Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 129167 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"INTISARI Telah dibuat suseptometer untuk mengukur transisi magnetik dalam beberapa macam cuplikan khususnya bahan superconduktor. Alat terdiri atas sebuah osilator frekuensi rendah (1kHz - 5 kHz), sistem kriogenik buatan sendiri, kumparan primer dan sekunder, sebuah amplifier lock-in dan sebuah termokopel. Alat telah dioperasikan pada jangkauan temperatur 77 K < T < 120 K dengan ketelitian sinyal sebesar 1 %. Berat cuplikan minimum yang dapat terdeteksi kurang lebih 100 mg. Mat ini juga dapat mengukur komponen real dan imajiner dari suseptibilitas AC ( bolak-balilc) dan suhu transisi superkonduktor YBCO"
JURFIN 1:3 (1997)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Telah diadakan studi pengaruh waktu sintering terhadap kualitas superkonduktor YBCO melalui pengamatan suseptibilitas AC. Cuplikan dibuat dalam bentuk pelet dan disinter dengan variasi waktu 8 jam, 10 jam, 13 jam, 16 jam, dan 18 jam pada suhu 930 C. Hasil studi menunjukkan bahwa prosentase efek meissner meningkat denan pertambahan waktu sintering"
JURFIN 5:15 (2001)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Tito Setiawan
"Peningkatan penggunaan bahan superkonduktor di berbagai bidang aplikasi memacu para insinyur mendesain superkonduktor. Kawat superkonduktor telah diaplikasikan pada Magnetic Resonance Imaging MRI untuk menggambarkan kondisi tubuh manusia. Bahan superkonduktor MgB2 memiliki Tc tertinggi untuk superkonduktor berbasis non-Cu yaitu 39K. Sintesis MgB2 diproses in-situ berbahan serbuk menggunakan metode Powder in Tube PIT. MgB2 murni dan penambahan SiC dan CNT dengan berat 1 dan 2 disinter pada 800°C selama 3 jam. Hasil karakterisasi SEM menunjukan porositas terjadi dan tidak ada fase pengotor dari hasil XRD. Sampel MgB2 murni dan MgB2 ditambah dengan 2 CNT menunjukan sifat superkonduktor setelah disinter sedangkan yang lain menunjukkan perilaku resistivitas yang unik. Setelah dibentuk menjadi kawat, semua sampel menunjukkan perilaku superkonduktor. Penambahan SiC dan CNT pada sampel menurunkan Tc MgB2. Meskipun sampel yang ditambahkan dengan CNT menurunkan Tc, sampel CNT memiliki Tc lebih tinggi daripada kawat MgB2/SiC.

Increasing of superconductor material usage in variety fields of application enforced engineers in making designs of superconductor. Superconductor wires has been applied in Magnetic Resonance Imaging MRI to examine human condition body. MgB2 superconductor material has the highest Tc for non Cu Based superconductor, which is at 39 K. One of the ways to synthesized of in situ MgB2 can be processed using powder in Tube PIT method. In this research, pure MgB2 was doped with 1 and 2 wt. of each SiC and CNT and sintered at 800°C for 3 hours. The morphology of sintered materials characterized using scanning electron microscope showed the even distribution of the particles with inherent porosities. Structural characterization examined using X ray diffraction showed that there is no other impurities and other or phases detected. Pure MgB2 and MgB2 doped with 2 of CNT is a superconductor after being sintered whereas others show unique resistivity behaviors. After deformation by rolling process to form a wire, all of the samples show a superconducting behavior. The presence of SiC and CNT decreased the critical temperature, Tc, of MgB2. Although the sample doped with CNT decreases the Tc, CNT doped samples has higher Tc than that of MgB2 SiC wire.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Satria Wibisana
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S40776
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maya Apriliani Nillasari
"ABSTRACT
Penelitian mengenai pengaruh Sr terhadap struktur, mikrostruktur, dan sifat kelistrikanmaterial Cuprate superkonduktor La2-xSrxCuO4 x= 0; 0,07; 0,11; 0,15; dan 0,18 telahdilakukan. Sampel La2-xSrxCuO4 disintesis dengan metode sol gel. Hasil karakterisasiXRD menunjukkan bahwa sampel dengan x=0 dan x=0,07 memiliki strukturorthorhombic space group Cmca-64 , sedangkan sampel dengan x=0,11; 0,15; dan 0,18memiliki struktur tetragonal space group 14/mmm. Subsitusi Sr2 pada site La3 menurunkan parameter kisi a dan b dan volum unit sel kristal. Karakterisasi dengan SEMEDXmenunjukkan terjadinya perubahan ukuran grain sampel ketika ada variasi dopingSr serta menunjukkan bahwa Sr berhasil disubsitusikan kedalam sampel. Data resistivitassebagai fungsi temperatur menunjukkan bahwa semakin besar doping Sr, nilai resistivitascenderung semakin turun. Setiap sampel dengan variasi doping memiliki sifat kelistrikanyang berbeda. Sampel dengan x=0 dan x=0,07 menunjukkan karakteristik isolator, sampel dengan x=0,11 menunjukkan adanya transisi dari metal ke isolator, serta sampeldengan x=0,15 dan x=0,18 menunjukkan karakteristik superkonduktor di temperaturkritis dan konduktor di temperatur ruang.

