Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4425 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Frozen section library : lymph nodes highlights the usefulness of techniques such as touch preparation cytology and fine needle aspiration (FNA) cytology, as well as FNA biopsy. This fascicle also suggests proper handling for subsequent ancillary studies, including flow cytometric, cytogenetic, and molecular studies. Special emphasis is given to the limitations of frozen section diagnosis in lymph node pathology. All chapters are written by experts in their fields and include the most up to date scientific information. This book serves as a very useful resource for physicians in the frozen section room and in intra-operative consultation situations dealing with, and interested in, this very complex field of diagnostic pathology. Frozen Section Library: Lymph Nodes is of great value to pathologists, residents, and fellows who diagnose pathologic processes involving lymph nodes."
New York: Springer, 2012
e20426432
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Farid Aziz, supervisor
"Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor prediktor metastasis kelenjar getah bening (KGB) pada pasien dengan kanker serviks stadium IB dan IIA. Penelitian dilakukan dari bulan Mei 1996 sampai bulan Desember 2001. Ada 183 pasien kanker serviks dengan stadium menurut FIGO IB dan IIA menjalani operasi histerektomi radikal dan limfadenektomi. Dari pasien tersebut 158 pasien yang dapat dinilai, terdiri dari 43 pasien dengan metastasis KGB dan 115 tanpa metastasis KGB. Rancangan penelitian adalah kasus-kontrol. Kasus adalah pasien dengan metastasis KGB dan kontrol pasien tanpa metastasis KGB. Analisis multivariat dilakukan setelah analisis bivariat. Pada analisis bivariat umur < 39 tahun, diameter lesi >4 cm, stadium IIA > 4 cm, histopatologi dengan diferensiasi sedang dan buruk, invasi ke pembuluh darah dan limfa merupakan variabel yang independen terjadinya metastasis KGB dengan nilai p ≤ 0,05. Tetapi pada analisis multivariat yang muncul sebagai variabel independen adalah umur muda, paritas > 4, diameter lesi, histopatologi adenoskuamosa, dan invasi limfo-vaskular dengan nilai p ≤ 0,05. Kesimpulan: Usia muda, paritas > 4, stadium IIA > 4 cm, diameter lesi, histopatologi adenoskuamosa, invasi limfa-vaskular merupakan faktor risiko terjadinya metastasis dan dapat dipergunakan sebagai faktor prediktor metastasis KGB. (Med J Indones 2004; 13: 113-8)

The aim of this study was to identify possible predictor factors of lymph node metastases in patients with cervical cancer stage IB and IIA. Study was conducted between May 1996 and December 2001. There were 183 patients of cervical cancer with FIGO Stage IB and IIA who were underwent radical hysterectomy and lymphadenectomy. From those 158 patients could be evaluated, consisting 43 patients with node metastases 115 patients without metastases. Research design was case control study. Case was patients with node metastases and control was those without node metastases. Multivariate analysis was made after bivariate analysis. On bivariate analysis age < 39 years, diameter of lesion > 4 cm, stage IIA > 4 cm, histopathology moderate and poor differentiation, blood and lymphatic vessel invasion were independent variables for node metastases with p value ≤ 0.05. However, on multivariate analysis younger age, parity ≥ 4, diameter of lesion, histopathology adenosquamous, and lymph vascular invasion (+) as independent factors for node metastases with p value ≤ 0.05. Conclusion: Younger age, parity ≥ 4, stage IIA > 4 cm, diameter of lesion, histopathology adenosquamous, and lymph vascular invasion (+) were risk factors for node metastases and can be used as predictors. (Med J Indones 2004; 13: 113-8)"
Medical Journal of Indonesia, 2004
MJIN-13-2-AprilJune2004-113
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Astetin Eka Pranavita
"Latar Belakang: Transbronchial needle aspiration (TBNA) konvensional merupakan salah satu modalitas minimal invasif yang digunakan untuk diagnosis dan staging kanker paru serta tumor mediastinum terutama jika EBUS-TBNA tidak tersedia. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kepositifan biopsi TBNA konvensional KGB paratrakeal kanan bawah (KGB 4R) dan subkarina (KGB 7) pada pasien kanker paru dan tumor mediastinum.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain potong lintang. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi langsung pada pasien kanker paru atau tumor mediastinum yang menjalani TBNA konvensional pada KGB 4R dan/atau KGB 7 di RSUP Persahabatan Jakarta, Indonesia.
