Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 170507 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aron Husink
"Latar Belakang: Penyakit jantung katup merupakan masalah kesehatan yang signifikan di Indonesia, dan pembedahan adalah tatalaksana. Berbagai sistem skor telah dikembangkan untuk memprediksi mortalitas dan morbiditas pasca pembedahan, namun sebagian besar dibuat dari populasi dengan karakteristik yang berbeda dibandingkan dengan kondisi di Indonesia. Perlu dikembangkan sistem skor menggunakan populasi setempat.
Tujuan Penelitian: Membuat sistem skoring untuk memprediksi mortalitas dan morbiditas di rumah sakit pasca pembedahan katup jantung di rumah sakit jantung dan pembuluh darah Harapan Kita.
Metode: Studi prognostik, dilakukan di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita, pada pasien dewasa yang menjalani pembedahan katup jantung dengan maupun tanpa bedah pintas arteri koroner sejak Januari 2012 hingga Desember 2014. Data dikumpulkan secara retrospektif. Sistem skor dibuat model regresi logistik.
Hasil penelitian: Sebanyak 1040 pasien disertakan dalam analisis. Terdapat 68 (6.5%) mortalitas, dan 410 (39.4%) morbiditas. Faktor risiko yang berhubungan dengan mortalitas adalah kelas fungsional, hipertensi, riwayat operasi jantung, gangguan ginjal, disfungsi ventrikel kanan, operasi emergensi, operasi katup serta bedah pintas arteri koroner, dan operasi katup trikuspid. Jenis kelamin laki-laki dan pembedahan katup ganda juga berkaitan dengan morbiditas. Sistem skor mortalitas yang dihasilkan memiliki H-L test p = 0.212; AUC = 0.813 (CI 95% = 0.758 ? 0.867); dan memiliki titik potong bernilai 5, memprediksi mortalitas 14% (sensitifitas 72,1%, spesifisitas 75.3%). Sedangkan sistem skor morbiditas memiliki H-L test p = 0.113; AUC = 0.713 (CI 95% = 0.681 ? 0.746); dan memiliki titik potong bernilai 5, memprediksi morbiditas 48% (sensitifitas 69,5% dan spesifisitas 60,5%).
Kesimpulan: Telah dibuat sistem skor prediksi mortalitas dan morbiditas pasca pembedahan katup jantung dengan atau tanpa BPAK. Sistem skor mortalitas memiliki daya kalibrasi dan diskriminasi yang baik. Sistem skor morbiditas memiliki daya kalibrasi yang baik, dan memiliki daya diskriminasi sedang.

Background: Valvular heart disease remains a significant health problem in Indonesia, and surgery remains as the treatment of choice. Various scoring system available to predict post-operative mortality and morbidity, but most were developed from different population characteristics compare to the condition in Indonesia. A scoring system based on local population is required.
Objective: To develop a scoring system for the prediction of in-hospital mortality and morbidity after heart valve surgery at Heart and Vascular Center Harapan Kita Hospital.
Methods: This is a prognostic study performed at Heart and Vascular Center Hospital Harapan Kita, toward patients who underwent heart valve surgery with or without coronary artery bypass since January 2012 to December 2014. Data were collected retrospectively. Scoring systems were developed using logistic regression models.
Result: 1040 patients were acquired. Mortality and morbidity rate was 68 (6.5%), and 410 (39.4%) respectively. Factors associated with mortality were functional class, history of hypertension, previous open heart surgery, impaired renal function, right ventricular dysfunction, emergent operation, combined heart valve and coronary artery bypass surgery, and tricuspid valve surgery. Male sex and double valves surgery were also associated with morbidity. The mortality risk score has H-L test P value = 0.212; AUC = 0.813 (CI 95% = 0.758 ? 0.867); and cut-off point of 5, predicting 14% risk of death (sensitivity 72.1%, specificity 75.3%). The morbidity risk score has H-L test p = 0.113; AUC = 0.713 (CI 95% = 0.681 ? 0.746); and cut-off point of 5, predicting 48% risk of morbidity (sensitivity 69.5%, specificity 60.5%).
