Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 96044 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Riza Harmain
"Penelitian ini dilakukan di Desa Datarnangka, Kecamatan Sagaranten, Kabupaten Sukabumi yang memiliki pengrajin batu mulia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola sebaran pengrajin batu mulia, daerah asal bahan batu mulia, tujuan distribusi batu mulia dan kualitas batu mulia. Metode yang digunakan adalah analisis tetangga terdekat terkait sebaran pengrajin batu mulia serta analisis deskriptif terkait daerah asal bahan batu mulia, daerah tujuan distribusi batu mulia dan kualitas batu mulia. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa persebaran pengrajin batu mulia di Desa Datarnangka menunjukkan pola mengelompok karena keberadaan pengrajin yang terhubung dengan permukiman. Sedangkan daerah asal bahan batu mulia terbagi atas skala lokal, skala regional dan skala nasional. Daerah tujuan distribusi batu mulia terbagi atas skala lokal, skala regional, skala nasional dan skala internsional. Kualitas batu mulia terbagi atas warna batu mulia, motif batu mulia, bentuk batu mulia dan tingkat kekerasan batu mulia.

The research is located in Datarnangka Village, Sagaranten Sub-District, Sukabumi Regency which is have gemstone craftsmans. The research aims to acknowledge the pattern of spatial dissemination of gemstone craftsmans, gemstone origins, distribution aims and gemstone qualities. The research methods is by using nearest neighbor analysis related to the dissemination of gemstone craftsmans and by using descriptive analysis related to gemstone origins, distribution aims and also gemstone qualities. The research output is the spatial dissemination of craftsmans in Datarnangka Village shows the clustered pattern due to the craftsmans existence connected to the settlements. Gemstone origins are divided into local, regional and national. Distribution aims are divided ito local, regional, national dan international. Gemstone qualities are divided into color, motive, shape and hardness level."
2016
S62724
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Misbahul Hayat Fathul Husni
"Indonesia memiliki kekayaan sumber daya geologi yang sangat beragam mulai dari bahan galian radioaktif, bahan galian non logam, bahan galian logam, dan bahan tambang lainnya. Salah satu sumber daya geologi yang terdapat hampir di semua pulau Indonesia adalah batu gamping, potensi batu gamping di Indonesia sangat besar dan tersebar hampir merata di seluruh kepulauan Indonesia. Salah satu daerah yang memiliki potensi tersebut adalah Desa Padabeunghar, wilayah ini menjadi fokus penelitian karena memiliki banyak wilayah izin usaha untuk pertambangan gamping dengan komoditas bahan industri yang berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat potensi sebaran batu gamping dan karakteristik wilayah dari tingkatan potensi sebaran batu gamping. Penelitian ini menggunakan 4 variabel diantaranya adalah mineral karbonat, indeks kerapatan vegetasi, tutupan lahan, dan kelas litologi yang dilakukan pengolahan data menggunakan penginderaan jauh dan sisitem informasi geografis, hasil pengolahan tersebut dilakukan validasi lapangan dengan peninjauan karakteristik wilayah dari survey lapangan untuk mengetahui karakteristik wilayah di wilayah sebaran potensi tersebut. Hasil penelitian menunjukan bahwa Desa Padabeunghar memiliki tingkat potensi sebaran yang sedang dengan batuan gamping ditemukan pada karakteristik tutupan lahan berupa semak belukar dan hutan.