Hasil Penelitian: Total 33 pasien menjalani tindakan TBNA konvensional. Hasil TBNA positif sebanyak 20 (60,6%) yang terdiri dari 18 kasus keganasan dan dua kasus infeksi M. Tuberculosis. Pada kasus adenokarsinoma 58,3% pemeriksaan mutasi EGFR menggunakan sediaan sitologi TBNA. Jarum 21 G memberikan hasil TBNA positif lebih banyak dibandingkan jarum 19 G (masing-masing 68,2% dan 45,5%). Kelompok 1-2 set TBNA menunjukkan hasil TBNA positif 55,6% sedangkan kelompok 3-4 set TBNA menunjukkan hasil TBNA positif 66,7%. Kelompok jiggling 10-14 tusukan menunjukkan hasil TBNA positif 70% sedangkan kelompok jiggling 15-20 tusukan menunjukkan hasil TBNA positif 56,5%. Kelenjar getah bening subkarina memberikan hasil TBNA positif lebih banyak dibandingkan KGB paratrakeal kanan bawah (masing-masing 75% dan 47,1%). Ukuran KGB < 30 mm memberikan hasil TBNA positif lebih sedikit dibandingkan ukuran KGB ≥ 30 mm (36,4% berbanding 53,8%).
Kesimpulan: Jarum TBNA 21 G, pengambilan spesimen sitologi sebanyak 3-4 set TBNA, jumlah jiggling sebanyak 10-14 tusukan, KGB 7 dan KGB berukuran ≥ 30 mm memberikan hasil TBNA positif lebih banyak.

Background: Minimally invasive conventional transbronchial needle aspiration (C-TBNA) is an alternative method for diagnosing and staging a lung cancer and mediastinal tumor when EBUS-TBNA is unavailable. This study was to determine the positivity level of C-TBNA biopsies in different techniques (repeated sets and jiggled) at the right lower paratracheal (station 4R) and subcarinal (station 7) lymph nodes in lung cancer and mediastinal tumor cases.
Methods: This cross-sectional study was carried out by direct observation of lung cancer and mediastinal tumor cases examined by using C-TBNA of the station 4R and/or 7 lymph nodes at Persahabatan Hospital Jakarta, Indonesia.
Results: A total of 33 patients underwent C-TBNA. Positive results were 20 (60.6%), of which 18 cases were malignancy and two cases were M. tuberculosis infection. In the case of adenocarcinoma, 58.3% showed EGFR mutations from cytological exam. The 21 G needle yielded more positive TBNA results than the 19 G needle (68.2% and 45.5%, respectively). Repeated 1-2 sets of TBNA showed 55.6% positive results while repeated 3-4 sets of TBNA showed 66.7% positive results. The 10-14 jiggled TBNA showed 70% positive results while the 15-20 jiggled TBNA showed 56,5% positive results. Station 7 lymph node TBNA received more positive TBNA results than station 4R lymph node (75% and 47.1%, respectively). Lymph nodes of size < 30 mm yielded less positive TBNA result than of size ≥ 30 mm (36.4% vs 53.8%).
Conclusion: Specimen collection using 21 G TBNA needle, by means of repeated 3-4 sets or 10-14 jiggled, done at station 7 lymph nodes, and at lymph nodes of size ≥ 30 mm were observed to yield more positive TBNA results.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sibarani, Johan Ricardo
"Latar Belakang: Kanker ovarium epitelial merupakan jenis keganasan ovarium yang paling sering ditemukan dan bersifat agresif. Upaya melakukan deteksi dini dilakukan dengan pemeriksaan ginekologi, dikombinasi dengan pemeriksaan ultrasonografi, advanced imaging (CT-Scan, MRI) dan pemeriksaan kadar serum CA-125, namun untuk menentukan diagnosis pasti diperlukan pemeriksaan histopatologi. Tujuan: Membandingkan temuan metastasis kelenjar getah bening pada advanced imaging (CT-Scan, MRI) dengan histopatologi pada kasus kanker ovarium epitelial.dan menentukan rentang waktu antara dilakukkan advanced imaging dengan tindakan operasi. Metode: Penelitian ini bersifat kohort retrospektif. Sampel penelitian adalah pasien dengan riwayat kanker ovarium epitelial stadium awal yang sudah dilakukan limfadenektomi di RSCM pada tahun 2017-2022 dengan teknik consecutive sampling. Pengumpulan data melalui data sekunder. Data dianalisis secara univariat dan bivariat dengan uji Mc Nemar atau Kappa. Hasil: Dari karakteristik didapatkan usia rata-rata 48 tahun, paling banyak dengan jenis clear cell carcinoma (36.7%), dan ditemukan paling banyak pada ovarium kanan (43.3%). Hasil advanced imaging tidak memiliki nilai kesepakatan yang berarti dengan hasil histopatologi (Kappa value -0.01, p >0.05). Hasil paling banyak ditemukan metastasis di pelvis kiri. Rentang waktu dilakukannya operasi setelah pemeriksaan advanced imaging, paling banyak dalam waktu kurang dari 3 bulan (50.0%). Kesimpulan: Semakin cepat waktu dilakukan tindakan operasi semakin tinggi survival rate. Tidak ada hubungan yang signifikan antara ditemukannya limfadenopati pada advanced imaging dan histopatologi.

