Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 106765 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"One goal of MDG's is againts HIV/AIDS, malaria and other infection disease. Now HIV/AIDS not only infects high risk population like MSM, injection drugs user, comercial sex worker, but also on woman and child, especially on poor woman. This articel used descriptive analitic method with logical thinking abot the fenomena of poor woman in HIV/AIDS case and the solution to solve them. The conclution of this articel is woman is more poor than man refers on economical and political perspective. It impacts that woman has more risk on HIV/AIDS than man because of biological, gender, social, economic, and cultural. Comprehensive efforts is needed from multi sector to decrease HIV/AIDS case on woman, such as (1) gender equility and woman empowerment, (2) Increase the access of health services for woman, and (3) Mentoring process to woman sex workir in preventing HIV/AIDS. Decision maker is important including gender equility issue in HIV/AIDS countermeasures program in each level from regency to national, and in health, education, and cultural, social, economy, and political and power sector"
EDISMIKA 5:1 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"penelantaran dan pengabaian atas hak anak merupakan permasalan anak yang paling menonjol dewasa ini , dikuti makin maraknya perdagangan dan eksploitasi anak oleh orangtuanya sendiri...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Health insurance program for poor began since 1998 namely Social Safety Net and 2005 chabged be Health maintanance Assurance Program for Poor (PJK MM) and since 2007 become Healty Insurance for Poor (Askeskin)...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Afdal Faisal
"ABSTRAK
Di Indonesia, program pembangunan khususnya penanggulangan kemiskinan pada dasarnya merupakan upaya peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat menuju masyarakat adil dan makmur, merata material dan spiritual. Upaya ini dilaksanakan secara sistemis melalui kegiatan yang disebut Pelita, yang merupakan agenda formal pembangunan, disamping langkah non formal untuk mempercepat tercapainya tujuan pemerataan sebagaimana peran yang dijalankan program Inpres Desa Tertinggal (IDT).
Pada dekade 1970-an, berdasarkan kondisi ketimpangan pemerataan yang ada, muncul kesadaran perlunya perbaikan dan perhatian khusus terhadap kondisi kemiskinan masyarakat, terutama menyangkut persepsi pemerintah dan swasta dalam menangani masalah kemiskinan. Implementasi konsepsi tersebut teraktualisasi dalam program IDT.
Secara konseptual, program IDT dapat dikatakan bukanlah program yang baru, bila dilihat dari program fungsional yang dilaksanakan oleh berbagai instansi, khususnya Departemen Sosial yang aksinya lebih menekankan pada visi pemberdayaan masyarakat dalam memanfaatkan berbagai potensi pembangunan. Program ini menjadi fokus dan aktual manakala berbagai pihak diminta untuk memberikan perhatian khusus terhadap pelaksanaan dan metode pemberdayaan masyarakat miskin itu sendiri. Konsepsi ini telah mendorong subjek untuk melakukan penelitian Hubungan Persepsi Masyarakat Miskin Dengan Pengetahuan Penanggulangan Kemiskinan.
Penelitian ini bertujuan: (1) Melihat intensitas hubungan kausalitas persepsi masyarakat miskin dengan pengetahuan penanggulangan kemiskinan dan berupaya menarik kesimpulan hubungan yang bagaimanakah yang dapat menunjang program penangulangan kemiskinan (2) Melihat signifikansi hubungan kausalitas dimaksud, apabila dikontrol oleh sub variabel penelitian dengan cara "mengesampingkan" dan "mengaktifkan" beberapa variabel (3) Melihat signifikansi hubungan persepsi masyarakat dengan pengetahuan penanggulangan kemiskinan sebelum dan setelah dikontrol partisipasi masyarakat.
Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Galur, Kecamatan Johar Baru, Daerah Khusus lbukota Jakarta. Objek penelitian adalah warga masyarakat penerima IDT yang bermukim pada 7 (tujuh) Rukun Warga (RW), dari 90 Pokmas yang aria, melalui teknik penarikan sampel stratifikasi maka ditetapkan 50 Kepala Keluarga sebagai sampel dengan perbandingan untuk masing-masing strata (Ketua, Sekretaris, Bendahara dan Anggota) adalah 1:1:1:17. Pengurnpulan data primer diiakukan dengan kuesioner sedangkan data skunder diperoleh dari berbagai literatur umum, khusus dan dinas instansi terkait. Data yang telah dihimpun selanjutnya ditabulasi untuk dianalisis dengan formula product moment maupun korelasi parsial dengan varians test signifikansi.
Hasil analisis baik dengan teknik univariate, bivariate dan multivariate menunjukkan hasil yang cukup signifikan dengan hipotesis dan asumsi dasar, artinya seperti jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan utama dan sampingan sangat berpengaruh dalam proses pembentukan persepsi penanggulangan kemiskinan, masyarakat miskin.
Dilihat dari intensitas nilai korelasi, baik bivariate dan multi variate menunjukkan nilai yang sangat signifikan yaitu rid = 0,7512 dan 18 responden atau 36 persen berada pada strata "sedang" bila dianalisis dengan tabel silang, untuk pesepsi dengan pengetahuan serta = 0,6429 untuk persepsi, pengetahuan dan partisipasi. Besarnya nilai r dan kecilnya nilai p merupakan indikasi hubungan yang signifikan, sebagaimana ditunjukkan oleh besarnya nilai F test daripada nilai kritik F pada tabel product moment. Artinya bahwa apabila terjadi peningkatan bobot satu diantara tiga variabel, maka akan memberikan dampak positif pada dua variabel lainnya.
Berdasarkan kenyataan diatas, maka dapat diinterpretasikan bahwa terdapat korelasi yang sangat menyakinkan Hubungan Persepsi Masyarakat Miskin dengan Pengetahuan Penanggulangan Kemiskinan baik "dengan" dan "tanpa" mengikutsertakan Partisipasi Masyarakat Miskin."
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"This study aims to know what factors cause poverty and does poverty occur simply because of human faulths?...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"This artcle describes poverty which is a prolem on this planet, particularly di Indonesia.The estimation is that there are a 1,4 billio por people in the world and there are about 35 million poor people in Indonesia. ..."
150 PJIP 1:1 (2009)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Kumurur, Veronica Adelin
"Pembangunan perkotaan kota Jakarta telah belum berhasil meningkatkan kualitas hidup manusia seluruh masyarakatnya. Beban kemiskinan mawarakat akibat pembangunan kota, ternyata dihadapi dan dirasakan berbeda oleh Iaki-Iaki dan perempuan miskin. Di mana, beban kemiskinan Iebih berat di pikul olh kaum perempuan dan beban tersebut menjadi penghambat peran perempuan dalam keberlanjutan lingkungan hidup.
Tujuan penelitian menemukan dan memahami pengaruh pembangunan kota terhadap kemiskinan perempuan di kota Jakarta. Juga, menemukan dan memahami kondisi dan pola-pola interaksi dalam kehidupan perempuan miskin di kota Jakarta.