Indonesia has a wealth of geological resources that are very diverse, ranging from radioactive minerals, non-metallic minerals, metallic minerals, and other mining materials. One of the geological resources found in almost all Indonesian islands is limestone, the potential for limestone in Indonesia is very large and is spread almost evenly throughout the Indonesian archipelago. One area that has this potential is Padabeunghar Village, this area is the focus of research because it has many business license areas for limestone mining with different industrial material commodities. This study aims to determine the level of potential distribution of limestone and regional characteristics of the level of potential distribution of limestone. This study uses 4 variables including carbonate minerals, vegetation density index, land cover, and lithology class. Data processing is carried out using remote sensing and geographic information systems. the potential distribution area. The results showed that Padabeunghar Village has a medium distribution potential level with limestone found in land cover characteristics in the form of shrubs and forests."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
RR. Widiastuti KR.
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1985
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfirda Zahra Cesarah
"Indonesia sebagai salah satu negara yang terletak di pertemuan lempeng tektonik aktif dan jalur pegunungan aktif mengakibatkan Indonesia memiliki kerentanan tinggi terhadap bencana, salah satunya adalah tanah longsor. Salah satu wilayah yang memiliki potensi longsor tinggi yaitu Desa Sukakersa, Kecamatan Parakansalak karena lokasinya berada di wilayah perbukitan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kerawanan Desa Sukakersa terhadap bencana tanah longsor dengan memperhatikan unsur penggunaan lahan yang berfokus pada wilayah permukiman serta menganalisis lokasi-lokasi yang memiliki tingkat kerentanan tinggi akan bencana tanah longsor dengan memperhatikan aspek sosial seperti karakteristik penduduk di Desa Sukakersa.
Data yang digunakan untuk menganalisis kerawanan dan kerentanan Desa Sukakersa terhadap bencana longsor adalah data primer berupa titik-titik longsor pada tahun 2021 dan data sekunder berupa data lereng, curah hujan, jenis batuan, jenis tanah, usia penduduk rentan, tutupan lahan, dan lokasi permukiman. Data-data tersebut diskoring dan dioverlay sehingga menghasilkan peta potensi longsor menggunakan Indeks Storie dan peta bahaya longsor. Peta hasil pengolahan tersebut dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui lokasi yang memiliki tingkat kerentanan dan kerawanan tinggi terhadap bencana longsor.
Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data didapatkan bahwa tingkat rawan longsor di Desa Sukakersa terdiri atas tingkat rawan sedang dan rawan tinggi dengan didominasi oleh tingkat kerawanan tinggi. Desa Sukakersa memiliki tingkat kerentanan yang terdiri atas kerentanan tinggi dan sedang. Tingkat kerentanan tinggi lebih mendominasi jika dibandingkan dengan tingkat sedang. Wilayah rentan longsor terletak terpusat di bagian tengah dan Selatan, dikarenakan wilayah bagian Utara merupakan kawasan Hutan Lindung Halimun Salak yang memang tidak diperuntukkan sebagai lokasi permukiman.