Background: Epithelial ovarian cancer is the most common and aggressive type of ovarian malignancy. Efforts aimed at early detection are gynecological examination, combined with ultrasound examination, advanced imaging (CT-Scan, MRI) and CA-125 levels, but to determine a definite diagnosis a histopathological examination is needed. Objective: To compare the findings of lymph node metastases on advanced imaging (CT-Scan, MRI) with histopathology in cases of epithelial ovarian cancer. And to determine the time interval between advanced imaging and surgery. Methods: This study used a retrospective cohort. The sample of the study was patients with a history of early-stage epithelial ovarian cancer who had undergone lymphadenectomy at RSCM in 2017-2022 by consecutive sampling technique. Data collection through secondary data. Data were analyzed univariately and bivariately with the Mc Nemar or Kappa test. Results: The features revealed that the average age was 48 years, that clear cell carcinoma was the most prevalent form (36.7%), and that it was most frequently discovered in the right ovary (43.3%). According to the study's findings, there was no significant correlation between the outcomes of advanced imaging and those of histopathology (Kappa value: -0.01, p >0.05). The results showed that most metastases were found in the left pelvis. This study evaluated the length of surgery following enhanced imaging test revealed that 50% of patients underwent surgery in less than three months on average. Conclusion: The difference between preoperative and intraoperative findings will be minimized if surgery is conducted early. There was no significant correlation between lymphadenopathy findings on advanced imaging and histopathology."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erlang Setiawan
"LATAR BELAKANG
Kelenjar getah bening merupakan salah satu organ yang termasuk sistem retikuloendotelial dan mempunyai peranan penting dalam pertahanan tubuh. Disamping itu kelenjar getah bening merupakan juga organ yang sering terkena penyakit, baik hanya berupa reaksi hiperplasia maupun infeksi, tumor primer, tumor sekunder dan penyakit sistemik (1,2,3).
Biopsi terbuka merupakan tindakan yang amat penting baik dalam fungsinya sebagai diagnostik maupun digunakan untuk mengevaluasi perjalanan penyakit (4,5). Di samping kegunaannya yang penting tersebut, biopsi terbuka mempunyai resiko yang harus diperhatikan, misalnya dapat mempermudah penyebaran tumor ganas, menimbulkan bekas operasi, biaya mahal dan dapat memberikan kesan pada penderita bahwa penyakitnya telah diobati dengan tindakan ini (5,6,7).
Biopsi aspirasi kelenjar getah bening pertamakali dilaporkan oleh Grieg dan Gray (8) pada tahun 1904 terhadap penderita Tripanosomiasis. Kemudian pada tahun 1930, Martin dan Ellis (9) lebih lanjut mejelaskan tentang teknik biopsi aspirasi jarum halus. Perkembangan tindakan ini makin cepat dan luas, bahkan saat ini tindakan biopsi aspirasi jarum halus telah menjadi tindakan rutin di negara maju, serta telah dilakukan terhadap berbagai organ, baik yang letaknya superfisial maupun yang letaknya dalam rongga dada / perut (10,11,12).
Mengingat tindakan biopsi aspirasi jarum halus merupakan tindakan yang aman., murah dan mempunyai ketepatan diagnosis yang tinggi (13,14,15,16,17), maka sewajarnyalah tindakan ini diterapkan di negara-negara yang sedang berkembang, terutama negara dengan keadaan sosial ekonomi yang masih kurang/rendah.
