksamaan Hermite-Hadamard merupakan pertidaksamaan yang melibatkan integral yang berlaku pada fungsi konveks. Pertidaksamaan Hermite-Hadamard-Fej r merupakan perumuman dari pertidaksamaan Hermite-Hadamard dengan memberi bobot sebuah fungsi dengan syarat-syarat tertentu. Pengembangan dari pertidaksamaan Hermite-Hadamard-Fej r selanjutnya dapat berupa perumuman dari pertidaksamaan tersebut yang berlaku untuk integral fraksional. Pada penelitian ini dibahas mengenai bentuk-bentuk pertidaksamaan tipe Hermite-hadamard-Fej r yang berlaku untuk fungsi terturunkan dengan mutlak dari fungsi turunannya konveks melalui integral fraksional Riemann-Liouville. Penelitian ini merupakan studi literatur dari hasil yang sudah ada. Pertidaksamaan pada hasil yang diperoleh menunjukkan eksistensi dari pertidaksamaan tipe Hermite-Hadamard yang berlaku untuk jenis fungsi yang sama.

Hermite Hadamard inequality is an integral inequality holds for convex function. Hermite Hadamard Fej r inequality is the generalization of Hermite Hadamard inequality by giving a weight such a function with certain criterions. The next developed version of Hermite Hadamard Fej r inequality might be it's generalization holds for fractional integral. This study is about Hermite Hadamard Fej r type inequalities for differentiable mappings whose derivatives in absolute value are convex via fractional integral. This research is literature study by results that already exist. The obtained inequalities provided existence of Hermite Hadamard type inequalities for the same type functions.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S66648
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Moch. Taufik Hakiki
"Fungsi konveks merupakan salah satu topik di analisis yang berkaitan erat dengan teori pertidaksamaan. Lebih lanjut, definisi fungsi konveks memiliki perluasan, yaitu fungsi s-konveks jenis pertama dan jenis kedua, untuk s elemen 0,1] tetap. Fungsi konveks berkaitan dengan pertidaksamaan Hermite-Hadamard-Fejer, yangmerupakan pertidaksamaan integral yang melibatkan fungsi konveks. Pengembangan lebih lanjut dari pertidaksamaan tersebut dilakukan dengan melibatkan fungsi s-konveks dan juga melalui konsep integral fraksional. Dalam skripsi ini dibahas bentuk-bentuk pertidaksamaan tipe Hermite-Hadamard-Fej ryang berlaku untuk fungsi s-konveks jenis kedua melalui integral fraksional Riemann-Liouville. Dari hasil tersebut diperoleh hubungan antara pertidaksamaan yang diperoleh dengan pertidaksamaan yang sama untuk fungsi konveks.

The convex function is one of the topics in mathematics that is closely related to the theory of inequality. Furthermore, the definition of convex function has an extension which is the first and second kind of s convex function, for fixed s elemen 0,1 . Convex function has a relation to the Hermite Hadamard Fejerinequality, which is an integral inequality involving a convex function. Further development of these inequalities involves the s convex function and also through the concept of fractional integral. In this study, we discuss theHermite Hadamard Fej r type inequality that applies to the second kind of s convex function via the Riemann Liouville fractional integral. From these results, the relationship between these inequalities with the same type of inequality for convex function, are obtained.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S68660
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pradanny Wicaksono
"Ketaksamaan Hermite-Hadamard pada integral Riemann adalah ketaksamaan yang dibentuk oleh integral Riemann suatu fungsi konveks dengan kuadratur yang menggunakan aturan titik tengah dan aturan trapesium. Integral Riemann-Stieltjes merupakan bentuk yang lebih umum dari integral Riemann. Studi literatur ini bertujuan mempelajari bentuk ketaksamaan Hermite-Hadamard pada integral Riemann-Stieltjes dengan integran berupa fungsi konveks yang memiliki turunan ke-dua dan integrator berupa fungsi monoton naik. Selain itu, dalam studi literatur ini dicari bentuk suku galat dari kuadratur yang mengaproksimasi bentuk integral Riemann-Stieltjes. Lebih lanjut, dalam studi literatur ini ditunjukkan bahwa kuadratur, suku galat dan ketaksamaan Hermite-Hadamard pada integral Riemann-Stieltjes dapat direduksi menjadi bentuk kuadratur, suku galat dan ketaksamaan Hermite-Hadamard pada integral Riemann.

