Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 79262 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Telah dilakukan preparasi lapisan tipis p-n junction CulnSe2 - CdS - ZnO multi layer dengan metode RF sputtering dengan penumbuhan kristal CulnSe2 menggunakan metode bridgman pada suhu 600 C. Dari pengamatan XRD memperlihatkan bahwa kristal CulnSe2 memiliki struktur tetragonal khalkopirit dengan parameter kisi a= 5,7727 A dan c= 11,6032 A, sedangkan lapisan tipis CdS mempunyai struktur heksagonal dengan parameter kisi a=4,1439 A dan c=6,72 A. Hasil pengamatan SEM menunjukkan ketebalan CdS sebesar 3,8 x 10 A mampu memberikan efek fotovoltaik optimal dengan tegangan sebesar 101 mV dan arus 0,99 A."
JURFIN 10:29 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Hidayat Achmad
"Energi surya dipancarkan dalam bentuk radiasi elektromagnetik dapat diubah menjadi energi listrik dapat menggunakan sistem photovoltaik (PV). Namun paparan energi surya menyebabkan suhu sistem meningkat mengakibatkan efisiensinya berkurang dan berpengaruh terhadap produksi energi listrik. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan produksi energi listrik dengan menjaga suhu PV tetap rendah agar sel surya dapat bekerja maksimal. Sel surya yang digunakan merupakan jenis polycrystalline 50 WP sebanyak 4 unit untuk menerapkan 4 metode. Satu sel surya dikondisikan normal tanpa modifikasi, satu sel surya dipasang filter cahaya, satu sel surya dipasang pendinginan pasif, sementara satu sel lain dipasang kombinasi filter cahaya serta pendinginan pasif. Hasil penelitian menunjukkan metode filter cahaya tidak efektif dilakukan. Sementara itu, metode pendinginan pasif mampu menghasilkan energi yang lebih baik ketika cuaca cerah hingga 5,2% dan ketika cuaca mendung di bawah 3% dibandingkan sel surya standar. Untuk mengoptimalkan pendinginan pasif maka dilakukan pengujian 3 jenis variasi heatsink untuk mengetahui pengaruh besar kapasitas kalor terhadap energi listrik yang dihasilkan. Sel surya dengan kapasitas kalor 3,9 Wh/oC menghasilkan energi listrik yang lebih baik sekitar 3,48% dibandingkan sel surya dengan kapasitas kalor 3,3 Wh/oC. Sel surya dengan kapasitas kalor 4,7 Wh/oC menghasilkan energi listrik yang lebih baik sekitar 6,37% dibandingkan sel surya dengan kapasitas kalor 3,3 Wh/oC.

Solar energy, emitted as electromagnetic radiation, can be converted into electrical energy using photovoltaic (PV) systems. However, exposure to solar energy causes an increase in system temperature, reducing efficiency and affecting electricity production. This study aims to enhance electricity production by maintaining a low PV temperature to ensure optimal solar cell performance. The solar cells used in this research are polycrystalline type with a capacity of 50 WP, consisting of four units to apply four different methods. One solar cell is kept in normal condition without modification, one is equipped with a light filter, another employs passive cooling, and the last combines a light filter with passive cooling. The results indicate that the light filter method is ineffective. Meanwhile, the passive cooling method produced better energy output, with an increase of up to 5.2% under clear weather conditions and below 3% under cloudy conditions compared to standard solar cells. To optimize passive cooling, tests were conducted using three heatsink variations to analyze the impact of heat capacity on electricity production. A heatsink with a capacity of 3.9 Wh/°C improved energy output by approximately 3.48% compared to one with 3.3 Wh/°C. Additionally, a heatsink with a capacity of 4.7 Wh/°C increased energy output by approximately 6.37% compared to the 3.3 Wh/°C heatsink."
