Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 81660 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siregar, Nugaan Yulia Wardhani
"ABSTRAK
Objectives of this study are: 1) to identify gender bias in science items, (2) to determine the most sensitive method for detecting item bias by considering both the internal and external factors (3) to explain contribution of external factors to item bias through a qualitative analysis of biased items.
This study represents substantial contribution to knowledge in that it indicates the importance of detecting bias in items .Since item bias could produce either an overestimate or underestimate measurement resuits; it is obviously a serious matter of fairness in testing, especially when a certain group or some people are disadvantaged.
In this study, the science test items from the "Trends In International Mathematics and Science Study? (TIMSS) 2003 were analysed using a structural equation model approach under the LISREL program.
It is found that some science items used in the TIMSS 2003 are biased. Furthermore, the uses of structural equation model could make it possible not only to identify items which are biased against boys or girls, but also to provide explanatory information in regard with its characteristics."
Depok: 2005
D682
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faiz Fakhri Abdurrahman
"Kekerasan berbasis gender terjadi secara global. Di Indonesia, sikap seksis yang ambivalen terhadap perempuan banyak membuat perempuan mengalami kekerasan namun disaat yang sama juga mengalami perlakuan spesial, seperti gerbong kereta khusus perempuan. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukan bahwa terdapat hubungan antara sikap tersebut dengan tipe kepribadian narcissism, machiavellianism, dan psychopathy. Hal yang masih belum jelas adalah bagaimana peran ketiga tipe kepribadian tersebut sebagai dark triad personality dalam memprediksi sikap ambivalent sexism seorang laki-laki. Penelitian ini dilakukan pada laki-laki di Indonesia. Dengan jumlah sampel 445, penelitian ini menunjukan bahwa masing-masing komponen dark triad berkorelasi dengan ambivalent sexism dan masing-masing dimensinya. Secara umum, dark triad personality ditermukan mampu secara signifikan memprediksi ambivalent sexism (F (3,444) = .858, R2 = .736, p < .05). Lebih lanjut, penelitian berhasil menemukan bahwa machiavellianism menjadi faktor kunci dalam memprediksi ambivalent sexism (β = .61 F (3,444) = .858, R2 = .736, p < .05) dan psychopathy menjadi prediktor terlemah dalam memprediksi benevolent sexism. Penelitian ini dapat digunakan untuk menjadi landasan dalam upaya mengatahui alasan dibalik sikap seksis, hubungannya dengan dark triad personality, serta mengintervensi dan mengurangi kesenjangan yang disebabkan oleh sikap seksis.

Gender-based violence happens globally. In Indonesia ambivalent sexism towards women cause a lot of women to experience violence and discrimination but at the same time they are somehow given a special treatment, such as women-only carriages on trains. Earlier researches have shown that there is a relationship between ambivalent sexism and some personality traits such as narcissism, machiavellianism, and psychopaty. There has been various research in attempt to find what cause a person to have an ambivalent sexism. The current study investigates the relationship between the Dark Triad personality traits and ambivalent sexism among Indonesian male. With a sample of 445, this research shows how each of dark triad components can correlate to ambivalent sexism and each of its dimensions. Overall, Dark Triad personality traits was found to be significant in predicting ambivalent sexism (F (3,444) = .858, R2 = .736, p < .05). Furthermore, this research had come to a conclusion that machiavellianism was found to have the strongest influence in predicting ambivalent sexism (β = .61 F (3,444) = .858, R2 = .736, p < .05) and psychopathy was found to be the weakest in prediting benevolent sexism (β = .06 F (3,444) = .858, R2 = .736, p < .05). This research was done so that it can be used to be one of the foundation in our attempt to figure out the cause of sexism, how it is related to dark triad personality, and also perhaps to intervene and reduce the gender gap caused by sexism."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devi Istiani
"Kepopuleran video game online mobile berjenis MOBA (Multiplayer Online Battle Arena) di Indonesia telah menyebar ke seluruh kalangan tanpa melihat batasan umur, jenis kelamin dan pendapatan. Salah satu video game online mobile yang terkenal di Indonesia adalah “Arena of Valor” (AOV). Awalnya permainan bergenre ini sangat laris dimainkan di kalangan laki-laki, tetapi seiring dengan kepopulerannya yang meningkat kini para perempuan turut ikut serta dalam memainkan permainan bergenre MOBA. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana praktik-praktik seksisme yang terjadi pada gamers perempuan yang bermain video game online mobile “Arena of Valor” di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode Etnografi yang dilakukan pada lingkup gamers perempuan di Indonesia (Jakarta, Tasikmalaya dan Yogyakarta). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa praktik-praktik seksisme masih dapat kita temui di dalam lanskap video game online mobile “Arena of Valor”. Hal tersebut terjadi karena peran konstruksi sosial dan budaya yang berkembang di masyarakat tentang peran gender. Akhirnya untuk dapat tetap bertahan di dalam industri dan lanskap ini, perempuan melakukan strategi koping sebagai bentuk resistensi terhadap praktik-praktik seksisme yang dialami.

