Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 83442 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Salina Febriany
"Diabetes adalah penyakit kronis yang memerlukan pengobatan jangka panjang untuk dapat mencegah efek komplikasi. Salah satu cara adalah dengan pengobatan tradisional. Sebagai negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang sangat besar, Indonesia juga memiliki obat tradisional yang disebut JAMU. Pengkajian secara bioinformatik dengan aplikasi berbasis web diperoleh kandidat formula antihiperglikemik terkuat yaitu brotowali, jahe, sembung, dan pare. Untuk membuktikan bahwa formula jamu berdasarkan bioinformatika dengan komposisi tersebut dilakukan pencarian komposisi terbaik jamu antihiperglikemik pada Zebrafish serta tikus jantan albino galur Sprague Dawley. Induksi pada Zebrafish dilakukan menggunakan larutan glukosa 111 mM selama 14 hari sedangkan pada tikus jantan albino galur SD digunakan streptozotosin pada dosis 45 mg/kgBB dengan penambahan larutan fruktosa 10%.
Dari hasil diperoleh kombinasi pare dan sembung dengan perbandingan 1:1 merupakan formula dengan penurunan kadar glukosa darah tertinggi pada Zebrafish (57.36%), dan dosis 400 mg/kgBB merupakan dosis terbaik dalam menurunankan kadar glukosa darah tikus (66,56±7,93 %) yang tidak berbeda bermakna terhadap kadar glukosa darah tikus yang diberikan glibenklamid 5 mg/kgBB (p>0,05). Hasil histologi pankreas menggunakan pewarnaan HE menunjukan bahwa pada pankreas dengan pemberian jamu 800 dan 400 mg/kgBB tidak mengalami kelainan yang spesifik, namun sel yang terdapat pada pulau langerhans tidak sebanyak seperti pada kelompok kontrol normal.

Diabetes is a chronic disease that requires long-term treatment to prevent complications effects. Some people in some countries use traditional medicine. Indonesia is a country with enormous biodiversity, therefore Indonesia has a traditional medicine is called Jamu. With is a web-based bioinformatics applications assessment, it is obtained the antihyperglycemic formula for diabetes which strongest candidate is brotowali (Tinospora crispa), ginger (Zingiber officinale), sembung (Blumea balsamifera), and pare (Momordica charantia). In order to get the best composition of herbs antihyperglycemic formula based in bioinformatics the research have performed test in zebrafish and Sprague Dawley strain albino male rats. Induction in zebrafish carried out using a solution of 111 mM glucose for 14 days and the male albino rats used streptozotosin at 45 mg/kg dose with the addition of 10% fructose solution.
The result shows that sembung (Blumea balsamifera) and pare (Momordica charantia) combination with a ratio of 1: 1 is the formula with the highest decrease in blood glucose levels in Zebrafish (57.36%), and a dose of 400 mg / kg was the best dose decrease blood glucose levels in rats (66.56 ± 7.93%) which did not differ significantly on blood glucose levels of mice were given glibenclamide 5 mg/kg (p> 0.05). Pancreatic histology results using HE staining showed that the pancreas which is given 800 and 400 mg/kg herbs has no specific abnormalities, but the cells contained Langerhans island is not as much as in the normal control group."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
T45433
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khesia Ghassani Nusmara
"Daun tanaman pare (Momordica charanthia L.) secara tradisional digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan rambut. Tujuan penelitian ini adalah membuat sediaan hair tonic yang mengandung ekstrak etanol daun pare dan menguji aktivitasnya terhadap pertumbuhan rambut serta stabilitas fisik dari sediaan hair tonic. Hair tonic dibuat dengan kandungan ekstrak daun pare pada konsentrasi berbeda yaitu 1%, 2% dan 4%. Sediaan ini diaplikasikan pada kulit tikus secara topikal dan panjang rambut diukur pada hari ke-7, 14 dan 21 sedangkan bobot rambut diukur pada hari ke 21. Hair tonic minoksidil digunakan sebagai kontrol positif.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa formula terbaik yang dapat meningkatkan pertumbuhan rambut adalah formula yang mengandung 4% ekstrak etanol daun pare. Aktivitas peningkatan pertumbuhan rambut pada formula ini tidak berbeda bermakna dengan kontrol positif minoksidil. Sediaan hair tonic yang mengandung ekstrak daun pare 1%, 2% dan 4% menunjukkan kestabilan fisik yang baik pada penyimpanan suhu kamar dan suhu tinggi. Pada penyimpanan suhu rendah terlihat adanya ketidakhomogenan hair tonic formula 3 yang mengandung ekstrak daun pare sebesar 4%.

