Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 115222 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bambang Budi Siswanto
"ABSTRAK
Gagal jantung merupakan penyakit jantung yang sering ditemukan, sering rawat ulang sehingga biaya tinggi dan sering menyebabkan kematian. Unuk itu diperlukan peramal kematian dan rawat ulang yang akurat dan pratis dipakai. Variabel-variabel yang berpengaruh terhadap kematian dan rawat ulang anamnesis, klinis, laboratorium, EKG, ekokardiografi, roentgen dada, etiologi, obat-obat, dan intervensi, perlu dibandingkan dengan pemeriksaan bau NTproBNP, hsCRP dan laktat yang diduga menjadi peramal yang lebih baik. Penelitian ini bertujuan mencari peramal kematian dan rawat ulang penderita gagal jantung yang akurat dan praktis serta menilai peran pemeriksaan NT pro BNP yang baru ada di Indonesia.
Hipotesis:
NT proBNP merupakan peramal kematian dan rawat ulang yang akurat.
Bahan dan cara kerja:
Semua penderita gagal jantung kelas fungsional III dan IV yang memenuhi kriteria studi GJ-Framingham yang dirawat lewat UGD PJN HK bulan Mei sampai November 2005, secara konsekutif ditawarkan ikut dalam penelitian ini serta menanda tangani ijin diteliti. Dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, EKG, Roentgen dada, ekokardiografi, laboratoriu standar serta NT proBNP, laktat dan hsCRP. tidak diikutsertakan dalam penelitian ini bila tidak bersedia diperiksa lengkap atau terdapat penyakit lain yang juga mungkin menyebabkan kematian dan rawat ulang. Penderita yang dirawat, diobati menurut standar PJN HK, Kadar NT proBNP, laktat serta hsCRP saat masuk dan pulang tidak diketahui oleh peneliti, dokter yang merawat serta nurse. NT proBNP diperiksa dengan cara imuno esai dengan reagen Roche cat-lot 03121640122 dan alat automatik Elecys 1010. Semua pasien diikuti selama lebih kurang 6 bulan di poli dan UGD ataupun lewat telpon dan surat untuk mencari peramal kematian dan rawat ulang. Lima puluh parameter dianalisis menurut statistik yang sesuai, untuk membuat model prediktor. Perbedaan bermakna pada p<0,05."
2006
D636
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Budi Siswanto
"ABSTRAK
Gagal jantung merupakan penyakit jantung yang sering ditemukan, sering rawat ulang sehingga biaya tinggi dan sering menyebabkan kematian. Unuk itu diperlukan peramal kematian dan rawat ulang yang akurat dan pratis dipakai. Variabel-variabel yang berpengaruh terhadap kematian dan rawat ulang anamnesis, klinis, laboratorium, EKG, ekokardiografi, roentgen dada, etiologi, obat-obat, dan intervensi, perlu dibandingkan dengan pemeriksaan bau NTproBNP, hsCRP dan laktat yang diduga menjadi peramal yang lebih baik. Penelitian ini bertujuan mencari peramal kematian dan rawat ulang penderita gagal jantung yang akurat dan praktis serta menilai peran pemeriksaan NT pro BNP yang baru ada di Indonesia.
Hipotesis:
NT proBNP merupakan peramal kematian dan rawat ulang yang akurat.
Bahan dan cara kerja:
Semua penderita gagal jantung kelas fungsional III dan IV yang memenuhi kriteria studi GJ-Framingham yang dirawat lewat UGD PJN HK bulan Mei sampai November 2005, secara konsekutif ditawarkan ikut dalam penelitian ini serta menanda tangani ijin diteliti. Dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, EKG, Roentgen dada, ekokardiografi, laboratoriu standar serta NT proBNP, laktat dan hsCRP. tidak diikutsertakan dalam penelitian ini bila tidak bersedia diperiksa lengkap atau terdapat penyakit lain yang juga mungkin menyebabkan kematian dan rawat ulang. Penderita yang dirawat, diobati menurut standar PJN HK, Kadar NT proBNP, laktat serta hsCRP saat masuk dan pulang tidak diketahui oleh peneliti, dokter yang merawat serta nurse. NT proBNP diperiksa dengan cara imuno esai dengan reagen Roche cat-lot 03121640122 dan alat automatik Elecys 1010. Semua pasien diikuti selama lebih kurang 6 bulan di poli dan UGD ataupun lewat telpon dan surat untuk mencari peramal kematian dan rawat ulang. Lima puluh parameter dianalisis menurut statistik yang sesuai, untuk membuat model prediktor. Perbedaan bermakna pada p<0,05."