Indonesia, as one of the countries located at the meeting point of active tectonic plates and active mountain ranges, is highly vulnerable to disasters, one of which is landslides. One area with a high potential for landslides is Sukakersa Village, Parakansalak Subdistrict, due to its hilly location. This study aims to analyze the vulnerability of Sukakersa Village to landslide disasters by focusing on land use elements in residential areas and analyzing locations with high vulnerability to landslide disasters, considering social aspects such as the characteristics of the population in Sukakersa Village.
The data used to analyze the vulnerability of Sukakersa Village to landslide disasters are primary data consisting of landslide points in 2021 and secondary data, including slope data, rainfall, rock types, soil types, age of vulnerable population, land cover, and settlement locations. These data are scored and overlaid to produce a landslide potential map using the Storie Index and a landslide hazard map. The processed map is analyzed descriptively to identify locations with high vulnerability and susceptibility to landslide disasters.
Based on the data processing and analysis results, it is found that the susceptibility to landslides in Sukakersa Village consists of moderate and high susceptibility levels, dominated by high vulnerability levels. In terms of distribution, the lowest potential level is mostly located in the northern part, while areas with moderate and high potential are mostly found in the central and southern parts of Sukakersa Village. Additionally, Sukakersa Village indicating a combination of high and moderate vulnerability. High vulnerability dominates over moderate vulnerability. The landslide-prone areas are concentrated in the central and southern parts because the northern part is a protected forest area, Halimun Salak Forest Reserve, which is not designated for settlement.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Selvi Lestari
"Padi (Oryza Sativa, sp.) Merupakan komoditas pangan utama masyarakat Indonesia. Secara umum, Indonesia memiliki beberapa varietas tanaman padi yang ditanam secara selektif oleh petani untuk meningkatkan nilai produktivitas tanaman padi. Tercatat pada 2019, Cidahu memiliki nilai produksi padi relatif tinggi yakni 20.721 ton. Salah satu cara yang efektif untuk memantau tanaman padi adalah dengan memanfaatkan teknologi penginderaan jauh, baik citra radar maupun optik. Dataset radar dan optik sangat potensial untuk diterapkan di wilayah tropis dan sub tropis yang rawan tutupan awan sehingga kombinasi keduanya saling melengkapi dalam meningkatkan akurasi klasifikasi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis fenologi spasial tanaman padi, memetakan pola sebaran varietas padi, dan menganalisis pola spasial produktivitas tanaman padi menggunakan citra Sentinel-1 dan Sentinel-2 di Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi. Kombinasi polarisasi SAR dan indeks vegetasi dari citra optik digunakan untuk menentukan tahapan tanam padi, yang selanjutnya menjadi pedoman dalam identifikasi varietas dan produktivitas padi. Tahapan padi dikategorikan menjadi persiapan lahan, vegetatif, generatif, dan maturatif. Hasil panen dari 3.443 hektar luas panen adalah 20.000-21.000 ton per hektar.

Paddy (Oryza Sativa, sp.) is the main food commodity of most Indonesian. Generally, Indonesia has several rice crop varieties, which selectively planted by farmers to increase the value of rice crop productivity. Recorded in 2019, Cidahu has a relatively high value of paddy rice production of 20,721 tons. One effective way of monitoring rice crops is by utilizing remote sensing technology, both radar and optical imagery. Radar and optical datasets are very potential to be applied in tropical and sub-tropical regions, which are prone to cloud-cover so that the combination of the two complement each other in increasing the accuracy of classification. This study aims to analyze the spatial phenology of paddy, map the distribution patterns of paddy rice varieties, and analyze the spatial patterns of rice crop productivity using Sentinel-1 and Sentinel-2 imageries in Cidahu sub-district, Sukabumi Regency. The combination of polarization from SAR and vegetation index from optical images are used to determine the planting stages of paddy, which then serves as a guide for the identification of rice varieties and productivity. The paddy stages are categorized into land preparation, vegetative, generative, and maturative. The yield from the 3,443 hectares of harvested area is 20,000-21,000 tons per hectare."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadli Dharma Yudha
"Kemiskinan merupakan masalah yang masih menjadi fokus utama di berbagai negara khususnya Indonesia. Kemiskinan suatu daerah berbeda dengan daerah lainnya. Permasalahan mengenai ketepatan bantuan penerima masih menjadi masalah karena metode dan tidak adanya kriteria yang efektif. Desa Sukakersa merupakan desa yang mempunyai laju pertumbuhan penduduk tertinggi di Kecamatan Parakansalak yaitu 1,79% per tahun 2010-2020. Oleh sebab itu, diperlukan database yang dapat mengumpulkan dan mengelola data kependudukan untuk membantu menentukan karakteristik rumah tangga miskin. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola spasial peringkat karakteristik rumah tangga berdasarkan pemeringkatan menggunakan metode SAW dan SIG. Hasil penelitian ini menunjukan terdapat tiga karakteristik rumah tangga di Desa Sukakersa yaitu Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) sebanyak 24%, Rumah Tangga Miskin (RTM) 60%, dan Rumah Tangga Tidak Miskin (RTTM) 16%. Berikutnya, pola spasial karakteristik rumah tangga di Desa Sukakersa dapat diketahui melalui tingkat aksesibilitas. Jumlah karakteristik rumah tangga di Desa Sukakersa dominan berada pada tingkat aksesibilitas sedang dengan persentase 63% dari total 94 rumah tangga. Selain itu juga menunjukan bahwa karakteristik rumah tangga tidak dipengaruhi oleh tingkat aksesibilitas, di mana setiap tingkatan aksesibilitas didominasi oleh karakteristik rumah tangga miskin (RTM).

