Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 24315 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dhivyalosini Maykanathan
"Sosiodemografi, Perilaku Kesehatan Gigi dan Mulut, dan Aktivitas Fisik: Berbagai Faktor Penyebab Karies.
Karies gigi adalah salah satu penyakit umum disebabkan oleh banyak faktor. Banyak orang dewasa menderita karies gigi. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan prediktor karies gigi pada orang dewasa. Tiga ratus tiga puluh empat orang dewasa ikut berpartisipasi dalam penelitian ini. Informasi yang dikumpulkan adalah latar belakang sosio- demografis, perilaku kesehatan gigi dan mulut, tingkat aktivitas fisik, indeks massa tubuh, persentase lemak tubuh, tingkat lemak visceral, dan indeks gigi yang hilang, ditambal, dan diekstraksi (DMFX). Semua protokol standar diamati dan DMFX diperiksa mengikuti kriteria Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Prevalensi karies gigi adalah 87,4%, termasuk 61,3% responden perempuan dengan pengalaman karies. Sebagian besar peserta penelitian kelebihan berat badan. Hanya konsumsi makanan tinggi gula (p=0,03) yang dapat dikaitkan dengan karies gigi dan perilaku kesehatan mulut dan gigi. Analisis regresi (p<0,001) menunjukkan bahwa usia yang lebih tua (p<0,001), kunjungan rutin ke klinik gigi per tahun (p=0,012), tingkat pendidikan yang lebih rendah (p=0,025), dan aktivitas fisik yang lebih rendah (p=0,008) merupakan faktor signifikan yang menyebabkan karies gigi pada populasi penelitian ini. Orang dewasa berusia lanjut, rendahnya frekuensi kunjungan ke dokter gigi, kurangnya pendidikan mengenai kesehatan mulut dan gigi, dan aktivitas fisik yang lebih rendah merupakan faktor yang memungkinkan kehadiran karies gigi.

Dental caries is one of the common diseases which are attributed by many factors. Many from the adult population are afflicted with dental caries. This study aimed to determine the predictors of developing dental caries among adults. Three hundred and thirty four adults participated in this study. Information gathered were their socio-demographic backgrounds, oral health behaviour, physical activity level, body mass index, body fat percentages, visceral fat level, and dental missing filled extracted teeth (DMFX) index. All standard protocols were observed and DMFX was examined using the World Health Organization (WHO) criteria. Prevalence of dental caries was 87.4%, inclusive of 61.3% of female respondents with caries experience. Most of the study participants were overweight. Only consumption of high sugar food (p=0.03) were found between dental caries and oral health behaviours. Regression analysis (p<0.001) showed that older age (p<0.001), regular visits to dental clinic per year (p=0.012), lower education level (p=0.025), and lower physical activity (p=0.008) were significant factors in developing dental caries among in this study population. Older aged adults, frequent appointment with the dentist, lower education in oral health and lower physical activity were possible factors for dental caries presence."
UCSI University. Faculty of Applied Sciences, 2015
J-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dhivyalosini Maykanathan
"Dental caries is one of the common diseases which are attributed by many factors. Many from the adult population are
afflicted with dental caries. This study aimed to determine the predictors of developing dental caries among adults.
Three hundred and thirty four adults participated in this study. Information gathered were their socio-demographic
backgrounds, oral health behaviour, physical activity level, body mass index, body fat percentages, visceral fat level,
and dental missing filled extracted teeth (DMFX) index. All standard protocols were observed and DMFX was
examined using the World Health Organization (WHO) criteria. Prevalence of dental caries was 87.4%, inclusive of
61.3% of female respondents with caries experience. Most of the study participants were overweight. Only consumption
of high sugar food (p=0.03) were found between dental caries and oral health behaviours. Regression analysis
(p<0.001) showed that older age (p<0.001), regular visits to dental clinic per year (p=0.012), lower education level
(p=0.025), and lower physical activity (p=0.008) were significant factors in developing dental caries among in this
study population. Older aged adults, frequent appointment with the dentist, lower education in oral health and lower
physical activity were possible factors for dental caries presence.
Sosiodemografi, Perilaku Kesehatan Gigi dan Mulut, dan Aktivitas Fisik: Berbagai Faktor Penyebab Karies.