2006
D769
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erlin Ifadah
"ABSTRAK
Gagal jantung adalah kerusakan pompa jantung yang dimanifestasikan dengan pernafasan yang
cepat, sesak pada saat beraktivitas, paroxysmal nocturnal dyspnea, orthopnea dan adanya edema
perifer atau edema paru. Hal ini menyebabkan tingginya mortalitas dan morbiditas serta
seringnya klien gagal jantung berulangkali keluar masuk rumah sakit. Pemenuhan kebutuhan
pada klien gagal jantung bukan hanya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan fisik atau
psikologik, tetapi juga pemenuhan kebutuhan spiritualnya. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan spiritual klien gagal
jantung di rawat inap yang meliputi faktor fungsi keluarga, kegiatan keagamaan, derajat gagal
jantung, kecemasan dan depresi. Desain penelitian Cross Sectional dengan uji statistik Chi
Square dilakukan untuk melihat hubungan tersebut. Pemodelan regresi logistik ganda
digunakan untuk menentukan faktor yang paling berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan
spiritual. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara fungsi keluarga (OR=5,700 dan
nilai p =0,001), kegiatan keagamaan (OR=5,750 dan nilai p=0,001), derajat gagal jantung (OR
4,167 dan nilai p= 0,016) dan depresi (OR=3,692 dan nilai p= 0,011) dengan pemenuhan
kebutuhan spiritual klien gagal jantung. Fungsi keluarga merupakan faktor dominan yang paling
berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan spiritual (OR=0,229). Hasil penelitian
menunjukkan fungsi keluarga mempunyai peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan
spiritual klien gagal jantung, oleh sebab itu keluarga harus dilibatkan pada setiap asuhan
keperawatan yang akan diberikan pada klien gagal jantung.
ABSTRACT
Heart failure is a heart pump damage manifested by rapid breathing, shortness on exertion,
paroxysmal nocturnal dyspnea, orthopnea and peripheral edema or pulmonary edema. This leads
to high mortality and morbidity of heart failure and frequent client repeatedly in and out of the
hospital. Meeting the needs of the clients of heart failure is not only oriented to the physical or
psychological needs, but also their spiritual needs. This study aims to analyze the factors related
to the spiritual needs of clients in heart failure hospitalization factors include family functions,
religious activities, the class of heart failure, anxiety and depression. Design Cross-sectional
study with Chi Square statistical test conducted to see the relationship. Multiple logistic
regression modeling used to determine the factors most related to spiritual fulfillment. The
results showed an association between family functioning (OR = 5.700 and p = 0.001), religious
activities (OR = 5.750 and p = 0.001), the class of heart failure (OR 4.167 and p = 0.016) and
depression (OR = 3.692 and p-value = 0.011) with the spiritual needs of heart failure clients.
Family function is the most dominant factor related to spiritual fulfillment (OR = 0.229). The
results showed a family function has an important role in meeting the spiritual needs of the client
with heart failure, therefore the family should be involved in any nursing care that will be given
to clients of heart failure."
