Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 34689 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rr. Triwurjani
"Kajian ini mengungkapkan makna arca-arca megalitik yang terdapat di kawasan Pasemah, Sumatera Selatan. Persebarannya yang luas dan bentuknya yang khas menjadikan kawasan Pasemah sebagai suatu kelompok budaya tersendiri. Penggambaran arca Pasemah, tidak begitu natural tapi jelas menyiratkan individu manusia dengan komponen-komponen dasar seperti kepala, badan, tangan, kaki digambarkan jelas. Cara penggambarannya yang tidak harafiah, seperti mata melotot, hidung datar, mulutnya digambarkan bulat dan besar, seperti bentuk bibir tebal, memakai pakaian prajurit, memakai perhiasan, membawa pedang, menunggang gajah atau kerbau. Beberapa bentuk arca digambarkan tangan kanan lebih besar dari tangan kiri, atau jari tangan digambarkan lebih besar dari tangan, yang semuanya tidak harafiah melainkan mengarah ke simbolis. Proses deskripsi bentuk serta pemerian unsur dalam atribut dilakukan dengan menggunakan metode arkeologi dan proses pemaknaan dilakukan dengan metode semiotik.
Kajian ini menggunakan semiotik Roland Barthes, dimana dikembangkan aspek denotasi dan konotasi sebagai alat untuk membedah teks sebagai suatu fenomena budaya. Denotasi adalah pemaknaan yang terlihat dalam tanda apa adanya sebagai sistem primer sedangkan konotasi merupakan makna baru/khusus yang diberikan pemakai tanda sebagai sistem sekunder. Mitos nenek moyang sebagai ?divine power? adalah perilaku yang dipraktekkan bagi manusia yang masih hidup di dunia agar mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan baik di dunia dan di akhirat kelak.
Hasil kajian ini menunjukan bahwa bentuk-bentuk arca seperti arca manusia, hewan dan arca manusia dengan hewan merupakan gambaran suatu aktivitas dari suatu kelompok masyarakat yang semuanya memperlihatkan peran dari suatu figur yang ditokohkan, termasuk gambaran mengenai hal-hal yang disukai tokoh-tokoh tersebut ketika masih hidup di dunia. Gambaran orang yang sudah meninggal dalam bentuk arca-arca ini, secara tidak langsung merupakan gambaran aktivitas masyarakat Pasemah ketika masih hidup di dunia. Dengan demikian Kebudayaan Pasemah adalah suatu kebudayaan dimana kehidupan akhirat digambarkan di dunia.

This research reveals the meaning of megalithic statues found in the area of Pasemah, South Sumatera. Their extensive distribution and unique shapes have made Pasemah a distinct cultural group. The representation of Pasemah statues is not very natural, but indicates human individual(s) with basic components, such as head, body, hands and feet that are depicted clearly. Examples of their unnatural depictions are for instance bulging eyes, flat nose, round and big mouth with thick lips, as well as donning soldier?s outfit, wearing ornaments, carrying swords, riding an elephant or buffalo. Some statues that are depicted are right hand bigger than left one or fingers are depicted bigger than hand. Everything is not natural, but refers to symbolism. Process of describing form as well as giving elements in attributes were done using archaeological method, while the process of attaching meaning were carried out using semiotic method.
The research employed Roland Barthes? semiotic concept, in which aspects of denotation and connotation were developed to analyze text as cultural phenomenon. Denotation is a meaning that is seen in a sign as it is as a primary system, while connotation is a new/special meaning that is given by the user of sign as a secondary system. The myth of ancestor as a ?divine power? is behavior practiced by human beings in the world to achieve safety and well-being in the world and afterworld.