ABSTRACT
The effect of Sr to structure, microstructure, and electrical properties for cupratesuperconductor La2 xSrxCuO4 x 0 0,07 0,11 0,15 and 0,18 has been studied. Sampleswas synthesized by sol gel method. The result of XRD characterization showed that thesamples with x 0 and x 0,07 have orthorhombic structure space group Cmca 64, whilethe samples with x 0,11 0,15 and 0,18 have tetragonal structure space group 14 mmm. The substitution of Sr2 to the La site decreased lattice parameter a and b and unit cellvolume. SEM EDX characterization showed the variations of grain size and it showedthat Sr2 ion has successfully substituted to the samples. The resistivity as a function oftemperature showed that Sr doped decrease the resistivity. The samples have differentelectrical properties. Samples with x 0 and x 0,07 showed the characteristic of insulator,samples with x 0,11 showed the transition of metal insulator, and samples with x 0,15and x 0,18 showed the characteristic of superconductor below critical temperature Tc and conductor at room temperature."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sergio
"Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangan material maju adalah penggunaan kawat superkonduktor sebagai material dasar untuk banyak aplikasi di dunia kedokteran. Magnesium diborida MgB2 adalah salah satu kawat superkonduktor yang memiliki potensi besar untuk dipakai sebagai pengganti kawat superkonduktor tipe Nb. Superkonduktor MgB2 memiliki temperatur kritis yang relative tinggi high temperature superconductor, HTS. Masalah yang timbul dalam proses pembuatan kawat superkonduktor MgB2 adalah terbentuknya retak pada permukaan. Pembentukan retak permukaan ini harus dicegah karena akanmenggangu nilai superkonduktifitasnya. Beberapa upaya telah dilakukan untuk mencegah terbentuknya retak permukaan, antara lain penggunaan Fe tube. Meskipun temperatur kritis dari MgB2 sudah lebih tinggi dari superkonduktor tipe Nb, namun ternyata temperatur kritis dari MgB2 masih dapat ditingkatkan, diantara lain menggunakan dopan. Dalam penelitian ini, dopan nano-SiC digunakan untuk meningkatkan temperatur kritis dari MgB2. Dalam penelitian ini, metoda in-situ Powder in Tube PIT digunakan untuk membuat kawat superkonduktor. Proses ini dilanjutkan dengan proses perlakuan panas pada lingkungan gas Argon. Setelah kawat superkonduktor dibuat, akan dilakukan analisis karakterisasinya dengan memakai XRD, SEM dan pengukuran resistivity untuk mengetahui sifat superkonduktivitas kawat tersebut. Untuk hasilnya, ditemukan beberapa senyawa yang tidak diinginkan seperti MgO, Mg2Si dan Si whiskers. Ini disebabkan karena berbagai faktor seperti kurangnya panas ataupun keadaan lingkungan tidak vakum.