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2025
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Feriz Kausar
"Industri otomotif terus berkembang di Indonesia, bidang ini terpilih sebagai prioritas lima sektor manufaktur dalam program pemerintah Making Indonesia 4.0. Dengan target menjadi produsen mobil terbesar di ASEAN, berdampak pada pertumbuhan konsumsi listrik sektor otomotif sebesar 6% per tahun pada kuartal IV 2021. Dibutuhkan penambahan kapasitas daya listrik yang selaras dengan komitmen pemerintah untuk beralih ke energi terbarukan. Penerapan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terdistribusi di sisi konsumen merupakan salah satu alternatif terbaik untuk penambahan kapasitas daya produsen otomotif yang diharapkan bisa bersaing di kancah internasional sebagai perusahaan berbasis energi bersih. Seperti yang diketahui, investasi PLTS masih menjadi tantangan bagi pelaku industri, maka, model bisnis third-party ownership (TPO) menjadi salah satu solusi alternatif dalam mengatasi masalah tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis tekno-ekonomi PLTS terdistribusi dengan odel bisnis TPO dengan tiga skema, yaitu on-grid, stand-alone, dan hybrid, dengan studi kasus pabrik ATPM – S1. Metodologi yang digunakan adalah mendesain kapasitas dan sistem operasi PLTS terdistribusi menggunakan perangkat lunak Homer Pro, lalu menganalisis keekonomian dengan metode cashflow menggunakan 3 skenario tarif (ceiling price setara tarif PLN I-3, variatif, dan floor price yaitu pada saat IRR=WACC), dan performa panel surya. Skema bisnis TPO yang dianalisis dengan solar leasing skema fixed rent (FR) dan performance-based rent (PBR). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa skema on-grid dengan kapasitas PLTS sebesar 204 kWp, beroperasi dari pukul 06.00 s.d. 18.00, dengan nilai investasi sebesar 185.740 USD. Nilai IRR ketiga skenario tarif FR adalah 10,17%, 10,032%, dan 9,24%, sedangkan PBR sebesar 9,305%, 9,168%, dan 8,386%. Skema stand-alone menghasilkan kapasitas PLTS sebesar 1,570 MWp dengan Battery Energy Storage System (BESS) sebesar 9.000 kWh, beroperasi selama 24 jam, dengan nilai investasi 2.803.988 USD. Nilai IRR ketiga skenario tarif FR dan PBR adalah sama sebesar -13,44%, 10,295%, dan 9,24%. Skema hybrid menghasilkan kapasitas PLTS sebesar 800,28 kWp dengan BESS sebesar 4.000 kWh, beroperasi selama 24 jam, dengan nilai investasi 1.376.712 USD. Nilai IRR ketiga skenario FR adalah -3,89%, 10,77%, dan 9,24%, sedangkan PBR sebesar -4,93%, 9%, dan 7,48%. Nilai IRR pada PBR lebih rendah dibandingkan dengan FR, karena pada PBR terdampak degradasi daya panel surya. Skema hybrid dengan skenario 1 memiliki O&M yang selalu di atas pendapatan. Maka, penerapan TPO PLTS terdistrbusi pada ATPM – S1, hanya layak menggunakan skema on-grid solar leasing fixed rent.

The automotive industry continues to grow in Indonesia, this field was chosen as a priority for the five manufacturing sectors in the government's Making Indonesia 4.0 program. With a target to become the largest car manufacturer in ASEAN, it will have an impact on the growth of electricity consumption in the automotive sector by 6% per year in the fourth quarter of 2021. It is necessary to increase electricity capacity in line with the government's commitment to switch to renewable energy. The application of distributed solar photovoltaic (DSPV) on the consumer side is one of the best alternatives to increase the capacity of automotive manufacturers which are expected to compete internationally as clean energy-based companies. As is well known, PV mini-grid investment is still a challenge for industry players, so the third-party ownership (TPO) business model is an alternative solution to overcome this problem. The purpose of this study is to analyze the techno-economy of distributed solar power with a TPO business model with three schemes, namely on-grid, stand-alone, and hybrid, with a case study of the ATPM – S1 factory. The methodology used is to design the capacity and operating system of distributed PV mini-grid using Homer Pro software, then analyze the economy with the cash flow method using 3 tariff scenarios (the ceiling price is equivalent to the PLN I-3 tariff, varied, and the base price is when IRR = WACC), and solar panel performance. The TPO business scheme analyzed by leasing solar fixed rent (FR) and performance-based rent (PBR) schemes. The results of this study indicate that the on-grid scheme with a PLTS capacity of 204 kWp, operates from 06.00 s.d. 18.00, with an investment value of 185,740 USD. The IRR values of the three FR tariff scenarios are 10.17%, 10.032%, and 9.24%, while the PBR are 9.305%, 9.168%, and 8.386%. The stand-alone scheme produces a PLTS capacity of 1,570 MWp with a Battery Energy Storage System (BESS) of 9,000 kWh, operating for 24 hours, with an investment value of 2,803,988 USD. The IRR values for the three FR and PBR tariff scenarios are the same at -13.44%, 10.295%, and 9.24%. The hybrid scheme produces a PLTS capacity of 800.28 kWp with a BESS of 4,000 kWh, operating for 24 hours, with an investment of 1,376,712 USD. The IRR values of the three FR scenarios are -3.89%, 10.77%, and 9.24%, while the PBR are -4.93%, 9%, and 7.48%. The IRR value for PBR is lower than FR, because PBR inhibits the decrease in solar panel power. The hybrid scheme with scenario 1 has O&M always above revenue. So, the application of TPO PLTS distributed to ATPM – S1, is only feasible to use the fixed rent on-grid solar leasing scheme."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nelson, Jenny