Di Indonesia laporan tentang biopsi. aspirasi jarum halus belum banyak dipublikasikan, walaupun mungkin telah banyak dilakukan di beberapa pusat pendidikan. Sedangkan akhir-akhir ini Zajdela dkk (18), telah memperkenalkan tindakan biopsi jarum halus tanpa aspirasi pada tumor payudara, menghasilkata sediaan yang cukup dan ketepatan diagnosis tidak berbeda dengan biopsi aspirasi jarum halus.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besarnya ketepatan diagnosis biopsi jarum halus pada limfadenopati supersial penderita dewasa serta mempergunakan cara Zajdela dkk pada awal tindakan biopsi jarum halus. Sebagai tolok ukur adalah diagnosis histologik sediaan blok parafin.
"
1988
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauziah Fardizza
"ABSTRAK
Biomarka untuk memprediksi metastasis KGB lokoregional sampai saat ini belum akurat.
Angka metastasis tersamar pada karsinoma laring bervariasi yaitu 165%. Dibutuhkan
biomarka tumor yang dapat memberikan informasi adanya metastasis KGB lokoregional
pada pasien KSS laring stadium lanjut tanpa keterlibatan KGB lokoregional (N0), sehingga
diharapkan menjadi acuan untuk dilakukan diseksi leher selektif. Beberapa biomarka yang
berhubungan dengan agresivitas dan prediksi metastasis yaitu Epidermal Growth Factor
Receptor (EGFR), Matrix Metallo-proteinase (MMP)-9, Tissue Inhibitor Metallproteinase
(TIMP)-1, Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF), Epithel Calcium Adhesi (Ekaderin)
dan kolagen tipe IV serta HPV dapat digunakan untuk memprediksi luaran pada
status pasien tumor dengan dan tanpa metastasis.
Penelitian ini ingin memeriksa peran infeksi HPV sebagai faktor onkogenesis dan
kejadian metastasis KGB leher pada keganasan laring berdasarkan biomarka sebagai
penetapan diagnosis metastasis KGB lokoregional.
Dilakukan Cross-sectional, double blind study dengan pengumpulan data sekunder dari
rekam medis di Departemen THT-KL FKUI-RSCM. Pemeriksaan ekspresi biomarka
dan status HPV dilakukan terhadap jaringan berupa blok parafin dari pasien karsinoma
laring Ekspresi biomarka dilakukan dengan pemeriksaan imunohistokimia, dan identifikasi
virus HPV dengan nested PCR, dilanjutkan dengan flow-through hybridization.
Didapatkan proporsi HPV KSS laring sebanyak 28,7% dengan infeksi HPV risiko tinggi
sebanyak 9,15% dan HPV 16 merupakan tipe yang terbanyak. Analisis multivariat
Mantel-Haenszel didapatkan ekspresi tinggi biomarka EGFR, MMP-9 dan VEGF
berperan terhadap kejadian metastasis KGB pada KSS laring stadium lanjut tanpa
infeksi HPV dengan OR 3,38; 5,14. Keadaan tersebut tidak berperan lagi bila terdapat
infeksi HPV Dari penelitian ini didapatkan suatu algoritma penatalaksanaan KSS laring
stadium lanjut khususnya untuk penentuan tatalaksana diseksi leher pada N0.
Infeksi HPV didapati pada KSS laring stadium lanjut, HPV 16 merupakan tipe HPV
yang terbanyak. Biomarka penanda metastasis didapatkan pada EGFR; MMP-9; VEGF
dengan kekuatan 2;1;6.

ABSTRACT
Biomarkers to predict locoregional lymph nodes metastasis is not yet accurate until
now. The number of occult metastasis in laryngeal carcinoma varies between 165%.
A tumor biomarker that can give information on the existence of locoregional lymph
node involvement in patients with or without signs of clinical locoregional lymph node
involvement, as guidelines whether selective neck dissection is needed in N0 cases. For
patients that need additional treatment biomarkers that are correlated with aggresivity
and metastasis prediction such as EGFR, MMP-9, TIMP-1, VGEF, E-cadherin, collagen
Type IV and HPV are also needed to predict the outcome of patients with or without
lymph node metastasis.
This study aimed to investigate the evidence of HPV infection in laryngeal carcinoma
and the role of biomarkers EGFR, MMP-9, TIMP-1, VEGF, E-cadherin and collagen
type IV, in a late stadium laryngeal SCC observed clinically, especially in N0 and also
to predict diagnosis of a locoregional lymph node that has potential for metastasis.