Conclusion: Scoring system predicting mortality and morbidity after heart valve surgery with or without coronary artery bypass graft have been made. Mortality risk score was well calibrated, with good discriminatory power. Morbidity risk score was well calibrated, with moderate discriminatory power.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Novi Ariyanti
"Latar Belakang : Model prediksi risiko mortalitas dan morbiditas pascapembedahan jantung digunakan untuk penjelasan kepada pasien mengenai risikoperioperasi, pemilihan tatalaksana, perbandingan hasil pascaoperasi dan alokasidana oleh penjamin kesehatan nasional. Husink dkk mengembangkan suatu sistemskor prediksi mortalitas dan morbiditas pasca pembedahan katup jantung yaitu skorHarapan Kita pada tahun 2015. Sistem skor model prediksi mortalitas memilikidaya kalibrasi dan diskriminasi yang baik sedangkan model prediksi morbiditasmemiliki daya kalibrasi baik dan daya diskriminasi sedang. Sampai saat ini belumada validasi eksternal pada sistem skor Harapan Kita tersebut, sehingga perludilakukan untuk dapat selanjutnya diimplementasikan secara klinis.
Tujuan : Memvalidasi secara eksternal sistem skor Harapan Kita sebagai prediktormortalitas dan morbiditas di rumah sakit pasien yang menjalani pembedahan katupjantung.
Metode : Penelitian merupakan studi potong lintang dengan metode validasieksternal temporal yang dilakukan di Departemen Kardiologi dan KedokteranVaskular Universitas Indonesia/Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh DarahHarapan Kita, menggunakan data sekunder Januari 2015 hingga September 2016,yang diambil secara total sampling. Analisis data ditujukan untuk mendapatkannilai kalibrasi dan diskriminasi.
Hasil : Sampel akhir berjumlah 789, kejadian mortalitas di rumah sakit 8.6 68dari 789 sampel dan prediksi mortalitas dengan skor Harapan Kita 11.9 .Kejadian morbiditas di rumah sakit 34.7 dan prediksi morbiditas dengan skorHarapan Kita 19.1 . Setelah dilakukan penghitungan skor Harapan Kita padasemua sampel studi, didapatkan nilai kalibrasi prediksi mortalitas p = 0.169 dandiskriminasi/AUC sebesar 0,761 95 IK; 0.702-0.821 sedangkan prediktormorbiditas kalibrasi p = 0.689 dan AUC 0.753 95 IK; 0.716-0.789.
Kesimpulan : Sistem skor Harapan Kita secara eksternal valid untuk memprediksimortalitas dan morbiditas pasien yang menjalani pembedahan katup jantung.

Background: Mortality and morbidity risk prediction model after cardiac surgeryis used to explain perioperative risk, choice of treatment, comparation of surgeryresults, and for financial allocation consideration by national health insurance.Harapan Kita score was developed in 2015. This scoring system had a goodcalibration and discrimination for predicting mortality also a good calibration butmoderate discrimination for predicting morbidity. However this score never beenexternally validated.
Objective: To validate externally the Harapan Kita scoring system as an inhospitalmortality and morbidity predictor in patients who is undergoing valvular heartsurgery.
Methods: This is a cross sectional study with temporal external validation methodthat performed at the Department of Cardiology and Vascular Medicine,Universitas Indonesia National Cardiovascular Center Harapan Kita, usingsecondary data from January 2015 until September 2016, which taken by totalsampling method. Data analysis is intended to develop the calibration anddiscrimination level.
Results: The final samples were 789, with 8.6 68 from 789 samples mortalityevent and a mortality predictor of Harapan Kita Score 11.9. The Odds Ratio OR of all variables were similar with the OR of Harapan Kita score previous study. Callibration value for mortality predictor were p 0.169 with a discrimination AUC 0.761 95 CI 0.702 0.821 meanwhile calibration value formorbidity predictor were p 0.689 and AUC 0.753 95 CI 0.716 0.789.
Conclusion: Harapan Kita scoring system valid externally to predict in hospitalmortality and morbidity in patients undergoing valvular heart surgery
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T55651
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Melyana
"Latar belakang: Model prediksi risiko operasi memiliki peranan penting pada tindakan operasi katup jantung. Perubahan karakter pasien dan fasilitas pembedahan dalam waktu tertentu dapat mempengaruhi nilai prediksi skor risiko operasi.
Tujuan: Mengetahui perbandingan validasi EuroSCORE II, skor Ambler dan skor Harapan Kita dalam memprediksi mortalitas di rumah sakit pasca operasi katup jantung.