Hermite-Hadamard?s inequality for Riemann integral is formed by Riemann integral form of convex function and quadrature rules obtain by using midpoint rule and trapezoidal rule. Riemann-Stieltjes integral form is a generalization of Riemann integral. This literature study studies about the Hermite-Hadamard?s inequality for the Riemann-Stieltjes integral with a convex function integrand that is twice differentiable and an increasing integrator. Additionally, this literature study finds error term of quadrature that approximate the Riemann-Stieltjes integral. Moreover, this literature study shows that quadrature, error term and Hermite-Hadamard?s inequality for the Riemann-Stieltjes integral can be reduced to the quadrature, error term and Hermite-Hadamard?s inequality for the Riemann integral."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
S57898
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rani Fransiska
"Pertidaksamaan Ostrowski adalah suatu pertidaksamaan integral untuk fungsi yang kontinu dan turunannya terbatas Pertidaksamaan tipe Ostrowski adalah hasil pengembangan dari pertidaksamaan Ostrowski yang dapat digunakan untuk mengetahui batas error dari suatu integrasi numerik Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari beberapa pertidaksamaan tipe Ostrowski dan batas error yang diperoleh Fungsi yang digunakan adalah fungsi yang turunan pertamanya kontinu variasi terbatas kontinu mutlak dan fungsi Lipschitz Selain itu dalam penelitian ini juga dilakukan simulasi sederhana dari beberapa fungsi untuk melihat batas error dan kesesuaiannya dengan teori yang ada.

Ostrowski`s inequality is an integral inequality for continuous functions and its derivative is bounded Ostrowski type inequalities is developed from Ostrowski`s inequality and it can be used to determine the error bound in numerical integration This research is studying about the Ostrowski type inequalities and its error bound especially for continuous function of bounded variation absolutely continous function and Lipschitz function Beside of that there is a simple simulation for some functions to get the error bound and check the compatibility with the theory."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S44971
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rissa Ummy Setiani
"Maen pukulan merupakan budaya Betawi yang mengandung unsur olah raga, budaya, spiritual, dan bela diri. Ia merupakan warisan yang hidup pada masyarakat Betawi serta Jakarta dan sekitarnya. Satu aliran maen pukulan yang relatif lama, eksis, dan populer pada masa kini ialah Beksi Tradisional H. Hasbullah. Tujuan penelitian ini ialah mengkaji penggunaan memori kolektif pada perguruan maen pukulan Beksi Tradisional H. Hasbullah sebagai bagian dari budaya masyarakat Betawi dilihat dari sistem pewarisan dan pengelolaan perguruan pada masa kini. Pada perguruan tersebut, memori yang terpelihara terbagi menjadi memori individu yang teraplikasi pada guru maen pukul dan memori kolektif yang terdapat pada komunitas. Menggunakan tiga teori mengenai memori kolektif oleh Rubin, Bernecker, dan Halbwachs ditemukan bahwa maen pukulan Beksi Tradisional H. Hasbullah berkembang menggunakan memori kolektif para guru, murid, serta masyarakat yang menanggap pertunjukan Beksi. Ditemukan pula memori individu guru membentuk pola pewarisan yang ia pilih bagi muridnya serta tipe pengelolaan yang digunakan dalam kepengurusan perguruan. Memori kolektif berperan pada pertunjukan yang mengandung Beksi di dalamnya. Memori menjadi panduan ketika terjadi perbedaan walau di sisi lain, memori yang tereduksi menyebabkan terjadinya pengerucutan pakem pertunjukan. Penelitian ini menunjukkan pentingnya peran memori kolektif untuk eksistensi dan perkembangan maen pukulan di masa depan.

