Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 26856 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sekar Anidyawati Utami
"Perjalanan mencari jati diri adalah genre film yang populer dalam industri film. Terdapat dua film terkenal yang membawakan perjalanan pencarian jati diri ini, yaitu Eat, Pray, Love (2010) dan Wild (2014). Salah satu konsep yang paling terkenal terkait pencarian jati diri adalah Hero?s Journey dari Joseph Campbell (1949). Namun, sebetulnya Hero?s Journey adalah konsep yang sudah sangat tua dan mungkin tidak cocok untuk digunakan pada era modern seperti saat ini. Jurnal ini menganalisa bagaimana konsep Hero?s Journey ini digunakan dalam era modern dengan membandingan dua karakter film, yaitu Liz Gilbert dari film Eat, Pray, Love (2010) dan Cheryl Strayed dari film Wild (2014) dan mencari tahu bagaimana mereka menemukan jati diri mereka melalui perjalanan di area yang berbeda. Hasil yang ditemukan adalah terdapat beberapa perbedaan yang terlihat dalam kedua karakter tersebut. Liz hanya melewati 11 dari 12 tahap dari Hero?s Journey dengan urutan yang berbeda. Sedangkan Cheryl melewati 9 dari 12 tahap yang ada di Hero?s Journey. Semua hasil ini menunjukkan bahwa tidak semua tahap dari Hero?s Journey ditemukan dalam manusia modern saat menemukan jati diri mereka.
Self-discovery journey is a popular genre in film industry, and there are two popular films about self-discovery journey which are Eat, Pray, Love (2010) and Wild (2014). One of the popular concepts of self-discovery is the concept of Hero?s Journey by Joseph Campbell (1949). However, Hero?s Journey is a very old traditional concept that may not be fit into people nowadays. This paper analyses how Hero?s Journey concept is used in modern time by comparing the way the two characters, Liz Gilbert in Eat, Pray, Love (2010) and Cheryl Strayed in Wild (2014) try to discover their true selves on their own way through their journey in different world. From the findings, there are some significant differences in both characters. Liz only goes through 11 out of 12 stages of Hero?s Journey with difference sequence, while Cheryl only passes 9 out of 12 stages of Hero?s Journey. All these findings show that modern people cannot go through all the Hero?s Journey stages to find their true selves."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Sofia Dwi Yannita
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang kata asing dan kata pinjaman yang berasal dari bahasa Inggris (Anglizismen) dalam film Little Thirteen ditinjau dari segi morfologi, fonetis dan semantik. Dalam skirpsi ini dipaparkan bagaimana perubahan kata-kata tersebut setelah dipinjam oleh bahasa Jerman, seperti perubahan bentuk kata, perubahan bunyi dan perubahan makna. Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat kualitatif yang dijelaskan melalui uraian-uraian kata secara deskriptif dan menggunakan metode studi pustaka. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa kata-kata bahasa Inggris yang dipinjam oleh bahasa Jerman dapat dikelompokkan ke dalam berbagai jenis peminjaman.

ABSTRAK
The focus of this study is about foreign words and load words which came from English (Anglizismen) in the movie LITTLE THIRTEEN and is analyzed morphologically, phonetically and semantically. This study explains how the words change, for example the change of the form, the pronounciation and also the meaning. This study uses a descriptive qualitative method of research and the data is gained through literary research. The result of this study shows that the words which are taken or came from English to German could be classified into types of loan."
2016
S63634
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oktafia Dwijayanti
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas fungsi makian dalam tuturan dialog film Wer Bin Ich ? Kein System ist Sicher berdasarkan konteks dan situasi pembicaraan yang menyertai tuturan tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif yang disertai penghitungan jumlah data. Hasil analisis menunjukkan bahwa secara umum makian memiliki 4 fungsi, yaitu expletive, abusive, stylistic atau auxiliary, dan social atau humorous. Namun, keempat fungsi ini dapat muncul di saat bersamaan (overlap), disebabkan oleh situasi pembicaraan saat penuturan.

ABSTRACT
This research focuses on the analysing the swearwords? functions in the movie Who Am I, based on context and speech situations they are spoken. This research uses qualitative descriptive method, supported by calculation of datas. Analysis? results show that swearwords generally have 4 functions (expletive, abusive, stylistic/auxiliary, social/humorous). However, these functions can overlap each other caused by the context and speech situation of the spoken swearwords.