Metode: Dilakukan studi kohort retrospektif terhadap 416 pasien yang menjalani operasi katup jantung pada periode November 2018 hingga Desember 2019. Data berasal dari rekam medis dengan metode sampling konsekutif. Didapatkan nilai kalibrasi dan diskriminasi EuroSCORE II, skor Ambler dan skor Harapan Kita.
Hasil: Angka kematian yang diobservasi sebesar 6,7%. EuroSCORE II, skor Ambler and skor Harapan Kita memiliki kalibrasi yang baik (uji Hosmer-Lemeshow p=0,065, p=0,233 and p=0,314). Kemampuan diskriminasi skor dalam memprediksi kematian di rumah sakit EuroSCORE II (AUC 0,763; 95% IK;0.660-0.867), diikuti skor Ambler (AUC 0.748; 95% IK; 0.655-0.841) dan skor Harapan Kita (AUC 0,694; 95% IK; 0.584-0.804)
Kesimpulan: EuroSCORE II, skor Ambler dan skor Harapan Kita memiliki validasi yang cukup baik. Kalibrasi ketiga skor baik dengan kalibrasi skor Harapan Kita relatif lebih baik dari dua skor lainnya, sedangkan nilai diskriminasi skor Harapan Kita di bawah EuroSCORE II dan skor Ambler.

Background: Preoperative risk prediction models have important role in cardiac valve surgical management. Changing in patient characteristics and surgical facilities over time, might affect the predicting value of those scoring system.
Objective: This study aimed to compare the validation of EuroSCORE II, Ambler score and Harapan Kita score in predicting in-hospital mortality at patients underwent heart valve surgery
Methods: Cohort restrospective study was performed at 416 patients who underwent heart valve surgery from November 2018 to December 2019. Data was taken from the medical records by consecutive sampling method. The calibration and discrimination value of EuroSCORE II, Ambler score and Harapan Kita score were obtained.
Results: Observed in-hospital mortality was 6,7%. EuroSCORE II, Ambler score and Harapan Kita score have good calibration (Hosmer-Lemeshow test p=0,065, p=0,233 and p=0,314). The discriminative value of these three scores in predicting in-hospital mortality for EuroScore II AUC 0,763 (95% CI; 0.660-0.867), Ambler score AUC 0.748 (95% CI; 0.655-0.841) and Harapan Kita score AUC 0,694 (95% CI; 0.584-0.804)
Conclusion: EuroSCORE II, Ambler score and Harapan Kita score have fairly good validation. Those scoring system have good calibration with Harapan Kita score calibration relatively better than EuroSCORE and Ambler score, meanwhile Harapan Kita score has less discrimination value than EuroScore II and Ambler score.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Estu Rudiktyo
"ABSTRAK
Latar Belakang. Penyakit jantung katup masih banyak ditemui di Indonesia, akan tetapi karena keterbatasan fasilitas kesehatan, banyak pasien yang terlambat mendapatkan intervensi. Keterlambatan intervensi akan mengakibatkan peningkatan morbiditas dan mortalitas. Beberapa studi besar seperti EuroSCORE dan STS telah mengembangkan model prediksi mortalitas pasca pembedahan katup jantung, akan tetapi sedikit sekali studi terkait yang dilakukan di Indonesia, padahal terdapat perbedaan karakteristik pasien. Studi ini bertujuan mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat menjadi prediktor kejadian mortalitas di rumah sakit pada pasien yang menjalani pembedahan katup jantung.
Metode. Studi kohort retrospektif dilakukan di Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, Jakarta pada pasien yang menjalani pembedahan katup jantung.
Karakteristik demografi, parameter klinis, data laboratorium, ekokardiografi dan teknis operasi merupakan kategori dari variabel yang dikumpulkan melalui rekam medis dan sistem informasi rumah sakit. Data kemudian diolah dengan analisis multivariat menggunakan metode regresi logistik.
Hasil. Sebanyak 305 sampel berhasil dikumpulkan, dengan 24 diantaranya mengalami kematian (7.9%). Variabel yang berkaitan dengan mortalitas adalah kelas fungsional, riwayat diabetes, endokarditis aktif, riwayat operasi jantung sebelumnya, kadar hemoglobin, TAPSE dan durasi CPB dan jenis operasi. Uji diskriminasi dan kalibrasi dari model menunjukkan hasil yang baik.
