Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 56749 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hanna Hakhalya
"Tianxia Ti nxi adalah sebuah ide yang sudah muncul dalam masyarakat Tiongkok sejak Dinasti Shang Sh ng ch o Dari dinasti ke dinasti ide ini mengalami perubahan dan pergeseran makna oleh karena perkembangan zaman dan kejadian kejadian sejarah Sehingga jika dilihat dari konteks yang berbeda Tianxia dapat memiliki arti dan interpretasi yang berbeda pula Film ldquo Hero rdquo Y ngxi ng karya Zhang Yimou Zh ng Y m u adalah salah satu film berlatar sebelum Dinasti Qin Q n ch o yang menampilkan Tianxia dengan cara yang unik Dari film ini penulis mencoba melihat dan menjabarkan makna dari Tianxia sesuai dengan perspektif film Hero
Tianxia Ti nxi is an idea that has been exist in Chinese civilization since Shang Dynasty Sh ng ch o The idea of Tianxia continue to developed and interpreted according to the time and history Therefore Tianxia might give different definition or interpretation according to its context A ldquo Hero rdquo Y ngxi ng film by Zhang Yimou Zh ng Y m u was set before Qin Dynasty Q n ch o which has unique way of showing Tianxia The writer tries to explain the meanig of Tianxia based on the movie ldquo Hero rdquo"
Depok: [Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia], 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Rebecca Christiani Putri
"Hero (英雄Yīngxióng) adalah film yang disutradarai oleh Zhang Yimou. Film Hero yang dirilis pada tahun 2002 mengambil latar waktu pada era Tujuh Negara Berperang. Film ini menceritakan tentang perjuangan dan pengorbanan tokoh Wuming dalam menyampaikan sebuah visi persatuan yang terdapat dalam konsep Tianxia (天下Tiānxià) kepada Kaisar Qin. Tokoh Wuming harus mengorbankan tujuan awalnya menemui Kaisar dan memilih untuk tetap tunduk pada satu konsep yaitu Tianxia yang menjadi titik persimpangan penting dari seluruh kisah dalam film ini dan terutama sebagai konsep penting yang dipegang oleh Kaisar dalam menjalankan pemerintahannya. Tulisan ini membahas tentang usaha yang dilakukan tokoh Wuming untuk bertemu dengan Kaisar, pergeseran niat Wuming saat menemui Kaisar, serta relasi antara istilah 英雄dan konsep Tianxia. Peneliti mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan penelitian, menyortir dan menganalisis data-data tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa makna istilah英雄dalam film Hero merupakan sebuah harapan kepada Kaisar Qin untuk mewujudkan visi persatuan yang terkandung dalam konsep Tianxia dan pengorbanan yang diberikan oleh Wuming dalam menyampaikan visi tersebut kepada Kaisar.