Cross-sectional, double blind study with planned data collection was performed in the
Department of ENT FKUI-RSCM. Data were taken from Formalin Fixed Paraffin
Embedded (FFPE) of laryngeal cancer specimen after laryngectomies. Samples were
analysed by nested Polymerase Chain Reaction (PCR) and continuous flow-through
hybridizationed for genotyping. Expression of EGFR, MMP-9, TIMP-1, VEGF, Ecadherin,
and collagen Type IV as metastasis biomarker were evaluated by
immunohistochemistry.
Overall HPV proportion in laryngeal cancer was 28.7%. A total of 9,15% laryngeal
cancer patients were infected with high risk HPV type and HPV 16 was the most
frequently observed. Mantel-Haenszel multivariate analysis found that HPV infection did
not play role in neck metastasis eventhough there were positive evidence of metastasis
biomarker. In contrast, the absent of HPV infection, positif metastasis biomarker of EGFR
and VEGF have risk for neck nodes metastasis with OR 3.38; 5.14 fold consecutively.
The algorithm was formed from the PM model to determine the metastasis potential to
locoregional lymph nodes of late stadium laryngeal SCC with N0.
HPV was found to be the oncogenic factor of the laryngeal SCC and HPV 16 was the
most frequently observed type in laryngeal SCC. Biomarkers to predict locoregional
lymph nodes metastasis are EGFR; VEGF with strenght 2;1;6."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Iman Santoso
"ABSTRAK
Kanker payudara merupakan kanker yang umum terjadi pada wanita baik
di Indonesia ataupun di dunia. Pemeriksan tingkat sebaran sel kanker perlu
dilakukan agar pengobatan yang diberikan tepat. Biopsi jaringan getah bening dan
pemeriksaan ahli patologi adalah salah satu metode untuk menentukan tingkat
penyebaran kanker. Kendala pada pemeriksaan manual membutuhkan waktu untuk
memeriksa bagian perbagian dengan kemungkinan ada bagian yang terlewati,
kesalahan dalam klasifikasi dan unsur subjektifitas saat memeriksa. Penggunaan
kecerdasan buatan dalam prapemeriksaan akan membantu dokter dalam memeriksa
dan menghilangkan unsur subjektifitas. Proses klasifikasi yang didapat diharapkan
membantu ahli patologi memeriksa dengan lebih cepat dan mengurangi tingkat
kesalahan pemeriksaan. Proses dimulai dengan terlebih dahulu menentukan antara
daerah kosong dan daerah yang terdapat jaringan. Selanjutnya menentukan tingkat
metastasis berdasarkan hasil klasifikasi. Metode yang digunakan adalah dengan
menggunakan teknik ambang gambar dalam menentukan batas gambar yang berisi
jaringan. Proses klasifikasi menggunakan jaringan saraf konvolusi (Convolution
Neural Network (CNN)) dengan banyak klasifikasi sebanyak 5 kelompok sel
normal dan 1 kelompok tumor. Hasil dari penggunaan metode ambang adaptif
dapat memisahkah antara daerah kosong dan daerah berisi sel-sel. Metode jaringan
saraf konvolusi ini dapat mengklasifikasikan dengan hasil sampai 86% dan tes
dengan validasi data 80% untuk keseluruhan klasifikasi dan mencapai 93% untuk
sel tumor dan sel kanker. Hasil dari penentuan tingkat ditentukan oleh akurasi dari
proses klasifikasi. Metode ambang gambar adaptif dapat menentukan area kosong
dan berisi jaringan sesuai dengan yang diharapkan dan mempercepat proses
pemeriksaan. Hasil klasifikasi dan menentukan tingkat dapat ditingkatkan dengan
memperbaiki pembagian data-data pada dataset dan mengembangkan konfigurasi
dari jaringan saraf konvolusi dengan merubah struktur atau menambahkan dengan
metode lain.

ABSTRACT
Breast cancer is the most common cancer in women worldwide and the second most
common cancer in Indonesia. Metastasis is the medical term for cancer that spreads
to a different part of the body from where it started. Information from the lymph
node biopsy can help doctor that treatment decisions depend on stage of metastases.
Normaly pathologist makes a diagnosis of the prepared sample slide from sample
biopsy with manual visual inspection. Manual diagnosis has the possibility to miss
some section not checked, classification errors and subjectivity result. The
classification process with AI will help the pathologist check faster, reduce the error
level and eliminate the subjectivity. The proposed Method using adaptive
thresholding method in whole slide image is to determine the area to be processed.