London: Imperial College Press, 2010
537.54 NEL p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Fahmy Miftahurrahman
"Konsumsi listrik pada sektor perumahan di Indonesia cukup tinggi. Salah satu cara yang mungkin untuk mengurangi konsumsinya dengan menerapkan konsep near Zero Energy Building. Strategi retrofit adalah salah satu strategi untuk menggabungkan efisiensi energi dan efektivitas biaya. Pemilihan modul surya berdampak langsung pada daya yang dihasilkan sehingga perlu dioptimalkan. Di sisi lain, pemilihan peralatan listrik juga perlu dioptimalkan untuk efisiensi konsumsi energi. Dalam penelitian ini, meminimalkan biaya retrofit dan menemukan kombinasi biaya optimal, teknologi efisiensi energi dan sistem pembangkit energi terbarukan digabungkan dan diteliti. Pemilihan peralatan untuk memasak, pendinginan ruang, dan jenis peralatan umum diadakan berdasarkan biaya energi per beban dan harga peralatan. Hasil pemodelan matematika dan simulasi adalah kombinasi peralatan penanak nasi Cosmos CRJ-9303, water dispenser Polytron PWC-777, lemari es Panasonic NR-BN209N, pengkondisi udara Gree C3E, televisi SONY KD-43X7500F, pompa air Shimizu PC-260BIT, dan mesin cuci Sharp ES-FL872. Kombinasi ini membutuhkan 5,678 kWh energi pertahun. Modul surya jenis mono-crystalline standar kapasitas 4.5 kWp menghasilkan energi sebesar 5,891 kWh pertahun, memerlukan ruang sebanyak 26.1 m2 pada atap model. Perbandingan energi peralatan listrik dengan modul surya menghasilkan AEMR sebesar 104%, sehingga dapat dinyatakan bahwa model dengan kombinasi tersebut memenuhi persyaratan dalam penerapan konsep nZEB dengan biaya retrofit optimum sebesar Rp 106,076,459.

The power consumption for the residential in Indonesia is quite high. It makes sense to reduce consumption by applying the near Zero Energy Building concept. The retrofit strategy is one strategy for combining energy efficiency and cost-effectiveness. PV system equipment impact directly to generated power, need to be optimized. On the other side, load equipment needs to be optimized for energy consumption efficiency. In this research, minimizing the retrofit cost and find a cost-optimal package, energy efficiency technologies and Renewable energy generation systems be combined and investigated. Equipment selection for cooking, space cooling, and general appliances type held based on cost per load energy and equipment price. The result of mathematical modelling and simulation is combination of appliances; Cosmos CRJ-9303 rice cooker, Polytron PWC-777 water dispenser, Panasonic NR-BN209N refrigerator, Gree C3E air conditioner, SONY KD-43X7500F television, Shimizu PC-260BIT water pump, and Sharp ES-FL872 washing machine. This combination requires 5,678 kWh annual energy. Standard mono-crystalline PV module with 4.5 kWp capacity could generate 5,891 kWh annually, required 26.1 m2 roof space. Comparison between energy consumption and supply is 104%, it can be stated that the model meets the requirements in applying the nZEB concept, with optimum retrofit cost of Rp 106,076,459."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T55330
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Rachma Yunia
"Listrik adalah salah satu kebutuhan yang sangat mendasar pada zaman ini, perannya sangat besar mulai dari listrik untuk rumah penduduk hingga memenuhi kebutuhan skala besar seperti usaha pabrik dan mendukung instansi pemerintahan. Penggunaan bahan bakar yang paling besar untuk pembangkit listrik di Indonesia saat ini masih menggunakan batu bara, sementara batu bara bukan termasuk energi terbarukan sehingga dapat habis di kemudian hari. Photovoltaic sistem adalah sebuah sistem yang menggunakan energi dari cahaya matahari untuk diubah menjadi energi listrik. Photovoltaic sistem ini menggunakan solar sel yang kemudian dapat dibuat dalam skala lebih besar menjadi solar modul atau solar array. Photovoltaic dapat digunakan secara on-grid ataupun off-grid. Kemudian, agar sistem photovoltaic dapat digunakan sebagai pembangkit, sistem ini dapat dihubungkan dengan kontroler Maximum Power Point Tracker (MPPT) dan converter. Dalam skripsi ini jenis MPPT yang digunakan adalah Perturb and Observation (P&O) dan converter yang digunakan adalah dc-dc converter buck-boost. MPPT P&O digunakan karena algoritmanya yang sederhana sehingga banyak digunakan dan buck-boost converter digunakan agar tegangan output yang dihasilkan dapat disesuaikan dengan beban yang divariasikan.