Kesimpulan. Beberapa variabel telah diidentifikasi merupakan prediktor mortalitas pasca operasi katup jantung. Informasi ini diharapkan dapat membantu menentukan strategi tatalaksana selama intervensi dan perawatan

ABSTRAK
Background. Valvular heart disease still become one of the leading heart disease in Indonesia. Unfortunately, because of very limited cardiac centres, many patients diagnosed late. Delay in intervention would increase the morbidity and
mortality rate if intervention ultimately performed. Several surgical mortality prediction models such as EuroSCORE and STS had been developed. However, until now, there is no specific mortality risk assessment in our population, despite very different in patients characteristics. Aim of this study is to identify risk factors to predict in-hospital mortality in patient underwent heart valve surgery Methods. A retrospective cohort study, done in National Cardiovascular Center Harapan Kita, Jakarta in patients underwent heart valve surgery. Categories for data obtained was basic characteristics, clinical examinations, echocardiography and operation procedure. Statistical analysis was done using multivariat analysis using logistic regression method.
Result. 305 subjects fit the inclusion and exclusion criteria. Mortality event occured in 24 patients (7.9%). The variables are functional class III or IV, diabetes, active endocarditis, previous open heart surgery, hemoglobin level, TAPSE, CPB time and type of operation. Calibration and discrimination test of prediction model shows good result.
Conclusion. Several variables has been identified as predictor of in-hospital mortality after heart valve surgery. These information are expected to be helpful in deciding intervention and treatment strategies."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Hatta
"Latar Belakang : Regurgitasi trikuspid (RT) merupakan kondisi yang seringkali ditemukan pada penyakit katup mitral. Selama ini kondisi ini seringkali diabaikan karena terdapat anggapan bahwa RT akan berkurang setelah pasien menjalani operasi katup mitral. Kondisi ini ternyata tidak selalu terjadi dan seringkali pasca operasi RT residual justru dapat berkembang seiring berjalannya waktu. Regurgitasi trikuspid residual selama pengamatan diprediksi dapat memberikan luaran yang buruk pasca operasi sehingga kondisi ini memerlukan tatalaksana yang sesuai.
Tujuan : Mengetahui apakah RT residual pasca operasi katup mitral berhubungan dengan mortalitas dan morbiditas jangka menengah pasca operasi.
Metode : Penelitian ini merupakan studi kohort retrospektif dilakukan di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita (RSJPDHK). Subyek penelitian adalah pasien yang menjalani operasi katup mitral di RSJPDHK sejak Januari 2011 sampai dengan Desember 2013. Karakteristik dasar, data operasi, serta pemeriksaan ekokardiografi sebelum dan pasca operasi (pre-discharge) yang diperoleh dari rekam medis di catat. Data kemudian diolah dengan analisis bivariat dan multivariat untuk mengetahui hubungan antara RT residual dengan mortalitas dan morbiditas yaitu rehospitalisasi, klas fungsional NYHA III-IV atau re-operasi.
Hasil Penelitian : Subyek yang diikutsertakan sebanyak 307 pasien dengan 255 pasien (83,06%) terdapat RT residual non signifikan dan 52 pasien (16,9%) RT signifikan. Pada kelompok RT signifikan mortalitas terjadi pada 6 pasien (11,5%) sedangkan pada RT non signifikan sebanyak 10 pasien (3,9%). Terdapat hubungan yang bermakna antara derajat RT signifikan dengan mortalitas (OR 3,196; 95%IK 1,107-9,224; p=0,036). Sebaliknya, tidak terdapat hubungan bermakna antara RT residual dengan morbiditas (OR 1,091; 95%IK 0,536-2,221; p=0,810). Setelah pengamatan dengan durasi 18,7 ± 9,3 bulan terlihat 6% pasien yang pada saat pre-discharge dengan RT residual non-signifikan berubah menjadi RT signifikan dan fenomena ini disebut juga dengan late RT.
Kesimpulan : Pada penelitian retrospektif ini membuktikan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara RT residual signifikan dengan mortalitas, namun tidak didapatkan adanya hubungan bermakna antara RT residual dengan morbiditas. Pada pengamatan jangka menengah tampak bahwa fenomena late RT sudah mulai terjadi meskipun dalam jumlah yang kecil.

