Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 20633 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Simanjuntak, Wasinton
"Pemanfaatan Gas CO2 Hasil Pembakaran Tempurung Kelapa untuk Produksi Natrium Karbonat. Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari pemanfaatan gas CO2 hasil pembakaran tempurung kelapa menjadi natrium karbonat (Na2CO3) dengan mereaksikan gas CO2 dengan larutan NaOH dengan konsentrasi 6.5, 7.0, 7.5 dan 8.0 M. Tujuan utama penelitian adalah mengkaji potensi metode diusulkan sebagai cara mitigasi gas CO2 yang dihasilkan dari industri arang tempurung kelapa. Padatan natrium karbonat yang dihasilkan selanjutnya dikeringkan dalam oven pada suhu 110 oC, lalu dikarakterisasi dengan FTIR, XRD, dan SEM/EDS. Analisis termal menggunakan metode DTA/TGA dilakukan untuk mempelajari karakteristik termal pembentukan Na2CO3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi NaOH mempengaruhi massa natrium karbonat yang dihasilkan, hasil tertinggi sebesar 190,6 g diperoleh dari penggunaan NaOH dengan konsentrasi 7,0 M. Karakterisasi dengan FTIR menunjukkan dengan jelas pembentukan natrium karbonat, yang ditandai dengan pita serapan gugus fungsi yang berkaitan dengan natrium karbonat, yakni gugus O-H, C-O, C=O, dan CO3-2. Hasil FTIR juga menunjukkan adanya gugus fungsi C-S, yang kemungkinan besar karena adanya sulfur yang terdapat dalam tempurung kelapa secara alami. Pembentukan Na2CO3 juga didukung hasil karakterisasi dengan EDS yang menunjukkan sampel terdiri dari unsur C, Na, dan O, dan deteksi fase termonatrit (Na2CO3.H2O ) dengan XRD. Karakterisasi sampel yang disintering pada suhu 450 oC dengan XRD menunjukkan perubahan termonatrit menjadi Na2CO3 dan Na2O, yang juga didukung oleh hasil karakterisasi dengan DTA/TGA. Berdasarkan hasil yang diperoleh disimpulkan bahwa metode yang diusulkan pada penelitian ini berpotensi untuk diaplikasikan sebagai metode mitigasi gas CO2 yang dihasilkan oleh industri arang tempurung kelapa.

In this investigation, sodium carbonate (Na2CO3) was produced by reacting the CO2 released from coconut shell combustion with NaOH solution with molar concentrations of 6.5, 7.0, 7.5, and 8.0 M. The main purpose of the study was to assess the potential of the proposed method for mitigation of the CO2 gas released into the atmosphere by the coconut shell industry. The Na2CO3 powder produced was oven-dried at 110 oC and subsequently characterized using FTIR, XRD, and SEM/EDS techniques. Thermal analysis was also carried out using DTA/TGA to investigate the thermal mechanisms of sodium carbonate formation. The experimental results show that the concentration of NaOH influences the mass of sodium carbonate produced, with the highest mass of 190.6 g obtained using 7.0 M NaOH solution. The FTIR analyses show the existence of O-H, C-O, C=O, and CO3-2, confirming the formation of Na2CO3. The C-S functional group was also detected most likely due to the presence of the sulfur that naturally exists in the coconut shell. The formation of Na2CO3 is also supported by the presence of C, Na, and O on the EDS results and the presence of the thermonatrite (Na2CO3.H2O) phase, as seen by the XRD. The XRD analysis of the sintered sample at 450 oC indicates the transformation of thermonatrite into sodium carbonate and sodium oxide, which is in accordance with the results of DTA/TGA analysis. Based on the results obtained, it is concluded that the proposed method can be applied to mitigation of CO2 gas released by the coconut shell industry."
Universitas Lampung. Faculty of Mathematics and Natural Science, 2014
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dunggio, Muhammad Yusuf Ramly
"Penelitian ini dilakukan untuk pengurangan kadar CO dan penjernihan asap kebakaran dengan pemanfaatan karbon aktif dari tempurung kelapa termodifikasi TiO2. Pada hasil uji XRF kandungan TiO2 didalam karbon aktif termodifikasi TiO2 sebesar 20,54 % wt. Pada hasil uji BET, luas permukaan terjadi peningkatan dari 760,30 m2/g menjadi 782,54 m2/g dari karbon aktif dan karbon aktif termodifikasi TiO2. Untuk uji kinerja, karbon aktif termodifikasi TiO2 ukuran 200 mesh dengan massa 3 gram memiliki kapasitas adsorpsi CO paling tinggi (12,59 %) dan nilai t10 untuk penjernihan asap paling baik yaitu dengan waktu 20 menit, 27 menit, 28 menit.