2013
T35852
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lusiani
"Pendahuluan. Gagal jantung merupakan penyakit kronik dengan angka perawatan ulang satu tahun yang tinggi. Program Multidisiplin (multidisciplinary program, MDP) yang melibatkan tenaga medis dan nonmedis termasuk dokter kardiologi, dokter bedah jantung, dokter rehabilitasi medik, dokter gizi klinik, perawat dan fisioterapis mampu menurunkan angka perawatan ulang satu tahun sebesar 74%. Klinik Gagal Jantung Instalasi Pelayanan Jantung Terpadu (PJT) RSCM yang mengusung penerapan MDP telah berdiri sejak bulan Nopember 2018, tetapi belum ada data yang tersedia mengenai pengaruh MDP pada angka perawatan ulang pasien gagal jantung kronik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan MDP terhadap penurunan angka perawatan ulang satu tahun pasien gagal jantung kronik di RSCM. Metode. Penelitian menggunakan desain studi kohort retrospektif yang menggunakan data sekunder pasien gagal jantung kronik kelas NYHA II-IV yang menjalani rawat jalan di poliklinik PJT RSCM tahun 2017 dan 2019. Pasien diikuti hingga satu tahun pasca kontrol pertama untuk dinilai apakah mengalami perawatan ulang di rumah sakit. Dilakukan analisis bivariat untuk melihat pengaruh dari MDP terhadap angka perawatan ulang rumah sakit satu tahun dan analisis multivariat untuk menilai apakah pengaruh tersebut dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, kelas fungsional NYHA, komorbid, kepatuhan berobat, obesitas, anemia dan pembiayaan. Hasil. Dari 133 subjek penelitian, sebagian besar subjek adalah laki-laki dengan median usia adalah 57 tahun. Angka perawatan ulang satu tahun sebelum penerapan MDP adalah 47,54%, sedangkan sesudah MDP adalah 38,89%, dengan penurunan angka perawatan ulang satu tahun pada kelompok yang sudah menjalani MDP sebesar 8,65% dan NNT 12. Dibandingkan dengan kelompok yang belum MDP, terjadi penurunan risiko perawatan ulang satu tahun pada kelompok yang sudah menjalani MDP sebesar 18,2%. Tidak didapatkan pengaruh yang bermakna secara statitistik antara MDP dan angka perawatan ulang satu tahun dengan nilai RR 0,818 (IK95%: 0,553 – 1,210, p=0,315). Faktor usia, jenis kelamin, kelas NYHA, komorbid, obesitas, anemia, kepatuhan, dan pembiayaan tidak menjadi faktor perancu pengaruh program MDP terhadap angka perawatan ulang satu tahun pasien gagal jantung kronik di RSCM. Kesimpulan. Penerapan program multidisiplin (MDP) menyebabkan penurunan risiko perawatan ulang satu tahun pasien gagal jantung kronik di RSCM sebesar 18,2%, namun diperlukan penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih besar untuk meningkatkan kekuatan statistik.

Introduction. Heart failure is a chronic disease with high readmission rate. The multidisciplinary program (MDP), involving medical and non-medical personnel including cardiologists, cardiac surgeons, cardiac rehabilitation doctors, clinical nutritionists, nurses and physiotherapists is known to reduce the one-year readmission rate by 74%. The Heart Failure Clinic in PJT RSCM has implemented MDP since November 2018, but there is no data available regarding the effect of MDP on the readmission rate of chronic heart failure patients. This study aims to determine the effect of MDP on reduction of the one-year readmission rate of chronic heart failure patients in RSCM. Method. This retrospective cohort study is conducted using medical record from NYHA class II-IV chronic heart failure patients undergoing outpatient care in RSCM Polyclinic in year 2017 and 2019. Patients were followed up in one year after the first control to assess whether they experienced readmission or not. Bivariate analysis was performed to analyze the impact of MDP on the incidence of one-year hospital readmission and multivariate analysis to assess whether the impact was influenced by age, sex, NYHA functional class, comorbidities, medication adherence, obesity, anemia and funding. Results. Of the 133 research subjects, most were male with a median age 57 age years old. The readmission rate before MDP was 47.54%, while after MDP it was 38.89%, with absolute reduction on incidence of 8,65%. Compare to subjects before MDP, subjects whose had MDP has a reduction of one-year readmission risk of 18,2% and NNT of 12. There is no statistically significance of MDP regards to one-year readmission rate of chronic heart failure patients in RSCM with RR value of 0.818 (IK95: 0.553 – 1.210, p=0.315). Age, gender, NYHA class, comorbidities, obesity, anemia, adherence, and funding were not as confounding factors for the effect of the MDP program on one-year readmssion of chronic heart failure patients in RSCM. Conclusion. The multidisciplinary program (MDP) reduced risk of one-year readmission of chronic heart failure by 18.2%, however further studies with larger samples are needed to improve statistical power."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alvin Lekonardo Rantung
"TUJUAN: Tujuan penelitian ini adalah menyatakan panjang jarak tempuh uji jalan 6 menit penderita gagal jantung klasifikasi NYHA I dan NYHA II, serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap panjangjarak tempuh uji jalan 6 menit tersebut.