Background : Tricuspid regurgitation (TR) is frequently present in patients with mitral valve disease. Tricuspid regurgitation has long been ignored because it was generally believed that TR can regress after succesfull mitral valve surgery. However later studies found that this is not always true, TR can progress post operatively. This residual can affected adversed outcome regarding mortality and morbidty and this condition need accurate and suitable management.
Objective : The purpose of the present study was to know the outcome of residual tricuspid regurgitation post mitral valve surgery regarding mortality and morbidity at the mid term follow up.
Methods : A retrospectively cohort study was conducted in National Cardiovascular Center Harapan Kita (NCCHK). We analyzed records of patients who underwent mitral valve surgery in our hospital between January 2011 and December 2013. Baseline and surgical characteristic, echocardiographic pre and post operatively (pre-discharge) was evaluated. Statistycal analysis was done using bivariate and multivariate analysis to determine the association between residual TR regarding mortality and morbidity defined as the composite of rehospitalization, symptom of fungsional class NYHA III-IV, or reoperation.
Results : The total 307 patients was analyzed. Of those subjects, 255 patients (83,06%) revealed non significant residual TR and 52 patients (16,9%) with significant TR post operatively. In patients with significant residual TR post operatively, mortality occured in 6 patients (11,5%) compared with 10 patients (3,9%) in non significant group. There was a significant association between residual TR post operatively with mortality (OR 3,196; 95%IK 1,107-9,224; p=0,036), Conversely, there was no significant association between residual TR and morbidity (OR 1,091; 95%IK 0,536-2,221; p=0,810). After follow up with duration 18,7 ± 9,3 months, there was 6% patients who developed from non significant TR post operatively becoming significant TR and this phenomenon was known as a late TR.
Conclusion : This retrospective study demonstrated that there was a significant association between residual TR postoperatively with mortality but not with the morbidity. During the follow up TR can progress post operatively, known as late TR altough in this study its only found in a small number of patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tulus Satriasih
"ABSTRAK
Latar Belakang: Antikoagulan warfarin dipakai seumur hidup pada pasien pascabedah katup jantung mekanik karena memiliki risiko tromboemboli. Dosis warfarin berlebih nilai international normalized ratio/INR di atas rentang target optimum menimbulkan efek samping perdarahan, sedangkan dosis warfarin kurang nilai INR di bawah rentang target optimum menimbulkan tromboemboli. Nilai INR optimum berbagai ras dan suku berbeda-beda. Di RS JPDHK belum pernah dilakukan studi mengenai penggunaan warfarin dan target INR optimum, padahal jumlah pasien pascabedah katup jantung mekanik semakin meningkat dari 411 pasien pada tahun 2011 menjadi 685 pasien pada tahun 2016. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui frekuensi efek samping perdarahan dan tromboemboli pada pasien tersebut, nilai INR optimum dan kemungkinan adanya interaksi warfarin dengan obat lain.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif yang diambil dari rekam medik RS JPDHK. Data frekuensi perdarahan dan tromboemboli diambil dari semua pasien yang mendapatkan terapi warfarin pascabedah katup jantung mekanik tahun 2011. Nilai INR, dosis warfarin dan kemungkinan interaksi warfarin dievaluasi pada 30 pasien perdarahan, 30 pasien tromboemboli dan 30 pasien yang tidak mengalami komplikasi melalui data rekam medik pasien bedah katup jantung mekanik sebelum tahun 2017.Hasil: Jumlah pasien yang menjalani bedah katup jantung mekanik tahun 2011 adalah 43 dan didapatkan frekuensi perdarahan mayor 11 pasien 25,6 , perdarahan minor 5 pasien 11,6 serta tromboemboli 10 pasien 23,3 . Terdapat perbedaan bermakna p.