And Convolution Neural Network (CNN) for image classification. Adaptive
thresholding have ability to separating the blank slide area and tissue area. CNN is
superior in image classification . Classification data for this thesis using 6
classification, five class normal cell and one tumor. Adaptive thresholding method
in whole slide image can separate empty tissue and tissue with cell area. The result
CNN Method for overall accuracy 86% and accuracy for tumor cell is 93%.
Classification and staging result can be improved by improving dataset for training
and developing, change the configuration of CNN architecture or adding new
method."
2017
T49613
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gafit Hartadi Noerwendo, Author
"ABSTRAK
Penderita metastase kelenjar getah bening leher yang tumor primernya tidak diketahui, umumnya datang untuk pengobatan radiasi sudah berada dalam tingkat klinis yang lanjut.
Pengamatan terhadap respons radiasi pada kasus metastase kelenjar getah bening leher yang tumor primernya tidak diketahui ini membuktikan prognosa yang relatif baik. Dosis yang diberikan selai untuk eradikasi metastase pada kelenjar, juga untuk tumor primerya. Diperlukan pengamatan yang lebih lama dan pendataan ukuran kelenjar yang teliti pasca radiasi.
Penggolongan tingkat klinis dirasakan tidak memadai karena tidak mencantumkan ukuran dan jumlah kelenjar"
1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sita Ariyani
"Latar belakang: Penyakit Kawasaki (PK) merupakan vaskulitis akut sistemik yang belum diketahui penyebabnya dan mempunyai predileksi pada arteri koroner terutama bayi dan anak balita. Sebanyak 20-40% kasus PK yang tidak diobati akan mengalami kelainan arteri koroner. Masalah PK di Indonesia saat ini adalah masih banyak kasus yang underdiagnosis dan terlambat didiagnosis, serta beberapa kasus overdiagnosis. Sejauh ini belum ada publikasi penelitian tentang PK di Indonesia.
Tujuan: Mengetahui profil klinis dan pemeriksaan penunjang PK pada anak di Indonesia.
Metode: Penelitian deskriptif potong lintang. Data diperoleh dari rekam medis pasien anak 0-18 tahun dengan diagnosis PK selama periode 1 Agustus 2011 hingga 31 Juli 2012 di 3 rumah sakit di Jakarta dan Tangerang.
Hasil: Terdapat 66 subjek yang sesuai dengan diagnosis PK. Sebanyak 77% subjek berusia balita dengan usia tersering 1-2 tahun. Proporsi anak lelaki lebih tinggi dibandingkan perempuan dengan perbandingan 2:1. Seluruh subjek mengalami demam dengan gambaran klinis paling sering adalah perubahan pada bibir dan rongga mulut seperti eritema, bibir pecah-pecah, lidah stroberi, dan eritema difus mukosa orofaring (100%), ruam polimorfik (89%), dan injeksi konjungtiva tanpa eksudat (88%). Gambaran klinis paling jarang adalah limfadenopati servikal unilateral (53%). Anemia dan leukositosis sering terjadi pada fase akut, sedangkan trombositosis mulai terjadi pada minggu kedua. Peningkatan LED dan CRP terjadi pada fase akut, namun pada 15% subjek peningkatan LED tidak disertai oleh peningkatan CRP atau sebaliknya. Hipoalbuminemia terjadi pada 70% subjek. Gambaran infiltrat pada foto toraks didapatkan pada 71% subjek. Aneurisma arteri koroner pada ekokardiografi saat awal diagnosis didapatkan pada 30% subjek. Sebagian besar merupakan aneurisma kecil, 3% aneurisma sedang, dan 1% aneurisma raksasa.
Simpulan: Gambaran klinis paling sering selain demam adalah perubahan pada bibir dan rongga mulut, ruam polimorfik, dan injeksi konjungtiva tanpa eksudat, sedangkan yang paling jarang adalah limfadenopati servikal unilateral. Pemeriksaan LED dan CRP sebaiknya dilakukan bersamaan untuk mendukung diagnosis. Hipoalbuminemia dan gambaran infiltrat pada foto toraks mungkin dapat dipertimbangkan sebagai alat bantu diagnosis PK pada anak di Indonesia, namun masih membutuhkan penelitian lebih lanjut untuk membuktikannya.