METODE: Subyek penelitian adalah penderita gagal jantung klasifikasi NYHA I dan II.
Dilakukan pemeriksaan awal berupa indeks massa tubuh, tekanan darah, denyut nadi,
saturasi 02 dan skala Borg (modifikasi) pra uji jalan 6 menit. Saat berjalan subyek menggunakan pulse oxymetri Wltuk memantau denyut nadi dan saturasi 02 nya. Tekanan darah, denyut nadi, saturai 02 dan skala Borg (modifikasi) diukur kembali setelah uji jalan 6 menit. Pengukuran terhadap hasil jarak tempuh uji jalan 6 menit.
HASIL: Terdapat 50 subyek penelitian terdiri dari 26 perempuan dan 24Iaki-Iaki. Rerata panjang jarak tempuh uji jalan 6 menit penderita gagal jantWlg NYHA I adalah 318,08 ± 55,54 meter dan NYHA II 224,68 ± 33,82 meter. Terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok NYHA I dan II (P=O,OOO). Pada kelompok perempuan rerata panjang jarak tempuh uji jalan 6 menit adalah 249,39 ± 57,33 meter dan laki-laki 295,21 ± 66,65 meter. Terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok perempuan dan laki-Iaki(p=O,012). Pada kelompok umur dan lMT tidak terdapat perbedaan rerata panjang jarak tempuh ujijalan 6 menit yang bermakna.
SIMPULAN: Rerata panjang jarak tempuh uji jalan 6 menit penderita gagal jantung
NYHA I sebesar 318,08 meter dan NYHA II sebesar 224,68 meter, serta faktor yang
berpengaruh terhadap panjang jarak tempuhnya adalah jenis kelamin."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2008
T58783
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mandey, Neila Mona Anita Grace
"Gagal jantung telah menjadi masalah yang terus berkembang diseluruh dunia dan menjadi penyebab morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi untuk penyakit kardiovaskular. Klasifikasi New York Heart Association (NYHA) digunakan sebagai pembagian fungsional untuk menentukan progresifisitas gagal jantung berdasarkan derajat keterbatasan gejala. Interleukin 1 (IL-1) memiliki anggota reseptor yaitu reseptor interleukin-1 (IL-1R) atau yang biasanya dikenal dengan nama interleukin-1 receptor like 1 (IL-1RL1) dan reseptor interleukin-18 (IL-18R). Tahun 1989 beberapa peneliti berhasil mengidentifikasi salah satu reseptor dari IL-1 yaitu ST2. Kadar ST2 yang tinggi di jantung menandakan bahwa pada pasien tersebut sedang berlangsung proses kerusakan jantung atau sedang terjadi proses remodeling. Pada pasien gagal jantung, kadar ST2 berkorelasi kuat dengan memberatnya penyakit dan mortalitas. Peningkatan kadar ST2 sesuai keadaan hipertrofi jantung, fibrosis dan disfungsi ventrikel. Penelitian longitudinal pre post tes ini terdiri dari 23 orang pasien gagal jantung klasifikasi NYHA III 70% dan IV 30%. Penderita laki-laki lebih banyak dari perempuan (51.4% vs 48.6%). Median usia NYHA III 52 tahun dan rerata usia NYHA IV 58 tahun. Penyebab gagal jantung terbanyak adalah CAD 52% dan non CAD 48%. Kadar ST2 pada awal hari perawatan lebih tinggi bermakna dibandingkan pada akhir hari perawatan 31.4 (14 – 129.2) ng/mL vs 18.4 (7.6 - 77.8) ng/mL, dengan p=0.001. Hasil ini menunjukkan dengan adanya perbaikan klinis penderita, terjadi penurunan kadar ST2 yang bermakna. Kadar ST2 berkorelasi dengan usia dan lama perawatan, namun tidak berkorelasi dengan jenis kelamin dan faktor penyebab gagal jantung. Disimpulkan bahwa ST2 dapat digunakan sebagai petanda untuk menentukan perbaikan klinis gagal jantung NYHA III & IV.