Leaves of bitter melon (Momordica charanthia L.) are traditionally used to promote hair growth. This research was carried out to formulate hair tonic dosage form which contain ethanolic extract of bitter melon leaves and evaluate its hair growth-promoting activity and physical stability of hair tonic dosage forms. Hair tonics were made using bitter melon extract in various concentration, which are 1%, 2% and 4%. These dosage forms were applied topically on rats skin and the length of hairs were measured on 7th, 14th and 21th day while the weight of hairs were measured on 21th day. Minoxidil hair tonic used as positive control.
The results showed that the best formulation for promoting hair growth was given by the formulation which contains 4% ethanolic extract of bitter melon leaves. The hair growth-promoting activity of these formulation was not significantly different to minoxidil hair tonic. Hair tonic dosage forms which contain bitter melon leaves extract 1%, 2% and 4% showed a good physical stability at room temperature and high temperature storage. There was any irregularities in the hair tonic which contains extract of bitter melon leaves by 4% at low temperature (4 °C ± 2 °C ).
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42966
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Antik Raisca Arnedy
"Buah pare mengandung senyawa karantin, agen hipoglikemik, yang sulit untuk berpenetrasi melalui kulit dan terhidrolisis apabila diberikan secara oral. Rute transdermal dapat menghindari terjadinya hidrolisis tersebut. Selain itu, etosom menawarkan penetrasi lebih baik dibandingkan fraksi herbal konvensional. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan fraksi buah pare dalam etosom agar kemampuan penetrasi karantin meningkat. Buah pare diekstraksi dengan etanol 80% dan difraksinasi dengan diklorometana. Kemudian kadar stigmasterol glukosida (STG), salah satu senyawa karantin dalam fraksi buah pare, ditetapkan. Etosom diformulasikan dengan berbagai konsentrasi, setara dengan 2% (F1), 3% (F2), dan 4% (F3) fraksi buah pare, dan dibuat menggunakan metode hidrasi lapis tipis. Etosom yang didapatkan dikarakterisasi dan diuji stabilitasnya. Setelah itu, dilakukan uji penetrasi menggunakan sel difusi Franz.
Hasil menunjukkan bahwa fraksi buah pare merupakan fraksi kering berwarna coklat kehijauan dan memberikan hasil yang positif terhadap steroid. Hasil menunjukkan etosom F2 merupakan formula paling baik dengan bentuk partikel sferis, Dv mean sebesar 1233,37 ± 10,33 nm, indeks polidispersitas 0,35 ± 0,05, potensial zeta -57,50 ± 0,44 mV, dan efisiensi penjerapan 94,98 ± 0,23%. Selain itu, nilai fluks STG yang terpenetrasi dari etosom F1, F2, dan F3 sebesar 4,22 ± 0,61; 12,14 ± 0,44; dan 7,24 ± 0,67 µg/cm. Hal tersebut menunjukkan bahwa penetrasi F2 lebih tinggi dibandingkan etosom lainnya. Dapat disimpulkan bahwa etosom fraksi buah pare dapat meningkatkan penetrasi STG melalui kulit.

Bitter melon fruit containing charantin, a hypoglycemic agent, is difficult to penetrate through the skin -as well as- being hydrolyzed when given orally. A transdermal route can avoid drug hydrolysis. Besides, ethosome offers better penetration than conventional herbal fraction. This study aims to formulate ethosomes containing bitter melon fruit fraction for improving penetration ability of charantin. Bitter melon was extracted with ethanol 80% and fractionated with dichloromethane. Then, stigmasterol glycoside (STG) content, one of charantin compounds in bitter melon, was determined. Ethosomes were formulated with various concentrations, which were equal to 2% (F1), 3% (F2), and 4% (F3) of bitter melon fruits fraction, and prepared using thin layer hydration method. The ethosomes were characterized and tested for stability study. Furthermore, the penetration study was conducted using Franz diffusion cells.
