Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16267 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mahaboobkhan Rasool
"Evaluasi Biokimiawi Bubuk Akar Withania somnifera pada Tikus yang Diinduksi Adjuvant-Arthritis. Penelitian saat ini dilakukan untuk mengevaluasi efek biokimiawi dari Withania somnifera Linn. Solanaceae, yang juga dikenal sebagai ashwagandha, pada tikus yang diinduksi adjuvant-arthritic. Hasil penelitian kemudian dikomparasi terhadap Indomethacin, yang merupakan obat anti peradangan non-steroid. Arthritis diinduksi dengan menggunakan injeksi Complete Freund?s Adjuvant (0,1 mL) secara intra-dermal ke telapak kaki belakang tikus Wistar albino. Akar Withania somnifera bubuk (1000 mg/kg/hari) dan Indomethacin (3 mg/kg/hari) diberikan secara oral selama 8 hari (dari hari ke 11-18) pasca dilakukannya injeksi adjuvant. Setelah masa experimen, seluruh hewan percobaan dikorbankan, kemudian sampel limpa, hati, dan serum dikumpulkan untuk analisis biokimiawi lebih jauh. Pada tikus-tikus yang diinduksi adjuvant-arthritic, terdapat peningkatan signifikan dalam aktifitas enzim glukoneogenesis, enzim petanda jaringan, level glukosa darah, jumlah sel darah putih (WBC), jumlah keping darah, tingkat sedimentasi eritrosit, dan protein fase akut (asam hyaluronic, fibrinogen dan ceruloplasmin). Sementara itu, terjadi penurunan aktifitas enzim glikolisis, berat tubuh, level hemoglobin, jumlah sel darah merah (RBC), dan volume sel yang dimampatkan (PCV). Kondisi perubahan biokimiawi yang terjadi pada hewan penderita arthritis ini membaik secara signifikan setelah pemberian bubuk akar Withania somnifera (1000 mg/kg/b.wt) dan Indomethacin (3 mg/kg/b.wt). Hasil penelitian mengindikasikan bahwa bubuk akar Withania somnifera dapat menyembuhkan perubahan biokimiawi pada adjuvant-arthritis yang disebutkan di atas. Hasil ini dapat bermanfaat dalam perawatan kondisi rheumatoid-arthritis.

The present investigation was carried out to evaluate the biochemical effect of Withania somnifera Linn. Solanaceae, commonly known as ashwagandha on adjuvant induced arthritic rats. Results were compared to Indomethacin, a non steroidal anti-inflammatory drug. Arthritis was induced by an intra dermal injection of Complete Freund?s Adjuvant (0.1 mL) into the right hind paw of Wistar albino rats. Withania somnifera root powder (1000 mg/kg/day) and Indomethacin (3 mg/kg/day) were orally administered for 8 days (from 11th to 18th day) after adjuvant injection. After the experimental period, all the animals were sacrificed and serum, liver and spleen samples were collected for further biochemical analysis. A significant increase in the activities of gluconeogenic enzymes, tissue marker enzymes, blood glucose level, WBC, platelet count, erythrocyte sedimentation rate, and acute phase proteins (hyaluronic acid, fibrinogen and ceruloplasmin) was observed in adjuvant-induced arthritic rats, whereas the activities of glycolytic enzymes, body weight, levels of hemoglobin, RBC count, and packed cell volume were found to be decreased. These biochemical alterations observed in arthritic animals were ameliorated significantly after the administration of Withania somnifera root powder (1000 mg/kg/b.wt) and Indomethacin (3 mg/kg/b.wt). Our results suggest that Withania somnifera root powder is capable of rectifying the above biochemical changes in adjuvant arthritis and it may prove to be useful in treating rheumatoid arthritis."