This research was conducted for the reduction of CO levels and purification by use of fire smoke from coconut shell activated carbon modified TiO2. In the XRF test results in the TiO2 content of activated carbon modified TiO2 of 20,54 % wt. The test results showed the BET surface area increased from 760,30 m2/g to 782,54 m2/g of activated carbon and activated carbon modified TiO2. To test performance, activated carbon modified TiO2 with a size 200 mesh and 3 gram have the highest CO adsorption capacity (12,59 %) and t10 values for the purification of smoke that is best with a time of 20 minutes, 27 minutes, 28 minutes.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43119
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jelita Helianisa
"Tempurung kelapa merupakan biomassa hasil samping pengolahan buah kelapa yang pemanfaatannya belum optimal karena dianggap sebagai limbah tak bernilai. Dalam proses pengembangannya, limbah tempurung kelapa memiliki peluang yang besar untuk dimanfaatkan sebagai produk dengan nilai ekonomi tinggi seperti BTX (Benzena, Toluena, Xilena) karena memiliki building block berupa senyawa aromatik. Proses pirolisis termal dan perengkahan katalitik biomassa tempurung kelapa telah dilakukan dalam reaktor unggun diam untuk menghasilkan senyawa BTX masing – masing pada suhu 550oC dan 500oC. Katalis CaO/HZSM-5 yang disintesis melalui teknik pencampuran fisik dan impregnasi basah dengan perbandingan 2:1 terhadap umpan bio-oil digunakan pada proses upgrading perengkahan katalitik. Katalis CaO/HZSM-5 dipilih karena penggunaan kedua katalis tersebut secara simultan memberikan efek sinergis dalam menghasilkan senyawa monoaromatik BTX. Penambahan CaO terbukti mampu meningkatkan ukuran pori rata – rata katalis setelah termodifikasi sehingga dapat menurunkan kemungkinan deaktivasi katalis dengan mencegah pembentukan kokas. Karakterisasi BET terhadap katalis menunjukkan bahwa diameter pori katalis CaO/HZSM-5 pencampuran fisik dan impregnasi basah secara berturut – turut sebesar 2,14 nm dan 5,24 nm. Selanjutnya, bio-oil melalui karakterisasi FTIR dimana produk upgrading bio-oil tempurung kelapa didominasi oleh senyawa aromatic, phenol, dan alcohol. Berdasarkan karakterisasi GC-MS, katalis CaO/HZSM-5 hasil pencampuran fisik memberikan kinerja optimal dimana yield BTX tertinggi yang diperoleh sebesar 45,85%. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan solusi alternatif dalam mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil
Coconut shell is a by-product of processing coconuts whose utilization is not optimal because it is considered as worthless waste. In the development process, coconut shell waste has an excellent opportunity for being utilized as a product with high economic value as BTX (Benzene, Toluene, Xylene) due to its high content of lignin which is the building block in the form of aromatic compounds. Thermal pyrolysis and catalytic cracking of coconut shell biomass have been carried out in a fixed bed reactor to produce BTX compounds at 550oC and 500oC, respectively. CaO/HZSM-5 catalyst was synthesized using physical mixing and wet impregnation technique with a ratio of 2:1 to bio-oil feed in the upgrading process of catalytic cracking. CaO/HZSM-5 catalyst was chosen because the use of the two catalysts simultaneously provides a synergistic effect in producing BTX compounds. The addition of CaO has proven to increase the average pore size of the catalyst after modification and reduce the possibility of catalyst deactivation by preventing coke formation. The BET characterization of the catalyst showed that the pore diameters of the CaO/HZSM-5 catalyst of physical mixing and wet impregnation were 2,14 nm and 5,24 nm, respectively. Furthermore, FTIR characterization showed the upgrading product of coconut shell bio-oil dominated by aromatic compounds, phenols, and alcohols. Based on the GC-MS characterization, the CaO/HZSM-5 catalyst of physical mixing gave an optimal performance where the highest BTX yield was obtained at 45.85%. This research was expected to provide alternative solutions to reduce dependency on fossil fuels."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raisa Aulia Hanifah