The popularity of the online mobile video game genre MOBA (Multiple Online Battle Arena) in Indonesia has reached every circle without any limitation of age, sex and income. One of the most popular is called “Arena of Valor” (AOV). In the beginning, this type of genre is adored by males player only but as times goes on, females player also begins to spread their wings and play this type of game. The purpose of this research is to describe how sexism practice applied on female gamers who played online mobile video game “Arena of Valor” in Indonesia. The method used in this research is Ethnography applied within the scope of female gamers in Jakarta, Tasikmalaya, and Yogyakarta. The outcome of this research shown that sexism practice can be found in the industry and in the circle of online mobile video game AOV. These situations occurred in response to the construction of the social and cultural roles that develop in the society about gender roles. In order to be able to survive inside this industry, female gamers use a coping strategy as a form of resistance to the sexism practice that occurred."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Galuh Kania Anindita
"Penelitian ini membahas seksisme yang terdapat dalam novel Tiga Orang Perempuan (1983), Burung Merak (1985), Pilihan Terakhir (1986), dan Kau dan Aku Adalah Satu (1987) karya Maria A. Sardjono. Di dalam novel-novelnya, Maria A. Sardjono menggunakan seksisme sebagai alat untuk membangun alur dan perwatakan tokoh di dalam cerita. Hal tersebut tidak dilakukan oleh penulis perempuan tahun 1980-an lainnya. Penggunaan seksisme telah membuat empat karya Maria A. Sardjono tersebut unik. Hal itulah yang membuat peneliti tertarik untuk meneliti tentang seksisme dalam karya-karya Maria A. Sardjono. Melalui keempat novel tersebut penelitian ini mengkaji seksisme yang terkandung di dalamnya. Untuk mencapai tujuan itu, penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif dan teori seksisme. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat dua tingkat seksisme yang terdapat dalam keempat novel Maria A. Sardjono, yaitu seksisme interpersonal dan seksisme yang diinternalisasi. Seksisme interpersonal hadir dalam berbagai keyakinan, mulai dari peran gender, objektivikasi perempuan, hingga munculnya istilah penghinaan terhadap perempuan. Seksisme yang diinternalisasi hadir dalam praktik ketidakberdayaan dan invalidasi. Kedua seksisme tersebut hadir sebagai inti cerita sekaligus konflik yang menggerakkan cerita. Melalui keempat novel tersebut, Maria A. Sardjono ingin menyuarakan kritik terhadap nilai-nilai patriarkat dalam masyarakat yang masih meletakkan perempuan ke dalam kondisi inferior yang merugikan.