The research results reveal that the statue figures, like human figure, animal figure, and human with animal figure are representation of the community activities showing the roles of certain figures during his/her life in the world, including things he/she loved when he/she were still in the world. The representation of deceased people in the statues is indirectly a depiction of the activities of Pasemah communities when they were alive in the world. Therefore, the Pasemah culture is a culture which is the afterworld is depicted in the world."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
D2158
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasanuddin
"Kabupaten Nias merupakan suatu pulau yang terletak di pantai barat Sumatra. Sebagian besar daerah ini terdiri atas dataran-dataran rendah dan pegunungan kapur yang tingginya bervariasi. Peninggalan megalitik dalam berbagai bentuknya ditemukan pada ketinggian antara 100 - 800 meter dari permukaan laut, tersebar di Nias Selatan, Tengah, Barat, dan sebagian kecil di Nias Utara. Fokus penelitian ini mencakup Nias Selatan dan telah ditetapkan sebanyak lima situs. Bentuk-bentuk peninggalan megalitik yang ditemukan pada kelima situs tersebut seperti batu tegak (hehu), tempat duduk dari batu (osa-osa dan neogadi), meja batu (harefa) serta tempat persidangan (areosali). Keseluruhan bentuk peninggalan itu memperlihatkan bentuk yang spesifik dan tidak ditemukan di daerah lain di Nias. Kelima situs yang diteliti memperlihatkan keseragaman pola dalam hal bentuk, tata letak dan orientasi situs yang sama. Analisis yang digunakan meliputi analisis bentuk dan kontekstual serta dipadukan dengan studi etnografi terhadap daerah yang masih mempertahankan tradisi lamanya seperti Bawomataluwo dan Lolowa'u (Nias Selatan) Berta Mandrehe (Nias Tengah). Hasil analisis menunjukkan susunan keletakan benda yang teratur dan berteras. Masing-masing benda memiliki fungsi namun secara keseluruhan terikat oleh suatu sistem norma yang disepakati dalam masyarakat. Keseragaman pola mencerminkan aturan dan kesepakatan sosial dalam upacara pesta adat (owasa). Aspek budaya yang tercermin dalam pelaksanaan pesta (owasa) turut memberi wujud pada budaya materi yang dihasilkan, terutama peninggalan megalitik. Peninggalan megalitik di Nias Selatan erat kaitannya dengan pesta adat (owasa), sebab benda-benda tersebut tidak dapat dibangun sebelum diselenggarakan pesta. Tujuan pendirian megalit selain berkaitan dengan pesta pengukuhan stataus sosial juga sebagai tanda peringatan meninggalnya leluhur mereka. Studi etnografi menunjukkan bahwa situs-situs di Nias Selatan selain sebagai situs upacara (baik berkaitan dengan kemasyarakatan maupun religi) dan juga situs permukiman. Bentuk upacara dilaksanakan dengan mengerahkan orang dalam jumlah yang banyak dan turut dikorbankan puluhan hingga ralusan ekor babi.

Nias Regency is an island located on the west coast of Sumatra. Most of this area consists of lowlands and limestone mountains of varying heights. Megalithic relics in various forms are found at altitudes between 100 - 800 meters above sea level, spread across South, Central, West Nias, and a small part in North Nias. The focus of this research covers South Nias and has been determined as many as five sites. The forms of megalithic relics found at the five sites are upright stones (hehu), stone seats (osa-osa and neogadi), stone tables (harefa) and court places (areosali). All forms of these relics show specific forms and are not found in other areas in Nias. The five sites studied show uniform patterns in terms of the shape, layout and orientation of the same site. The analysis used includes form and contextual analysis and is combined with ethnographic studies of areas that still maintain their old traditions such as Bawomataluwo and Lolowa'u (South Nias) Berta Mandrehe (Central Nias). The results of the analysis show the arrangement of objects in a regular and terraced manner. Each object has a function but overall is bound by a system of norms agreed upon in society. The uniformity of the pattern reflects the rules and social agreements in the traditional party ceremony (owasa). The cultural aspects reflected in the implementation of the party (owasa) also give form to the material culture produced, especially megalithic relics. Megalithic relics in South Nias are closely related to the traditional party (owasa), because these objects cannot be built before the party is held. The purpose of establishing megaliths is not only related to the party to confirm social status but also as a sign of commemoration of the death of their ancestors. Ethnographic studies show that the sites in South Nias are not only ceremonial sites (both related to society and religion) but also settlement sites. The form of the ceremony is carried out by mobilizing people in large numbers and dozens to hundreds of pigs are also sacrificed.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2000
T2967
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Proyek Pengembangan Media Kebudayaan Ditjen Kebudayaan Depdiknas, 1999/2000
919.598 MEG
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
L.R. Retno Susanti
"Peninggalan tradisi megalitik tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia, yaitu antara lain di daera.h Nias, Batak, Sumatera Barat, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan, Sulawesi, dan Irian Jaya. Peninggalan-peninggalan megalitik ditemukan dalam berbagai bentuk dan variasi yang sesuai dengan lingkungan setempat. Hasil karya pendukung tradisi megalitik memperlihatkan berbagai bentuk seperti yang dipergunakan untuk tempat (wadah) pemujaan, antara lain yaitu menhir, area megalitik, dolmen, bangunan berundak, dan tahta batu. Sedangkan bentuk-bentuk tempat (wadah) penguburan seperti kalamba, peti kubur batu, sarkofagus, dan waruga.