"Emisi gas buang dari kendaraan bermotor banyak mengandung senyawa yang berbahaya bagi kesehatan manusia maupun lingkungan. Karbon aktif dapat dikembangkan sebagai adsorben guna mendukung upaya penanggulangan pencemaran udara akibat emisi gas kendaraan bermotor. Karbon aktif diproduksi dengan bahan baku biomassa, salah satunya ialah cangkang kelapa sawit yang memiliki kandungan selulosa (6,92%), hemiselulosa (26,16%), dan lignin (53,85%). Karbon aktif berbahan baku limbah cangkang kelapa sawit diproses melalui proses dehidrasi, reduksi, dan diaktivasi kimia menggunakan larutan kalium karbonat (K2CO3) dengan rasio massa 1:1 dan konsentrasi K2CO3 sebesar 20%-w. Selanjutnya, sampel dikarbonisasi pada furnace dengan temperatur 500 ºC dan dilanjutkan dengan aktivasi kimia tahap dua dengan variasi perbandingan massa K2CO3 dan massa bahan baku yang digunakan sebesar 1:1 dan 3:2. Sampel yang telah teraktivasi kimia selanjutnya mengalami aktivasi fisika pada temperatur 750 ºC dan dialiri gas N2 dengan laju 200 ml/menit selama 90 menit. Karbon aktif yang telah disintesis memiliki luas permukaan terbaik pada variasi rasio massa 3:2 yaitu sebesar 1202 m2/g. Modifikasi dilakukan untuk meningkatkan kapasitas adsorpsi dari karbon aktif. Pada penelitian ini, modifikasi dilakukan dengan menyisipkan logam oksida berupa nikel oksida (NiO) ke dalam pori karbon aktif dengan variasi konsentrasi sebesar 0,5%, 1%, 2%. Penyisipan NiO mengurangi luas permukaan karbon aktif hingga 802 m2/g pada variasi konsentrasi 2%. Dari hasil penelitian diketahui bahwa media karbon aktif terimpegrasi NiO 1% yang dipasang pada tabung adsorpsi dapat memberikan hasil penurunan konsentrasi gas CO sebesar 61,95%, HC sebesar 37,96 %, dan CO2 sebesar 48,5 %.

Exhaust emissions from motor vehicles contain many compounds that are harmful to human health and the environment. Activated carbon can be developed as an adsorbent to support efforts to combat air pollution due to motor vehicle gas emissions. Activated carbon is produced with biomass raw materials, one of which is a palm shell which contains cellulose (6.92%), hemicellulose (26.16%), and lignin (53.85%). Activated carbon made from palm shell waste is processed through the process of dehydration, reduction, and chemical activation using potassium carbonate (K2CO3) solution with a mass ratio of 1:1 and K2CO3 concentration of 20%-w. Furthermore, the sample was carbonized in the furnace at a temperature of 500 ºC and continued with second step chemical activation with a variation in the mass ratio of K2CO3 and the mass of the raw material used was 1:1 and 3:2. Samples that have been chemically activated then undergo physical activation at 750 ºC and flowed with N2 gas at a rate of 200 ml/min for 90 minutes. The synthesized activated carbon has the best surface area at a mass ratio of 3:2 which is 1202 m2/g. Modifications were made to increase the adsorption capacity of activated carbon synthesized. In this study, the modification was carried out by impregnating metal oxides in the form of nickel oxide (NiO) into pores of activated carbon with a concentration variation of 0.5%, 1%, 2%. NiO impregnation reduces the surface area of activated carbon up to 802 m2/g at 2% concentration variation. From the results of the study, the NiO 1% -activated carbon mounted on the adsorption tube can result in a decrease in CO gas concentration of 61.95%, HC of 37.96%, and CO2 of 48,5%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
" Wadah merupakan salah satu perlengkapan hidup manusia yang penting, karena berfungsi sebagai tempat untuk membawa sesuatu baik benda keras, lunak, cair atau biji-bijian. Wadah sesuai dengan fungsinya menggunakan bahan tertentu seperti dari tanah liat, daun-daunan, dan buah-buahan yang mimiliki biji yang besar dan kuat. Di dalam perahu kuna Punjulharjo, di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, suatu hal yang menarik dengan ditemukannya wadah dari tempurung kelapa. Dalam kehidupan beberapa masyarakat tradisional Nusantara masih dikenal penggunaan alat-alat tersebut, sebagai perlengkapan hidup sehari-hari. Penemuan wadah dari bahan tersebut, sekurangnya memberikan gambaran, bahwa tempurung telah dimanfaatkan dan digunakan untuk peralatan oleh nenek moyang."
