Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 46148 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Telah dibuat kawat superkonduktor pejal YBCO panjang 20 cm dan diameter 3 mm dengan memakai Y2O3 buatan lokal (PPNY-Batan). Sebelum dipanasi, kawat disiapkan dengan memakai teknik PIT (Powder In Tube), yaitu dengan menggilas tabung silinder berdiameter 8 mm dalam keadaan dingin menjadi silinder dengan diameter 3 mm. Rapat arus kritis diukur dengan teknik 4 titik. Dengan kriteria 5 V/mm, pada suhu 77 K, pada keadaan tanpa pengaruh medan luar, kawat menghasilkan rapat arus kritis yang besarnya ratusan A/cm2."
JURFIN 2:6 (1998)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Telah dilakukan pembuatan kawat pipih superkonduktor YBCO. Kawat dibuat dengan teknik standar PIT (Powder In Tube) dengan bahan selongsong perak. Kawat pipih yang dibuat memiliki tebal 0.2 mm dan 0.1 mm, lebar 5.0 mm dan 4.0 mm dengan panjang terbesar 148 cm. Dengan membuat kawat pipih, rapat arus kritis kawat pejal (210 A/cm2 sampai 260 A/cm2) dapat ditingkatkan menjadi 510 A/cm2 sampai 810 A/cm2. Rapat arus kritis meningkat sebanding dengan nisbah diameter awal D terhadap tebal akhir t membesar. Kata kunci : Kawat pipih, superkonduktor YBCO "
JURFIN 7:20 (2003)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nathanael Basana Hisar
"Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi karakteristik kemampuan bentuk kawat jaring baja SS 304 dengan variabel ukuran mesh 5, 6, dan 8. Tujuannya adalah untuk menilai kesesuaian lembaran kawat jaring dengan bobot yang ringan terhadap logam lembaran monolitik material SS 304. Uji eksperimental dilakukan untuk menganalisis sifat tarik, kemampuan regang (stretchability), dan kemampuan penarikan dalam  (deep drawability) dari lembaran kawat jaring. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa spesimen kawat jaring SS 304 tanpa perlakuan panas menunjukkan perilaku getas dengan elongasi minimal. Namun, perlakuan anil pada suhu 1050oC selama 30 menit secara signifikan meningkatkan keuletan dan mampu regang lembaran kawat jaring tetapi menurunkan kekuatan. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan nilai regangan pada saat putus (ε) dan koefisien pengerasan regangan (n-value), serta penurunan nilai koefisien kekuatan (K-value). Dipelajari pula perbandingan perilaku mampu bentuk lembaran kawat jaring dan lembaran logam monolitik dengan komposisi yang identik. Secara umum lembaran kawat jaring menunjukkan sifat tarik, perilaku regangan, dan penarikan dalam yang berbeda dibandingkan lembaran monolitik. Perbedaan ini dapat dijelaskan dengan adanya area terbuka dan variasi ketebalan pada struktur kawat jaring. Sifat mampu bentuk lembaran kawat jaring meningkat dengan menurunnya persentase area terbuka.

This study aimed to evaluate the formability characteristics of SS 304 wire mesh with mesh sizes 5, 6, and 8, which will be used for the development of automotive components. The aim is to assess the suitability of a lightweight wire mesh sheet in relation to the monolithic sheet metal of SS 304 material. Experimental tests were conducted to analyze the tensile properties, stretchability, and deep drawability of the wire mesh sheets. The results showed that non-annealed SS 304 wire exhibited brittle behavior with minimal elongation. However, annealing treatment at a temperature of 1050°C for 30 minutes significantly improved the ductility and stretchability of the wire mesh sheets while reducing their strength. This can be observed from the increased elongation at fracture (ε) and strain hardening exponent (n value), as well as the decreased strength coefficient (K value). Comparisons were made between the formability behavior of wire mesh sheets and monolithic sheet metals with identical compositions. Overall, the wire mesh sheets displayed different tensile properties, stretching behavior, and deep drawing characteristics compared to monolithic sheets. These differences can be attributed to the presence of open areas and variations in thickness within the wire mesh structure. The formability of the wire mesh sheets improved with a decrease in the percentage of open area.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Satrio Herbirowo
"ABSTRAK
Kebutuhan material superkonduktor yang semakin tinggi mendorong manusia
untuk merekayasa material ini terutama superkonduktor dalam bentuk kawat dalam
aplikasi bidang kesehatan seperti Magnetic Resonance Imaging (MRI). Salah satu
bahan yang berpotensi adalah MgB2 yang diharapkan dapat menggantikan material
Nb3Sn karena selain mempunyai nilai temperatur kritis yang lebih tinggi, juga
relatif lebih murah. Untuk mendapatkan sifat yang diinginkan, maka dalam
penelitian ini dilakukan variasi jenis dopan yaitu silikon karbida (SiC) dan carbon
nanotube (CNT) pada variasi komposisi persen berat sebesar 10 dan 20%.