University of Madras. Department of Medical Biochemistry, 2015
J-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"The present investigation was carried out to evaluate the biochemical effect of Withania somnifera Linn. Solanaceae,
commonly known as ashwagandha on adjuvant induced arthritic rats. Results were compared to Indomethacin, a non
steroidal anti-inflammatory drug. Arthritis was induced by an intra dermal injection of Complete Freund’s Adjuvant
(0.1 mL) into the right hind paw of Wistar albino rats. Withania somnifera root powder (1000 mg/kg/day) and
Indomethacin (3 mg/kg/day) were orally administered for 8 days (from 11th to 18th day) after adjuvant injection. After
the experimental period, all the animals were sacrificed and serum, liver and spleen samples were collected for further
biochemical analysis. A significant increase in the activities of gluconeogenic enzymes, tissue marker enzymes, blood
glucose level, WBC, platelet count, erythrocyte sedimentation rate, and acute phase proteins (hyaluronic acid,
fibrinogen and ceruloplasmin) was observed in adjuvant-induced arthritic rats, whereas the activities of glycolytic
enzymes, body weight, levels of hemoglobin, RBC count, and packed cell volume were found to be decreased. These
biochemical alterations observed in arthritic animals were ameliorated significantly after the administration of Withania
somnifera root powder (1000 mg/kg/b.wt) and Indomethacin (3 mg/kg/b.wt). Our results suggest that Withania
somnifera root powder is capable of rectifying the above biochemical changes in adjuvant arthritis and it may prove to
be useful in treating rheumatoid arthritis.
Evaluasi Biokimiawi Bubuk Akar Withania somnifera pada Tikus yang Diinduksi Adjuvant-Arthritis. Penelitian
saat ini dilakukan untuk mengevaluasi efek biokimiawi dari Withania somnifera Linn. Solanaceae, yang juga dikenal
sebagai ashwagandha, pada tikus yang diinduksi adjuvant-arthritic. Hasil penelitian kemudian dikomparasi terhadap
Indomethacin, yang merupakan obat anti peradangan non-steroid. Arthritis diinduksi dengan menggunakan injeksi
Complete Freund’s Adjuvant (0,1 mL) secara intra-dermal ke telapak kaki belakang tikus Wistar albino. Akar Withania
somnifera bubuk (1000 mg/kg/hari) dan Indomethacin (3 mg/kg/hari) diberikan secara oral selama 8 hari (dari hari ke
11-18) pasca dilakukannya injeksi adjuvant. Setelah masa experimen, seluruh hewan percobaan dikorbankan, kemudian
sampel limpa, hati, dan serum dikumpulkan untuk analisis biokimiawi lebih jauh. Pada tikus-tikus yang diinduksi
adjuvant-arthritic, terdapat peningkatan signifikan dalam aktifitas enzim glukoneogenesis, enzim petanda jaringan,
level glukosa darah, jumlah sel darah putih (WBC), jumlah keping darah, tingkat sedimentasi eritrosit, dan protein fase
akut (asam hyaluronic, fibrinogen dan ceruloplasmin). Sementara itu, terjadi penurunan aktifitas enzim glikolisis, berat
tubuh, level hemoglobin, jumlah sel darah merah (RBC), dan volume sel yang dimampatkan (PCV). Kondisi perubahan
biokimiawi yang terjadi pada hewan penderita arthritis ini membaik secara signifikan setelah pemberian bubuk akar
Withania somnifera (1000 mg/kg/b.wt) dan Indomethacin (3 mg/kg/b.wt). Hasil penelitian mengindikasikan bahwa
bubuk akar Withania somnifera dapat menyembuhkan perubahan biokimiawi pada adjuvant-arthritis yang disebutkan
di atas. Hasil ini dapat bermanfaat dalam perawatan kondisi rheumatoid-arthritis."
VIT University. School of Bio Sciences and Technology ; University of Madras. Department of Medical Biochemistry, 2015
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Lailatul Muniroh
"Pengaruh Ekstrak Daun Jintan (Plectranthus amboinicus) terhadap Kadar BUN dan Kreatinin serta Respon Seluler Faktor Proinflamasi TNF-α dan IL-1β Pasien Gout Artritis. Pengobatan gout artritis (GA) saat ini dikembangkan berbasis anti sitokin yaitu blokade kemokin, penghambatan pelepasan IL-1β dan TNF-α. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan pengobatan berbasis anti sitokin dengan menggunakan ekstrak daun jintan yang diaplikasikan pada penderita GA. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental semu dengan desain penelitian randomized pretest-posttest control group design. Pengambilan sampel pasien GA di Instalasi Rawat Jalan Poli Penyakit Dalam RSU Haji Surabaya yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Jumlah sampel sebanyak 30 responden terbagi menjadi kelompok perlakuan dan kelompok kontrol masing-masing 15 responden. Pada kelompok perlakuan diminta untuk minum obat dari Rumah Sakit ditambah dengan kapsul ekstrak daun jintan selama 7 hari, dengan dilakukan pengamatan keradangan sendi. Pada kelompok kontrol minum obat dari Rumah Sakit dan dilakukan pengamatan keradangan sendi. Sampel darah diambil sebelum dan sesudah perlakuan untuk mengukur kadar BUN, kreatinin, konsentrasi TNF-α dan IL-1β. Terdapat penurunan kadar BUN dan kreatinin pada kelompok kontrol namun tidak signifikan yaitu menurun sebesar 3% dan 8%. Sementara pada kelompok perlakuan terdapat peningkatan kadar BUN dan Kreatinin namun juga tidak signifikan sebesar 3% dan 7%. Terdapat penurunan konsentrasi TNF-α pada kelompok kontrol sebesar 9% dan kelompok perlakuan sebesar 22%, keduanya tidak signifikan. Sementara konsentrasi IL-1β terjadi peningkatan pada kelompok kontrol sebesar 18%, sementara pada kelompok perlakuan terjadi penurunan sebesar 3%, keduanya tidak signifikan.