Electricity is one of the very basic needs of this era, its role is very large ranging from electricity to houses to meet large-scale needs such as factory businesses and supporting government agencies. The use of the largest fuel for electricity generation in Indonesia is currently still using coal, while coal is not included as renewable energy so it can be used up later. Photovoltaic systems are system that uses energy from sunlight to be converted into electrical energy. This photovoltaic system uses solar cells which can then be made on a larger scale into solar modules or solar arrays. Photovoltaic can be used as on-grid or off-grid. Then, so that the photovoltaic system can be used as a generator, this system can be connected to the Maximum Power Point Tracker (MPPT) controller and converter. In this thesis the type of MPPT used is Perturb and Observation (P & O) and the converter used is a dc-dc buck-boost converter. MPPT P & O is used because the its simple algorithm and widely used in othe Solar Power Generation System and the buck-boost converter is used so that the output voltage can be adjusted to the varied load."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yoga Mahendro
"Salah satu tantangan integrasi PLTS pada jaringan distribusi adalah kemampuan sistem dalam menyalurkan energi PLTS dengan tetap menjaga standar layanan dan operasi. Kapasitas maksimal PLTS yang diintegrasikan dinyatakan sebagai besar penetrasi, yaitu rasio kapasitas terpasang PLTS terhadap beban puncak sistem. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak dan batasan penetrasi PLTS terhadap kondisi operasi suatu jaringan distribusi dengan menggunakan metode aliran daya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa batas penetrasi PLTS pada sistem yang diteliti adalah paling rendah sebesar 20% untuk penempatan PLTS di tegangan rendah dan paling tinggi 210% untuk PLTS di dekat substation. Faktor pembatas utama penetrasi adalah pembebanan lebih pada saluran dan transformator serta kenaikan tegangan sistem. Penempatan pada beberapa lokasi secara tersebar dapat meningkatkan batas penetrasi PLTS. Penetrasi PLTS dapat menurunkan rugi-rugi daya sistem, akan tetapi pada penetrasi yang tinggi rugi-rugi daya cenderung menjadi lebih besar.

One of the challenges of the integration of photovoltaic(PV) generation on distribution network is the system's ability to deliver the energy of solar PV while maintaining the standards of service and operation. PV’s maximum capacity that can be integrated is declared in term of penetration, defined as the ratio of the installed capacity to the system’s peak load. The operating conditions of a system can be known through the power flow study. This study aims to determine the impact and PV’s penetration limits on a distribution network using power flow method.