Karakteristik material meliputi sifat resistansi, temperatur kritis, morfologi struktur
mikro, fasa, dan sifat superkonduktifitas. Dalam hal ini, digunakan alat difraksi
sinar-X (XRD), scanning electron microscope (SEM), dan cryogenic. Hasil
karakterisasi menunjukkan bahwa morfologi permukaan untuk material
superkonduktor MgB2 pellet murni menunjukkan batas butir yang jelas antar
partikel partikel dan setelah dijadikan sampel kawat butiran partikel menjadi lebih
kecil dan terdistribusi merata. Untuk penambahan dopan SiC/CNT terbentuk
gumpalan dengan adanya butiran-butiran yang teraglomerasi yang berdampak pada
hasil analisis hambatan listrik. Data kuantitatif resistansi memperlihatkan bahwa
superkonduktifitas pada sampel kawat menunjukkan peningkatan nilai Tczero
sebesar 15 K dibanding bentuk pellet. Akan tetapi, pada sampel kawat dengan
penambahan SiC memperlihatkan Tconset dan Tczero menurun secara signifikan
sampai dengan 28 K, sementara penambahan CNT membuat Tconset dan Tczero
menurun secara linear sampai dengan 30 K.

ABSTRACT
The increasing demand of superconducting material has been encouraging
researchers to engineer this material especially superconducting material in the
forms of wire for medical device applications such as Magnetic Resonance Imaging
(MRI). One of the potential materials is MgB2, which is expected to replace Nb3Sn
due to its high critical temperature in addition to its relative low cost. In order to
obtain specific properties, in this study, MgB2 has been doped by using silicon
carbide (SiC) and carbon nanotubes (CNT) at various composition, i.e. 10 and
20wt%. The characteristics in consideration include resistance, critical temperature,
morphology of microstructure, existing phase, and superconductivity properties.
The characterizations include X-ray diffraction (XRD) to reveal existing phase,
scanning electron microscope (SEM), and cryogenic properties. The results showed
that the surface morphology of pure MgB2 pellet samples forms clear grain
boundary, whereas the wire sample showed uniform particles distributed but
decrease in size with the increase of dopant concentration. Some agglomerate
particles also formed with the increase of dopant concentration that affected the
resistivity. The quantitative resistance data on the wire specimen showed
superconductivity increase of 15 K as compared with Tczero pellet. However, the
addition of SiC resulted in decrease of Tconset and Tczero to 28 K, whereas the
addition of CNT resulted in decrease of Tczero and Tconset linearly up to 30 K."
2016
T45673
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 1992
S28092
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Napitupulu, Agus Hotlan
"Pada umumnya kompensasi beban pada sistem jaringan tiga fasa, empat kawat dilakukan pada seluruh kawat fasanya. Metode kompensasi lain yang dikemukakan oleh Singh [1] adalah dengan cara mengkompensasi dua kawat fasa saja sedangkan satu kawat fasa lainnya dibiarkan tanpa dikompensasi, dengan tujuan utama untuk menghilangkan arus netral. Akan tetapi metode ini tidak menargetkan faktor daya sesudah kompensasi.
Setelah kompensasi, arus netral tetap mengalir namun nilainya sangat kecil, In = 0,026 % _ 20 %. Sedangkan kenaikan faktor dayanya kecil, dari 0,76 tertinggal menjadi 0,81 tertinggal.
Kompensasi yang optimum adalah kompensasi pada kawat - kawat fasa yang nilai arus fasanya menyimpang jauh dari nilai beban rata – rata. Namun demikian metode kompensasi ini tidak dapat digunakan untuk meningkatkan faktor daya sesuai dengan keinginan/target.

Usually, load compensation in three-phase four-wire system is done on all of the phase wire. Another compensation method announced by Singh [1] is just by compensating the two wire, while the other phase wire is left without compensation., whose the main goal is to eliminate the neutral current. However, this method does not target the power factor after compensation.