The purpose of this research was to develop anti-cytokine-based treatment using extract of Plectranthus amboinicus applied to gout arthritis (GA) patients. The research was quasi experimental, with a pretest-posttest randomized control group design. The samples were GA patients in the Outpatient Installation of Internal Medicine in General Hospital Haji, Surabaya. The sample was comprised of 30 respondents. The respondents were divided into a treatment group and a control group. The treatment group was asked to take medicine from the hospital, coupled with P. amboinicus extract capsules, for 7 days, during which time patients? joint inflammation was observed. The control group was provided with only medication from the hospital, and their joint inflammation was likewise observed. Blood samples were taken before and after treatment, to measure the levels of blood urea nitrogen (BUN) and creatinine, as well as the concentrations of TNF-α and IL-1β. There was a decrease in BUN and creatinine levels in the control group, but it was not significant, decreasing by 3% and 8%, respectively. The treatment group also showed elevated levels of BUN and creatinine, which also was not significant at 3% and 7%, respectively. There was a decrease in the concentration of TNF-α in the control group by 9% and 22%. The concentration of IL-1β in the control group increased by 18%, whereas,in the treatment group, it decreased by 3%; however, the decreases in both groups were not significant."
Universitas Airlangga. Faculty of Public Health, 2014
J-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Erna Harfiani
"Artritis rematoid AR adalah penyakit inflamasi sistemik kronik dan progresif, yang menyerang sendi secara simetris. Daun babandotan yang banyak terdapat di Indonesia dan di berbagai negara diharapkan dapat dijadikan alternatif penanganan AR karena obat anti-artritis rematoid yang digunakan saat ini mempunyai efek samping toksisitas yang cukup besar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek anti-rematoid artritis dari ekstrak etanol daun babandotan berupa pengamatan pada volume edema kaki yang diinduksi Complete freund rsquo;s adjuvant CFA , gambaran histopatologi membran sinovial pada sendi pergelangan kaki berupa skor sinovitis dan jumlah osteoklas pada tulang calcaneus kaki tikus. Setelah tikus diinduksi dan ditunggu 28 hari, diberikan perlakuan dengan ekstrak daun babandotan 40, 80, 160 mg/200 g bb , larutan normal salin kontrol normal dan negatif dan metotreksat kontrol positif pada hari ke-29 dan dilakukan pengamatan pada hari 29, 36, 43 dan 50. Pada hari ke- 50, dibuat sediaan histoPA untuk mengamati skor sinovitis dan jumlah osteoklas. Hasil penelitian menunjukkan pemberian ekstrak daun babandotan dapat menurunkan volume edema kaki, skor sinovitis, dan jumlah osteoklas pada tulang calcaneus secara signifikan P.