Poverty is a problem that is still the main focus in various countries, especially Indonesia. Poverty of a region is different from other areas. The problem regarding the accuracy of beneficiary assistance is still a problem due to the lack of effective methods and criteria. Sukakersa Village is a village that has the highest population growth rate in Parakansalak District, namely 1.79% per year 2010-2020. Therefore, a database is needed that can collect and manage population data to help determine the characteristics of poor households. This study aims to analyze the spatial pattern of ranking household characteristics based on ranking using the SAW and GIS methods. The results of this study indicate that there are three household characteristics in Sukakersa Village, namely Very Poor Households (RTSM) of 24%, Poor Households (RTM) 60%, and Not Poor Households (RTTM) 16%. Next, the spatial pattern of household characteristics in Sukakersa Village can be identified through the level of accessibility. The dominant number of household characteristics in Sukakersa Village is at a moderate level of accessibility with a percentage of 63% of a total of 94 households. In addition, it also shows that household characteristics are not affected by the level of accessibility, where each level of accessibility is dominated by the characteristics of poor households (RTM)"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elvanya Rosaline Dewi Andini
"

Sustainability Livelihood Approach merupakan sebuah pendekatan yang digunakan untuk mengukur upaya sebuah keluarga untuk melanjutkan sumber mata pencahariannya. Salah satu sumber penghidupan yang saat ini menghadapi masalah adalah menjadi petani pemilik kebun teh. Kebun teh yang dikelola oleh petani secara individu merupakan sebuah fenomena yang dapat ditemukan di beberapa kabupaten di Jawa Barat, salah satunya di Kabupaten Sukabumi.  Sebagai pemilik kebun teh, petani juga memiliki berbagai sumber penghidupan yang lain. Berdasarkan aset kepemilikan, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pengembangan sumber penghidupan rumah tangga petani pemilik kebun teh.  Pemberian bobot pada setiap aset dari pendekatan SLA dilakukan berdasarkan kondisi geografis lokasi penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dengan informan yang telah ditetapkan persyaratannya (purposive sampling). Petani yang bertempat tinggal dekat dengan jalan utama memiliki sumber penghidupan dari kegiatan non-pertanian, yang dapat menopang pengelolaan kebun teh. Sedang petani yang memiliki jarak sosial yang dekat dengan pengambil keputusan, mampu mengembangkan kegiatan pertanian lain selain kebun teh, dan juga kebun tehnya.  Petani dengan kepemilikan aset alam yang rendah menghadapi kesulitan untuk melakukan diversifikasi kegiatan ekonomi di dalam desa. Pilihan untuk mempertahankan kebun tehnya adalah dengan melakukan migrasi, bekerja di luar desa. Berdasarkan fakta tersebut maka kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa jarak yang dekat, baik jarak fisik maupun sosial, memberi kesempatan petani untuk dapat terus mengelola kebun tehnya, serta membentuk strategi penghidupan sehari-hari.