Peninggalan megalitik baik yang berasal dari masa prasejarah maupun megalitik yang masih berlanjut mempunyai ciri-ciri khas yang berbeda, namun perbedaan ciri-ciri peninggalan megalitik tidak berarti menunjukkan perikehidupan dan alas pikiran yang berbeda. Peninggalan-peninggalan tradisi megalitik pada umumnya berorientasi pada kultus nenek moyang (ancestor-worship). Hal itu ditandai dengan adanya pemujaan terhadap arwah nenek moyang yang dianggap hidup terus di dunia arwah (Sukendar 1981/198?:79--63).
Peninggalan megalitik di Sulawesi Tengah berbeda dengan peninggalan megalitik di Flores atau Timor, atau di Lampung. Peninggalan tradisi megalitik di Lampung berbentuk dolmen dan kadang-kadang ditemukan berbentuk menhir. Di daerah Sulawesi Tengah temuan yang menonjol berbentuk kubur batu yang disebut kalamba. Bersamaan dengan kubur-kubur batu kalamba ditemukan pula area-area menhir, yang biasanya berbentuk silindrik dan pada bagian atasnya terdapat pahatan bergambar muka manusia dengan anggota badan yang digambarkan sangat sederhana dalam bentuk go'resan-goresan atau pahatan. Penemuan monumen megalitik di daerah Wonosari (Gunung Kidul) berupa kubur peti batu, yang biasanya ditemukan bersama-sama dengan area menhir atau menhir. Peninggalan megalitik di dataran tinggi Pasemah memiliki bentuk khas berupa area megalitik bercorak dinamis. Selain area megalitik ditemukan pula bangunan berundak, lesung batu, lumpang batu, kubur peti batu, palung batu, dolmen, menhir polos dan berukir, dan kubur bilik batu. Tinggihari yang terletak di daerah perbukitan merupakan salah satu situs yang terdapat di daerah Pasemah. Peninggalan yang berada di Tinggihari cukup beraneka ragam antara lain berbentuk area megalitik (manusia dan binatang), menhir berukir dan poles, batu berlubang, lumpang batu, batu datar, dan batu pipisan."
Depok: Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yoserizal Achmaddin
"Arkeologi adalah ilmu yang bertujuan mengungkapkan masa lampau manusia melalui artefak atau benda hasil buatan manusia. Fokus studinya adalah artefak,2 akan tetapi di dalam usaha merekonstruksi masa lampau manusia itu jangkauan studinya lebih luas lagi. Perhatian studi adalah segala sesuatu yang ada hubungannya dengan artefak atau arti seluasnya: segala aspek kehidupan dan lingkungan manusia masa lampau (Binford 1971: 158; 1972: 8G-81). Aspek-aspek masa lampau manusia meliputi aspek material dan spiritual. Aspek spiritual ini dapat di_pahami melalui studi yang mendalam terhadap aspek materialnya, yaitu berupa kesimpulan tentang aspek ma_terial yang meliputi aspek biologis manusia, lingkungan alam, sarana serta sumber kehidupan dan kehidupan jasmaniah. Dari data ilmiah dapat dicari petunjuk-pe_tunjuk ke arah rekonstruksi aspek rohaniah seperti kehidupan politik, ekonomi, sosial dan budaya (Soejono 1981:1-3). Perekaman dan penyajian data yang seyogyanya menghasilkan pemahaman akan riwayat serta masa lampau bangsa, pada hakikatnya merupakan tugas utama arkeologi. Tujuannya ialah membangkitkan kesadaran masyarakat akan suatu masa lampau yang pernah dilalui. Baik buruknya, dinamis statisnya, dan tinggi rendahnya derajat masa lampau itu dapat dinilai dan dipahami oleh generasi sekarang melalui penyajian yang tepat (Soejo_no 1981:1-3). Hal ini yang menjadi salah satu latar belakang dalam pemilihan topik mengenai peti kubur batu, karena peti kubur batu megalitik merupakan salah satu aspek material, artefak hasil kebudayaan dari ma_sa lampau. Salah satu masalah di dalam arkeologi adalah usaha untuk mencoba mengerti berbagai fungsi artefak. Ciri-ciri teknologis, konteks serta asosiasi4 berbagai temuan, seringkali belum dapat menjelaskan penger_tian tentang fungsinya di ruasa lalu, karena satu artefak tidak harus ditafsirkan mempunyai satu fungsi, ini pun berlaku terhadap sisa-sisa bangunan atau monumen megalitik. Sampai sejauh ini monumen-monumen megalitik sering kali dikaitkan pada ritus atau kultus kepada leluhur. Istilah megalitik sering diartikan mengandung suatu pengertian tentang dihasilkannya bangunan dari batu. Latar-belakang timbulnya kebudayaan ini berakar pada tradisi animistis atau berpangkal kepada pemujaan aural leluhur. Oleh karena itu bentuk materinya menghasilkan sejumlah anasir bangunan dan benda kebudayaan yang erat hubungannya dengan pemujaan arwah."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reko Tjatur B.