Maen pukulan is a part of Betawinese tradition that contains sport, cultural, spiritual, and martial arts elements. It is a living heritage among Betawinese community and is found in Jakarta and its surrounding areas. A relatively old school of maen pukulan which still exists and popular today is the H. Hasbullah’s Traditional Beksi. This research aims to investigate the use of collective memory in the current Maen Pukulan Beksi Traditional H.Hasbullah schools as a part of Betawinese culture related to its cultural inheritance pattern and management. At the maen pukulan schools, there are two types of preserved memory. The first is individual memory which is applied by the maen pukulan gurus and the second is collective memory which is found among the community. Using three theories about collective memory by Rubin, Bernecker, and Halbwachs, it is found that the traditional maen pukulan Beksi of H. Hasbullah has developed through the collective memory of the gurus, students, and the publics who perceive the Beksi performance. It is also found that individual memory of the gurus forms an inheritance pattern which they choose for their students and the type of management use at the maen pukulan school organisation. Collective memory has its role in the performance that contains Beksi in it. The memory, on the one hand, becomes their guide when there is a dispute about Beksi. On the other hand, reduced memory has caused some changes and reduction, along with the continuity in the maen pukulan Beksi performance. This research shows the important role of collective memory in maintaining the existence and development of maen pukulan in the future.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indoneisa, 2017
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ikhwan
"ABSTRAK
Latar belakang: Fungsi dari tuba Eustachius (TE) adalah ventilasi, proteksi, dan pembersihan telinga tengah. Disfungsi TE berperan penting pada patogenesis terjadinya kasus otitis media, sehingga hasil pengobatan dan prognosis kasus ini sangat bergantung pada fungsi TE yang adekuat yang pada akhirnya dapat mempengaruhi angka keberhasilan rekonstruksi telinga tengah. Data penelitian mengenai fungsi ventilasi TE masih sangat diperlukan untuk menunjang keberhasilan terapi dan operasi pada kasus OMSK. Tujuan : Mendapatkan gambaran fungsional ventilasi TE pada pasien OMSK tipe aman dan subjek non otitis media serta mendapatkan modalitas lain untuk mengukur fungsi ventilasi TE pada pasien dengan membran timpani utuh maupun perforasi. Metode: Penelitian comparative cross sectional pada 36 subjek telinga OMSK tipe aman dan 80 telinga subjek non otitis media dengan sonotubometri dan dinilai parameter jumlah frekuensi pembukaan, peningkatan amplitudo, dan durasi pembukaan. Hasil : Gangguan fungsi ventilasi TE lebih banyak didapatkan pada kelompok OMSK tipe aman (47%) dibandingkan kelompok non otitis media (18,75%). Terdapat perbedaan bermakna (p=0,002) antara fungsi ventilasi TE subjek OMSK tipe aman dengan subjek non otitis media, dimana subjek OMSK tipe aman dapat mengalami gangguan fungsi ventilasi TE 3,88 kali lebih besar dibandingkan dengan subjek non otitis media. Kesimpulan : Pasien OMSK tipe aman lebih berpotensi mengalami gangguan fungsi ventilasi TE dibandingkan subjek non otitis media