Karies gigi adalah salah satu penyakit umum disebabkan oleh banyak faktor. Banyak orang dewasa menderita karies
gigi. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan prediktor karies gigi pada orang dewasa. Tiga ratus tiga puluh empat
orang dewasa ikut berpartisipasi dalam penelitian ini. Informasi yang dikumpulkan adalah latar belakang sosiodemografis,
perilaku kesehatan gigi dan mulut, tingkat aktivitas fisik, indeks massa tubuh, persentase lemak tubuh,
tingkat lemak visceral, dan indeks gigi yang hilang, ditambal, dan diekstraksi (DMFX). Semua protokol standar diamati
dan DMFX diperiksa mengikuti kriteria Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Prevalensi karies gigi adalah 87,4%,
termasuk 61,3% responden perempuan dengan pengalaman karies. Sebagian besar peserta penelitian kelebihan berat
badan. Hanya konsumsi makanan tinggi gula (p=0,03) yang dapat dikaitkan dengan karies gigi dan perilaku kesehatan
mulut dan gigi. Analisis regresi (p<0,001) menunjukkan bahwa usia yang lebih tua (p<0,001), kunjungan rutin ke klinik
gigi per tahun (p=0,012), tingkat pendidikan yang lebih rendah (p=0,025), dan aktivitas fisik yang lebih rendah
(p=0,008) merupakan faktor signifikan yang menyebabkan karies gigi pada populasi penelitian ini. Orang dewasa
berusia lanjut, rendahnya frekuensi kunjungan ke dokter gigi, kurangnya pendidikan mengenai kesehatan mulut dan
gigi, dan aktivitas fisik yang lebih rendah merupakan faktor yang memungkinkan kehadiran karies gigi."
UCSI University. Faculty of Applied Sciences, 2015
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Sosiodemografi, Perilaku Kesehatan Gigi dan Mulut, dan Aktivitas Fisik: Berbagai Faktor Penyebab Karies.
Karies gigi adalah salah satu penyakit umum disebabkan oleh banyak faktor. Banyak orang dewasa menderita karies gigi. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan prediktor karies gigi pada orang dewasa. Tiga ratus tiga puluh empat orang dewasa ikut berpartisipasi dalam penelitian ini. Informasi yang dikumpulkan adalah latar belakang sosio- demografis, perilaku kesehatan gigi dan mulut, tingkat aktivitas fisik, indeks massa tubuh, persentase lemak tubuh, tingkat lemak visceral, dan indeks gigi yang hilang, ditambal, dan diekstraksi (DMFX). Semua protokol standar diamati dan DMFX diperiksa mengikuti kriteria Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Prevalensi karies gigi adalah 87,4%, termasuk 61,3% responden perempuan dengan pengalaman karies. Sebagian besar peserta penelitian kelebihan berat badan. Hanya konsumsi makanan tinggi gula (p=0,03) yang dapat dikaitkan dengan karies gigi dan perilaku kesehatan mulut dan gigi. Analisis regresi (p<0,001) menunjukkan bahwa usia yang lebih tua (p<0,001), kunjungan rutin ke klinik gigi per tahun (p=0,012), tingkat pendidikan yang lebih rendah (p=0,025), dan aktivitas fisik yang lebih rendah (p=0,008) merupakan faktor signifikan yang menyebabkan karies gigi pada populasi penelitian ini. Orang dewasa berusia lanjut, rendahnya frekuensi kunjungan ke dokter gigi, kurangnya pendidikan mengenai kesehatan mulut dan gigi, dan aktivitas fisik yang lebih rendah merupakan faktor yang memungkinkan kehadiran karies gigi.

Dental caries is one of the common diseases which are attributed by many factors. Many from the adult population are afflicted with dental caries. This study aimed to determine the predictors of developing dental caries among adults. Three hundred and thirty four adults participated in this study. Information gathered were their socio-demographic backgrounds, oral health behaviour, physical activity level, body mass index, body fat percentages, visceral fat level, and dental missing filled extracted teeth (DMFX) index. All standard protocols were observed and DMFX was examined using the World Health Organization (WHO) criteria. Prevalence of dental caries was 87.4%, inclusive of 61.3% of female respondents with caries experience. Most of the study participants were overweight. Only consumption of high sugar food (p=0.03) were found between dental caries and oral health behaviours. Regression analysis (p<0.001) showed that older age (p<0.001), regular visits to dental clinic per year (p=0.012), lower education level (p=0.025), and lower physical activity (p=0.008) were significant factors in developing dental caries among in this study population. Older aged adults, frequent appointment with the dentist, lower education in oral health and lower physical activity were possible factors for dental caries presence."