This study discusses the sexism contained in Tiga Orang Perempuan (1983), Burung Merak (1985), Pilihan Terakhir (1986), and Kau dan Aku Adalah Satu (1987) novels by Maria A. Sardjono. In her novels, Maria A. Sardjono uses sexism as a tool to build the plot and character of the characters in the story. This was not done by other female writers of the 1980s. The use of sexism has made the four works of Maria A. Sardjono unique. This is what makes researcher interested in researching sexism in the works of Maria A. Sardjono. Through these four novels, this research examines the sexism contained in them. To achieve this goal, this research uses descriptive qualitative methods and sexism theory. The results showed that there are two levels of sexism contained in the four novels of Maria A. Sardjono, namely interpersonal sexism and internalized sexism. Interpersonal sexism is present in various beliefs, ranging from gender roles, objectification of women, to the emergence of the term insulting women. Internalized sexism exists in the practice of powerlessness and invalidation. Both sexisms are present as the core of the story as well as the conflict that drives the story. Through these four novels, Maria A. Sardjono wants to voice a critique of patriarchal values ​​in society which still puts women in a disadvantageous inferior condition."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Inka Irina De Fretes
"Korban pemerkosaan seringkali dipersalahkan atas pemerkosaan yang mereka alami karena adanya mitos-mitos terkait pemerkosaan. Mitos pemerkosaan itu sendiri merupakan suatu hal yang dipengaruhi berbagai faktor, antara lain seksisme benevolent dan religiositas. Penelitian terdahulu menunjukkan semakin seorang menunjukkan seksisme benevolent dan religiositas yang tinggi, semakin tinggi mereka menerima mitos pemerkosaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah keduanya dapat berperan sebagai prediktor dari penerimaan mitos pemerkosaan pada mahasiswa. Penelitian ini dilakukan pada partisipan penelitian yang berasal dari universitas di wilayah Jabodetabek. Hasil uji regresi berganda menunjukkan bahwa seksisme benevolent dan religiositas dapat memprediksi penerimaan mitos pemerkosaan secara signifikan adjusted R2=0,312

Rape victims are often blamed for the rape they went through because of myths surrounding rape. Rape myths themselves are correlated with many factors, such as benevolent sexism and religiosity. Previous studies have shown that people who show benevolently sexist attitudes and high religiosity tend to show higher rape myth acceptance. Present study aims to find out whether or not benevolent sexism and religiosity can predict rape myth acceptance in university students. This study was conducted with students from universities in Jabodetabek as participants. Using multiple regression analysis, present study shows that benevolent sexism and religiosity significantly predicts rape myth acceptance adjusted R2 0,312"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S67096
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Carina Putri Utami
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Kekerasan seksual terhadap perempuan, khususnya dalam bentuk pemerkosaan, merupakan masalah serius yang terjadi di Indonesia. Meskipun demikian, masih belum tercipta kondisi yang mendukung bagi korban karena adanya penerimaan mitos pemerkosaan. Studi ini dilakukan untuk menguji peranan seksisme ambivalen dan objektifikasi seksual terhadap perempuan dalam memprediksi penerimaan mitos pemerkosaan pada mahasiswa laki-laki di wilayah Jabodetabek. Hasil menunjukkan bahwa seksisme ambivalen ? = 0,412, t 2, 272 =8,118.

Sexual violence against woman, particularly in the form of rape, is a serious problem that occurs in Indonesia. However, the condition for rape victim is still not supporting enough because of rape myth acceptance. This study is conducted to examine the role of ambivalent sexism and sexual objectification of women to predict rape myth acceptance among male college student in Jabodetabek region. The result shows that ambivalent sexism 0,412, t 2, 272 8,118."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S68811
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dedy Rokhidin
"Hasil dari laporan studi kemampuan matematika Tahun 2003 yang dimuat dalam buletin Puspendik, Vol 2/No 11Juli 2005. Disebutkan hampir disemua negara, siswa laki-laki menunjukkan prestasi literasi matematika lebih baik daripada siswa perempuan.
Berdasarkan dari laporan tersebut sangat menarik untuk diteliti kebiasan butir-butir Tes Matematika Trends in International Mathematics and Sciens Study (TIMSS 2003). Studi kebiasan dari segi gender dilakukan pada 12 buku tes mata pelajaran matematika dengan bentuk soal pilihan ganda. Untuk mendeteksi kebiasan menggunakan metode Delta Plot, metode Manthel Haenzel, dan metode Rasch Model.