930 ARKEO 31:1 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Davin S.
"Cangkang kelapa merupakan potensi biomassa yang sangat besar. Sejauh ini masih sedikit yang memanfaatkan limbah tersebut sebagai sumber energi alternative. Fluidized bed combustor merupakan salah satu alat pengkonversi energi biomassa menjadi energi panas yang dapat dimanfaatkan lagi. Proses pembakaran yang terjadi ialah pembakaran dengan sendirinya secara terus-menerus yang berlangsung pada temperatur yang cukup tinggi.
Pengujian untuk pembakaran dilakukan pada FBC jenis bubbling menggunakan bahan bakar cangkang keapa untuk mengetahui distribusi temperatur pada setiap ketinggian yang ada di ruang bakar dan area freeboard. Eksperimen ini menggunakan empat variasi laju aliran massa bahan bakar, yaitu 1 sampai 4 kg/menit dan juga menggunakan dua variasi laju aliran udara yaitu 4,9 dan 5,3 m3/menit. Temperatur maksimum awal yang dapat dicapai dari pengujian pembakaran ialah 817 °C. Dengan bertambahnya laju aliran udara dan laju aliran massa bahan bakar dapat meningkatkan temperatur maksimumnya menjadi 837 °C.

Coconuts shell become a large biomass potency energy, because they are already exsis in abundant in Indonesia. So far, until now there is just a little idea to using this coconut shell as analternative energy. Fluidize bed combuster is an technology conversion of biomass energy to heat energy, which can be use to another process. Combustion process being occur in Fluidize Bed Combustor is self sustaining combustion at the high temperature.
Testing for experimental combustion on this bubbling Fluidize Bed Combustor using coconut shell to know all temperature distribution at every height combustion chamber and freeboard area. This experiment take some fuel mass feed rate from 1 kg/min, 2 kg/min, 3 kg/min, and 4 kg/min and two different air flow rate 4,9 dan 5,3 m3/min. The first Maximum temperature that could reach until 817 °C increase to 837 °C as an air flow icrease.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S50785
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S39413
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1993
S36714
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusep Kartiwa Caryana
"Penyerapan dan penyimpanan karbon atau carbon capture and storage (CCS) pelu termasuk industri hilir minyak dan gas bumi karena pemerintah indonesia telah mengadopsi perjanjian Paris tentang penurunan emisi gas rumah kaca (the paris agreement on greenhouse gas emissions reduction). Berbagai teknik penyerapan emisi CO2 hasil pembakaran telah dikembangkan. Salah satu pendekatan baru untuk menyerap CO2 guna mengurangi emisi ke atmosfir adalah teknologi (kristalisasi) hidrat gas CO2. Dasar teknologi hidrat CO2 adalah seleksi parsial terhadap komponen-komponen target fasa hidrat dan fasa gas. Dengan teknik ini, ditargetkan CO2, dapat lebih mudah dijebak dan ditangkap ke dalam fase kristal, dibanding komponen lain. Studi terdahulu menemukan bahwa kesetimbangan gas/hidrat masing-masing pada tekanan 7,6 MPa dan 11,0 MPa serta temperatur 274 K dan 277 K, tidak tepat diterapkan pada industri hilir minyak dan gas bumi karena akan diperlukan biaya yang sangat tinggi untuk mengkoperansi gas sampai dengan pembentukan hidrat. Promotor hidral yang tepat termasuk tetrahydrofuran (THF) dan sodium dodecyl sulfate (SDS) dapat digunakan supaya tekanan pembentukan hidrat dan konsumsi energi yang optimal dapat dicapai sesuai realitas industri. Dengan menambahkan THF dan SDS sekitar 62,3 Nm/m hidrat CO2 dapat terbentuk pada tekanan 30 bar dan temperatur antara 274-277 K dalam waktu reaksi sekitar 15 menit. Hasil berbagai eksperimen menunjukan bahwa dengan jaminan kontak cairan dan gas serta promotor hidrat yang optimal, teknologi pembentukan hidrat CO2 secara berkelanjutan akan layak diterapkan pada skala industri termasuk penurunan emisi CO2 insudtri hilir minyak dan gas bumi. Tetapi, dibandingkan dengan kredit karbon internasional, kelayakan biaya penurunan CO2 didaratan sangat tergantung kepada jarak transportasi CO2 melalui pipa."
Jakarta: Lemigas, 2017
620 SCI 40:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>