Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 1138 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"L’ouvrage décrit l’abord clinique et thérapeutique de l’insomnie ce qui intéresse les laboratoires d‘hypnotiques, de tranquillisants, d’antidépresseurs, de phytothérapie, d’homéopathie. Il décrit aussi les hypersomnies ce qui intéresse les mêmes laboratoires ainsi que ceux qui produise les stimulants cérébraux. Il aborde les troubles de la vigilance avec les apnées du sommeil."
Paris: Springer, 2012
e20426699
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Astrid Pratiwi
"Latar Belakang: Anestesiologis adalah profesi yang rentan mengalami kelelahan. Gangguan tidur adalah keluhan yang sering dialami oleh anestesiologis. Penelitian ini menggunakan kuesioner PSQI Pittsburgh Sleep Quality Index untuk menilai kualitas tidur dan kuesioner ESS Epworth Sleepines Scale untuk menilai skala kantuk berlebih.
Metode: Penelitian observasional ini menggunakan rancangan potong lintang. Setelah disetujui komite etik didapatkan 114 peserta PPDS Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI RSUPN Cipto Mangunkusumo menggunakan total sampling selama April - Mei 2016. Formulir penelitian meliputi penilaian kualitas tidur menggunakan PSQI dan skala kantuk menggunakan ESS. Analisis deskriptif meliputi data gangguan kualitas tidur, skala kantuk, distribusi karakteristik dan jam kerja. Analisis bivariat menilai kriteria terkait nilai PSQI ? 5 kualitas tidur kurang dan ESS ?10 skala kantuk berlebih . Analisis multivariat dengan regresi logistik biner untuk melihat hubungan variabel paling dominan dengan variabel dependen. Setelah itu, dilakukan perbandingan antara data kualitas tidur dengan skala kantuk berlebih.
Hasil: Faktor durasi tidur, keluhan tidur dan skala kantuk berlebih adalah faktor penyebab kualitas tidur kurang

Background: Anesthesiologists is a profession prone to fatigue. Sleep disorder is a common complaint suffered by the anesthesiologist. This study used a questionnaire PSQI Pittsburgh Sleep Quality Index to assess the quality of sleep and ESS Epworth Sleepines Scale to assess the scale of excessive sleepiness.
Methods: This observational study used cross sectional design. After approval from ethics committee we obtained 114 resident of Anesthesiology and Intensive Therapy at Cipto Mangunkusumo Hospital using total sampling during April May 2016. The research form contained PSQI questionnaire to asses sleep quality and ESS to asses sleepiness scale. Data of sleep quality disorder, sleepiness scale, characteristics distribution and working hours presented by descriptive analysis. The bivariate analysis measured the relevant criteria PSQI score 5 sleep disorder and ESS 10 excessive sleepiness scale. Multivariate analysis by binary logistic regression used to see the most significant variable from the dependent variable. After that, comparison between data quality of sleep with excessive sleepiness scale was done.
Results: Factor of sleep duration, sleep complaints and excessive sleepiness scale were causative factor of sleep quality disorder p
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Ulfah
"Lanjut usia (lansia) merupakan kelompok yang berisiko mengalami kualitas tidur yang buruk. Hal ini berdampak pada munculnya banyak masalah kesehatan pada lansia karena menurunnya kepuasan tidur pada lansia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kualitas tidur dengan risiko jatuh pada lansia di PSTW wilayah Jakarta dengan sampel penelitian berjumlah 104  dengan rentang usia 60-88 tahun. Instrumen yang digunakan untuk mengukur  kualitas tidur pada lansia adalah Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), sedangkan risiko jatuh diukur menggunakan Morse Falls Scale (MFS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 99 (95,2%) lansia di panti memiliki kualitas tidur yang buruk dan 82 (78,8%) lansia memiliki risiko jatuh, baik rendah maupun tinggi. Terdapat hubungan yang signifikan antara kualitas tidur dengan risiko jatuh (p <0,05) dengan nilai R 0,208 Penelitian selanjutnya dapat dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor dominan yang memengaruhi kualitas tidur lansia di panti. Perawat memiliki tanggung jawab memberikan program promosi kesehatan terkait cara meningkatkan kualitas tidur pada lansia, sehingga kualitas tidur lansia dapat ditingkatkan.