"ABSTRAK
Analisis yang memperhatikan situs sebagai satuan ruang penelitian pada tingkat meso telah kerapkali dilakukan dengan berbagai cara dan tujuan. Penelitian kali ini bertujuan untuk menganalisis situs guna mengetahui keteraturan-keteraturan dari temuan dalam situs. Hal tersebut dikaji dengan cara memperhatikan faktor-faktor bentuk dan ukuran batuan, jarak antar batu, dan denah tata letak batu. Kali ini analisis situs tersebut diterapkan pada situs masa megalitik di Desa Belumai, Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan. Di dalam situs Belumai yang diteliti tersebut terdapat 103 batu, yang terdiri atas 2 lumpang batu, 1 batu gajah, 1 batu datar, dan 99 batu tegak. Situs ini dipilih dari sejumlah situs di daerah Pasemah karena banyaknya jumlah batuan, terutama batu tegaknya, dan terkonsentrasinya temuan tersebut pada satu lahan datar, sementara daerah sekitarnya berlembah dan berbukit-bukit. Data penelitian dikumpulkan melalui survei lapangan, dengan cara mengukur masing-masing batu serta jarak antar batunya, sedang analisisnya menggunakan analisis pola titik (point pattern analysis). Setelah keletakan ruangnya dalam situs dipetakan, barulah dapat diungkap adanya himpunan batuan. Setiap himpunan tersebut disebut dengan Kelompok, yang terbagi atas Kelompok Utama, Kelompok Kedua, dan Kelompok Lain-lain. Setiap Kelompok tersebut diberi kode 3 angka, sehingga dapat mewakili tata letak batuannya. Angka-angka hasil pengukuran di atas kemudian divisualisasikan dalam bentuk gambar grafik garis, di mana masing-masing Kelompok batuan membentuk pola garis yang tertentu pula. Semakin sejajar grafik garisnya dengan sumbu horisontal maka semakin tampak keteraturan-keteraturannya. Dari bukti-bukti keteraturan tersebutlah dapat diperkirakan adanya norma budaya masyarakat masa megalitik di situs Belumai.

"
1996
S11883
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mia Sara
"In The Mood For Love atau 花樣年華 (Huāyàng niánhuá) adalah sebuah film Hong Kong tahun 2000 yang disutradarai oleh Wong Kar-wai dan dibintangi oleh Maggie Cheung dan Tony Leung. Film ini bercerita tentang hubungan antara Nyonya Chen (陈太太) dan Tuan Zhou (周先生) yang tercipta karena mereka memiliki masalah pernikahan yang sama dalam kehidupan rumah tangga masing-masing. Nyonya Chen dan Tuan Zhou menjalin hubungan yang kuat setelah mengetahui bahwa pasangan mereka berselingkuh dibelakang mereka. Di dalam film ini, Wong Kar-wai banyak menggunakan simbol-simbol yang saling menghubungkan antara adegan satu dengan adegan lainnya dan memiliki makna yang dalam pada cerita.

