Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10372 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Alat pengukur elastisitas bahan padat tanpa merusak cuplikan melalui pengukuran kecepatan gelombang P dan kecepatan gelombang S telah dapat dibuat. Pembuatan alat tersebut mengutamakan komponen lokal, dan keluaran dari pengukuran dihubungkan ke Osiloskop untuk dihitung tetapan-tetapan elastisitasnya. Parameter elastisitas yang ditentukan adalah nisbah (ratio) Poisson y, modulus elastisitas Young E, modulus geser G, Modulus limbak K dan tetapan Lame ?. Alat yang dibuat mempunyai penguatan sampai dengan 5.105 kali dengan frekuensi filter dari (0-100) kHz. Tinggi pulsa 300 volt dengan lebar pulsa 10 As yang dapat diatur secara manual dan dapat diulang secara otomatis sampai 100 As. Hasil uji coba alat terhadap cuplikan logam kuningan dan besi lokal diperoleh perbedaan kecepatan sekitar 10 % terhadap nilai yang ada di literatur. Hal ini dimungkinkan karena kualitas cuplikan logam lokal berbeda dari pada cuplikan logam yang digunakan dalam literatur."
JURFIN 2:5 (1998)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
JURFIN 2:5 (1998)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nanang Poetranto
"Sehubungan dengan pelaksanaan pengukuran di lokasi pekerjaan di lapangan, diperlukan suatu Alat Ukur Tegangan Arus Searah dan Alat Ukur Frekuensi dengan jul at 24 Volt untuk tegangan dan seki tar 300 kHz untuk frekuensi, dengan tingkat akurasi yang tidak perlu tinggi.
Biasanya digunakan dua buah Alat Ukur, yaitu sebuah DC Voltmeter dan sebuah Frequency Counter, karena di pasaran tidak tersedia suatu Alat Ukur kombinasi yang terdiri dari DC Voltmeter dan Frequency Counter dalam satu wadah. Seandainya bisa diperoleh atas dasar pesanan khusus, maka harganya menjadi sangat mahal.
Atas pertimbangan tersebut, direncanakan untuk membuat sendiri Alat Ukur dimaksud dengan menggunakan komponen zat padat yang murah dan banyak tersedia di pasaran.
Mengingat bahwa di abad ruang angkasa ini segala jenis alat ukur sudah pernah dibuat, maka diusahakan mencari skema yang sudah ada dan sesuai dengan kebutuhan tersebut. Dari berbagai acuan, ditemukan suatu rangkaian yang memenuhi kebutuhan, namun belum teruji. Rangkaian inilah yang dijadikan obyek penelitian."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aryandito Tjahjo Tamtomo
"Tesis ini membahas tentang pengukuran produktivitas dari proses produksi di perusahaan. Teori-teori produktivitas dari berbagai sumber diuraikan pada tesis ini untuk keperluan penelitian. Penelitian pada tesis ini menggunakan alat bantu pengukuran produktivitas yaitu OMAX (Objectives Matrix).
Penelitian pada tesis ini mempunyai tujuan untuk mengukur indeks produktivitas dari berbagai faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas perusahaan menggunakan rasio-rasio produktivitas yang dianggap penting oleh perusahaan, mengetahui faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap produktivitas perusahaan, dan memberikan saran kepada pihak perusahaan untuk perbaikan atau peningkatan produktivitas perusahaan di masa yang akan datang.
Hasil dari penelitian ini menyarankan kepada pihak perusahaan untuk lebih memperhatikan faktor penggunaan waktu produksi, penggunaan energi, penggunaan tenaga kerja, dan perawatan dari mesin. Dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut diharapkan produktivitas perusahaan akan meningkat dan proses produksi telah berjalan efektif dan efisien.

This tesis productivity measurement in a company?s production process. Productivity theories from more than one source is used for research purpose in the tesis. The research in this tesis is using OMAX (Objective Matrix) as the tool for productivity measurement.
The objectives of this research are to measure the index productivity value from factor that affecting company's productivity using productivity ratios that considered important by the management, identify all the factors that have effect on the company?s productivity, and give recommendation to the company for improving and increasing the company's productivity in the future.