Hero (英雄Yīngxióng) is a film directed by Zhang Yimou. Hero film released in 2002, which takes place in the Seven War Countries era. The movie tells about Wuming’s struggle and sacrifice in conveying a vision of unity contained in the concept of Tianxia (天下Tiānxià) to Emperor Qin. Wuming must sacrifice his original goal of meeting the Emperor and choose to remain subject to one concept, Tianxia, which becomes an important crossing point of the entire story in the movie and especially as an important concept held by the Emperor in the running of his reign. This paper discusses the effort made by Wuming to the meet with the Emperor, the shift in Wuming’s intentions when meeting the Emperor, as well as the relation between the 英雄and the concept of Tianxia. The Researcher collected the data related to research, sorting and analyzing the data. The results showed that the meaning of 英雄in the film Hero was an expectation to Emperor Qin to realize the vision of unity contained in the concept of Tianxia and the sacrifices given by Wuming in conveying the vision to the Emperor."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Adiany Salsabila
"Coming Home (归来 guīlái) adalah film Tiongkok dengan latar belakang romansa dan latar waktu saat Revolusi Kebudayaan tahun 1966-1976 yang rilis pada tahun 2014. Peristiwa Revolusi Kebudayaan harus selalu diingat agar tidak terulang kembali di masa yang akan datang. Penelitian ini membahas tentang makna asosiatif dari kata 归来 guīlái di dalam film Coming Home (归来 guīlái) yang disutradarai oleh Zhang Yimou. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji kata 归来 guīlái dari faktor-faktor di luar bahasa, yaitu melalui adegan, dialog, penokohan, dan alur. Penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data dokumentasi, observasi dan studi pustaka untuk menulis penelitian ini. Kesimpulan dari penelitian ini adalah makna kata 归来 guīlái atau ‘pulang’di dalam film bukan hanya sekedar kembali ke rumah, namun masih ada makna mendalam lainnya dari setiap adegan yang muncul di dalam film. Kata ‘pulang’ jika dikaitkan dengan adegan-adegan di dalam film Coming Home dapat diasosiasikan dengan mengingat kembali kejadian di masa lalu karena ketiga tokoh utama, yaitu Lu Yanshi, Feng Wanyu dan Dandan tidak merasakan ‘pulang’ dengan makna yang sesungguhnya. Makna asosiatif dari kata ‘pulang’ jika dikaitkan dengan adegan-adegan di dalam film bersifat negatif menjadi perpisahan, pengkhianatan dan pengalaman traumatis.

Coming Home (归来 guīlái) is a Chinese film with a romantic background and a time setting during the 1966-1976 Cultural Revolution, which was released in 2014. The events of the Cultural Revolution must always be remembered so that they do not happen again in the future. This study discusses the associative meaning of the word 归来 guīlái in the film Coming Home (归来 guīlái), directed by Zhang Yimou. The purpose of this study is to examine the word 归来 guīlái from factors outside of language, namely through scenes, dialogues, characterizations, and plot. The author uses qualitative research methods with documentation data collection techniques, observation, and literature study to write this research. This study concludes that the meaning of the word 归来 guīlái or 'going home' in the film is not just returning home, but there is another more profound meaning in every scene that appears in the film. The word 'going home' when associated with scenes in the film Coming Home can be associated with recalling past events because the three main characters, Lu Yanshi, Feng Wanyu, and Dandan, do not feel 'going home' in an absolute sense. The associative meaning of the word 'coming home' when associated with the scenes in the film is negative to separation, betrayal, and traumatic experiences."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ariane sabarini
"ABSTRAK
Yingxiong (Hero) adalah film bergenre Wuxia karya Zhang Yimou. Film ini mengambil latar sejarah pada tahun 475-221 SM, menggali sejarah Tiongkok kuno dengan sebuah kisah fiksi tentang misi pembunuhan Kaisar Qin
oleh Wu Ming, seorang pekerja tingkat rendah, dengan cara membunuh tiga pembunuh dari negri Zhou yang mengancam nyawa Kaisar Qin dengan ilmu pedangnya yang luar biasa. Film ini memiliki nilai estetika yang tinggi dan secara terstruktur disajikan menggunakan nuansa warna-warna yang berbeda pada adegan film. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan bagaimana warna dari setiap adegan mewakili makna dan hubungan alur film. Metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam jurnal ini adalah analisis deskriptif dengan pendekatan intrinsik. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa tidak ada makna lainnya dari penggunaan warna adegan melainkan hanya sebagai penanda alur maju atau mundurnya film.