Rheumatoid arthritis RA is a systemic chronic and progressive inflammatory disease, which attacks the joints symmetrically. Babandotan leaves are widely available in Indonesia and in various countries are expected to be used as an alternative in the treatment of RA because anti rheumatoid arthritis drugs are used today have major toxic side effects. This study aims to determine the effect of anti rheumatoid arthritis of the ethanol extract of the babandotan leaves by observations on paw edema volume induced by Complete freund 39 s adjuvant CFA, inflammation of the synovial membrane at the ankle joint as synovitis score and the number of osteoclasts in calcaneus bone. RA animal models created by inducing the CFA on the left hindpaw of rats. Volume paw edema observed at the day of induction and wait until the 28th day. Given treatment babandotan leaves extract 40, 80, 160 mg 200 g bb, normal saline normal and negative control and methotrexate control positive on day 29 and was observed on day 29, 36, 43 and 50. On day 50, preparations histopathology made at the ankle joint to observe synovitis score and the number of osteoclasts. The results showed that treatment babandotan leaves extract can reduce significantly P "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
T46878
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Rosiyati
"Obesitas telah ditetapkan sebagai epidemi global dan menyebabkan risiko kematian menjadi tiga kali lipat. Dampak yang ditimbulkan tidak hanya secara medis, tetapi juga psikologis serta menghilangnya produktivitas dan biaya ekonomi tambahan. Prevalensi obesitas di seluruh dunia terus bertambah hampir tiga kali lipat. Hal serupa terjadi di Indonesia, berdasarkan data Riskesdas prevalensi obesitas telah mencapai 21,8% pada tahun 2018. Prevalensi ini cenderung mulai meningkat setelah usia 36 tahun ke atas dan kemudian menurun setelah usia 60 tahun ke atas. Tingginya obesitas mengindikasikan terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan obesitas tersebut.
Tujuan utama dari penellitian ini adalah untuk mengetahui faktor dominan kejadian obesitas pada penduduk Indonesia usia 36-65 tahun. Penelitian ini adalah studi kuantitatif dengan desain bersifat cross sectional menggunakan data sekunder IFLS 2014. Faktor-faktor yang dianalisis hubungannya terhadap kejadian obesitas adalah usia, jenis kelamin, suku, status kawin, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, kebiasaan makan sumber karbohidrat, kebiasaan makan sumber protein, kebiasaan makan sumber lemak, kebiasaan makan sayuran, kebiasaan makan buah, aktifitas fisik berat, aktifitas fisik sedang, aktifitas fisik jalan kaki, kebiasaan merokok, wilayah tempat tinggal, tinggi badan (stunting).
Berdasarkan hasil analisis multivariat dengan regresi logistik ganda menunjukkan determinan kejadian obesitas adalah usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, kebiasaan makan sumber protein, kebiasaan makan buah, kebiasaan merokok dan wilayah tempat tinggal. Faktor dominan kejadian obesitas adalah jenis kelamin, yaitu perempuan memiliki risiko menjadi obese 2,1 kali lebih tinggi dibandingkan laki-laki.

Obesity has been defined as a global epidemic and triples the risk of death. The impact is not only medically, but also psychologically as well as the disappearance of productivity and economic costs. The prevalence of obesity throughout the world continues to increase almost threefold. Something similar happened in Indonesia, based on Riskesdas data, the prevalence of obesity had reached 21.8% (2018). This prevalence tends to increase after the age of 36 years and above and then decreases after the age of 60 years and over. The high obesity indicates there are factors that affect the increase of obesity.
The main objective of this research is to find out the dominant factors in the incidence of obesity in the Indonesian population aged 36-65 years. This research is a quantitative study with a cross-sectional design using secondary data of 2014 IFLS. Factors analyzed in relation to the incidence of obesity are age, gender, ethnicity, marital status, education, employment, income, eating habits of carbohydrates, eating habits protein, eating habits, sources of fat, eating habits, eating habits, heavy physical activity, moderate physical activity, walking physical activity, smoking habits, area of ​​residence, height (stunting).
Based on the results of multivariate analysis with multiple logistic regression showed determinant factors of obesity are age, sex, education, occupation, income, eating habits of protein, eating habits of fruit, smoking habits and area of ​​residence. The dominant factor in the incidence of obesity is gender, women have a risk of becoming obese 2,1 times higher than men.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T53250
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kenti Friskarini
"Daiam pencapaian status gizi yang dapat mcningkatkan kualitas SDM sering ditemui berbagai masalah. Masalah gizi di Indonesia dan di negara beikembang pada umumnya masih didominasi oleh masalah Kurang Bnergi Protein (KEP), Anemia besi, Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), Kurang Vitamin A, dan rnasalah obesitas terutama di kota-kota besar Dalam masyarakat, terdapat kelompok rentan gizi. Remaja merupakan salah satu bagian dalam kelompok ini Masa dewasa muda juga mcrupakan masa yang penting. Kebiasaan dalam pemenuhan gizi pada kedua masa ini merupakan investasi yang panting untuk masa depan karena merupakan usia yang produktif.