After compensation, the neutral current is still flowing, but it's value is very small, In = 0.026 % _ 20 %. But, the power factor increment is small, from 0.76 lagging to 0.81 lagging.
The optimum compensation is phase wires compensation whose the phase current value deviates far from the average current load's value. However this compensation method can not be used to increase the power factor according to the target.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S40560
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tantan Alam Rustandi
"Kawat SWRH 82 B merupakan kawat baja karbon tinggi yang banyak digunakan pada industri otomotif seperti untuk elemen pegas, tire cord dan lain lain. Pada proses pembentukan kawat untuk mendapatkan diameter yang diinginkan dilakukan proses penarikan. Setelah proses penarikan ini biasanya kekuatannya meningkat tetapi elongasinya menurun. Hal ini menyebabkan keterbatasan dalam penarikan selanjutnya. Proses patenting merupakan proses perlakuan panas yang sering digunakan pada kawat untuk menambah elongasi dari kawat yang telah mengalami proses penarikan sebelumnya. Dalam penelitian ini, temperatur patenting yang dipakai adalah 570' C, dan 590' C dengan waktu tahan masing-masing temperatur 1, 1 1/2 dan 2 menit. Struktur akhir yang diharapkan dari proses ini adalah perlit halus disebabkan perlit halus mempunyai sifat keuletannya tinggi dengan kekuatan yang cukup besar."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S41996
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Susandi
"Pada proses pembentukan kawat. seringkali mengalami penarikan. Hal ini akan mengakibatkan kekuatan dan kekerasan kawat meningkat sedangkan elongasi dan mampu reduksinya akan menurun diakibatkan adanya pengerasan regang (strain hardening). Proses patenting merupakan salah satu cara untuk meningkatkan keuletannya dengan penunman kekuatan dan kekerasan yang tidak terlalu drastis. Pada penelitian ini, temperatur patenting yang dipakai adalah 60ffC. 65(/'C dan 7(J(fC sedangkan waktu tahan masmg-masing 1, J Yz dan 2 menit. Struktur akhir yang diharaplam adalah per!it kusar karena perlit kasar mempunyai keuletan yang Tinggi dengan kekuatan dan kekerasan yang cukup tinggi. Media eel up yang digunakan adalah udara panas yung dimampatkan atau dikenal dengan nama"Air Patenting" dan dapur yang digunakan adalah JJapur "Protective Atmosphere Cunrruf". Sebagai pembanding pada proses patenfing ini adalah proses anil penuh. Ani! penuh dilakukah pada suhu austenisasi 80(/'C dan pendinginan di dalam dapur sekitar 8 Jam. Dari hasil penelitian didapal hast{ dengan proses patenting terjadi peruhahan struktur mikro dimana bentuk butir yang semula pipilt menjadi butir baru yang lebih sama sisi (equiaxed) sedangkan slruktur mikro yang dihasilkan berupa per/it kasar. Kekuatan tarik dan kekerasan menurun sedangkan keuletan dan mampu reduksinya naik. Keuletan naik dari 3, 72% menjadi lebih dari 8%.. .)semakin tinggi temperatur transjiJrmasi dan lamanya waktu penahanan mengakibatkan struktur perlit yang semakin kasar sehingga kekuatan larik dan kekerasan menurun serta keuletan dan mampu reduksinya naik diakibatkan butir dan jarak Jamel yang dihasilkan lebih besar. Sedangkan pada proses anil penuh diltasilkan struklur nukro herupa sementif yang sudah mutu; be.rbentuk speroid. Arting dengan menggzmakanlemperatur auslenisasi 80rfC dan penahanan selama lebih kurang 8 jam tidak dihasilkan struktur mikro perlit kasar."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S47817
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Element impurity determination in U3 Si2 powder by using ICPS equipment, the analysis of trace elements in U3 Si2 powder (Al, B,Cd,Co,Cu,Fe,NI,Li,Zn) has been done by using ICPS. The aim of this activity is to get the data support or comparator in verification between work is to verity the trace elements content quantitatively in U3 Si2 powder and to verity its specification toward the required standard specified by IAEA. Sample preparation is carried out by dissolving of 1 g U3 Si2 powder, in HNO3 6M, then filtered and extracted with TBP / Hexane (7:3). Result of analysis, indicate that all metal element (Al,B,Cd,Co,Cu,Fe,Ni,Zn,Li) which is required in nuclear fuel element specification, can be detected quality...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>