UCSI University. Faculty of Applied Sciences, 2015
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Anton Rahardjo
"Efikasi Pasta Gigi yang Mengandung Nano Kalsium dalam Memperbaiki Karies Dini. Menyikat gigi dengan pasta gigi adalah cara mekanis yang paling efektif dalam menghilangkan plak, mencegah karies gigi dan memperbaiki karies dini. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektifitas pasta gigi yang mengandung nano kalsium sebagai komponen aktif untuk memperbaiki karies dini dalam dua minggu. Penelitian ini menggunakan disain double-blind randomized parallel group clinical trial. Delapan belas orang secara acak diberikan pasta gigi yang diuji, dan delapan belas lainnya diberikan pasta gigi kontrol. Pengukuran karies dini dilakukan dengan menggunakan DIAGNOdent Pen pada saat sebelum dan sesudah dua minggu pemakaian pasta giginya. Hasilnya menunjukkan bahwa pasta gigi uji secara signifikan efektif dalam memperbaiki karies dini dalam jangka waktu dua minggu, dibandingkan dengan pasta gigi kontrol. Pasta gigi yang mengandung nano-calcium memiliki potensi yang tinggi dalam mempercepat penyembuhan dari karies dini.

Brushing teeth with toothpaste is the most effective method of removing plaque, preventing dental caries and repairing early caries. This research aims to conduct an efficacy test of toothpaste containing nano calcium as an active ingredient in repairing early caries over two weeks. A double-blind randomized parallel group clinical trial was conducted. Eighteen people were randomly assigned to use the test toothpaste, and eighteen others were assigned to use the control toothpaste. Assessments of early caries with DIAGNOdent Pen were performed before and after two weeks of toothpaste use. The results showed that the test toothpaste was more effective in repairing early caries over two weeks than the control toothpaste. Toothpaste containing nano-calcium has the potential to accelerate the healing of early dental caries.;Brushing teeth with toothpaste is the most effective method of removing plaque, preventing dental caries and repairing early caries. This research aims to conduct an efficacy test of toothpaste containing nano calcium as an active ingredient in repairing early caries over two weeks. A double-blind randomized parallel group clinical trial was conducted. Eighteen people were randomly assigned to use the test toothpaste, and eighteen others were assigned to use the control toothpaste. Assessments of early caries with DIAGNOdent Pen were performed before and after two weeks of toothpaste use. The results showed that the test toothpaste was more effective in repairing early caries over two weeks than the control toothpaste. Toothpaste containing nano-calcium has the potential to accelerate the healing of early dental caries."
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2015
J-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Rosiyati
"Obesitas telah ditetapkan sebagai epidemi global dan menyebabkan risiko kematian menjadi tiga kali lipat. Dampak yang ditimbulkan tidak hanya secara medis, tetapi juga psikologis serta menghilangnya produktivitas dan biaya ekonomi tambahan. Prevalensi obesitas di seluruh dunia terus bertambah hampir tiga kali lipat. Hal serupa terjadi di Indonesia, berdasarkan data Riskesdas prevalensi obesitas telah mencapai 21,8% pada tahun 2018. Prevalensi ini cenderung mulai meningkat setelah usia 36 tahun ke atas dan kemudian menurun setelah usia 60 tahun ke atas. Tingginya obesitas mengindikasikan terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan obesitas tersebut.
Tujuan utama dari penellitian ini adalah untuk mengetahui faktor dominan kejadian obesitas pada penduduk Indonesia usia 36-65 tahun. Penelitian ini adalah studi kuantitatif dengan desain bersifat cross sectional menggunakan data sekunder IFLS 2014. Faktor-faktor yang dianalisis hubungannya terhadap kejadian obesitas adalah usia, jenis kelamin, suku, status kawin, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, kebiasaan makan sumber karbohidrat, kebiasaan makan sumber protein, kebiasaan makan sumber lemak, kebiasaan makan sayuran, kebiasaan makan buah, aktifitas fisik berat, aktifitas fisik sedang, aktifitas fisik jalan kaki, kebiasaan merokok, wilayah tempat tinggal, tinggi badan (stunting).