Metode pengumpulan data primer dilakukan dengan cara wawancara secara mendalam Serta pengamatan (observasi) langsung terhadap kondisi kehidupan para informan. Uji statistik yang adalah analisis koreiasi Pearson [Product Moment Pearson) serta analisis regresi sederhana.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh pembangunan ekonomi kota Jakarta, berpengaruh signitikan terhadap rendahnya jumlah perempuan miskin yang berpendidikan rendah, terhadap meningkatnya beban kerja yang Iebih berat bagi perempuan miskin, terhadap meningkatnya jumlah perempuan miskin yang tidak memiliki pekerjaan tetap. Pembangunan pendidikan di kota Jakarta berpengaruh signitikan terhadap rendahnya jumlah perempuan miskin yang berpendidlkan rendah, meningkatnya beban kerja yang Iebih berat bagi perempuan miskin, meningkatnya jumlah perempuan miskin yang tidak memiliki memiliki pekerjaan tetap. Pembangunan kesehatan ekonomi berpengaruh signifikan terhadap meningkatnya jumlah perempuan miskin yang berpendidikan rendah, meningkatnya jumiah perempuan miskin yang tidak memiliki pekerjaan tetap, meningkatnya beban kerja bagi perempuan miskin di kota Jakarta. Pembangunan Ketenagakerjaan berpengaruh signifikan terhadap meningkatnya jumlah perempuan miskin yang berpendidikan rendah, meningkatnya perempuan miskin yang tidak memiliki pekerjaan tetap, meningkatnya beban kerja perempuan miskin. Kondisi kemiskinan perempuan telah mengakibatkan perempuan-perempuan miskin kota yang memilih pekerjaan sebagai pramuwisma, pelayan pub & bar, pekerja seks dan pekerja kaki lima memikui beban kerja (double burden) yang Iebih berat dari Iaki-lakl miskin yang menjadi suami. Di dalam pekerjaan-pekeljaan pilihan perempuan miskin, yaitu sebagai pekerja seks, pelayan pub & bar, pramuwisma terdapat pola-pola interaksi yang mengakibatkan ancaman terhadap keberlanjutan Iingkungan sosial Serta keberlanjutan manusia secara umum.
Kesimpulan dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pembangunan kota yang berlangsung dalam ekosistem kota Jakarta merupakan hasil interaksi antara pembangunan ekonomi, pembangunan pendidikan, pembangunan kesehatan serta ketenagakerjaan yang memberikan pengaruh besar dan kuat terhadap kondisi kemiskinan perempuan. Di mana menjadi sumber pemerasan bagi oknum-oknum tertentu di dalam sistem kerja pekerjaan tersebut, tidak memiliki waktu luang untuk berpartisipasi di dalam kegiatan sosial, dan sebagai agen penularan IMS bagi keluarga perempuan miskin yang akan mengancam.

The development of the Jakarta city did not yet succeed in increasing the quality of the life of humankind of all of his community. The burden of poverty of the community resulting from the development of the city, evidently was deal with and felt to be different by the man and the poor woman. Where, the burden of poverty was more difhcult for women and became the obstacle to the role of the woman inthe continuity of the environment.
The aim of this research is to identify a deep understanding of the influence of urban development on women poverty in Jakarta city. Furthermore, to identify a deep understanding and to analyze the some interaction of the life conditions of women poor are influence to Jakarta urban sustainability.
The primary method of the data collection was carried out by means of the interview in depth as well as observation (observation) direct towards the condition for the life of the informants. The statistical test that was the analysis of the Pearson correlation (Product Moment Pearson) as well as the analysis of simple regrssion.
Results of the research showed that the development of the Jakarta city, that consist of: (a) the development of education; (b) the development of the health; (c) the development of influential manpower signiticant towards the increase in the number of educated poor women low, the increase in the number of poor women that did not have had the work continue to, as well as the increase in the burden of the work for the poor woman in the Jakarta city. The condition of the woman poverty resulted in women lacking the city that chose the work as the servant, the pub attendant & the bar, the sex worker and the pavement worker bore the burden of the work (double burden) that was heavier than the poor man who became the husband. In works of the choice of the woman poor, that is as the sex worker, the pub attendant Br the bar, the servant was met patterns of the interaction that resulted in the threat to the spirit of poor women as well as the continuity of humankind generally.
The conclusion of showing that the development of the Jakarta city did not yet give the allocation of space for the poor woman, to carry out the activity of the life as working, and resting. Evidently, the development of the City did not yet give the opportunity for the poor woman to choose the better work. Poor women tended to choose the work that made them the object of extortion by other humans in his work system, as well as the work that threatened the spirit and the quality of humankind continuously.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008
D946
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Niken Ratna Handayani
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1993
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Qadir Gassing
"Beberapa permasalahan pokok masyarakat desa adalah: (1) rendahnya pendapatan perkapita; (2) rendahnya tingkat pendidikan; (3) belum digalinya sumber/potensi alam desa secara maksimal, disamping masih banyaknya tenaga kerja yang belum dimanfaatkan secara optimal; dan (4) adanya nilai budaya lokal yang kadang-kadang justru menghambat pembangunan.