ABSTRACT
Yingxiong (Hero) is a Wuxia genre movie by Zhang Yimou. Set in 475-221 BC, the movie delves into ancient China with a fictional tale about Emperor Qin s assassination mission by Wu Ming, a low-level functionary, by eliminating three potential assassins from Zhou country with his invincible swordsmanship. The movie posses high aesthetic value and is very structurally presented with color-coded scenes. The purpose of this study is to describe how the colors of each scene represent the meaning and relationship of the movie plot. The research
method used by the author in this journal is descriptive analysis with an intrinsic approach, that revealed there are no other meanings of the color-coded scenes other than to mark the progessive or flash back plot of the movie."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Shabrina Fathya
"Film To Live《活着》merupakan film drama karya Zhang Yimou yang dirilis pada tahun 1994. Film ini mengisahkan tentang sebuah keluarga di sebuah kota kecil di Tiongkok Utara yang menyesuaikan diri dengan peran baru mereka di masyarakat Komunis dan melewati berbagai asam garam kehidupan di bawah gejolak rezim Partai Komunis Tiongkok. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa aspek Pemikiran Mao Zedong yang terepresentasi dalam film. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan intrinsik dan ekstrinsik yang berfokus pada aspek Pemikiran Mao Zedong yang muncul dalam alur cerita film. Hasil penelitian menunjukkan bahwa film To Live merupakan bentuk kritik terhadap dampak Pemikiran Mao Zedong yang pada masa itu dianggap sebagai ‘pedoman revolusioner untuk mendirikan Tiongkok Baru’, namun pada prakteknya masyarakat Tiongkok harus melewati berbagai macam kesulitan dan menemui nasib yang tragis hanya demi idealisme semata.

To Live《活着》is a drama film by Zhang Yimou released in 1994. This film tells the story of a family in a small town in North China adjusting to their new role in Communist society and going through various ups and downs of life under the turmoil the Chinese Communist Party regime. This study aims to analyze the aspects of Mao Zedong's thoughts that are represented in the film. This study uses a qualitative research method with an intrinsic and extrinsic approach that focuses on aspects of Mao Zedong's thoughts that appear in the storyline of the film. The results of the study show that the film To Live is a form of criticism of the impact of Mao Zedong's Thought which at that time was considered a 'revolutionary guide to establishing a New China', but in practice the Chinese people had to go through various difficulties and meet a tragic fate just for the sake of idealism."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nanda Sopiyan
"Film Ne Zha (2019) merupakah salah satu film animasi dari Cina yang mengisahkan mengenai seorang anak laki-laki bernama Ne Zha yang terlahir sebagai seorang iblis karena mutiara iblis. Akibat mutiara iblis berdampak pada kehidupan Ne Zha yang memiliki karakter anti-hero namun berakhir menjadi hero. Objek yang diteliti pada penelitian berfokus pada karakter hero dan karakter anti-hero pada tokoh utama Ne Zha pada film tersebut. Karakter hero dan anti-hero tercipta karena adanya beberapa aspek yang mempengaruhinya. Penelitian ini dilakukan dengan cara metode kualitatif dan studi dokumen serta mengumpulkan data melalui online browsing. Artikel ini menyimpulkan bahwa karakter hero dan anti-hero pada tokoh Nezha menghasilkan keunikan, menggambarkan karakteristik budaya Cina yang cenderung mencari keseimbangan antara kekuatan positif dan negatif dalam mencapai sebuah kondisi ideal.

Ne Zha Movie (2019) is one of the animated films from China that tells the story of a boy named Ne Zha who was born as a demon because of the demon pearl. The result of the demon's pearl has an impact on Ne Zha's life who has an anti-hero character but ends up becoming a hero. The object studied in the research afocuses on the hero character and anti-hero aspects of the main character Ne Zha in the movie. Hero and anti-hero characters are created because of several aspects that influence them. This research was conducted by qualitative methods and document studies and collecting data through online browsing. This research concludes that Nezha's hero and anti-hero characters produce uniqueness, reflecting the characteristics of Chinese culture which tend to seek a balance between positive and negative forces in achieving an ideal condition."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Indah
"Film Snipers《狙击手》merupakan film karya Zhang yimou dan Zhang Mo yang dirilis pada tahun 2022 di Tiongkok. Film ini bercerita tentang perjuangan pasukan kompi lima, Tentara Sukarelawan Rakyat Tiongkok dalam menjalankan misi yang diberikan oleh Kapten, yaitu menyelamatkan anggota intelijen yang sebelumnya ditawan oleh tentara Amerika. Akan tetapi, ketika pasukan sampai di medan perang dan ingin mengevakuasi anggota intelijen, tiba-tiba pasukan kompi lima diserang oleh tentara Amerika. Sejak itu, perjuangan para tentara Tiongkok dalam melawan agresi tentara Amerika dimulai. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sikap patriotisme seperti apa yang digambarkan sutradara pada film Snipers. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan fokus penokohan Chen Dayong, Liu Wenwu, dan Liang Liang melalui karakteristik, dialog, tingkah laku yang merepresentasikan sikap patriotisme. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa adanya rekonstruksi dalam penggambaran sikap patriotisme melalui tokoh. Sikap patriotisme biasanya ditunjukan dengan aksi heroik. Akan tetapi, pada film Snipers sikap patriotisme juga dapat ditunjukan pada tokoh yang sedang mengalami kondisi kritis.