Eldery have a high risk of poor sleep quality. It can lead to several health problem due to decreased sleep satisfication. This study purpose to determine the relation between sleep quality and fall risk. The cors-sectional study was conducted at four Eldery Care Institutions in DKI Jakarta. This sample consisted of 104 eldery people who ranged from 60 to 88 years. Data were collected with two instruments, Pittsburgh Sleep Quality Index for measuring sleep quality and the Morse Falls Scale (MFS) for assessing fall risk in eldery. The results showed 99 (95,2%) of eldery had poor sleep quality and 82 (78,8%) experienced both low and high fall risk. It was explored that there was a significant relation between sleep quality and fall risk (p < 0,05) with R value 0,208. Futher research is expected to conduct for the most influential factors of poor sleep quality in eldery. The nurses have a role by promoting health education related to sleep quality ad thus the sleep quality should be increased."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia , 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ade Putra
"Penyakit kardiovaskular, yaitu hipertensi, menempati urutan ke-4 di dunia yang menyebabkan kematian terkait pekerjaan. Kualitas tidur yang baik merupakan syarat dasar untuk menjaga berfungsinya sistem kardiovaskular. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelatif dengan desain studi cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan kualitas tidur dengan tekanan darah pada pekerja shift yaitu masinis. Penelitian ini dilakukan di PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) Rute Jakarta Kota-Bogor dengan melibatkan 75 masinis yang dipilih dengan teknik insidental sampling. Kualitas tidur diukur dengan menggunakan kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), sedangkan tekanan darah diperoleh dari data sekunder yaitu pemeriksaan kesehatan harian sebelum pengemudi memulai pelayanannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden yaitu sebanyak 53 masinis (70,7%) memiliki kualitas tidur yang buruk, sedangkan hanya 22 pengemudi (29,3%) yang memiliki kualitas tidur yang baik. Tekanan darah rata-rata keseluruhan dari para masinis adalah 117,56-76,37 mmHg. Hasil analisis uji chi-square menunjukkan bahwa 22,6% pengemudi dengan kualitas tidur yang buruk mengalami hipertensi. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kualitas tidur dengan tekanan darah (p value = 0,092). Rekomendasi bagi pekerja diperlukan pelayanan kesehatan untuk masalah kualitas tidur.

Cardiovascular disease, namely hypertension, ranks 4th in the world to cause work-related deaths. Good quality sleep is a basic requirement for maintaining the proper functioning of the cardiovascular system. This research is a descriptive correlative study with a cross sectional study design which aims to determine the relationship between sleep quality and blood pressure in shift workers, namely machinists. This research was conducted at PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) Jakarta City-Bogor Route by involving 75 machinists who were selected by incidental sampling technique. Sleep quality was measured using the Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) questionnaire, while blood pressure was obtained from secondary data, namely daily health checks before the driver started his service. The results showed that the majority of respondents, as many as 53 drivers (70.7%) had poor sleep quality, while only 22 drivers (29.3%) had good sleep quality. The overall mean blood pressure of the drivers was 117.56-76.37 mmHg. The results of the chi-square test analysis showed that 22.6% of drivers with poor sleep quality had hypertension. It can be concluded that there is no significant relationship between sleep quality and blood pressure (p value = 0.092). Recommendations for workers needed health services for sleep quality problems."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risak Tiimron Iswara
"COVID-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 dan menjadi masalah kesehatan dunia. Virus COVID-19 berdampak pada kesehatan fisik, mental hingga mempengaruhi kualitas tidur perawat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat kecemasan terhadap kualitas tidur pada perawat yang merawat pasien COVID-19. Desain penelitian ini menggunakan deskriptif retrospektif dengan simple random sampling. Sebanyak 123 responden diikutsertakan dari salah satu rs x daerah Depok. Data diambil pada bulan februari hingga maret 2023. Kuesioner penelitian menggunakan Zung self-rating anxiety scale (ZSAS) dan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Hasil penelitan menunjukkan 78.9% perawat yang merawat pasien COVID-19 memiliki kualitas tidur buruk dan 87% mengalami tingkat kecemasa ringan. Selain itu diperoleh hasil p value 0.017 sehingga terdapat hubungan bermakna antara tingkat kecemasan dengan kualitas tidur perawat yang merawat pasien COVID-19 (p=0,017). Perawat bagian managerial diharapkan lebih memperhatikan kualitas tidur perawat melalui staffing yang baik, Perawat diharapkan dapat menjaga kualitas tidur sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan dengan optimal