Melihat kenyataan di atas, maka penulis ingin melihat gambaran tentang status gizi dengan menggunakan IMT pada remaja (15 - 18 tahun)dan dcwasa muda (19 - 24 tahun) di Indonesia serta faktor-faktor apa saja yang berhubungan, dengan rnenggunakan data Survei Kesehatan Rumah Tangga di Indonesia tahun 2004 serta data Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2004.
Tujuan umum penelitian ini adalah diperolehnya informasi tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan [MT pada remaja dan dewasa muda di Indonesia tahun 2004. Sedangkan tujuan khususnya adalah diperolehnya gambaran mengenai IMT pada remaja dan dewasa muda, diperolehnya faktor-faktor yang berhubungan dengan [MT pada remaja dan dewasa muda, serta diperolehnya model untuk memprediksi faktor-faktor yang berperan terhadap kejadian IMT pada remaj a dan dewasa muda di Indonesia pada tahun 2004.
Rancangan penelitian adalah potong lintang dengan populasi adalah rcmaja berusia 15 - 18 tahun dan dewasa muda usia 19 - 24 tahun di Indonesia pada tahun 2004. Menggunakan data Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2004 sorta data Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2004. Sampel diambil dengan menggunakan rumus uji hipotesis dua proporsi. Analisis data dengan analisis regresi logistik multinomial. Hasil dari penelilian ini adalah proporsi responden yang memiliki gizi baik (75,4%) jauh lebih banyak dibandingkan dengan responden yang memiliki gizi lebih (6,0%) dan gizi kurang (18,6%). Berdasarkan seluruh proses analisis multivariabcl didapatkan basil bahwa ada 3 vanabel yang sccara signifikan berhubungan, yaitu jumlah anggota rumah tangga, daerah tempat tinggal dan aktifitas fisik. Faktor yang dominan berhubungan dengan IMT remaja dan dewasa muda dalam penelitian dcngan OR terbesar adalah aktititas fisik.
Berdasarkan penelitian ini maka perlu dilakukan pemantauan IMT secara berkala di masyarakat dengan tujuan untuk mengetahui besaran masalah gizi yang texjadi schingga dapat dilakukan pencegahan secara tepat. Selain itu lebih memasyarakatkan Pedoman Umum Gizi Seimbang kepada remaja dan dewasa muda schingga meningkatkan pengetahuan rentang gizi yang baik.

Attainment of nutrition status that could increase SDM quality otten met various problems. Nutrition problems in Indonesia and developing country generally dominated by Protein Energy Deficiency, iron anemia, disturbance caused by Iodine Deficiency (GAKY), vitamin A deficiency and obesity especially in big cities. In public, acquire malnutrition groups. Teenagers are one ofthe parts in these groups. Young adult was also an important period. Nutrition fulfillment habit in these both periods was an important infestation for future because represent productive ages.
Seeing above facts, writer desire to see nutrition status description by using teenagers BMI (15 - 18 years old) and young adults (19 - 24 years old) in Indonesia and related factors, by using Household Health Survey data in Indonesia at 2004 also National Social Economy Survey data at 2004.
These research general purposes were information toward factors related to BMI on teenagers and young adults in Indonesia at- 2004. While particular purposes were obtaining description toward BMI on teenagers and young-adults, obtaining factors related to BMI on teenagers and young adults, also obtaining model to predict distribution factors toward BMI cases on teenagers and young adults in Indonesia at
Research design is cross sectional with population of teenager ages of 15 - 18 years old and young adult ages of 19 - 24 years old in Indonesia at 2004. It was uses Household Health Survey at 2004 and National Social Economy Stuvey data at 2004. Sample collected by using formula of double proportion hypothesis test. Data analysis was using multinornial logistic regression analysis.