 

 

 

 


The Sustainability Livelihood Approach is a method in measuring the efforts of a household to continue its livelihood. One livelihood that is currently facing problems is being a farmer who owns a tea garden. Tea gardens managed by farmers households are a phenomenon that distributes in several districts in West Java, one of which is Sukabumi. As a tea garden owners, farmers also have various other livelihood sources. Based on ownership assets this study aims to determine the livelihood strategy pattern of tea garden owners. The weighting of each asset from the SLA approach is based on the geographical conditions of the research location. Data collection was carried out by in-depth interviews with informants whose requirements had been determined (purposive sampling). Farmers who liveclose to the main road, support their tea garden by their livelihoods from non-agricultural activities. Meanwhile, farmers who have a close social distance to decision-makers can develop other agricultural activities apart from their tea gardens and also their tea gardens. Farmers with low ownership of natural assets face difficulties to diversify economic activities within the village. The choice to maintain the tea garden is to migrate, by working outside the village. Based on these facts, the conclusions of this study indicate that close distances, both physical and social distance, provide oppurtunities for farmers to be able to continue managing their tea gardens, as well as form a daily livelihood strategy.

 

 

 

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faisal Kamiludin
"

Fenomena perbedaan tingkat perekonomian pada masyarakat Indonesia sering kita jumpai, perbedaan perkenomian ini juga terlihat pada masyarakat nelayan. Perbedaan perekonomian tersebut menjadikan nelayan menjadi anggota masyarakat yang tertinggal dan memiliki kesenjangan penghidupan pada sosial masyarakat perbedaan ekonomi tampak baik dalam lingkunan desa nelayan itu sendiri baik juga dalam lingkungan masyarakat secara umum. Dalam penelitian ini yang akan menjadi fokus penelitian adalah pola keberlanjutan mata pencaharian nelayan di Desa Sangrawayang Kabupaten Sukabumi. Penelitian ini memfokuskan pada pola keberlanjutan mata pencaharian yang didasarkan oleh Sustainable Livelihood Approach atas kepemilikan aset para nelayan. Penelitian mengenai Sustainable Livelihood Approach selalu berikaitan dengan aset modal manusia, modal alam, modal sosial, modal finansial, dan modal fisik Dalam menganailis pola keberlanjutan mata pencaharian nelayan Desa Sangrawayang Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi, peneliti menerapkan Analysis Coastal Livelihood Sustainability (CSLA), atau analisis keberlanjutan mata pencaharian. Metode analisis ini digunakan untuk melakukan penilaian secara objektif dalam menentukan keberlanjutan mata pencaharian nelaya Desa Sangrawayang.

Pada penelitian pola mata pencharian nelayan Desa Sangrawayang, Kecamatan Kabupaten Sukabumi, ditemukan penggolongan nelayan berdasarkan alat tangkap di bagi menjadi 3 golongan yaitu golongan nelayah buruh , nelayan perorangan, dan nelayan juragan dimana jumlah mayoritas golongan nelayan berada pada golongan nelayan buruh dapat dilihat terdapat ketidak merataan kepemilikan alat tangkap.asil penelitian pola mata pencaharian nelayan ini pihak yang paling diuntungkan adalah nelayan dengan golongan nelayan juragan. Ketimpangan sosial ekonomi terlihat sangat jelas pada Desa Sangrawayang Kecamatan Ciemas, Kabupaten Sukabumi. Hal mendasar dalam kepemilikan aset yang menyebabkan ketimpangan sosial-ekonomi kebanyakan besar berada pada aset fisik dan aset keuangan.


The phenomenon of economic level differences in Indonesian people we often encounter, this economic difference is also seen in fishing communities. These economic differences make fishermen become members of the community who are left behind and have livelihood gaps in the social community economic differences appear to be good in the circle of fishing villages themselves as well as in the general community environment. In this study, which will be the focus of research is the pattern of sustainability of fishermen's livelihoods in Sangrawayang Village, Sukabumi Regency. This research focuses on the pattern of sustainability of livelihoods based on the Sustainable Livelihood Approach for the ownership of assets of fishermen. Research on the Sustainable Livelihood Approach has always been related to human capital assets, natural capital, social capital, financial capital, and physical capital. In analyzing the patterns of sustainable livelihood of Sangrawayang Village, Simpenan Subdistrict, Sukabumi Regency, researchers applied Sustainable Livelihood Approach (SLA), or analysis of livelihood sustainability. This analysis method is used to make an objective assessment in determining the sustainability of the livelihoods of the village of Sangrawayang Village.