COVID-19 is an infectious disease caused by the SARS-CoV-2 virus and has become a global health problem. The COVID-19 virus can have an impact on physical and mental health and also can affect the quality of sleep for nurses. This study aims to find the relationship between anxiety level and sleep quality in nurses who caring for COVID-19 patients. Design used retrospective descriptive with simple random sampling. Total respondent was 123 respondents at one of the hospital in Depok. The questionnaire used the Zung self-rating anxiety scale (ZSAS) and the Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). The results of the study showed that 78.9% of nurses caring for COVID-19 patients had poor sleep quality and 87% experienced mild levels of anxiety. In addition, there was a significant relationship between anxiety levels and sleep quality for nurses caring for COVID-19 patients (p = 0.017). Managerial nurses are expected to pay more attention to the quality of nurse sleep through good staffing. Nurses are expected to be able to maintain sleep quality so that they can provide optimal nursing care"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Berry, Richard B.
Philadelphia, PA : Elsevier Saunders, 2015
616.849 8 BER s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Perubahan dari hamil, melahirkan, post partum adalah proses fisiologis dan selalu
memerlukan adaptasi bagi diri ibu baik fisik dan psikologis. Faktor terpenting dari
adaptasi tersebut adalah adanya perubahan pola tidur sesudah melahirkan terutama
dengan hari rawat ke 1 -2. Tujuan penelitian ini adalah, untuk mengetahui rata-rata
perubahan pola tidur ibu post partum normal dengan hari rawat 1-2, dimana pada hari
tersebut terjadi berbagai perubahan. Hasil penelitian didapat rata-rata dengan nilai
tertinggi 3,1 dari 30 responden mengatakan kebiasaan tidumya berubah setelah
melahirkan dibandingkan sebelum melahirkan. Hal ini jelas adanya perubahan pola
tidur terutama kebiasaan tidur sebelum melahirkan, banyak faktor yang
mernpengaruhi seperti tangisan bayi, rasa nyeri, perubahan fisik, perubahan
psikososial serta adaptasi terhadap lingkungan baru. Penelitian ini menggunakan
desain deskriftif sederhana (mean) dengan jumlah 30 responden dengan karakteristik
ibu post partum normal hari rawat 1-2, Untuk penelitian lebih lanjut dapat
dikembangkan dan dibedakan adakah perbedaan pola tidur antara primipara dan
multipara setelah melahirkan berdasarkan pengalaman individu."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
TA5263
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Rahmawati
"Latar belakang: Gangguan tidur merupakan keluhan yang sering terjadi pada rinitis kronis, dengan penyebab tersering adalah hidung tersumbat. Hidung tersumbat juga merupakan faktor risiko terjadinya sleep disordered breathing (SDB). SDB memiliki spektrum penyakit yang luas, salah satunya adalah obstructive sleep apnea (OSA). Walaupun berbagai literatur telah membuktikan adanya gangguan tidur pada pasien rinitis alergi, penelitian mengenai gangguan tidur pada pasien rinitis nonalergi masih terbatas. Tujuan penelitian: Membandingkan derajat gangguan tidur antara kelompok rinitis alergi dan rinitis nonalergi di RSUPN Cipto Mangunkusumo. Metode: Penelitian ini menggunakan desain potong lintang pada 11 subjek rinitis alergi dan 11 subjek rinitis nonalergi yang berusia 18-60 tahun di Poliklinik THT RSUPN Ciptomangunkusumo. Derajat obstruksi nasal dinilai menggunakan kuesioner NOSE. Derajat gangguan tidur dinilai secara subjektif dengan kuesioner ESS, PSQI, dan ISI serta secara objektif dengan polisomnografi. Hasil: Tidak didapatkan perbedaan pada hasil skor NOSE, ESS, RSI, PSQI, ISI, maupun parameter polisomnografi antara kelompok rinitis alergi dengan kelompok rinitis nonalergi (p > 0,05). Didapatkan hubungan bermakna antara RDI NREM, RERA, saturasi minimum oksigen dan saturasi baseline oksigen dengan klasifikasi OSA pada kelompok rinitis kronis (p< 0,05). Kesimpulan: Tidak didapatkan perbedaan derajat gangguan tidur antara rinitis alergi dan rinitis nonalergi.

Background: Sleep disturbance is common in chronic rhinitis, primarily caused by nasal congestion. Nasal congestion is also a risk factor for sleep disordered breathing (SDB). SDB refers to a spectrum of breathing abnormalities, one of which includes obstructive sleep apnea (OSA). Although many studies have linked sleep disturbance with allergic rhinitis, data regarding its association with nonallergic rhinitis seem to be limited. Aim : To compare the severity of sleep disturbance between allergic and nonallergic rhinitis. Methods: This cross-sectional study consisted of 11 subjects with allergic rhinitis and 11 subjects with nonallergic rhinitis at ORL-HNS outpatient clinic, Cipto Mangunkusumo Hospital. NOSE questionnaire was used to assess the degree of nasal obstruction. The severity of sleep disturbance was subjectively assessed using ESS, PSQI, and ISI questionnaires and objectively assessed using polysomnography. Results: No significant differences in NOSE, ESS, RSI, PSQI, and ISI scores were found between both groups (p > 0,05). There was a significant relationship between RDI NREM, RERA, minimum oxygen saturation and baseline oxygen saturation with OSA classification in the chronic rhinitis group (p <0.05). Conclusion: The type of rhinitis (allergic or nonallergic) did not influence the severity of sleep disturbance."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Chichester, NY: John Wiley & Sons, 1991
612.022 SLE
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Egy Septiyadi
Jakarta: Restu Agung, 2005
616.849 82 EGY t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>