Pengolahan data menggunakan program Excel dan program QUEST. Deteksi kebiasan dengan metode Delta Plot, butir-butir soal yang digambarkan sebagai titik-titik pads sumbu XY. Apabila terdapat titik-titk yang memiliki jarak terjauh terhadap garis regresi, maka titik-titik tersebut dicurigai terdeteksi DIF.
Mendeteksi DIF dengan Metode Manthel-HaenszeI tingkat signifikansi yang digunakan adalah a = 1 %, df = 1 sehingga nilai kritis x2 0,01;1= 6,635. Nilai kritis itu dibandingkan dengan nilai MH,2, apabila pada suatu butir soal diperoleh MHx2 > x20,01;1 atau MHx > 6,635 maka butir soal tersebut terdeteksi DIF, dan apabila pada suatu butir soal diperoleh MHz2 < 72 0,01;1 atau MHx2 < 6,635 maka butir soal tersebut tidak terdeteksi DIF. Jadi untuk menentukan suatu butir soal terdeteksi atau tidak terdeteksi DIF, nilai MHx2 pada butir soal tersebut dibandingkan dengan nilai x2 0,01;1.
Dapat juga dilakukan untuk mendeteksi jenis DIF pada Metode Manthel Haenszel ini menggunakan nilai MH Alpha (aMH), apabila pada suatu butir soal diperoleh aMH > 1 maka butir soal tersebut terdeteksi DIF yang menguntungkan kelompok acuan. Dan sebaliknya apabila pada suatu butir soal diperoleh ccMH < -1 maka butir soal tersebut terdeteksi DIF yang menguntungkan kelompok focus.
Metode Rasch Model menggunakan Kriteria untuk menentukan butir soal terindikasi DIF ditinjau dari tingkat kesukaran soal, tingkat kesukaran soal kelompok laki-laki (di ), tingkat kesukaran soal kelompok perempuan (d2) dari dua kelompok peserta tes, apabila d1 - d2 ≥ 0,50 atau dl - d2 < -0,50 dan Xhitung > X2 tabel atau X2hitung > 6,635 untuk α = 0,01 dengan df = 1.
Hasil analisis dari ketiga metode yang digunakan diperoleh metode yang paling sensitif mendeteksi DIF yaitu, pertama Metode Delta Plot, kedua Metode Rasch Model, dan ketiga Metode Manthel Haenzel
Hasil alisis butir-butir soal yang terdeteksi DIF sekaligus oleh ketiga metode tersebut yaitu dari Buku 01 sebanyak 2 soal, Buku 04 sebanyak 1 soal, dari Buku 05 sebanyak 1 soal, dari Buku 06 sebanyak 2 soal, dan dari Buku II sebanyak 1 soal.
Butir-butir soal yang terdeteksi DIF sekaligus oleh ketiga metode, maka soal-soal tersebut dicurigai sangat potensial mengandung DIF."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T17665
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alwiyah Sylvia
"Mitos pemerkosaan adalah sikap dan kepercayaan yang secara umum keliru namun diterima secara luas serta terus dipertahankan, dan berfungsi untuk menyangkal terjadinya agresi seksual serta membenarkan agresi seksual laki-laki terhadap perempuan. Sementara itu seksisme adalah konsep yang menekankan dua komponen yaitu rasa benci atau permusuhan terhadap perempuan dan sikap positif yang subjektif terhadap perempuan terkait idealisasi peran gender tradisional perempuan. Penyebaran seksisme dan mitos pemerkosaan salah satunya adalah melalui internet, di mana konten seksisme dan pemerkosaan ditampilkan dalam bentuk lelucon yang menghina atau disparagement humor. Pada penelitian ini, kami menguji apakah terdapat hubungan antara seksisme dengan penerimaan mitos pemerkosaan pada penikmat lelucon dunia maya.