In the study of the eye patterns of fishermen in Sangrawayang Village, District of Sukabumi District, it was found that the classification of fishermen based on fishing gear was divided into 3 groups, namely laborers, individual fishermen and skipper fishermen where the majority of fishermen belonged to the fishermen group. ownership of fishing gear. The results of this research on fishermen's livelihood patterns are those who benefit most from fishermen with skipper fishermen. Socio-economic inequality is very clear in Sangrawayang Village, Ciemas District, Sukabumi Regency. The basic thing in asset ownership which causes socio-economic inequality is mostly in physical assets and financial assets.

 

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widiyastuti Nurfadilah
"Desa Caringin merupakan salah satu desa yang terletak di Kabupaten Sukabumi, yang dalam pembangunan desanya masih mengalami permasalahan. Permasalahan tersebut terjadi karena adanya permasalahan pada saat proses perencanaan pembangunan desa, yaitu pada saat penyusunan rancangan program atau kegiatan yang akan dilaksanakan. Perencanaan pembangunan yang berkualitas akan terwujud apabila setiap aktor yang ada di desa ikut terlibat. Namun, di desa Caringin keterlibatan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) masih menjadi permasalahan. Permasalahan tersebut mendorong dilakukannya penelitian ini, yang bertujuan untuk menganalisis keterlibatan BPD Caringin pada saat proses penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM Desa) Caringin tahun 2019-2025 dan Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa) Caringin tahun 2020. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif, dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam dan studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukan bahwa adanya permasalahan keterlibatan BPD Caringin, pada saat proses penyusunan RPJM Desa Caringin tahun 2019-2025. Pemerintah Desa Caringin dalam hal ini tidak melibatkan BPD Caringin pada saat proses penyusunan RPJM Desa tersebut, dengan tidak melakukan musyawarah dusun dan musyawarah desa yang di dalamnya melibatkan BPD Caringin dan juga unsur masyarakat. Pada proses penyusunan RKP Desa Caringin tahun 2020 BPD Caringin sudah terlibat aktif, namun yang menjadi permasalahan adalah ketika menentukan skala prioritas dari rancangan program atau kegiatan yang akan dilaksanakan.