Tesis ini bertujuan untuk membahas beberapa sebab yang berpengaruh terhadap kemiskinan penduduk di Marunda, dengan penekanan utama pada nilai-nilai sosial budaya yang sering menghambat usaha-usaha pembangunan.
Dalam penelitian ini dijumpai bahwa kemiskinan penduduk Marunda adalah hasil dari perpaduan tekanan kondisi lingkungan fisik dan adanya hambatan nilai sosial
budaya.
Sawah, empang dan laut adalah merupakan tempat memperoleh nafkah sebagian besar penduduk Marunda. Penghasilan petani terkaya rata-rata mencapai 18 kali lipat
penghasilan buruh tani terkaya, sedangkan juragan nelayan terkaya rata-rata mencapai 9 kali lipat penghasilan buruh nelayan (kuli). Sekitar 70 persen sawaht 100 persen
empang, dan 65 persen modal/peralatan nelayan adalah merupakan milik orang luar ("orang kota"). Petani dan nelayan Marunda sebagian besarnya hanya berstatus sebagai buruh, status yang menempatkannya pada klasifikasi miskin sekali apapun jenis pekerjaannya.
Upaya meningkatkan pendidikan warga Marunda telah cukup berhasil, dan sekitar 90 persen anak usia sekolah benar-benar telah masuk sekolah (SD). Angka drop-out
pun telah banyak menurun sejak 8 tahun terakhir, yaitu dari 84 persen pada tahun 1976 menjadi 40 persen pada tahun 1984. Tetapi ternyata pendidikan konvensional
seperti ini telah berhasil mengasingkan sekitar 60 persen pemuda desa dari lingkungannya sendiri. Mereka (umumnya drop-out dan tamatan SLP) enggan memasuki
lapangan pekerjaan (kasar) yang ada di desanya, sedang untuk masuk ke lapangan pekerjaan formal masih terlalu tanggung, baik pendidikan maupun keterampilannya. Oleh sebab itu untuk jangka lama (biasanya sebelum kawin) mereka terpaksa menganggur.
Tidak jarang suatu program pembangunan, secara teoritis, sesunggguhnya telah dapat menyentuh atau meningkatkan taraf hidup si miskin, tetapi sering tidak sampai
kepada mereka sebab lebih dahulu dan lebih banyak dinikmati oleh golongan elit dan birokrat desa. Tetapi, memang ada beberapa nilai tradisional yang masih melekat
pada masyarakat Marunda yang harus ditinggalkan bila diinginkan adanya transformasi, yaitu :
a. Sikap tertutup yang mungkin berhubungan erat dengan rendahnya pendidikan dan kurangnya komunikasi dengan dunia luar. Mereka akan (1) tertutup terhadap setiap
ide-ide baru yang bertentangan dengan apa yang telah diyakininya benar; (2) keengganan mengoreksi diri atau menerima kemungkinan adanya sesuatu yang lebih
baik/benar dari luar lingkungannya; dan (3) penerimaan atau pewarisan nilai-nilai tanpa adanya upaya memperluas atau memperbaharui pemahamannya, mereka
cenderung menerima dan mewariskannya secara utuh; tidak ada peningkatan.
b. Pola berpikir dan bertindak konsumtif masih sangat mendominasi masyarakat miskin. Bila mereka memperoleh uang (banyak) hanya 10 persen yang akan memanfaatkannya untuk tujuan-tujuan produktif, sedang selebihnya akan menghabiskannya pada tujuan-tujuan konsumtif.