ABSTRACT
Background : The function of the Eustachian tube (ET) is ventilation, protection and cleaning of the middle ear. TE dysfunction plays an important role in the pathogenesis of otitis media cases, so that the treatment and prognosis of these cases is very dependent on adequate TE function that can ultimately affect the success rate of middle ear reconstruction. Data research on ventilation ET function is needed for the success of the therapy and surgery in the case of chronic suppurative otitis media (CSOM) Objective : To determine ventilation ET function on benign type chronic suppurative otitis media and non otitis media subject and get another modality to measure ventilation function TE in patients with intact and perforated tympanic membrane. Methods : Comparative Cross-sectional study in 36 subjects benign type CSOM and 80 non otitis media subjects with sonotubometry and rated parameter number of frequencies opening, increasing the amplitude and duration of the opening ET. Results : Malfunctioning ventilation ET function more obtained at benign type CSOM (47%) than among non otitis media subjects (18.75%). There is a significant difference (p = 0.002) ventilation ET function between benign type CSOM subject and non otitis media subject, where the benign type CSOM subject may be malfunctioning ventilation ET function 3.88 times larger than the non otitis media subjects. Conclusion : Patients with benign type potentially have malfunctioning ventilation ET function than non otitis media subjects."
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yoshua Iskandar
"Latar belakang: Gagal jantung merupakan beban baik dalam hal prognostik maupun sosial ekonomi. Gagal jantung dan diabetes melitus tipe 2 (DMT2) saling mempengaruhi luaran klinis pasien. Empagliflozin, suatu penghambat SGLT2, merupakan agen antihiperglikemia baru yang terbukti dapat menurunkan mortalitas dan hospitalisasi akibat gagal jantung. Beberapa mekanisme efek proteksi empagliflozin terhadap kardiovaskular telah dibuktikan melalui studi pada hewan. Empagliflozin memiliki efek meningkatkan fungsi sistolik ventrikel kiri pada hewan coba. Namun efek Empagliflozin terhadap fungsi sistolik intrinsik ventrikel kiri pada pasien DMT2 dengan gagal jantung belum diketahui.
Tujuan: Mengetahui pengaruh pemberian Empagliflozin terhadap fungsi sistolik intrinsik ventrikel kiri pada pasien DMT2 dengan gagal jantung
Metode: Penelitian ini merupakan uji klinis acak tidak tersamar yang dilakukan di poliklinik Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita (RSJPDHK) pada pasien DMT2 dengan gagal jantung. Kelompok yang mendapat Empagliflozin 10 mg selama 3 bulan dibandingkan terhadap kelompok kontrol dengan terapi standar. Dilakukan pemeriksaaan global longitudinal strain (GLS) dengan speckle tracking echocardiography (STE) sebelum dan setelah terapi diberikan.
Hasil: Total terdapat 41 pasien menyelesaikan penelitian (21 kelompok empagliflozin, 20 kelompok kontrol). Setelah 3 bulan follow up, nilai GLS kelompok empagliflozin cenderung tetap (rerata perubahan GLS 0,06%), sedangkan pada kelompok kontrol terdapat perburukan nilai GLS dengan rerata 1,5%, perbedaan kedua kelompok bermakna secara statistik (p 0,04).
Kesimpulan: Terdapat perbedaan perubahan fungsi sistolik intrinsik ventrikel kiri setelah pemberian empagliflozin pada pasien diabetes melitus tipe 2 dengan gagal jantung dibandingkan terapi standar.

Background: Heart failure is a burden both in terms of prognostic and socio-economic. Heart failure and type 2 diabetes mellitus (T2DM) have a strong relationship in influencing patient s clinical outcome. Empagliflozin, an SGLT2 inhibitor, is a new antihyperlglycemic agent that has been shown to reduce mortality and hospitalization due to heart failure. Several mechanisms of cardioprotective effect of empagliflozin have been demonstrated in animal studies. Empagliflozin has proven to increase left ventricular systolic function in animal study. However, its effect on left ventricular intrinsic systolic function in T2DM patients with heart failure is unknown.
Objectives: Knowing the effect of empagliflozin on left ventricular intrinsic systolic function in T2DM patients with heart failure.
Methods: This is a randomized, open label, clinical trial, which was conducted at National Cardiovascular Center Harapan Kita (NCCHK) hospital outpatient clinic. The group who received 10 mg empagliflozin for 3 months was compared with control group. Global longitudinal strain (GLS) by speckle tracking echocardiography was examined before and after therapy was given.
Results: A total of 41 patients completed the study (21 in empagliflozin group, and 20 in control group). After 3 months of follow-up, the GLS in empagliflozin group remained constant (mean changes in GLS was 0.06%), whereas in the control group there was a deterioration in GLS with an average of 1.5%, the difference between the two groups was statistically significant (p 0.04).
Conclusion: There is a difference in left ventricular intrinsic systolic function after administration of empagliflozin in T2DM patients with heart failure compared to standard therapy.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T59207
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abu Rachman
"Obat antidiabetes yang paling banyak diresepkan di Puskesmas Indonesia adalah metformin atau kombinasi metformin dan sulfonilurea. Studi tentang metformin telah menunjukkan berbagai dampak penurunan kognitif pada pasien dengan diabetes mellitus tipe 2, sedangkan sulfonilurea telah terbukti mengurangi dampak ini. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan dampak metformin dan metformin-sulfonilurea pada fungsi kognitif dan menentukan faktor apa yang mempengaruhinya. Studi potong lintang ini dilakukan di Puskesmas Pasar Minggu dengan melibatkan 142 pasien diabetes melitus tipe 2 yang mengonsumsi metformin atau metformin-sulfonilurea selama >6 bulan dan usia >36 tahun. Fungsi kognitif dinilai menggunakan kuesioner Montreal Cognitive Assessment versi bahasa Indonesia. Efek dari metformin dan metformin-sulfonylurea pada penurunan kognitif tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan, bahkan setelah mengontrol kovariat (aOR = 1,096; 95% CI =  13.008px;">0,523–2,297; nilai-p = 0,808). Analisis multivariat menunjukkan usia (OR = 4,131; 95% CI = 1,271–13,428; nilai-p = 0,018) dan pendidikan (OR = 2,746; 95% CI = 1.196–6.305; nilai-p = 0,017) mempengaruhi fungsi kognitif. Pendidikan yang lebih rendah dan usia yang lebih tua cenderung menyebabkan penurunan kognitif, tenaga kesehatan didorong untuk bekerja sama dengan ahli kesehatan masyarakat untuk mengatasi faktor risiko fungsi kognitif ini.