This research result is respondent proportion that has good nutrition (75.4%) higher than respondent with exceeded nutrition (6.0%) and malnutrition (18.6%). Based on entire multivariable analysis process obtained 3 significantly related variables, which are total of household member, residence and physical activity. Dominant factor that related with teenagers BMI and young adults in research, which with highest OR, is physical activity. Based on this research require BMI monitoring as continually in public to identify occurred nutrition problems coverage so that able to perform exact prevention. Besides, it was socializing General Guidance of Balanced Nutrition to teenagers and young adults so that increasing knowledge toward good nutrition.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T34483
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marlina Qurratul Aini
"Klopidogrel, agen antiplatelet pasca Intervensi Koroner Perkutan (IKP), merupakan obat yang profil farmakokinetik dan farmakodinamiknya dipengaruhi oleh Indeks Massa Tubuh (IMT). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh IMT terhadap respon klopidogrel pada pasien Sidrom Koroner Akut (SKA) setelah IKP. Penelitian ini menggunakan desain studi potong lintang terhadap 143 rekam medis pasien SKA dengan IKP di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta pada tahun 2018. Subyek dikelompokkan berdasarkan IMT, yakni kategori berat badan berlebih dan kategori berat badan tidak berlebih. Respon klopidogrel dinilai menggunakan luaran Major Adverse Cardiac Event (MACE) dalam tiga puluh hari pertama. Hasil dari penelitian adalah (a). Secara signifikan subyek dengan berat badan berlebih memiliki risiko terjadi MACE lebih tinggi dibanding subyek dengan berat badan tidak berlebih (PR = 6,792, CI 1(1,498 – 30,805). (b). Tidak ada variabel perancu yang berhubungan dengan MACE kecuali jenis klopidogrel. Subyek dengan klopidogrel generik bersifat proteksi terhadap MACE dibanding subyek dengan klopidogrel paten (Plavix) (PR 0,098, CI 0,013 -0,753). Kesimpulan dari penelitian ini adalah IMT berpengaruh secara signifikan terhadap MACE.

Clopidogrel, antiplatelet agent after Percutaneous Coronary Interventions (CPI), is  drug with high individual pharmacokinetic and pharmacodynamic variability interfered by Body Mass Index (BMI). The aim of this study is to assess  impact of BMI on clopidogrel responses after PCI. This comparative cross-sectional study was conducted in RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta using 143 Acute Coronary Syndrome (ACS) patient health record years of 2018. Patients were randomly assigned into two groups based on BMI, overweight and normal weight groups. Results of this study are: (a). Overweight patient have higher MACE risk than normalweight patient (PR = 6,792, CI 1(1,498 – 30,805). (b) . No confounding variables are associated with MACE, except type of clopidogrel. Generic clopidogrel have protective effect of MACE ((PR 0,098, CI 0,013 -0,753)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
T53367
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Ayatul Azlina
"Peningkatan kasus kanker serviks di dunia memerlukan upaya yang harus diperhitungkan oleh seluruh pemerintah. Skrining bertujuan untuk mendeteksi secara dini adanya kemungkinan  perempuan menderita kanker seviks. Rendahnya kesadaran perempuan dan keluarga untuk melakukan skrining disebabkan oleh rendahnya pengetahuan, sikap, dan self-efficacy mereka. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi efektifitas penkes FEMALE terhadap pengetahuan, sikap, dan self-efficacy perempuan di Wilayah Kota Banjarbaru. Metode penelitian menggunakan quasi eksperimental pre post design with a control group. Teknik sampling menggunakan convenience sampling.  Jumlah sampel sebanyak 428 responden dengan 215 kelompok intervensi dan 213 kelompok kontrol.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah intervensi pada pengetahuan, sikap, dan self-efficacy perempuan (p= 0,000, p=0,003, dan p=0,002) di kelompok intervensi. Penelitian ini merekomendasikan agar perawat dapat menggunakan penkes FEMALE untuk melakukan pendidikan kesehatan di masyarakat dalam meningkatkan cakupan skrining kanker serviks.

The increasing incidence of cervical cancer in the world needs to be taken into account by all governments. Screening test can provide earlier indication of the possibility of women having cervical cancer. The low awareness of cervical screening among women and their families is do to lack of their knowledge, attitudes, and self-efficacy. This research was conducted to identify the effectiveness of FEMALE health education on the knowledge, attitudes, and self-efficacy of women in the Banjarbaru Selatan District, Banjarbaru. The quasi-experimental pre-post test with control group design was used. The sampling technique uses convenience sampling. Data was collected from 428 housewives, with 213 in the control and 215 in the intervention groups respectively.