"
2016
S64064
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rantika Adhiningtyas
"ABSTRAK
Studi ini membahas mengenai representasi perempuan lajang dalam film
Indonesia. Perempuan lajang kerap mendapatkan stereotip negatif dan bahkan
status sosialnya dianggap lebih rendah dibandingkan perempuan menikah.
Realitas ini juga kerap ditampilkan dalam media. Penelitian ini menggunakan
teori representasi Stuart Hall. Penelitian ini menggunakan paradigma
konstruktivis-interpretatif dengan pendekatan kualitatif. Hasilnya adalah adanya
representasi dan stereotip perempuan yang sudah menikah, representasi dan
stereotip perempuan lajang dewasa sebagai orang yang pemarah, perempuan
lajang yang mendapatkan label sebagai ?perawan tua?, dan perempuan yang
dianggap ideal (perempuan menikah) pada film ?Kapan Kawin??. Representasi ini
dihasilkan karena adanya representasi mental yang berdasarkan pada mitos-mitos
mengenai perempuan yang masih terjadi di Indonesia hingga saat ini.

ABSTRACT
This study discuss the representation of single woman in Indonesian film. Single
woman often receive negative stereotype and her social status considered under
the married woman. This reality also shown in media. This study using
constructivist-interpretative paradigm with qualitative approach. The result
shows representation and stereotype of married woman, representation and
stereotype singe lady as an anger person, single woman who gets labelling such
as ?perawan tua?, and ideal woman (married woman) in ?Kapan Kawin??. This
representation was produced because of the mental representation based on
myths regarding woman that still occurs in Indonesia today."
2016
T46309
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andriadi
"ABSTRAK
Degradasi apresiasi terhadap film Western mutakhir melatarbelakangi penelitian ini. Para produser film mencoba merevitalisasi elemen film Western agar menghasilkan karya yang lebih menarik dengan atmosfer yang berbeda. Penelitian ini menelaah invensi dan interaksi budaya melalui eksplorasi unsur-unsur eksternal yang menyebabkan perubahan pada formula genre Western dalam film Wild Wild West (1999) dan Django Unchained (2012). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi pembalikan tipe struktur estetika dalam kedua film tersebut. Pertama, latar karya menunjukkan ruang yang semakin modern dan cenderung mengurangi ruang kebudayaan liar; kedua, ikon persenjataan dan transportasi yang digunakan oleh para tokoh semakin modern; ketiga, tokoh hero yang ditampilkan semakin marjinal; keempat, ide cerita semakin variatif dan dinamis; kelima, situasi dan pola tindakan yang disuguhkan menunjukkan formula kekerasan yang semakin brutal. Evolusi yang terjadi pada kedua film teranalisis dipengaruhi oleh politisasi produksi, perubahan jaman, dan perubahan selera penonton/masyarakat."
Ambon: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2016
400 JIKKT 4:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Stam, Robert
New York: Blackwell, 2000
791.43 Sta f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Ruth Eveline
"Dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari manusia membutuhkan komunikasi antar sesamanya. Dalam komunikasi yang terpenting adalah tersampaikannya pesan kepada penerima seperti yang diinginkan oleh pengirim. Manusia menggunakan bermacam-macam media untuk berkomunikasi; salah satu diantaranya yang sudah dikenal adalah film yang merupakan media komunikasi audio-visual. Komunikasi dalam film dilakukan dengan menggunakan gambar-gambar atau lambang-lambang dan suara sesuai dengan fungsinya sebagai media komunikasi audio-visual. Oleh karena itu, dewasa ini film dianggap sebagai media komunikasi yang sangat efektif. Pesan yang ingin disampaikan akan lebih mudah diterima dibanding dengan meng_gunakan media komunikasi lainnya, seperti misalnya, buku, kaset, dan sebagainya. Cobalah kita simak acara film pendidi_kan Sesame Street di RCTI, suatu acara televisi untuk anak_anak yang sangat digemari di negara asalnya, Amerika Serikat. Acara ini ternyata juga sudah menjadi acara favorit anak-anak khususnya di Jakarta. Acara tersebut sebenarnya ingin memberikan pendidikan dasar kepada anak-anak, seperti pengenalan akan angka, huruf, kata