The results showed that the bitter melon fruit fraction was a dry, brown-greenish fraction, and gave a positive test for steroid. The results showed that F2 was the best formula among the others with spherical shape, Dv of 1233.37 ± 10.33 nm, polydispersity index of 0.35 ± 0.05, zeta potential of -57.50 ± 0.44 Mv, and entrapment efficiency of 94.98 ± 0.23%. Futhermore, the STG flux of the F1, F2, and F3 ethosomes was 4.22 ± 0.61; 12.14 ± 0.44; and 7.24 ± 0.67 µg/cm. It suggests that F2 penetration was higher than the other ethosomes. It can be concluded that the ethosome could improve penetration of STG through the skin.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauzana Fauzi
"Ekstrak buah pare memiliki berbagai macam khasiat, namun hampir semua kandungannya memiliki rasa yang sangat pahit. Penelitian sebelumnya membuktikan bahwa beads alginat dapat menutupi rasa pahit ekstrak sambiloto (Andrographis paniculata). Pada penelitian ini beads ekstrak buah pare (Momordica charantia Linn) dibuat dengan menggunakan metode gelasi ion dengan terjadinya taut silang antara natrium alginat dengan kalsium klorida yang dimanfaatkan untuk menutupi rasa pahit. Beads dibuat menggunakan natrium alginat (1,5% b/v) dengan berbagai perbandingan ekstrak buah pare (0,5:1; 1:1; dan 2:1), gelatin (2% b/v) dan CaCl2 3%. Formula beads dievaluasi fisik dan fungsional meliputi morfologi, efisiensi proses, ditribusi ukuran partikel, daya mengembang, kadar air, dan uji rasa pahit. Formula 1 dengan perbandingan ekstrak:alginat (0,5:1) yang memiliki bentuk hampir bulat dengan ukuran diameter 600-1200 µm, daya mengembang 113,21% dan kadar air 15,34% menunjukkan formula yang paling optimal menutupi rasa pahit karena memiliki nilai yang berbeda bermakna secara statistik dengan nilai p<0,05 jika dibandingkan dengan standar.

The bitter gourd fruit has many pharmaceutical effect, but almost all the substances was bitter. The previous study has shown that alginate beads can mask the bitter flavour of sambiloto (Andrographis paniculata). In this study beads of bitter gourd fruit extract (Momordica charantia Linn) was prepared by using ionic gelation method that cross linking occured between sodium alginate and calcium chloride that used to covering the bitter flavour. Beads were prepared using sodium alginate (1.5% w/v) with various comparisons bitter gourd fruit extract (0,5:1, 1:1, and 2:1), gelatin (2% w/v), and CaCl2 3%. The obtain beads were characterized physically and functionally include morphology, process efficiency, particle distribution, swelling index, and water content. Formula one with comparison extract:alginate (0,5:1) which has almost spherical shape with diameter 600-1200 µm, swelling index 113,21% and water content 15,34% has shown the best formula could cover the bitter taste that has the value statisticly different with p value >0,05 if compared with standard."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S69352
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kasmida
Depok: Universitas Indonesia, 1989
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anasya Diandra Atmadikoesoemah
"Latar Belakang: Hibiscus sabdariffa Linn dikenal sebagai herbal yang memiliki efek antioksidan dan antiinflamasi. Inflamasi merupakan salah satu mekanisme terjadinya diabetes mellitus, sebuah penyakit metabolik yang terjadi akibat gangguan pada insulin dan fungsi sel beta pancreas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi Hibiscus sabdariffa Linn. terhadap kadar HOMA-IR (Homeostasis Model Assessment-Insulin Resistance) dan Interleukin-6 pada kondisi diabetes mellitus.