Snipers《狙击手》 is a film by Zhang Yimou and Zhang Mo was released on 2022 in China. This film tells about struggle of The Fifth Squad, Chinese People's Volunteer Army, in order to accomplish the mission was given by their Captain, to rescuing intelligence members who previously held captive by American soldiers. However, when The Fifth Squad arrived at the battlefield and wanted to evacuate intelligence members, suddenly The Fifth Squad was attacked by American soldiers. From that moment, the struggle of Chinese soldiers against American aggression began. This research aims to analyze what kind of patriotism the director describes in the film Snipers. This research uses a qualitative descriptive method with a focus on the characterizations of Chen Dayong, Liu Wenwu, and Liang Liang through characteristics, dialogue, behavior that represents patriotism. The results of this research indicate that there is a reconstruction in depiction of patriotism through the characters. Patriotism is usually shown by heroic action. However, in the film Snipers, patriotism can also be shown in character who are in critical condition."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yourinda Prasadanti
"Film Curse of the Golden Flower adalah film karya Zhang Yimou yang merupakan salah satu sutradara dari Generasi Kelima. Film ini dirilis pada tahun 2007 dan mengambil latar waktu pada era Dinasti Tang. Film Curse of the Golden Flower menceritakan tentang usaha Kaisar dalam mempertahankan kestabilan sistem pemerintahan di dalam istana karena dampak dari konflik yang muncul, seperti rencana pemberontakan Permaisuri, ketidakpatuhan Permaisuri pada Kaisar dan hubungan terlarang antara Permaisuri dengan anak tirinya. Kaisar menggunakan “obat” untuk menyembuhkan segala permasalahan yang terjadi di dalam Istana agar sistem pemerintahan tetap stabil. Penelitian ini bertujuan untuk memahami makna “obat” di dalam film Curse of the Golden Flower melalui deskripsi adegan dan dialog percakapan antara Kaisar dengan Permaisuri, tabib kerajaan dan putra-putranya. Peneliti menggunakan metode kualitatif, mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan penelitian dan menganalisis data tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa “obat” yang seharusnya dapat menyembuhkan, justru di sisi lain juga menjadi racun untuk menghancurkan permasalahan rumit yang mengganggu stabilitas istana.

The film Curse of the Golden Flower is a film by Zhang Yimou who is one of the directors from Fifth Generation. This film was released in 2007 and set in the Tang Dynasty era. The film Curse of the Golden Flower tells the story of the Emperor's efforts to maintain the stability of the government system in the palace due to the impact of the conflict that across, such as the plan for the Empress's rebellion, the Empress's disobedience to the Emperor and the forbidden relationship between the Empress and her stepson. The Emperor use "medicine" to cure all the problems that occurre in the palace so the government system still stable. This research aims to understand the meaning of "medicine" in the film Curse of the Golden Flower through scene descriptions and dialogues between the Emperors and the Empress, traditional healers and their sons. Qualitative research through collected data that related to this research and analyzed the data methods is used in this research. The research result showed the "medicine" that was supposed to heal, on the other side, also became poison to destroy complex problems that disrupt the stability of the palace."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Depok: Departemen Ilmu Hubungan Internasional, 2012
920.72 OUR
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>