One of the attempts performed to improve advanced materials is the application of superconducting wires as base materials for medical application. Magnesium Diboride MgB2 is one of the most promising superconducting wires that can be used to replace superconducting wires Nb. MgB2 superconductor has relatively high critical temperature, however, the main problem in manufacturing MgB2 superconducting wires is the formation of crack at the surface. This crack formation should be avoided, because crack will weaken the superconductivity of a material. There are several ways to avoid the formation of crack, which include the usage of Fe tube. The critical temperature of pure MgB2 is higher than Nb group superconductor, and this critical temperature of MgB2 still can be enhanced by several methods such like doping. Recently, it was found that doping of SiC can make the critical temperature of MgB2 superconductor enhanced. In this research, Powder in Tube PIT were used. These powders were then poured into the Fe tubes with heat treatment under an argon environment. These samples were then characterized by using X Ray Diffraction XRD , Scanning Electron Microscopy SEM and resistivity testing under TC. The results show that nano SiC can be a very high potential doping agent for MgB2 superconducting wires, however, further sample preparation should be considered in manufacturing MgB2 wires. This is true since the unexpected phases such like MgO and Mg2Si exist in the phase. Applying heat treatment to MgB2 can causes instability in MgB2, and thus having all sample prepared under vacuum is recommended. There is also a chance for the boron inside the MgB2 can also doped inside the SiC, especially for nano SiC which have high surface area. Hence, liquid phase sintering would likely to be recommended, due to dissolving of boron into molten magnesium.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67657
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitria Roli Irawan
"Sintesis material Fe(Se,Te) dilakukan dengan metode reaksi padatan dengan berbagai variasi komposisi. Sampel yang mengandung serbuk dengan kemurnian tinggi, Fe 99,99%, Se 99,99%, Te 99,99% dipreparasi di dalam glove box dan dimasukkan ke dalam vial high energy milling dan di milling menggunakan shaker mill selama 2 jam dan disintering pada suhu 773 K selama 6 jam. Karakterisasi X-ray Diffractometer (XRD) dilakukan untuk mengetahui struktur kristal dan fasa yang terbentuk dan morfologi permukaan dari material di karakterisasi menggunakan Scanning Electron Microscope (SEM-EDX). Nilai resistansi dari sampel dikarakterisasi dengan menggunakan Cryogenic Oxford Instrument TeslatronTMCF dengan four point probe method.
Hasil karakterisasi XRD didapatkan sampel A memiliki fasa FeSe dengan space group P4/nmm dan morfologi permukaan sampel serupa dengan literatur. Sampel B merupakan fasa FeTe dengan space group P4/nmm. Sampel C tidak terbentuk fasa superkonduktor. Sampel D memiliki fasa FeSe. Dari analisa kuantitatif dengan EDX sampel A mengandung Fe 34,27 at% dan Se 17,41 at%. Sampel B mengandung Fe 22,99 at% dan Te 19,18 at%. Sampel C mengandung Fe 13,29 at%, Se 24,33 at%, dan Te 3,87 at%. Sampel D mengandung Fe 40,87 at%, Se 21,21 at% dan Te 37,91 at%. Dari hasil uji resistansi diketahui bahwa sampel A dan B menunjukkan karakteristik dari superkonduktor apabila dilihat dari grafik dibandingkan dengan literatur. Sedangkan sampel C menunjukkan sifat semikonduktor. Untuk sampel D menunjukkan karakteristik superkonduktor dengan nilai Tc onset 13,5K, walaupun belum mencapai Tc zero.

Synthesis material Fe (Se,Te) is performed by solid state reaction method with a variety of compositions. Samples containing powder with high purity, 99.99% Fe, 99.99% Se, Te 99.99% was prepared in the glove box and put in a vial of high energy milling and milled by a shaker mill for 2 hours and sintered at a temperature of 773 K for 6 hours. X-ray Diffractometer (XRD) Characterization was conducted to determine the crystal structure and phase are formed and the surface morphology of the material identified using the Scanning Electron Microscope (SEM-EDX). The resistance value of the samples were characterized using Oxford Instruments Cryogenic TeslatronTMCF with a four-point probe method.
XRD characterization results obtained sample A has FeSe phase with space group P4/nmm and the surface morphology of the sample similar to the literature. The sample B is a FeTe phase with space group P4/nmm. Sample C did not form the superconducting phase and Sample D has FeSe phase. The quantitative analysis by EDX informed that sample A contains 34.27 at% Fe and 17.41 at% Se. Sample B contains 22.99 at% Fe and 19.18 at% Te. Sample C contains 13.29 at% Fe, 24.33 at% Se, and 3.87 at% Te. Sample D contains 40.87 at% Fe, 21.21 at% Se and 37.91 at% Te. From the test results is known that the resistance of the sample A and B showed the characteristics of superconductors when seen from the graph compared with the literature. While the sample C showed semiconducting properties. For sample D showed superconductor characteristics with values of Tc onset 13,5K, although not yet reached the Tc Zero.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
T44847
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dary Putra Utama Asmarakusuma
"Penelitian ini mensimulasikan temperatur kritis superkonduktor FeTe, FeSe, dan FeTe0.5Se0.5 dengan menggunakan persamaan McMillan yang menggambarkan perubahan-perubahan pada ? electron-phonon coupling strength , ?log rata-rata logaritmik dari frekuensi phonon dan DOS pada fermi level dibandingkan dengan unsur-unsur penyusunnya. Perbandingan pada temperatur kritis menunjukkan bahwa besi yang dicampur dengan Se dan/atau Te mengalami perubahan-perubahan yang memungkinkan temperatur kritis menjadi lebih besar.