Heart failure has become a problem that continues to grow around theworld and causing high morbidity and mortality rate for cardiovascular disease Classification of New York Heart Association NYHA functional division isused to determine progressivity of heart failure based on the degree of symptomslimitation Interleukin 1 IL 1 has family of receptors that are interleukin 1 receptor IL 1R or commonly known as interleukin 1 receptor like 1 IL 1RL1 andinterleukin 18 receptor IL 18R In 1989 some researchers had identified thatone of the IL 1 receptor was ST2 ST2 levels were high in patient that haveongoing process of cardiac damage or remodelling process In heart failurepatients ST2 levels correlate strongly with disease and mortality Increased ST2levels was observed in circumstances such as cardiac hypertrophy fibrosis andventricular dysfunction This longitudinal pre post test study consists of 23 heart failure patientsNYHA classification III 70 and IV 30 was conducted There were moremale patients compare to female 51 4 vs 48 6 Median age of NYHA IIIwas 52 years and mean age of NYHA IV was 58 years The main cause of heartfailure was CAD 52 and non CAD 48 ST2 levels in the early days oftreatment was significantly higher than at the end of treatment 31 4 14 ndash 129 2 ng mL vs 18 4 7 6 ndash 77 8 ng mL p 0 001 These results indicate that patientswith clinical improvement showed significant decrease in ST2 level ST2 levelscorrelated with age and length of care but did not correlated with sex and cause ofheart failure It was conclude that ST2 can be used as a marker for assessment ofclinical improvement NYHA III IV of heart failure
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T58619
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Usia harapan hidup yang meningkat mempunyai dampak dalam peningkatan insideu penyakit gagal jantung. Jenis gagal jantung yang paling tinggi prevalensinya adalah gagal jantung kongestif (CHF). Kasus ini seringkali mengalami perawatan ulang, dengan salah satu penyebab ketidakpatuhan klien dalam pengobatan. Tujuan penelitian ini ingin mengetahui gambaran tingkat pengetahuan dan ketaatan klien dalam minum obat, dan mengidentifikasi hubungan antara tingkat pengetahuan dengan ketaatan minum obat pada klien gagal jantung kongestif di RS Jantung Harapan Kita, Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif korelasi dengan instrumen berupa kuesioner pada 44 responden yang pemah dirawat dan mendapat pengobatan gagal jantung. Analisa data menggunakan metode tendensi sentral pada tingkat pengetahuan dan ketaatan. Uji chi square dilakukan pada data kategorik tingkat pengetahuan dan ketaatan dengan menggunakan tingkat kemaknaan a 5 % atau 0,05. Hasil penelitian yang diproleh tingkat pengetahuan klien gagal jantung kongestif tentang penyakit dan obat adalah sama antara tingkat pengetahuan tinggi dan rendah yaitu 50 %. Tingkat ketaatan diperoleh hasil 52,3 % responden taat terhadap perilaku minum obat, Sedangkan pada hubungan tingkat pengetahuan dan ketaatan klien dalam minum obat Ho gagal ditolak. Penelitian ini rnenyimpulkan tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan ketaatan rninum obat pada klien gagal janumg kongestif di RS Jantung Harapan Kita. Pengetahuan bukanlah satu-satunya faktor yang berpengaruh terhadap tingkat ketaatan minum obat, sehingga perlu dilakukan penelitian untuk melihat faktor lainnya yang berhubungan dengan ketaatan minum obat klien gagal jantung kongestif dengan sampel yang lebih homogen."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2006
TA5537
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sembiring, Theresia Sri Rezeki
"Latar belakang: Rehospitalisasi 30 hari pada gagal jantung menyebabkan perburukan prognosis dan paling sering terjadi karena kongesti hemodinamik yang ditandai oleh tekanan pengisian ventrikel kiri (left ventricular end diastolic pressure/LVEDP) persisten tinggi. Oleh karena itu, dekongesti komplit harus dipastikan sebelum pasien pulang dari perawatan. Salah satu modalitas yang potensial adalah skor SAFE melalui evaluasi 3 komponen kongesti hemodinamik, yaitu: pompa (ejection fraction/EF), pipa (internal jugular vein collapsibility index/IJVCI dan inferior vena cava/IVC) dan jaringan interstisial (B-lines). Pada studi ini, rerata E/e’ ditambahkan pada skor SAFE dengan pertimbangan nilai prognostik rerata E/e’ dalam memprediksi kejadian rehospitalisasi.