ABSTRACT
Background Anticoagulant warfarin is used for a lifetime in patients after mechanical valve replacement procedure because of tromboembolic risks. Warfarin should be used carefully since it has a narrow therapeutic window. Warfarin overdose INR above the target range is associated with bleeding, while underdose INR below the target range may lead to among thromboembolic complications. The optimum INR value may be different races and ethnicity. The INR value recomended by the American Heart Association AHA American College of Cardiology ACC 2017 is 2.5 3.0. In National Cardiac Center ldquo Harapan Kita rdquo Hospital no study has been carried out on the use of warfarin and the optimum INR value. Mean while, the number of patients with prosthetic mechanical valves is increasing from 450 patients in 2011 to 685 patients in 2016. This study aimed to find out the frequency of bleeding and thromboembolic complications in these patients, the optimum INR value and the possibility of interaction between warfarin and other drugs. Method In this retrospective study, the data of frequency of bleeding and thromboembolic was obtained from the medical records of patients given warfarin after mechanical heart valve replacement in 2011. The data of INR value, warfarin dose, and the possibility of interaction between warfarin and other drugs used concomittantly were evaluated in 30 patients with bleeding, 30 patients with thromboembolic and 30 patients without complication, who had mechanical heart valve replacement procedure prior to 2017.Results Out of 43 patients with mechanical heart valve replacement in 2011, the frequency of major bleeding was 11 patients 25,6 , minor bleeding was 5 patients 11,6 , and thromboembolic was 10 patients 23,3 . The INR mean level in bleeding patients group 6,32, CI95 5.2 7.7 was significantly different p"
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irfiansyah Lesmana
"ABSTRAK
Pendahuluan
Keputusan untuk melakukan tindakan operasi reparasi dan replace katup mitral pada stenosis mitral masih diperdebatkan. Tujuan penelitian ini adalah mencari hubungan
antara Wilkin?s score dengan keputusan operasi reparasi dan replace katup mitral
pada stenosis mitral, serta mencari titik potong nilai Wilkins? score pada operasi
reparasi dan replace katup mitral
Metode
Penelitian adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional secara
retrospektif mencakup seluruh pasien dari RS Harapan Kita Jakarta yang dilakukan
operasi stenosis mitral pada Januari 2010 ? September 2015 oleh satu orang dokter
bedah Jantung. Hubungan Wilkins? score dengan keputusan operasi serta nilai titik
potong Wilkins? score pada operasi reparasi dan replace menjadi luaran yang akan
diteliti.
Hasil
Seratus dua puluh lima subjek dengan usia rata-rata kelompok reparasi 36,78 ± 9,37
tahun dan replace 44,49 ± 9,29 tahun. Didapatkan nilai mean Wilkins? score pada
kelompok reparasi 6,5 (4-12) dan kelompok replace 8 (4-14) dengan nilai signifikansi
p<0,001. Dengan area under curve 0,786 dan p<0,001, dapat dinilai titik potong
Wilkins? score berada pada nilai 7. Dengan memerhatikan variabel lain yang
menunjukkan adanya hubungan signifikan pada analisis bivariat yaitu usia,
regurgitasi mitral dan Euro score, dilakukan analisis multivariate dengan uji regresi
logistic didapatkan area under curve 0,946 dan p<0,001, dapat dinilai titik potong
Wilkins? score berada pada 5. Kesimpulan
Wilkins? score berhubungan dalam pengambilan keputusan tindakan operasi reparasi
dan replace katup pada subjek dengan stenosis mitral, dengan titik poin pada putusan
operasi reparasi dan replace yaitu Wilkins? score 7. Jika Wilkins? score
mempertimbangkan faktor usia, regurgitasi mitral dan Euro score titik poin pada
putusan operasi reparasi dan replace yaitu Wilkins? score 5.

ABSTRACT
Introduction
Decision on the repair and replacement of mitral valve surgery in mitral stenosis
patients is still being debated. The aim for this research is to find the relationship
between Wilkins? score and the decision between repair and replacing mitral valve in
mitral stenosis cases, and to find the cut off point for Wilkins?score in the mitral
valve repair and replacement procedure
Methods
The research is an analytic descriptive study with restrospective cross sectional
design. This research covered all patients of Harapan Kita Hospital for Heart and
Blood vessels that had mitral stenosis operations from January of 2010 until
September 2015 that is conducted by one of the surgeon in that hospital. The
relationship between Wilkin?s score and the decision to operate and the cut of point
of the Wilkins? score on the repair and replacement decision is the outcome that we
are going to study in this research.