Metode: Dua puluh empat tikus Sprague-Dawley ditempatkan secara acak menjadi enam kelompok; kontrol normal, normal dengan 200mg/kgBB Hibiscus, normal dengan 500mg/kgBB Hibiscus, kontrol diabetes, diabetes dengan 200mg/kgBB Hibiscus, dan diabetes dengan 500mg/kgBB Hibiscus. Hibiscus sabdariffa Linn diberikan selama 5 minggu kepada kelompok Hibiscus, dan sampel darah dari tiap kelompok diambil untuk menilai kadar gula darah, insulin, dan IL-6. Kadar IL-6 diukur menggunakan ELISA. HOMA-IR dicek menggunakan tes non-parametrik Kruskal-Wallis dan IL-6 dicek menggunakan one-way ANOVA untuk menilai signifikansi statistik.
Hasil: Tikus di kelompok diabetes yang diberikan 200mg/kgBB dan 500mg/kgBB Hibiscus memiliki nilai HOMA-IR dan kadar IL-6 yang lebih rendah walau tidak ada signifikansi statistik antar kelompok HOMA-IR (p= 0.127) dan IL-6 (p = 0.760).
Kesimpulan: Penelitian ini tidak menghasilkan signifikansi statistik terhadap penurunan HOMA-IR dan IL-6.

Introduction: Hibiscus sabdariffa Linn. is known as one of the herbs that possess antioxidant and anti-inflammatory benefits. Inflammation has been long suggested to be one of the pathophysiology of diabetes mellitus, a metabolic disorder that is rooted from insulin impairment and beta cell dysfunction. This study objective is to explore the antiinflammatory effect of Hibiscus sabdariffa Linn towards HOMA-IR (Homeostasis Model Assessment-Insulin Resistance) and Interleukin-6 in diabetes mellitus condition.
Methods: Twenty four Sprague-Dawley rats were randomly allocated into six different group; normal control group, normal with 200mg/kgBW of Hibiscus, normal with 500mg/kgBW of Hibiscus, diabetic control, diabetic with 200mg/kgBW of Hibiscus, and diabetic with 500mg/kgBW of Hibiscus. Hibiscus sabdariffa Linn. was administered for 5 weeks for the Hibiscus group, and the blood samples of each group are drawn to obtain blood glucose, insulin, and IL-6. IL-6 level was measured using ELISA kit. HOMA-IR statistical significance was checked using non-parametric Kruskal-Wallis test and IL-6 statistical significance was calculated using one-way ANOVA.
Results: Rats in diabetic group that are treated with 200mg/kgBW and 500mg/kgBW had lower value of HOMA- IR and IL-6 although there were no statistical significance between both HOMA-IR (p = 0.127) and IL-6 (p = 0.760) group.
Conclusion: This study does not yield statistically significant decrease of both HOMA-IR and IL-6.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desi Aryani Tri Lestari
"Buah pare Momordica charantia Linn merupakan salah satu jenis tanaman obat yang mengandung charantin. Senyawa charantin dapat digunakan untuk menurunkan kadar glukosa dalam darah sehingga banya digunakan sebagai obat antidiabetes. Buah pare memiliki rasa yang pahit sehingga dibuat menjadi tablet salut lapis tipis. Tablet inti ekstrak buah pare dibuat dengan metode granulasi basah dengan CMC Na 6 sebagai pengikat. Larutan penyalut dibuat dalam 3 formula dengan variasi konsentrasi PEG 400 sebagai plasticizer 16 , 20 , dan 24 terhadap bobot HPMC. Evaluasi sediaan tablet salut lapis tipis meliputi penampilan fisik, kenaikan bobot, morfologi permukaan, tebal lapisan, waktu hancur, dan uji rasa pahit. Uji rasa pahit dilakukan kepada 30 responden dengan memberikan kuesioner tingkat rasa pahit terhadap sampel.
Hasil kuesioner dianalisis menggunakan aplikasi SPSS dengan metode Kruskal Walis. Tablet salut lapis tipis yang telah disalut dengan PEG 400 20 mengalami kenaikan bobot 4,78 . Morfologi permukaan menggunakan SEM menunjukkan permukaan yang halus dengan ketebalan lapisan 34,67 m. Tablet salut lapis tipis dapat hancur dalam waktu 5,34 1,09 menit dan memiliki rata-rata nilai rasa pahit 1,10 yang termasuk dalam kategori tidak pahit. Hasil menunjukkan bahwa penggunaan PEG 400 20 sebagai plasticizer dapat memperbaiki penampilan dan menutupi rasa pahit dari ekstrak buah Pare.