Rape myths are attitudes and beliefs that are generally false but are widely and persistently held, and that serve to deny and justify male sexual aggression against women. While sexism is a concept that emphasized two components, which are of hostility towards women and the subjectively positive attitude of the endorsement of the female traditional gender roles. Sexism and rape myth acceptance could spread in many ways, one of them would be through the internet where sexist and rape related content are told and retold in a form of disparagement humor. The current research focused on measuring whether there is a relationship between sexism and rape myth acceptance among people who enjoys online humor."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S67521
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhia Annisa
"Ketidaksetaraan gender dan ambivalent sexism yang dihadapi perempuan Indonesia,
termasuk di kota besar seperti Jabodetabek, membuat mereka mengembangkan
ambivalensi sikap terhadap laki-laki, yaitu prasangka dan stereotip hostile dan benevolent
yang dimiliki perempuan terhadap laki-laki (Glick & Fiske, 1999). Dua konsep yang
seringkali dikaitkan dengan ambivalensi sikap terhadap laki-laki adalah religiusitas dan
sikap dan ideologi feminis. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran religiusitas dan
sikap dan ideologi feminis dalam memprediksi ambivalensi sikap terhadap laki-laki yang
dimiliki mahasiswa Muslim perempuan di Jabodetabek. Penelitian dilakukan pada 718
mahasiswa Muslim perempuan yang tersebar di Jabodetabek menggunakan alat ukur
Ambivalence Toward Men Inventory (AMI) (Glick & Fiske, 1999), Centrality of
Religiosity Scale (CRS) (Huber & Huber, 2012), dan Liberal Feminist Attitude and
Ideology Scale (LFAIS) Versi Pendek (Morgan, 1996). Hasil analisis menunjukkan
bahwa religiusitas dan sikap dan ideologi feminis merupakan prediktor ambivalensi sikap
terhadap laki-laki yang signifikan, dimana religiusitas yang tinggi memprediksi
ambivalensi sikap terhadap laki-laki yang lebih tinggi dan sikap dan ideologi feminis
yang lebih positif memprediksi ambivalensi sikap terhadap laki-laki yang lebih rendah.
Implikasi dan saran terkait penelitian ini dijabarkan dalam bagian diskusi

Gender inequality and ambivalent sexism faced by Indonesian women, including in big
cities like Jabodetabek, made them develop ambivalence toward men, which is hostile
and benevolent prejudice and stereotypes women have toward men (Glick & Fiske, 1999).
Religiosity and feminist attitude and ideology are two concepts often linked with
ambivalence toward men. This research purpose was to see the role of religiosity and
feminist attitude and ideology in predicting ambivalence toward men on female Muslim
students in Jabodetabek. The research was done on 718 female Muslim Students spread
in Jabodetabek using Ambivalence Toward Men Inventory (AMI) (Glick & Fiske, 1999),
Centrality of Religiosity Scale (CRS) (Huber & Huber, 2012), dan Liberal Feminist
Attitude and Ideology Scale (LFAIS) Short Version (Morgan, 1996). Results of the
analysis show that religiosity and feminist attitude and ideology are significant predictors
of ambivalence toward men, where high religiosity predicts higher ambivalence toward
men and positive feminist attitude predicts lower ambivalence toward men. Implications
and suggestions regarding this research explained on discussion"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia , 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The issue of sexist language has been hotly debated within feminist circles since the 1960s. Previous books have tended to regard sexism in language as easy to identify and have suggested solutions to overcome and counter sexism. Sara Mills takes a fresh and more critical look at sexism in language, and argues that even in feminist circles it has become a problematic concept. Drawing on conversational and textual data collected over the past ten years, and with reference to recent research carried out in a range of different academic disciplines, Mills suggests that there are two forms of sexism, overt and indirect. Overt sexism is clear and unambiguous, while indirect sexism can only be understood contextually in relation to the interpretation of surrounding utterances. Indirect sexism is extremely common and we therefore need new ways to challenge and analyse its usage in language."
Cambridge, UK: Cambridge University Press, 2008
e20394942
eBooks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>