Caringin village is one of the villages located in Sukabumi regency, which in its village development is still experiencing problems. These problems occur because there was problems during the village development planning process, when compiling the design of programs or activities to be carried out. Quality development planning will be realized if every actor in the village are involved. However, in Caringin village the involvement of the Village Deliberation Agency is still a problem. These problems led to this research, which aims to analyze the involvement of the Caringin Village Deliberation Agency during the preparation of Caringin Village Medium Term Development Plan in 2019-2025 and Caringin Village Government Work Plan in 2020. This study uses a qualitative approach with descriptive research type, with data collection techniques through in-depth interviews and literature studies. The results showed that there were problems about Caringin Village Deliberation Agency involving, during the preparation process of Caringin Village Medium Term Development Plan in 2019-2025. Caringin Village Government in this case did not involve Caringin Village Deliberation Agency during that Village Medium Term Development Plan preparation process, by not conducting village deliberations which involved Caringin Village Deliberation Agency and also community elements. In the process of preparing the Caringin Village Government Work Plan in 2020, Caringin Village Deliberation Agency has been actively involved, but the problem is when determining the priority scale of the design of the program or activity to be carried out."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Kusuma Wardani
"Kecamatan Cisolok memiliki topografi yang beragam, mulai dari daerah pesisir dataran rendah di bagian selatan hingga daerah pegunungan dataran tinggi di bagian utara. Beragamnya kondisi topografi tersebut dibarengi dengan penggunaan tanah yang juga bervariasi, mulai dari lahan sawah hingga belukar dan hutan lebat. Hal tersebut menyebabkan lanskap pertanian yang ada di Kecamatan Cisolok memiliki keunikan tersendiri. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis lanskap pertanian serta pengaruh pengetahuan lokal petani pada lanskap pertanian yang terbentuk di Kecamatan Cisolok. Variabel fisik yang digunakan dalam penelitian ini adalah ketinggian, lereng, dan penggunaan tanah. Variabel sosial yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengetahuan lokal petani. Pengolahan data ketinggian dan lereng menggunakan metode weighted overlay untuk mendapatkan bentuk medan. Bentuk medan digunakan untuk mengidentifikasi penggunaan tanah untuk mengetahui lanskap pertanian yang terbentuk. Pengolahan data wawancara digunakan untuk mengetahui pengaruh pengetahuan lokal petani terhadap lanskap pertanian di Kecamatan Cisolok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lanskap pertanian di Kecamatan Cisolok berada pada wilayah pegunungan curam. Masyarakat kasepuhan yang tinggal di bagian utara Kecamatan Cisolok memiliki pengetahuan lokal yang digunakan dalam melakukan kegiatan pertanian. Pengetahuan lokal tersebut mempengaruhi lanskap pertanian yang tersebentuk di Kecamatan Cisolok.Kecamatan Cisolok memiliki topografi yang beragam, mulai dari daerah pesisir dataran rendah di bagian selatan hingga daerah pegunungan dataran tinggi di bagian utara. Beragamnya kondisi topografi tersebut dibarengi dengan penggunaan tanah yang juga bervariasi, mulai dari lahan sawah hingga belukar dan hutan lebat. Hal tersebut menyebabkan lanskap pertanian yang ada di Kecamatan Cisolok memiliki keunikan tersendiri. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis lanskap pertanian serta pengaruh pengetahuan lokal petani pada lanskap pertanian yang terbentuk di Kecamatan Cisolok. Variabel fisik yang digunakan dalam penelitian ini adalah ketinggian, lereng, dan penggunaan tanah. Variabel sosial yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengetahuan lokal petani. Pengolahan data ketinggian dan lereng menggunakan metode weighted overlay untuk mendapatkan bentuk medan. Bentuk medan digunakan untuk mengidentifikasi penggunaan tanah untuk mengetahui lanskap pertanian yang terbentuk. Pengolahan data wawancara digunakan untuk mengetahui pengaruh pengetahuan lokal petani terhadap lanskap pertanian di Kecamatan Cisolok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lanskap pertanian di Kecamatan Cisolok berada pada wilayah pegunungan curam. Masyarakat kasepuhan yang tinggal di bagian utara Kecamatan Cisolok memiliki pengetahuan lokal yang digunakan dalam melakukan kegiatan pertanian. Pengetahuan lokal tersebut mempengaruhi lanskap pertanian yang tersebentuk di Kecamatan Cisolok.

Cisolok sub-district has a variety of topography, starting with coastal in southern area to highlands in northern area. The variety of topographical conditions is accompanied by a variety of land uses, ranging from rice fields to grove and dense forests. This causes Cisolok sub-district to have a special uniqueness of agriculture and agricultural landscape. This research aims to analyze the agricultural landscape and the influence of local knowledge of farmers on agricultural landscapes formed in the Cisolok Sub-district. The physical variables used in this study are height, slope, and land use. The social variable used in this study is the local knowledge of farmers. The weighted overlay method is used to get the shape of the terrain. The shape of the terrain is used to identify the land use to determine the agricultural landscape. Interview data processing is used to determine the effect of local knowledge of farmers on the agricultural landscape in the Cisolok sub-district. The results show that the agricultural landscape in the Cisolok sub-district is in a steep mountainous region. Kasepuhan people who live in the northern part of the research area have local knowledge that is used in carrying out agricultural activities. The local knowledge influences the agricultural landscape in the Cisolok sub-district."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>