The results showed that there was a significant differences before and after intervention in knowledge, attitudes, and self-efficacy in women (p=0,000, p=0,003, and p=0,002 respectively) in the intervention group which is also different from respondent’s knowledge, attitudes, and  self-efficacy in the control group. This study recommends that nurses could use this FEMALE health education to educate women in the community in order to improve the coverage of cervical cancer screening.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
T53568
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Selly Kresna Dewi
"ABSTRAK
Salah satu masalah kesehatan yang disebabkan oleh penyintas kanker ginekologi adalah akibat kekambuhan. Takut kambuh kanker merupakan salah satu masalah psikologis yang paling penting di antara penyintas kanker. Tujuan penelitian ini adalah penyelidikan komprehensif tentang ketakutan kambuh para perempuan penyintas kanker ginekologi. Penelitian ini menggunakan studi deskriptif kualitatif dengan analisis tematik yang menghasilkan tema-tema. Penelitian ini mengungkap berbagai pengalaman 10 partisipan yang mengalami kesulitan kambuh. Hasil temuan pada penelitian ini mengungkap berbagai macam pertanyaan mengenai kesulitan kambuh termasuk faktor pemicunya dan cara mengatasi kesulitan kambuh serta harapan tentang masa depan mereka setelah menyelesaikan terapi kanker.

ABSTRACT
Salah satu masalah kesehatan yang terjadi pada survivor kanker ginekologi adalah kambuh. Ketakutan kambuh adalah salah satu masalah psikologi yang paling penting di antara penderita kanker. Rasa takut kambuh ini akan muncul berbagai ekspresi. Puporse dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi secara mendalam tentang persepsi terhadap rasa takut kambuh pada penderita kanker ginekologi yang selamat. Penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan Analisis Tematik yang menghasilkan tema. Studi ini mengungkap pengalaman sepuluh partisipan yang mengalami rasa takut kambuh. Temuan penelitian ini mengungkapkan berbagai ekspresi dari rasa takut yang kambuh termasuk faktor pemicu dan cara untuk mengatasi ketakutan yang meningkat dan diceritakan oleh peserta termasuk harapan tentang masa depan mereka setelah menyelesaikan terapi kanker."
2019
T53455
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akemat
"Praktik pengikatan orang dengan skizofrenia masih dilakukan di rumah sakit jiwa.. Seringkali pengikatan didasarkan pada alasan subyektif, belum ada instrumen standar untuk menentukan keputusan tindakan pengikatan. ODGJ yang diikat mengeluh bahwa mereka tidak dapat memahami alasan mereka dilakukan diikat. ODGJ menjadi dendam dan tidak kooperatif ketika diikat, bahkan dapat meningkatkan tingkat agitasi. Tujuan penelitian adalah untuk menyusun instrumen prediktor pengikatan orang dengan skizofrenia (ODS) di rumah sakit jiwa. Metoda yang digunakan dalam penelitian adalah gabungan metode kualitatif dan kuantitatif.
Hasil yang diperoleh adalah tersusunnya instrumen prediktor pengikatan Akemat (IP2 Akemat) pada ODS di rumah sakit jiwa yang terdiri dari 4 instrumen meliputi Instrumen Perilaku ODS, Instrumen Kebijakan dan SOP, Instrumen Sarana dan Prasarana Pengikatan, dan Instrumen Keberadaan Petugas yang valid, reliabel, sensitif, dan spesifik dalam menentukan tindakan pengikatan ODS di rumah sakit jiwa. Studi memperoleh skor sebagai titik cutoff untuk menentukan tindakan pengikatan atau tidak melakukan tindakan pengikatan. Diskusi: Instrumen IP2 Akemat direkomendasikan untuk digunakan dalam menetapkan apakah ODS perlu diikat.

The practice of restraint people with schizophrenia is still carried out in mental hospitals. Often restraining is based on subjective reasons, there is no standard instrument to determine the decision of restraint. People with shyzophrenic (PWS) who were tied complained that they could not understand the reason they had been bound. PWS becomes vengeful and uncooperative when tied up, it can even increase the level of agitation. The aim of the study was to compile predictive instruments for restraint people with schizophrenia (ODS) in mental hospitals. The method used in the study is a combination of qualitative and quantitative methods.
The results obtained were the arrangement of Akemat restraint predictors (Akemat IP2) for PWS in mental hospitals consisting of 4 instruments that valid, reliable, sensitive , and specific including PWS Behavior Instruments, Policy and SOPs Instruments, Infrastructure for Restraint Instruments, and Health Provider Existence Instruments in determining restraint for PWS in mental hospitals. The study obtained a score as a cutoff point to determine the restraint or unrestraint. Discussion: The Akemat IP2 instrument is recommended for use in determining whether PWS needs to be restrained."
Depok: Universitas Indonesia, 2019
D2630
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>