The result of this research give advices to the company for giving more attention in using the working time, using the energy, using the labour, and maintenance for the machine. The company?s productivity is expected to improve , increase, and the production process become effective and efficient after giving attention to all the factors above."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T25519
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ira Ruswati Aprilia
"Berdasarkan UU Nomor 22 Tahun 2001 Tentang Minyak Dan Gas Bumi, Kegiatan usaha Pengangkutan Gas Bumi melalui pipa yang menyangkut kepentingan umum, pengusahaannya diatur agar pemanfaatannya terbuka bagi semua pemakai, dalam hal inilah dibutuhkan suatu pengaturan akses. Kewajiban penyediaan meter sebagai alat ukur volume gas bumi di Titik Terima maupun Titik Serah pipa gas bumi selalu menjadi isu antara Transporter dan Shipper. Alat ukur yang digunakan pada pipa SSWJ adalah Turbin dan USM, bergantung pada volume aliran. Untuk kewajiban penyediaan alat ukur pada pipa SSWJ, pada Titik Terima Shipper wajib menyediakan, mengembangkan, mengoperasikan dan memelihara alat ukur secara rutin, aman dan handal. Sedangkan pada Titik Serah Transporterwajib menyediakan, mengembangkan, mengoperasikan dan memelihara alat ukur secara rutin, aman dan handal. Dampak dari kewajiban penyediaan alat ukur tersebut maka semua biaya dan pengeluaran dari setiap Metering Station termasuk asuransi terhadap Pipeline System maupun pihak ketiga yang terkait, ditanggung oleh Transporter pada Titik Serah dan Shipper pada Titik Terima. Penetapan kewajiban penyediaan alat ukur juga berpengaruh pada biaya yang timbul akibat adanya Shipper baru.

Based on Law Number 22 of 2001 concerning Oil and Natural Gas, the business activity of transporting natural gas through pipes which concerns the public interest, the business is regulated so that its use is open to all users, in this case an access regulation is needed. The obligation to provide meters as a means of measuring the volume of natural gas at the Receiving Point and Delivery Point for natural gas pipelines is always an issue between Transporters and Shippers. The measuring instruments used on SSWJ pipes are Turbine and USM, depending on the flow volume. For the obligation to provide measuring instruments on SSWJ pipes, the Shipper Receiving Point is obliged to provide, develop, operate and maintain measuring instruments routinely, safely and reliably. Meanwhile, at the Delivery Point, Transporters are required to provide, develop, operate and maintain measuring equipment on a routine, safe and reliable basis. The impact of the obligation to provide measuring instruments is that all costs and expenses of each Metering Station, including insurance for the Pipeline System and related third parties, are borne by the Transporter at the Delivery Point and the Shipper at the Receiving Point. Determining the obligation to provide measuring equipment also affects the costs incurred due to the presence of a new shipper."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Timoshenko, Stephen P.
Jakarta: Erlangga, 1986
620.112 32 TIM tt
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Kusmiari
"Pada skripsi akan dibahas elastisitas dari suatu sistem bonus-malus di
suatu negara untuk asuransi kendaraan bermotor. Nilai elastisitas akan
digunakan untuk mengukur seberapa baik suatu sistem bonus-malus dari
sudut pandang pemegang polis. Nilai elastisitas bergantung pada ekspektasi
banyaknya klaim dan ekspektasi premi stasioner. Distribusi probabilitas
stasioner dari keberadaan kelas pemegang polis menentukan ekspektasi
premi stasioner. Jika nilai elastisitas suatu sistem bonus-malus semakin
mendekati 1 maka sistem bonus-malus tersebut akan semakin tidak
mendekati ideal dari sudut pandang pemegang polis, namun akan semakin
mendekati ideal bagi perusahaan asuransi.
Kata kunci : distribusi probabilitas stasioner, ekspektasi banyaknya klaim,
ekspektasi premi stasioner, elastisitas.
viii + 85 hlm.; gbr; lamp; tab.
Bibliografi: 9 (1972-2007)"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S27805
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ruben Agustinus Chesin
"Beton merupakan salah satu material konstruksi yang paling sering digunakan. Properti material beton yang seringkali menjadi perhatian adalah kuat tekan atau mutunya. Namun, modulus elastisitas juga merupakan salah satu parameter yang penting, dimana modulus elastisitas menentukan kekakuan struktur beton. Oleh sebab itu, diperlukan adanya studi mengenai modulus elastisitas beton di Indonesia, yang kemudian akan dibandingkan dengan literatur mengenai modulus elastisitas. Hubungan kuat tekan dengan modulus elastisitas pada beton yang menggunakan semen non-OPC (yaitu PPC atau Portland Pozzolan Cement) yang diukur menggunakan 3 buah ekstensometer memiliki persamaan berupa E = 8297,8 ln(fc’) - 2740,4 (dalam MPa) untuk metode ASTM C469, dan E = 7834,9 ln(fc’) – 1107,7 (dalam MPa) untuk metode ISO 1920:10. Bila disesuaikan dengan bentuk ACI 318-14, yaitu dalam akar dari fc’, maka persamaan yang diperoleh untuk metode ASTM C469 adalah E = 3450,4 √fc’ + 6572,1 (dalam MPa) dan untuk metode ISO 1920:10 adalah E = 3251,7 √fc’ + 7716,3 (dalam MPa). Apabila konstanta tersebut dihilangkan atau intercept nol, maka persamaan yang diperoleh untuk metode ASTM C469 adalah E = 4753,8 √fc’ (dalam MPa) dan untuk metode ISO 1920:10 adalah E = 4753,8 √fc’ (dalam MPa). Hubungan tersebut juga memiliki perbedaan untuk sampel curing dan non-curing, yaitu sampel yang dirawat secara curing memiliki nilai modulus elastisitas yang lebih tinggi, terutama pada sampel dengan mutu rendah. Hubungan antara hasil yang didapat jika dibandingkan dengan literatur ACI 318-14 adalah nilai modulus elastisitas beton dengan semen PPC lebih tinggi daripada literatur ACI 318-14 untuk mutu dibawah 28,5 MPa, sementara untuk mutu diatas 28,5 MPa nilainya lebih rendah dibandingkan dengan literatur ACI 318-14.