Momordica charantia Linn fruit is one of medicinal plant that contained charantin. Charantin is useful to lower the blood glucose level so that it is used widely as anti diabetic medicine. M.charantia Linn fruit had the lacks of bitter taste so that it made into film coated tablets. The core tablets of M.charantia Linn were prepared by wet granulation method using CMC Na 6 as binder, then coated by HPMC 5 . Film coating formulation were made in 3 formulas using additional amount of PEG400 as plasticizer at 16 , 20 , and 24 concentration of HPMC weight. The obtained film coated tablet were evaluated including organoleptic, percentage weight increase, film coated tablets surface, coating thickness, disintegrating time, and bitter taste evaluation. Bitter taste evaluatin was performed on 30 respondents by giving the bitter taste level questionnaire of the three formulas film coated tablets, core, and extract powders.
The questionnaire results were analyzed using SPSS application with Kruskal Walis method. Film coated tablets that coated using 20 PEG400 as plasticizer had percentage weight increase 4,78 . The surface morphology using scanning electron microscope was smooth and showing 34,67 m coating thickness. Film coated tablets also disintegrated within 5,34 1,09 minutes and had bitter taste level about 1,10 .The results revealed that PEG400 20 as plasticizer is able to masking appearance and bitter taste of M.charantia Linn.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S69439
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joko Gumilang
"Senyawa aktif yang terkandung di dalam tanaman memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai obat antidiabetes. Salah satu strategi pengobatan diabetes melitus adalah dengan cara mempertahankan kadar glukosa postprandial melalui penghambatan aktivitas enzim alfa-amilase dan alfa-glukosidase. Penelitian ini melaporkan penghambatan aktivitas alfa-amilase dan alfa glukosidase dari tiga sampel ekstrak daun Garcinia rigida Miq. yang diekstraksi dengan pelarut berbeda, yaitu n-heksan, etil asetat, dan metanol. Pengukuran penghambatan aktivitas enzim alfa-amilase dilakukan dengan mengukur serapan asam 3-dinitrosalisilat tereduksi secara spektrofotometri menggunakan kuvet pada λ = 490 nm dan penghambatan aktivitas enzim alfa-glukosidase dilakukan dengan mengukur serapan p-nitrofenol sebagai produk reaksi dari substrat PNPG menggunakan microplate reader pada λ = 405 nm. Ekstrak yang memiliki daya hambat tertinggi pada enzim alfa-glukosidase adalah ekstrak etil asetat dengan nilai IC50 = 46,331 µg/mL. Sedangkan ekstrak yang memiliki daya hambat tertinggi pada enzim alfa-amilase adalah ekstrak etil asetat dengan nilai IC50 = 33,446 µg/mL. Penapisan fitokimia pada ekstrak menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat daun tanaman Garcinia rigida Miq. mengandung flavonoid dan glikosida.
Active compounds contained in the plant have the potential to be developed as an antidiabetic drug. One of the strategies for the treatment of diabetes mellitus is to maintain the postprandial glucose levels by inhibiting the activity of alpha-amylase and alpha-glucosidase. This study reported the activity inhibition of alpha-amylase and alpha-glucosidase from three samples of leaf extract of Garcinia rigida Miq. that were extracted with different solvents, n-hexane, ethyl acetate and methanol. Measurement of the activity inhibition of alpha-amylase is carried out by measuring the absorbance of reduced 3-dinitrosalicylic by spectrophotometry using cuvette at λ = 490 nm and activity inhibition of alpha-glucosidase is carried out by measuring the absorbance of p-nitrophenol as the product of the PNPG substrate reaction using microplate reader at λ = 405 nm. Extract which has the highest enzyme inhibition of alpha-glucosidase is ethyl acetate extract with IC50 value = 46.331 mg / mL. While the extract that has the highest enzyme inhibition of alpha-amylase is ethyl acetate extract with IC50 value = 33.446 mg / mL. Phytochemical screening on extract showed that the ethyl acetate extract of Garcinia rigida Miq. leaves contains flavonoids and glycosides."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
S60256
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007
616.462 PEN
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>