Tujuan: Membandingkan skor SAFE dan skor SAFE+rerata E/e’ dalam memprediksi rehospitalisasi 30 hari terkait gagal jantung akut.
Metode: Dilakukan studi kohort prospektif dengan melibatkan 82 orang pasien gagal jantung akut yang dirawat di RSJPDHK. Analisis bivariat dan multivariat dilakukan untuk membandingkan kemampuan prediksi skor SAFE dan skor SAFE+rerata E/e’ terhadap rehospitalisasi 30 hari terkait gagal jantung akut.
Hasil: Insidensi rehospitalisasi 30 hari terkait gagal jantung akut mencapai 19,5%. Kurva Kaplan-Meier menunjukkan rehospitalisasi lebih rendah pada kondisi euvolemia daripada hipervolemia (p 0,003). Skor SAFE+rerata E/e’ memiliki kemampuan prediksi rehospitalisasi 30 hari yang lebih baik daripada skor SAFE (AUC 0,77 [95% CI: 0,64 – 0,89] vs AUC 0,74 [95% CI: 0,62 – 0,85]).
Kesimpulan: Skor SAFE+rerata E/e’ memiliki kemampuan prediksi rehospitalisasi 30 hari terkait gagal jantung akut yang lebih baik daripada skor SAFE.

Background: Short-term-rehospitalization worsens prognosis and frequently occurs due to persistently high LVEDP (hemodynamic congestion) among patients with heart failure (HF). Therefore, it is necessary to ascertain complete decongestion prior to hospital discharge. SAFE score is a potential scoring system to do so because it measures 3 main components of hemodynamic congestion: pump (EF), pipe (IJVCI and IVC) and interstitial tissue (B-lines). In this study, average E/e’ is added to SAFE score considering its clinically significant prognostic value in predicting risk of rehospitalization among patients with HF.
Aim: To compare SAFE score and SAFE score+average E/e’ in predicting 30-day-acute HF (AHF)- related-rehospitalization.
Methods: A prospective cohort study was conducted by involving 82 patients admitted with AHF in National Cardiovascular Center Harapan Kita (NCCHK). Bivariate and multivariate analysis were done to find out which of the 2 models: SAFE score and SAFE score+average E/e’ could better predict risk of 30-day-AHF-related-rehospitalization.
Results: The incidence of 30-day-AHF-related-rehospitalization in this study was 19,5%. By using Kaplan-Meier curve, we identified significantly lower 30-day-AHF-related-rehospitalization in patients discharged with euvolemia than those with hypervolemia (p 0,003). SAFE score+average E/e’ had better predictive properties than SAFE score regarding 30-day-AHF-related-rehospitalization (AUC 0,77 [95% CI: 0,64 – 0,89] vs AUC 0,74 [95% CI: 0,62 – 0,85]).
Conclusion: SAFE score+average E/e’ had better predictive properties than SAFE score regarding 30- day-AHF-related-rehospitalization.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sembiring, Theresia Sri Rezeki
"Latar belakang: Rehospitalisasi 30 hari pada gagal jantung menyebabkan perburukan prognosis dan paling sering terjadi karena kongesti hemodinamik yang ditandai oleh tekanan pengisian ventrikel kiri (left ventricular end diastolic pressure/LVEDP) persisten tinggi. Oleh karena itu, dekongesti komplit harus dipastikan sebelum pasien pulang dari perawatan. Salah satu modalitas yang potensial adalah skor SAFE melalui evaluasi 3 komponen kongesti hemodinamik, yaitu: pompa (ejection fraction/EF), pipa (internal jugular vein collapsibility index/IJVCI dan inferior vena cava/IVC) dan jaringan interstisial (B-lines). Pada studi ini, rerata E/e’ ditambahkan pada skor SAFE dengan pertimbangan nilai prognostik rerata E/e’ dalam memprediksi kejadian rehospitalisasi.