dan pengenalan akan alam sekitarnya, tetapi karena hal itu dilakukan melalui film, anak-anak yang pada umumnya cepat bosan, menjadi tertarik dan antusias terhadap acara tersebut. Keberhasilan suatu film dalam penyampaian pesan tentunya tidak terjadi begitu saja, perlu dukungan skenario yang baik dan dibutuhkan sutradara yang cakap. Seorang sutradara harus dapat menggunakan subyek sinematik, seperti faktor makhluk, ruang, waktu dan peristiwa semaksimal mungkin sehingga setiap adegan dapat memberi makna bagi penonton dan pesanpun dapat diterima. Tujuan pembuatan film bisa bermacam-macam. Ada film yang dibuat untuk memperkenalkan obyek-obyek pariwisata dan berbagai kebudayaan suatu tempat dengan tujuan menarik para wisatawan. Ada pula film yang dibuat untuk memberikan pelajaran kepada murid-murid sekolah, seperti acara-acara pendidikan di TPI (Televisi Pendidikan Indonesia)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1992
S14523
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Di suatu pagi di sebuah perpustakaan,seorang siswa SMU sedang sibuk mencari literatur berupa buku atau bahan pustaka mengenai Loetoeng kasaroeng . Gurunya menyuruh ,membuat esai mengenai legenda dari Jawa Barat itu. Siswa tersebut pun larut dalam bacaan dan literatur yang diperolehnya di Perpustakaan. Beberapa buku dan majalah dilahapnya sampai memiliki bahan yang cukup banyak untuk membuat suatu esai ...."
020 VIS 10:2 (2008)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Dewan Kesenian Jakarta, 2019
791.43 TIL
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Dwiki Armani
"Film dengan genre animasi memiliki daya tarik tersendiri. Film animasi dapat merepresentasikan unsur kebudayaan suatu bangsa dengan grafis yang beragam dan menarik. Salah satu film yang merepresentasikan budaya Cina antara lain adalah Film Turning Red '青春变形记' (Qīngchūn biànxíng jì) (2020). Representasi budaya Cina dalam film Turning Red menampilkan unsur-unsur ajaran Konfusianisme dalam hubungan keluarga. Konfusianisme merupakan salah satu unsur kebudayaan Cina yang berisi falsafah hidup bagi etnis Cina baik yang tinggal di daratan Cina, maupun di luar daratan Cina. Dalam Konfusianisme terdapat konsep harmonisasi sebagai unsur bijak manusia antara lain Ren 仁 (kemanusiaan), Yi 義 (kebajikan/keadilan), Li 礼 (etika), Zhi 知 (pengetahuan), Xin 信 (integritas), Zhong 忠 (kesetiaan), 孝 (Xiào) (bakti kepada orang tua). Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui bagaimana representasi Xiao pada film animasi berjudul Turning Red melalui penokohan Meilin Lee, Ming Lee, dan Wu. Melalui metode kualitatif, penelitian ini akan mengungkapkan bagaimana bentuk representasi konsep Xiao yang ditunjukan pada film Turning Red melalui adegan tokoh-tokoh pada film. Melalui pendekatan deskriptif, penelitian ini menemukan bahwa konsep Xiao merupakan faktor penting dalam membangun alur dan penokohan dalam film ini.

Films with the animation genre have their own charm. Animated films can represent elements of a nation's culture with diverse and attractive graphics. One of the films that represents Chinese culture is Turning Red '青春变形记' (Qīngchūn biànxíng jì) (2020).The representation of Chinese culture in the film Turning Red displays elements of Confucianism in family relationships. Confucianism is one of the elements of Chinese culture which contains a philosophy of life for ethnic Chinese both living in mainland China and outside mainland China. In Confucianism there is the concept of harmonization as a wise human element, including Ren 仁 (humanity), Yi 義 (virtue/justice), Li 礼 (ethics), Zhi 知 (knowledge), Xin 信 (integrity), Zhong 忠 (loyalty), 孝 (Xiào) (filial piety). This study intends to find out how Xiao is represented in the animated film Turning Red through the characterizations of Meilin Lee, Ming Lee, and Wu. Through qualitative methods, this study will reveal how the form of representation of Xiao's concept is shown in the film Turning Red through the scenes of the characters in the film. Through a descriptive approach, this research finds that Xiao's concept is an important factor in developing the plot and characterizations in this film."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>