This study uses simulation to produce critical temperature of FeTe, FeSe, and FeTe0.5Se0.5 superconductor using McMillan equation which show shifts in electron phonon coupling strength, log logarithmic average of phonon frequency, and DOS at fermi level compared to its composing elements. Comparison of critical temperatures shows that iron mixed with Se and or Te experience some changes that could possibly increase the critical temperature.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mauludi Ariesto Pamungkas
"ASYNNNI model adalah salah satu model yang menerangkan mekanisme pengaturan atom oksigen pada bidang basal senyawa YBa2Cu307-x. Pengaturan atom oksigen pada bidang basal ini sangat mempengaruhi sifat senyawa tersebut. Bila 00.5 bersifat nonsuperkonduktor dengan struktur tetaragonal.
Di samping itu, temperatur juga mempengaruhi sifat superkonduktor. Pada temperatur tertentu (temperatur transisi) ikatan pasangan elektron akan terputus, saat itu sifat superkonduktivitasnya akan menghilang. Temperatur transisi ternyata berubah-ubah dengan berubahnya kandungan oksigen.
Untuk x=0.1 dan x=0.2 temperatur transisi sekitar 90°K, sedangkan untuk x=0.3 dan x=0.4 temperatur transisi sekitar 70°K dan untuk x=0.5 temperatur transisi sekitar 60°K.
Simulasi ini telah menunjukkan adanya perubahan fasa yang ditunjukkan oleh lonjakan harga Cv pada temperatur tertentu.
Simulasi ini menggunakan metode Monte Carlo, sedangkan program yang digunakan bahasa C."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2001
T5728
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andri Suherman
"ASYNNNI model adalah salah satu model yang menerangkan mekanisme pengaturan atom oksigen pada bidang basal (bidang CuO) senyawa BSCCO yang terdiri dari senyawa Bi2Sr2CuO7-x (BSCCO 2201), senyawa Bi2Sr2CaCu2O9-x (BSCCO 2212), dan senyawa Bi2Sr2Ca2Cu3O11-x (BSCCO 2223). Atom-atom oksigen terletak pada lapisan bidang CuO. BSCCO 2201 mempunyai satu lapisan bidang CuO, BSCCO 2212 mempunyai dua lapisan bidang CuO, dan BSCCO 2223 mempunyai tiga lapisan bidang CuO. Pengaturan atom oksigen dan banyak lapisan bidang basal sangat mempengaruhi sifat senyawa tersebut. Senyawa dengan struktur kristal ortorombik bersifat superkonduktor, sedangkan senyawa dengan struktur tetragonal bersifat non-superkonduktor. Temperatur transisi adalah keadaan terjadinya transisi sifat struktur bahan non-superkonduktor ke struktur superkonduktor atau sebaliknya.
Temperatur transisi dari perubahan struktur tetragonal ke struktur ortorombik sangat dipengaruhi oleh kandungan oksigen. Temperatur transisi ternyata berubah-ubah dengan berubahnya kandungan oksigen. Telah dihitung temperatur transisi senyawa BSCCO, diperoleh hasil untuk BSCCO 2201 dengan temperatur transisi tertinggi 13.5 K, untuk BSCCO 2212 dengan temperatur transisi tertinggi 83 K, dan untuk BSCCO 2223 dengan temperatur transisi tertinggi 110 K. Simulasi ini telah menunjukkan adanya perubahan fasa yang ditunjukkan oleh lonjakan harga kalor jenis Cv pada temperatur tertentu.
Simulasi ini menggunakan metoda Monte Carlo, algoritma Metropolis, dan Glauber Dynamics. Program ini ditulis menggunakan bahasa C."
Jakarta: Universitas Indonesia, 2006
T20835
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>