The result showed that the PV’s penetration limit in the system under studied is the lowest at 20% for PV placed at the low voltage side and the highest at 210% for PV placed near the substation. The main limiting factors of penetration are feeders’ and transformers’ overload followed by node overvoltage. Distributed placements of PV can increase the penetration limit. PV integration can reduce system power loss, but at the high penetration level power losses tend to be larger.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T44388
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arief Udhiarto
"Salah satu karakteristik penting bahan semikonduktor untuk aplikasi solar sel yang menentukan tingginya tingkat efisiensi adalah kofisien absorpsi (a) bahan terhadap cahaya. Setiap semikonduktor menyerap cahaya dengan koefisien yang berbeda-beda. Satu bahan semikonduktor juga memiliki daya absorpsi yang berbeda terhadap cahaya yang memiliki panjang gelombang berbeda. Cahaya biru memilik intensitas paling besar dibandingkan dengan cahaya lain [1]. Pada tesis ini dilakukan sebuah perancangan dan simulasi divais silikon solar sel untuk mengoptimalkan peran cahaya biru, yaitu dengan cara menempatkan pusat persambungan pn pada kedalaman 0,7 µm, dan menambahkan sebuah lapisan tipis dengan doping konsentrasi tinggi pada masing-masing permukaan emiter dan basis serta dengan membentuk struktur permukaan dengan pola piramida tegak dengan ketinggian 4 µm dan sudut kemiringan sebesar 65°. Dari simulasi menggunakan perangkat lunak PCID58 didapatkan konsentrasi doping untuk tipe-p sebesar 2,64 x 10zo cm3 dan untuk tipe-n sebesar 2,9 x 10Z0 cm3. Pasivated emitter diberikan pada bagian emiter untuk mengurangi rekombinasi permukaan [2]. Dan simulasi dan analisa rancangan, berhasil diperoleh sebuah rancangan divais silikon solar sel dengan efisiensi 15,17%, berdaya keluaran basis maksimum sebesar 2,055 W, dengan arus basis short-circuit sebesar -3,356 A dan tegangan basis open-circuit sebesar 0,5676 V. Dengan mengasumsikan bahwa perhitungan efesiensi yang dilakukan oleh Allen Jiun-Hua Gou adalah benar, maka tingkat efisiensi dari rancangan solar sel akan menjadi lebih besar dari 20,55% dengan ketebalan sel sebesar 30 pm. Se!uruh simulasi dilakukan terhadap rancangan solar sel dengan luas permukaan 100 cm2.

One of the important parameters from semiconductor material in solar cell application is absorption coefficient material toward the light. Every semiconductor has its own absorption coefficient. A semiconductor material was absorbed differently toward different wavelength of light. Blue light has biggest intensity than others light [1]. In this thesis, we design a silicon solar cell to optimize role of blue light by placing the center of injunction at depth of 0.7 µm, add the thin of n-type at front surface and thin of p-type at rear surface with heavy doping also by applying pyramid structured at surface with depth of 4 µm and angle of 65°. By using software PC1D58 we obtain doping concentration for p-type is 2.64 x 1016 cm 3 and for n-type is 2.9 x 1026 cm-3. Pass: gated emitter is introduced to reduce surface recombination [2]. From simulation and analysis, we have succeed developed a solar cell structure design with efficiency of 15.17%, where the maximum base power out is 2.055 W; the base current short-circuit is -3.356 A and voltage base open-circuit is 0.5676 V. By assuming that calculation of efficiency that recommended by Allen Jiun-Hua Gou is valid, the efficiency of solar cell will be more than 20.55% and the thickness of cell is 30µm. Solar cell was designed with area of 100 cm2."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
T14742
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reikan Kresna Maulana
"Penggunaan metode direct untuk MPPT seperti increamental conductance, perturb and orbservation tidak menghasilkan pencarian yang cepat dan berosilasi pada daerah MPP. Perubahan nilai duty yang tetap dari metode tersebutlah yang menghasilkan keadaan tersebut. Sedangkan penggunaan metode PID dapat menghasilkan pencarian lebih cepat dan menghasilkan osilasi lebih kecil tetapi metode ini dikategorikan metode inderect dikarenakan pencarian titik tegangan referensi berdasanakan metode trial and error. Sehingga diajukan penggunaaan metode direct yang lain dengan yang menghasilkan pencarian lebih cepat dan osilasi lebih kecil yaitu penggunaan logika fuzzy. Perancangan dilakukan dengan metode simulasi, yaitu mensimulasikan rangkaian yang akan dipergunakan, rangkaian buck converter, dan beban yang berupa baterai dan mendapatkan nilai masukan jika nilai PWM rangkaian buck converter diubah – ubah. Untuk membandingkan hasil penggunaan algoritma fuzzy, akan disajikan perbandingan jika menggunakan algoritma P&O, hasil didapatkan nilai tanggapan waktu menggunakan algoritma fuzzy lebih cepat dan tunak setelah 347,8246 mikro sekon dibandingkan 608,6962 mikro sekon jika menggunakan algoritma P&O, didapatkan hasil arus tunak pada besar arus 1.6525 Ampere pada sisi keluaran sedangkan dengan menggunakan algoritma P&O akan berosilasi diantara 1.281 Ampere dan 1.689 Ampere, menunjukan bahwa penggunaan algoritma fuzzy manghasilkan hasil yang lebih baik untuk sistem pengecasan baterai dikarenakan terdapat mode constant current pada saat pengisian baterai lithium – ion yang perlu diperhatikan.