The most prescribed antidiabetic drugs in Indonesian primary health care are metformin or a combination of metformin and sulfonylurea. Studies on metformin have shown various impacts on cognitive decline in patients with type 2 diabetes mellitus, whereas sulfonylurea has been shown to reduce this impact. This study aimed to compare the impacts of metformin and metformin-sulfonylurea on cognitive function and determine what factors affected it. This crosssectional study was conducted at Pasar Minggu Primary Health Care involving 142 type 2 diabetes mellitus patients taking metformin or metformin-sulfonylurea for >6 months and aged >36 years. Cognitive function was assessed using the validated Montreal Cognitive Assessment Indonesian version. The effects of metformin and metformin-sulfonylurea on cognitive decline showed no significant difference, even after controlling for covariates (aOR = 1.096; 95% CI = 0.523–2.297; p-value = 0.808). Multivariate analysis showed age (OR = 4.131; 95% CI = 1.271–13.428; p-value = 0.018) and education (OR = 2.746; 95% CI = 1.196–6.305; p-value = 0.017) affected cognitive function. Since a lower education and older age are likely to cause cognitive decline, health professionals are encouraged to work with public health experts to address these risk factors for cognitive function."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agil Bredly Musa
"Hingga saat ini, belum ada penanda biologis yang menggambarkan kondisi penyakit ginjal kronik (PGK) akibat diabetes melitus (DM) sejak dini. Studi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara rasio albumin kreatinin urin (Urine Albumin Creatinine Ratio, UACR) dengan laju filtrasi glomerulus yang diestimasi (estimated Glomerular Filtration Rate, eGFR) sebagai penanda gangguan fungsi ginjal pada pasien DM tipe 2 RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Sampel urin dan serum diambil dari 18 subjek sehat dan 10 pasien DM tipe 2. Metode spektrofotometri digunakan untuk mengukur kadar albumin urin, kreatinin urin dan kreatinin serum. Data lain diperoleh dari kuesioner.
Hasilnya, nilai eGFR pasien DM (68,85 ± 15,36 (Cockroft); 73,94 ± 16,30 (CKD-EPI)) lebih rendah dibandingkan dengan subjek sehat (90,51 ± 15,69, p < 0,01 (Cockcroft); 91,13 ± 21,21, p < 0,05 (CKD-EPI)), sedangkan nilai UACR pasien DM (314,99 ± 494,92) lebih tinggi dibandingkan dengan subjek sehat (0,48 ± 0,75, p < 0,01). Namun, tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara UACR dengan eGFR pasien DM.

Until now, no biological marker that describes the condition of chronic kidney disease (CKD) due to diabetes mellitus (DM) from the outset. This study aimed to determine the relationship between urine albumin creatinine ratio (UACR) with estimated Glomerular Filtration Rate (eGFR) as a marker of renal dysfunction at type 2 diabetes mellitus patients at RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Urine and serum samples taken from 18 healthy subjects and 10 type 2 diabetic patients. Spectrophotometric methods used to measure levels of urinary albumin, urinary creatinine and serum creatinine. Other data obtained from questionnaires.
Results, eGFR values were lower in DM patients (68.85 ± 15.36 (Cockroft); 73.94 ± 16.30 (CKD-EPI)) compared with healthy subjects (90.51 ± 15.69, p < 0.01 (Cockcroft); 91,13 ± 21,21, p < 0,05 (CKD-EPI)), while the value of UACR in DM patients (314.99 ± 494.92) was higher than healthy subjects (0.48 ± 0.75, p < 0.01). However, there was no significant correlation between UACR with eGFR of DM patients.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42858
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>