In The Mood For Love or 花樣年華 (Huāyàng niánhuá) is a 2000 Hong Kong film directed by Wong Kar-wai and starring Maggie Cheung and Tony Leung. This film is about the relationship between Mrs. Chen (陈太太) and Mr. Zhou (周先生) which created because they have the same marriage problem in their household. Mrs. Chen and Mr. Zhou are having a deep relationship after knowing that their spouses is cheating behind their back. In this movie, Wong Kar-wai using a lot of symbols which connect one scene to another scene and have a deep meaning within the story."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Simatupang, Aldo Gadra Paulus
"ABSTRAK
Pulau Samosir merupakan salah satu peninggalan situs Megalitik yang merepresentasikan budaya adat Megalitik yang dekat terikat dengan kelompok etnis batak Toba. Salah satu tinggalan Megalitik tersebut, adalah patung Megalitik berbentuk manusia, yang digambarkan dalam gaya, gestur, dan bentuk yang beragam. Penelitian sebelumnya mengenai patung Megalitik kuno di Samosir berfokus terhadap informasi deskriptif mengenai bentuk dan lokasi objek tersebut. Peneltiian ini bertujuan untuk menyediakan informasi mengenai karakteristik fisik, atribut gaya, dan asosiasinya dengan tinggalan Megalitik lainnya. Penelitian ini menggunakan model penelitian arkeologi Ashmore dan Sharer (2010) yang terdiri dari beberapa tahapan. Berdasarkan gestur, bentuk, dan variasi atribut, patung megalitik berbentuk manusia dapat diklasifikasikan menjadi 4 kelompok utama, yaitu digambarkan dengan tubuh tidak lengkap, berdiri, berlutut, dan dalam posisi duduk. Penggambaran tersebut juga bervariasi menjadi gaya sederhana dan raya. Berdasarkan kesimpulan penelitian ini dan penelitian sebelumnya mengenai Batak dan tradisi Megalitik, keberagaman patung Megalitik berbentuk manusia di Samosir terkait dengan perkembangan awal dari kebudayaan Megalitik.

ABSTRACT
Samosir island is one of late megalithic sites that represent an indigenous megalithic culture that is tied to Batak Toba ethnic group. One of those megalithic remains is a human megalithic sculpture, that is portrayed in various style, gesture, and shape. Previous studies about ancient megalithic statue in Samosir focus on providing descriptive information regarding the shape and location of object. This study aims is to provide information regarding human megalithic sculpture physical characteristics, stylistic attributes, and association with other megalithic remains. This study uses Ashmore and Sharer (2010) archaeology research model that is made up by several steps. Based on gesture, shape, and attributes variation, megalithic human figure can be classified into four main class, which are partially depicted, standing, kneeling, and seated. Those depiction also varies into static and dynamic poses and style. Supported by previous research on Batak and megalithic tradition, the variety of Samosir`s human megalithic sculpture are tied to the early development of its megalithic culture."
2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nunuk Juli Astuti
"Penelitian ini merupakan kajian filologis dan paleografis terhadap enam naskah Ulu Serawai dan Pasemah koleksi Museum Negeri Bengkulu. Naskah yang dijadikan objek penelitian adalah MNB 07.09, MNB 07.56, MNB 07.72, MNB 07.11, MNB 07.32, dan MNB 07.90. Keenam naskah tersebut dipilih karena tulisannya jelas dibaca dan makna teksnya dapat dipahami peneliti. Dalam analisis keenam naskah ini secara berurutan disebut sebagai naskah A-F.
Tujuan penelitian ini ada dua, yaitu: (1) menyajikan suntingan teks dari naskah MNB 07.09, MNB 07.56, MNB 07.72, MNB 07.11, MNB 07.32, dan MNB 07.90 supaya didapatkan teks suntingan yang dipahami maknanya, (2) menganalisis bentuk aksara Ulu dalam naskah MNB 07.09, MNB 07.56, MNB 07.72, MNB 07.11, MNB 07.32, dan MNB 07.90 supaya diketahui sejarah perkembangan bentuk aksaranya.
Untuk mencapai tujuan penelitian tersebut, peneliti menggunakan edisi diplomatik dan edisi kritis untuk melakukan suntingan teks, serta metode dinamis dalam ilmu paleografi untuk mengkaji bentuk aksaranya.
Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini berupa terbitan diplomatik dan terbitan teks, .dengan perbaikan bacaan. Analisis terhadap bentuk aksara Ulu menghasilkan beberapa kesimpulan, sebagai berikut: (1) Aksara Ulu dalam naskah Serawai dan Pasemah kemungkinan diturunkan dari aksara Ulu Rejang; (2) Bentuk aksara dalam naskah A, B, dan C serupa, kemungkinan ditulis pada kurun waktu yang sama; (3) Bentuk aksara dalam naskah D merupakan bentuk aksara yang paling tua daripada bentuk aksara dalam naskah lain; (4) Bentuk aksara dalam naskah A, B, dan C kemungkinan diturunkan dari bentuk aksara Ulu dalam naskah D; (5) Bentuk aksara E dan F kemungkinan bukan diturunkan dari bentuk tulisan Ulu Rejang Jaspan, melainkan dari salah satu variannya.

This research is philological and paleographical study of six Ulu manuscripts of Serawai and Pasemah in Museum Negeri Bengkulu collection. The research objects are MNB 07.09, MNB 07.56, MNB 07.72, MNB 07.11, MNB 07.32, and MNB 07.90 manuscripts. These six manuscripts are chosen because having clear script to be read and having meaning that can be understood by the researcher. It called A-F manuscript in its analysis.
There are two research objectives. First, presenting critical text of MNB 07.09, MNB 07.56, MNB 07.72, MNB 07.11, MNB 07.32, and MNB 07.90 manuscripts in order to find out the critical text that its meaning can be understood. Second, analyzing the form of Ulu's script in MNB 07.09, MNB 07.56, MNB 07.72, MNB 07.11, MNB 07.32, and MNB 07.90 manuscripts so that can be known the history of its script.
In order to reach the research objective, the researcher using diplomatic and critical edition in conducting critical text, and also using dynamic method in paleography in studying script form of the manuscript.
The research finding of this research is in the form of diplomatic publication and text publication with reading correction. The analysis of the script in the manuscripts yielding several conclusions: (1) There is possibility that the Ulu's script of Serawai and Pasemah manuscript is regenerated from Rejang Ulu's script; (2) The form of the script in A, B, and C manuscripts are same, it means that may be written in the same age; (3) The form of the script in D manuscript is the oldest than others; (4) The form of the script in A, B, and C manuscripts may be regenerated from the Ulu' s script in D manuscript; (5) The form of the script in E and F manuscripts may not be regenerated from Jaspan Rejang Ulu",'s, but coming from the one of its variant.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2005
T15335
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiwid Murdany
"Perancangan LPG Plant bertujuan untuk mengetahui kelayakan pembangunan LPG Plant di daerah Sumatera Selatan ditinjau dari segi teknis maupun ekonomi sehingga dapat menjadi rekomendasi dalam pemenuhan kebutuhan LPG domestik terutama untuk daerah Sumatera Selatan. Proses dasar LPG dari gas bumi adalah menggunakan pemisahan pada temperatur rendah. Produk yang dihasilkan memenuhi syarat LPG yang digunakan secara komersial yaitu jumlah komponen propana dan butana lebih dari 97,5 %.
Dari hasil simulasi diperoleh produk LPG sebesar 62,28 ton per hari, kondensat 139,01 barrel per hari dan lean gas ke jalur pipa sebesar 16,71 MMSCFD. Biaya investasi LPG Plant dengan kapasitas 20 MMSCFD adalah $23.072.644 dan biaya operasional per tahunnya sebesar $1.064.262. Dengan tingkat nilai pengembalian yang disyaratkan 10%/tahun diperoleh nilai NPV sebesar $ 65.279.475, IRR 43 % dan Payback Period kurang dari 2 tahun.

The objection of this design is to study whether Gas Field of South Sumatera feasible or not to be developed technically and economically. Beside that, this study could be recommended as an alternative to fulfill the LPG demand especially in South Sumatera. Selected process for LPG recovery is Low Temperatur and Separation system. The product has to fulfill the LPG specification which contains more than 97.5 % of propane and butane.
From the simulation, the result product of LPG Plant is 62,28 tonne/day of LPG, 139,01 barrel/day of condensates and 16,71 MMSCFD of lean gas to pipeline. Economic analysis shows that the total capital investment of this plant with 20 MMSCFD capacity is US $ 23.072.644 and operational cost is US $ 1.064.262 per year. In case of 10 % MARR, NPV results are $ 65.279.475, IRR 42 % and payback period is less than 2 years.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43046
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>