c. Sikap fatalistik, terialu cepat puas, dan sikap malas dari masyarakat miskin memberi kesan bahwa mereka statis, kurang upaya untuk merobah nasib, kurang usaha
atau rencana-rencana yang berorientasi ke masa depan. Sesungguhnya mereka telah berusaha, tetapi usahanya begitu kecil dan sangat terbatas, sebab memang kemam -
puan, keterampilan, dan wawasan-wawasan yang dapat dijangkaunya sangat terbatas pula. Disamping itu keyakinan kepada takdir sering membuat mereka merasakan bahwa nasibnya selalu ditentukan oleh Tuhan, dan dengan demikian mereka merasakap pula bahwa kemampuannya untuk berbuat selalu terbatasi. Akibatnya, makin kabur sikap
mandiri dan makin tipis kepercayaan akan kemampuan dirinya sendiri. Mereka lebih banyak bergantung, dan miskin.
d. Nilai anak dalam keluarga masih sangat tinggi, dan walaupun sikap bahwa banyak anak banyak rezeki telah ternyata tidak banyak benarnya, tetapi masih merata dianut oleh masyarakat Marunda. Anak bagi mereka memang dapat berarti beban, tetapi sebaliknya, anak juga berarti investasi modal yang segera dapat dinikmati hasilnya, disamping anak banyak dijadikan taruhan masa depan. Selain itu ada kepercayaan di kalangan mereka, bahwa beranak banyak akan mengangkat derajatnya disisi Tuhan."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1985
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdhul Aziiz Usman
"Fokus penelitian ini tentang karakteristik rumah tangga miskin di Propinsi Sumatera Barat. Permasalahan utamanya adalah untuk mengetahui apa saja yang menjadi karakteristik rumah tangga miskin dan bagaimana pengaruhnya terhadap kemiskinan di Propinsi Sumatera Barat. Diharapkan dari penelitian ini dapat diketahui dengan lebih baik siapa si miskin yang menjadi target pengentasan program kemiskinan. Kemudian diantara sebegitu banyak permasalahan dalam kemiskinan, mana yang lebih prioritas untuk diselesaikan lebih dahulu.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data susenas kor Propinsi Sumatera Barat tahun 2002. Data susenas kor diolah dengan menggunakan perhitungan Indeks Foster -- Greer - Thorbeck dan analisis regresi logistik dengan bantuan program pengolahan data statistik berupa Statistical Product and Service Solution versi 13. Indeks Foster - Greer - Thorbeck digunakan untuk menentukan jumiah penduduk miskin, tingkat kedalaman kemiskinan, tingkat keparahan, dan karakteristik rumah tangga miskin di Propinsi Sumatera Barat. Sedangkan untuk melihat bagaimana pengaruh dari karakteristik rumah tangga terhadap kemiskinan digunakan analisis regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukan bahwa dari data yang ada dapat diketahui beberapa kelompok karakteristik kemiskinan di Propinsi Sumatera Barat, yaitu; secara geografi, dernografi, pendidikan, ketenagakerjaan, dan perumahan. Di masing-masing kelompok karakteristik terdapat beberapa kategori karakteristik yang menunjukkan ciri khas rumah tangga miskin. Kategori-kategori itu mempunyai pengaruh terhadap kemiskinan di pr opirisi Sumatera Barat, baik secara positif maupun negatif. Pengaruh yang paling besar datang dari kelompok karakteristik pendidikan. Pendidikan berpengaruh terhadap kemungkinan rumah tangga tersebut untuk tidak menjadi miskin. Dimana semakin tinggi tingkat pendidikan anggota rumah tangga maka resiko rumah tangga tersebut untuk menjadi miskin lebih kecil.
Sebagai rekomendasi dari basil penelitian ini; dalam menyusun program pengentasan kemiskinan pemerintah sebaiknya menjadikan program perbaikan pendidikan masyarakat menjadi prioritas utama, terutama di perkotaan. Sedangkan di pedesaan, upaya diversifikasi lapangan usaha khususnya off farm yang tidak membutuhkan ketersediaan lahan sebagai prioritas utama, disamping pendidikan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T20318
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>