Tujuan: Membandingkan skor SAFE dan skor SAFE+rerata E/e’ dalam memprediksi rehospitalisasi 30 hari terkait gagal jantung akut.
Metode: Dilakukan studi kohort prospektif dengan melibatkan 82 orang pasien gagal jantung akut yang dirawat di RSJPDHK. Analisis bivariat dan multivariat dilakukan untuk membandingkan kemampuan prediksi skor SAFE dan skor SAFE+rerata E/e’ terhadap rehospitalisasi 30 hari terkait gagal jantung akut.
Hasil: Insidensi rehospitalisasi 30 hari terkait gagal jantung akut mencapai 19,5%. Kurva Kaplan-Meier menunjukkan rehospitalisasi lebih rendah pada kondisi euvolemia daripada hipervolemia (p 0,003). Skor SAFE+rerata E/e’ memiliki kemampuan prediksi rehospitalisasi 30 hari yang lebih baik daripada skor SAFE (AUC 0,77 [95% CI: 0,64 – 0,89] vs AUC 0,74 [95% CI: 0,62 – 0,85]).
Kesimpulan: Skor SAFE+rerata E/e’ memiliki kemampuan prediksi rehospitalisasi 30 hari terkait gagal jantung akut yang lebih baik daripada skor SAFE.

Background: Short-term-rehospitalization worsens prognosis and frequently occurs due to persistently high LVEDP (hemodynamic congestion) among patients with heart failure (HF). Therefore, it is necessary to ascertain complete decongestion prior to hospital discharge. SAFE score is a potential scoring system to do so because it measures 3 main components of hemodynamic congestion: pump (EF), pipe (IJVCI and IVC) and interstitial tissue (B-lines). In this study, average E/e’ is added to SAFE score considering its clinically significant prognostic value in predicting risk of rehospitalization among patients with HF.
Aim: To compare SAFE score and SAFE score+average E/e’ in predicting 30-day-acute HF (AHF)- related-rehospitalization.
Methods: A prospective cohort study was conducted by involving 82 patients admitted with AHF in National Cardiovascular Center Harapan Kita (NCCHK). Bivariate and multivariate analysis were done to find out which of the 2 models: SAFE score and SAFE score+average E/e’ could better predict risk of 30-day-AHF-related-rehospitalization.
Results: The incidence of 30-day-AHF-related-rehospitalization in this study was 19,5%. By using Kaplan-Meier curve, we identified significantly lower 30-day-AHF-related-rehospitalization in patients discharged with euvolemia than those with hypervolemia (p 0,003). SAFE score+average E/e’ had better predictive properties than SAFE score regarding 30-day-AHF-related-rehospitalization (AUC 0,77 [95% CI: 0,64 – 0,89] vs AUC 0,74 [95% CI: 0,62 – 0,85]).
Conclusion: SAFE score+average E/e’ had better predictive properties than SAFE score regarding 30- day-AHF-related-rehospitalization.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Puji Mentari
"Jumlah penduduk kota yang semakin banyak akan menyebabkan banyak hal salah satunya ancaman dari penyakit tidak menular yang begitu banyak terjadi. Salah satu penyakit menular yang banyak terjadi adalah gagal jantung. Gagal jantung yang merupakan penyakit kronik akan menimbulkan masalah psikologis salah satunya ketidakberdayaan. Penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners ini bertujuan untuk memberikan analisis asuhan keperawatan ketidakberdayaan pada klien dengan gagal jantung. Penulis melakukan asuhan keperawatan psikososial khususnya ketidakberdayaan selama tiga hari.Evaluasi hasil implementasi menunjukkan bahwa terjadi sedikit penurunan tanda dan gejala yang terjadi pada klien. Perlu dilakukan kolaborasi intervensi generalis dan spesialis agar didapatkan hasil yang lebih optimal.

The population of the town that more and more will cause a lot of things one of them the threat of non-communicable diseases. One of non-communicable diseases which are heart failure. Heart failure is a chronic disease that will lead to psychological problems is one of powerlessness. The author conducted a powerlessness psychosocial nursing care for three days. Evaluation of the results of implementation shows that there is a slight decrease in the signs and symptoms that occurred on the client. Need to do interventions collaboration generalists and specialists to get optimal results for patient."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>