Background: Kawasaki disease (KD) is an acute systemic vasculitis with unknown cause. The main predilections are the coronary arteries, especially in infants and children under five. As many as 20-40% of untreated KD will develop coronary problems. Currently, many of the KD cases in Indonesia are still under- or late diagnosed, and some cases are even overdiagnosed. However, there has not been any research publication on KD in Indonesia.
Objective: To describe the clinical and supportive examination profiles of KD in Indonesian children.
Method: A cross-sectional observational study of children under 18 years old with KD diagnosed within August 1st 2011 and July 31st 2012 was performed. Data were obtained from the medical records of patients from 3 hospitals in Jakarta and Tangerang.
Results: Of 66 subjects diagnosed of KD, 77% subjects were children aged 1-2 years old, with male and female ratio was 2:1. All subjects had fever with common clinical profiles were: changes in lips and oral cavity such as erythema, lips cracking, strawberry tongue and diffuse erythema of oropharyngeal mocosae; polymorphic rashes; and non-exudative conjunctival injection (100%, 89%, and 88%, respectively). Unilateral cervical lymphadenopathy was seen in 53% subjects. Anemia and leukocytosis were frequently seen in acute phase, while thrombocytosis developed during the second week. The ESR and CRP also increased during acute phase. However, in 15% subjects with increased ESR, the CRP remained normal, and vice versa. Hypoalbuminemia occured in 70% subjects, and infiltrate on chest xray appeared in 71% subjects. The incidence of coronary artery aneurysm at initial echocardiography was 30%, with small aneurysm were predominant, 3% considered moderate, and 1% was categorized as giant aneurysm.
Conclusion: Changes in lips and oral cavity, polymorphic rashes, and non-exudative conjunctival injection are the most common clinical profiles, besides fever. Unilateral cervical lympadenopathy is the least frequent manifestation. The ESR and CRP examinations should be done to support the diagnosis of KD. Hypoalbuminemia and infiltrate findings on chest xrays might be considered as an aid in diagnosing KD in Indonesian children. However, further study is needed for validation.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Henricus Suwandito Wahyu Purnomo
"ABSTRAK
Latar belakang Prevalen metastasis kelenjar getah bening KGB pada karsinoma tiroid papiler KTP dan angka rekurensi regional yang berkaitan dengannya cukup tinggi Masih terdapat pro dan kontra terhadap diseksi kompartemen sentral yang dipandang dapat mengatasi masalah tersebut Oleh sebab itu diperlukan seleksi pasien yang akan mendapatkan diseksi kompartemen sentral Pengetahuan mengenai faktor prediktor metastasis kompartemen sentral dipandang dapat membantu seleksi pasien tersebut Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor faktor prediktor klinikopatologis metastasis KGB kompartemen sentral pada pasien KTP cN0 di RSUPN dr Cipto Mangunkusumo RSCM Metode penelitian Studi retrospektif dilakukan pada 62 pasien KTP cN0 yang menjalani diseksi kompartemen sentral dalam kurun waktu Januari 2014 sampai Juli 2015 Pengambilan sampel dilakukan secara konsekutif Dilakukan analisis statistik menggunakan SPSS 20 0 untuk mencari hubungan antara faktor usia jenis kelamin ukuran tumor ekstensi ekstra tiroid metastasis jauh completeness of resection varian histopatologi dan invasi limfovaskular dengan metastasis KGB kompartemen sentral Kami menggunakan uji Chi square atau Fisher serta uji stratifikasi Signifikansi bila nilai p
ABSTRACT
Background Prevalence of lymph node metastases to central neck compartment in papillary thyroid carcinoma PTC and it rsquo s corelation with regional metastatic are high There are pros and cons on central neck dissection which is assumed can solve the problem Selection in which patient will undergo central neck dissection is necessary Predictive factors are useful for such selection This study aim is to identify the clinicipathologic predictive factors for metastases in central compartment in Cipto Mangunkusumo Hospital Method Data of 62 cN0 PTC patients who underwent central neck dissection were colected retrospectively and consecutively from medical record in Cipto Mangunkusumo Hospital The relationships between clinicopathology factors such as age gender tumor size extra thyroid extention distant metastasis completeness of resection histopathology variant lymphovascular invasion and central compartment metastases were analyzed using SPSS 20 0 Chi square Fischer exact and stratification test were used in our analsis Statistical significance was stated when p value "
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>