Concrete is one of the most frequently used construction materials. The material property of concrete that is often of concern is its compressive strength. However, the modulus of elasticity is also an important parameter, where the modulus of elasticity determines the stiffness of the concrete structure. Therefore, it is necessary to study the modulus of elasticity of concrete in Indonesia, which will then be compared with the literature on the modulus of elasticity. The relationship between compressive strength and elastic modulus in concrete using non-OPC cement (PPC or Portland Pozzolan Cement) as measured using 3 extensometers has the equation E = 8297.8 ln(fc') - 2740.4 (in MPa) for ASTM C469 method, and E = 7834.9 ln(fc') – 1107.7 (in MPa) for the ISO 1920:10 method. When adjusted to the ACI 318-14 trendline, namely in the roots of fc', the equation obtained for the ASTM C469 method is E = 3450,4 √fc’ + 6572,1 (in MPa) and for the ISO 1920:10 method is E = 3251,7 √fc’ + 7716,3 (in MPa). If these constants are omitted or the intercept is zero, then the equation obtained for the ASTM C469 method is E = 4753,8 √fc’ (in MPa) and for the ISO 1920:10 method is E = 4753,8 √fc’ (in MPa). This relationship also has differences for cured and non-cured samples, namely cured-treated samples have higher elastic modulus values, especially for samples with low compressive strength. The relationship between the results obtained when compared with the ACI 318-14 literature is that the elastic modulus value of concrete with PPC cement is higher than the ACI 318-14 literature for compressive strength below 28.5 MPa, while for compressive strength above 28.5 MPa the value is lower than ACI literature 318-14."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Frick, Heinz
Yogyakarta: Kanisius, 2010
631.4 FRI i
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Jauza Naufal
"Kuat tekan dan modulus elastisitas merupakan parameter utama dalam menentukan kualitas beton. Kuat tekan merupakan kemampuan beton dalam menahan beban yang diterimanya. Modulus elastisitas sebagai tolak ukur elastis beton merupakan rasio dari tekanan yang diterima beton dengan deformasi per satuan panjang. Terdapat perbedaan formulasi dalam pengukuran nilai modulus elastisitas pada beton yang ditetapkan oleh American Concrete Institute. Hal tersebut menyebabkan ambiguitas dalam menentukan nilai modulus elastisitas. Oleh sebab itu, diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai korelasi modulus elastisitas terhadap kuat tekan beton baik melalui pengujian destruktif maupun non-destruktif. Korelasi antara pengujian non-destruktif dan destruktif menghasilkan suatu fenomena beton yang observative sehingga perlu kajian lebih lanjut dalam menguji kualitas beton. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis korelasi antara pengujian non-destruktif terhadap pengujian destruktif dengan menggunakan beton instan non-OPC. Pengujian non-destruktif yang diaplikasikan berupa uji Schmidt Rebound Hammer, Windsor Pin Penetration, dan Ultrasonic Pulse Velocity. Sedangkan pengujian destruktif yang diaplikasikan berupa uji kuat tekan dan uji modulus elastisitas. Dari penelitian ini diperoleh hasil kedua metode pengujian yang digunakan untuk mengorelasikan antara pengujian destruktif dan non-destruktif. Dari ketiga metode pengujian non-destruktif tersebut merepresentasikan hasil yang baik terhadap kuat tekan dan modulus elastisitas.

Compressive strength and elastic modulus are key parameters in determining the quality of concrete. Compressive strength refers to the ability of concrete to withstand the applied load. Elastic modulus, as a measure of concrete's elasticity, is the ratio of stress to strain per unit length. There are differences in the formulation of measuring the value of elastic modulus in concrete, as established by the American Concrete Institute. This leads to ambiguity in determining the value of elastic modulus. Therefore, further research is needed to study the correlation between elastic modulus and compressive strength of concrete, both through destructive (DT) and non-destructive testing (NDT). The correlation between NDT and DT yields an observational phenomenon in concrete, requiring further investigation to assess concrete quality. This study aims to analyze the correlation between NDT and DT using non-Ordinary Portland Cement (OPC) instant concrete. The NDT methods applied include the Schmidt Rebound Hammer, Windsor Pin Penetration, and Ultrasonic Pulse Velocity. The DT methods applied include the compressive strength test and the elastic modulus test. This research obtained the results of both testing methods used to correlate between DT and NDT. The three NDT methods represent good results for compressive strength and elastic modulus."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>