Results
One hundred and twenty five subjects with the mean age of repair 36,78 ± 9,37 years
old and replacement age of 44,49 ± 9,29 years old. We found that the mean of
Wilkins? score in the reparation group is 6,5 (4-12) and in the replacement group is 8
(4-14) with the significance value is p <0,001. With area under the curve of 0,786 and
p<0,001 we can see that the the cut off point for Wilkins? score is 7. By seeing other
variables to show the significance between all bivariates variable such as age, mitral
regurgitation and Euro score, we conducted multivariate analysis of regression test
we found area under the curve 0,946 with p<0,001. We can assess that the cut off
point of Wilkins? score is 5 Conclusion
Wilkins score is related with decision making of valve repair and replacment
procedure in patients with mitral stenosis with poin between decision is 7. If Wilkins
score consider other factors such as age, the presence of mitral regurgitation and Euro
Score the point that determine the decision to repair and replace mitral valve is
Wilkins? score 5."
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
May Ratih Wulandari
"Perkembangan operasi katup jantung telah banyak membantu penderita untuk menjalani hidup aktif dan berguna. Katup jantung prostetik mekanik maupun bioprostetik telah memajukan kualitas hidup dan angka survival pada penderita dengan kelainan katup jantung yang parah. Dengan adanya katup jantung prostetik, pemberian antithrombotik untuk pencegahan trombosis pada katup prostetik dan embolisasi sistemik telah terbukti. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan kepatuhan dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pasien pasca operasi katup jantung mekanik dalam pengobatan dengan antitrombosis di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan pengambilan sampel secara accidental sampling. Data yang dipergunakan diperoleh dari hasil pengisian kuesioner oleh pasien pasca operasi katup jantung mekanik tahun 2011 yang kontrol ke poliklinik. Hasil penelitian didapatkan variabel tingkat pendidikan, pengetahuan, sikap responden, efek samping obat, peran keluarga dan peran petugas kesehatan menunjukkan hubungan bermakna dengan kepatuhan responden pasca operasi katup jantung mekanik terhadap pengobatan antithrombosis di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita. Berdasarkan penelitian ini, disarankan penyuluhan yang intensif untuk meningkatkan kepatuhan pasien Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita hendaknya mengadakan konseling dan penyediaan media informasi dalam bentuk cetak untuk meningkatkan kepatuhan pasien dengan pengobatan antithrombosis pasca operasi katup jantung mekanik.

Development of heart valve surgery has helped many people to lead an active and useful life. Mechanical prosthetic heart valves or bioprosthetic been advancing the quality of life and survival rate in patients with severe heart valve disorder. With a prosthetic heart valve, giving antithrombotic for the prevention of thrombosis in prosthetic valve and systemic embolization has been proven. The purpose of this study was to describe adherence and factors associated with postoperative patient compliance in the treatment of mechanical heart valve with antithrombotic at Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita. This research is a descriptive analytic with accidental sampling. The data used is obtained from the results of questionnaires by patients after mechanical heart valve surgery in 2011 which controls to the clinic. The results of this study obtained variable level of education, knowledge, attitudes, respondents, drug side effects, the role of the family and the role of health workers showed significant correlation with adherence respondents postoperative mechanical heart valve for the treatment antithrombosis at Rumah sakit Jantung dan Pembuluh darah Harapan Kita. Based on this study, it is suggested that extensive counseling to improve patient compliance. Rumah sakit Jantung dan Pembuluh darah Harapan Kita should conduct counseling and the provision of information in the form of print media to improve patient compliance with treatment antithrombosis postoperative mechanical heart valves."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S45156
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ace Trantika
"Pemberian air susu ibu ASI merupakan bentuk pemberian makanan yang paling disarankan untuk semua bayi, termasuk bayi dengan kebutuhan medis khusus seperti penyakit jantung bawaan. Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan perilaku pemberian ASI pada 165 ibu yang memiliki bayi penderita penyakit jantung bawaan. Metode penelitian menggunakan survey deskriptif kuantitatif. Pengumpulan data menggunakan kuesioner pemberian ASI dan kuesioner perilaku pemberian ASI yang dimodifikasi dari penelitian Rickman 2017. Pemberian ASI eksklusif pada bayi penderita penyakit jantung bawaan hanya sebesar 36,4. Responden berusia 21-39 tahun tidak memberikan ASI eksklusif, begitupun dengan responden berpendidikan tinggi, tidak bekerja, berpendapatan cukup, multipara, dan berpengetahuan baik. Berdasarkan riwayat persalinan, responden yang melahirkan di fasilitas kesehatan, melahirkan secara sesar, melakukan inisiasi menyusu dini IMD. dan yang dirawat gabung tidak memberikan ASI eksklusif. Pada variabel dukungan sosial, responden yang mendapat dukungan suami dan ibu/mertua tidak memberikan ASI ekslusif. Sebanyak 62,2 bayi penderita kelainan asianotik dan 65,3 bayi penderita kelainan sianotik tidak mendapatkan ASI eksklusif. Kondisi medis bayi yang menyebabkan kendala menyusu pada bayi merupakan faktor utama tidak berhasilnya pemberian ASI eksklusif pada bayi penderita penyakit jantung bawaan. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tenaga kesehatan kurang memberikan motivasi dan dukungan pada responden untuk memberikan ASI secara eksklusif. Hasil studi ini dapat menjadi informasi untuk menerapkan konseling ASI yang efektif dan tenaga kesehatan diharapkan mampu memberikan dukungan dan motivasi pada ibu untuk memberikan ASI secara eksklusif pada bayinya.