The use of direct methods for MPPT such as increamental conductance, perturb and orbservation does not result in fast and stable power tracking in the MPP region. It is the fixed changes in duty value of the mentioned method that is resulting such situation. Whereas the use of the PID method can produce a much faster power tracking with smaller oscillations, but as this method is categorized as an inderect method the search for the correct voltage refenrece points is still based on the trial and error method.So, it is proposed to use another direct method which could result in much faster power tracking with smaller oscillations, namely the use of fuzzy logic algorithm. The design is carried out by simulation method, namely simulating the circuit to be used, the buck converter circuit, and the load in the form of a battery and obtaining the input and ouput value in reference to PWM value of the buck converter circuit, when the value is varied. To compare the results of using the fuzzy algorithm, a comparison will be presented such when using the P&O algorithm. The end results obtained is that the rise time of using the fuzzy algorithm are much faster and able to reach stedy state condition after just 347.8246 micro seconds compared to 608.6962 micro seconds when using the P&O algorithm, another result is that the current value are stable at 1.6525 Ampere at the battery output side, while using the P&O algorithm it will oscillate between 1.281 Ampere and 1.689 Ampere, indicating that the use of the fuzzy algorithm produces better results for a system with battery load because there is a constant current mode when recharging lithium-ion batteries that need to be noted."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Martin Jowan
"Pembuatan sistem eksperimen karakteristik sel surya berbasis PC telah berhasil dilakukan. Eksperimen ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik arus dan tegangan yang dihasilkan sel surya. Sistem ini terdiri dari modul eksperimen yang berisi modul rangkaian sel surya, instrumen tegangan, instrumen arus, SST DAQ, dan perangkat lunak eksperimen karakteristik sel surya. Karakteristik sel surya yang diamati adalah nilai tegangan dan arus yang dipengaruhi oleh seperti; beban, intensitas cahaya, dan temperatur yang dapat mempengaruhi tegangan dan arus yang dihasilkan oleh sel surya.
Untuk itu instrumen tegangan dan instrumen arus dibuat untuk mengukur tegangan dan arus sel surya tersebut. SST DAQ, dengan fitur ADC yang dimilikinya untuk membaca nilai tegangan, dimanfaatkan untuk mengakuisisi output dari instrumen tegangan dan instrumen arus, sehingga instrumen arus yang terdiri dari solenoid, sensor Hall, dan pengkondisi sinyal dibuat untuk mengkonversi nilai arus sel surya menjadi tegangan supaya dapat dibaca oleh SST DAQ. Lampu halogen dipakai sebagai sumber cahaya untuk mengkarakterisasi arus dan tegangan sel surya. Perangkat lunak yang terdiri dari visual basic dan flash digunakan untuk memudahkan eksperimen dan memberikan penampilan yang menarik.
Hasil pengujian eksperimen sel surya berukuran 6.0 cm x 9.0 cm pada intensitas 14 W m-2 memiliki daya maksimum yang dapat dihasilkan 55.9 mW dengan fill factor sebesar 0.67 sehingga efisiensi dari sel surya sekitar 7 %. Penurunan nilai tegangan dan arus terhadap temperatur yaitu 19 mV K-1 dan 1.35 mA K-1. Saturasi tegangan open-circuit sel surya mulai tampak pada intensitas 9 W m-2 dan saturasi arus short-circuit didapat pada intensitas 70 W m-2 sehingga tegangan maksimum dan arus maksimum didapatkan dengan nilai 1.09 V dan 385 mA. Hal ini berlaku untuk nilai beban antara 0 sampai 100 k§Ù pada eksperimen yang telah dilakukan."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S28974
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>