Breastfeeding is the most recommended feeding for all infants, including infants with special medical needs such as congenital heart disease. This study aims to describe the breastfeeding behavior in 165 mothers who have infants with congenital heart disease. This research method used. quantitative descriptive survey. Data were collected using. modified breastfeeding and breastfeeding behavior questionnaire from Rickman 2017 study. Exclusive breastfeeding in infants with congenital heart disease is only 36.4. Respondents aged 21 39 years old did not provide exclusive breastfeeding, as did high educated, unemployed, fair income, multiparent, and knowledgeable respondents. Based on the history of labor, respondents who gave birth at. health facility, delivered by cesarean section, initiated breastfeeding, and who were treated together with their infants did not provide exclusive breastfeeding. In social support variables, respondents who have the support of husband and mother mother in law did not provide exclusive breastfeeding. As many as 62.2 of infants with asianotic abnormalities and 65.3 of infants with cyanotic abnormalities were not exclusively breastfed. The infant 39. medical condition that causes breastfeeding difficulties in infants is. major factor in the failure of exclusive breastfeeding in infants with congenital heart disease. The results also show that health workers less motivation and support to respondents to exclusively breastfeed. The results of this study can become an information to implement effective breastfeeding counseling and health workers are expected to provide support and motivation in mothers to exclusively breastfeed their babies.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lailiyatul Munawaroh
"ST elevation myocardial infarction STEMI merupakan kasus infark miokardium yang paling banyak ditemukan dengan intervensi utamanya ialah primary percutaneous coronary intervention PPCI. Pasca PPCI, kualitas hidup pasien STEMI ditentukan oleh kemampuannya mengontrol faktor risiko terjadinya infark berulang. Dalam hal ini diperlukan dukungan keluarga. Karena itu peneliti ingin melihat hubungan dukungan keluarga dengan pasien STEMI pasca PPCI. Penelitian ini merupakan penelitian korelasi dengan desain cross sectional. 34 responden direkrut dalam penelitian ini.
Hasil menunjukan nilai mean dukungan keluarga ialah 64,44 dari nilai maksimal 75 dan nilai mean kualitas hidup 68,36 dari nilai maksimal 100. Hasil uji korelasi menunjukan tidak ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup p value = 0,310, Hasil penelitian merekomendasikan perlu dilakukan penelitian serupa dengan menyeragamkan karakteristik responden dan mengontrol faktor perancu.

ST elevation myocardial infarction is the most common myocardial infarction cases. The main intervention of this case is primary percutaneous coronary intervention PPCI. After PPCI, quality of life in STEMI patienst is depend on their ability to control risk factor of reinfarction. In this condition patients need family support. Therefore, the researcher want to know about the correlation between family support and quality of life in patient after PPCI. This research is a correlation research which use cross sectional dsign. 34 respondents are recruited in this research.
The result shows that the average value of family support is 64.44 from maximumvalue 75 and the average value of quality of life is 68,36 from maximum value 100. Correlation test result shows that there is no correlation between family support and quality of life p value 0,310. This result recommend that similar research should be done with equal respondents characteristics and controlled counfounding factors.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>