Berdasarkan hasil analisis multivariat dengan regresi logistik ganda menunjukkan determinan kejadian obesitas adalah usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, kebiasaan makan sumber protein, kebiasaan makan buah, kebiasaan merokok dan wilayah tempat tinggal. Faktor dominan kejadian obesitas adalah jenis kelamin, yaitu perempuan memiliki risiko menjadi obese 2,1 kali lebih tinggi dibandingkan laki-laki.

Obesity has been defined as a global epidemic and triples the risk of death. The impact is not only medically, but also psychologically as well as the disappearance of productivity and economic costs. The prevalence of obesity throughout the world continues to increase almost threefold. Something similar happened in Indonesia, based on Riskesdas data, the prevalence of obesity had reached 21.8% (2018). This prevalence tends to increase after the age of 36 years and above and then decreases after the age of 60 years and over. The high obesity indicates there are factors that affect the increase of obesity.
The main objective of this research is to find out the dominant factors in the incidence of obesity in the Indonesian population aged 36-65 years. This research is a quantitative study with a cross-sectional design using secondary data of 2014 IFLS. Factors analyzed in relation to the incidence of obesity are age, gender, ethnicity, marital status, education, employment, income, eating habits of carbohydrates, eating habits protein, eating habits, sources of fat, eating habits, eating habits, heavy physical activity, moderate physical activity, walking physical activity, smoking habits, area of ​​residence, height (stunting).
Based on the results of multivariate analysis with multiple logistic regression showed determinant factors of obesity are age, sex, education, occupation, income, eating habits of protein, eating habits of fruit, smoking habits and area of ​​residence. The dominant factor in the incidence of obesity is gender, women have a risk of becoming obese 2,1 times higher than men.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T53250
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"[Latar belakang: Oral health literacy (OHL) dibutuhkan untuk promosi kesehatan
dan upaya pencegahan penyakit yang berhubungan dengan kesehatan gigi dan mulut.
Penelitian yang dilakukan mengenai OHL dan faktor-faktornya di Indonesia masih
sangat minim.Informasi tentang OHL sangat dibutuhkan untuk membantu klinisi dan
pembuat kebijakan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut dan
membuat program kesehatan gigi dan mulut yang sesuai dengan kebutuhkan
komunitas. Tujuan: Mengetahui perbedaan OHL antara berbagai kelompok dengan
perbedaan status sosiodemografi . Metode: Penelitian potong lintang yang dilakukan
pada 390 responden dewasa di DKI Jakarta menggunakan kuesioner Health Literacy
in Dentistry (HeLD) yang telah di adaptasi ke dalam bahasa Indonesia. Hasil: 390
responden mengisi kuesioner HeLD. Rerata skor HeLD dari seluruh responden adalah
2,6±0,98. Tidak ditemukan perbedaan skor HeLD antara responden laki-laki 2,63±1,0
dan perempuan 2,57±0,98 pada penelitian ini (p>0,05). Terdapat perbedaan secara
statistik antara skor HeLD dengan kelompok umur dan kelompok dengan status
sosioekonomi (p<0,05). Simpulan: Disimpulkan bahwa terdapat tingkat OHL yang
sama antar laki-laki dan perempuan pada populasi penelitian ini. Selanjutnya,
penurunan skor OHL sejalan dengan bertambahnya usia dan tingkat sosial ekonomi, Background: Oral health literacy (OHL) is needed to promote oral health and action
for prevention to oral health related diseases. Only few studies have been conducted
concerning oral health literacy in Indonesia. The information can help clinicians and
policy makers to improve oral health treatment and programs to suit the need of
society. Objectives: To analyze the differences of OHL between different
sociodemographic groups in DKI Jakarta. Methods: A cross sectional analytical
study using the Indonesian translated Health Literacy in Dentistry (HeLD)
questionnaire on 390 adult living in DKI Jakarta area. Results: 390 respondents
completed the self-administered questionnaire. The mean total of HeLD was
2.6±0.98. There were no differences in HeLD score between male (2.63±1.0) and
female (2.57±0.98) respondents in this study (p>0.05). However, statistical
differences were found between HeLD score amongst age and socioeconomic group.
(p<0.05). Conclusion: This study showed that adult males and females in DKI
Jakarta have the same level of OHL, however increasing age and low socioeconomic
status influenced the level of OHL]"
[, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia], 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyana Santika Sari
"Penderita obesitas di dunia terus meningkat tidak hanya di negara maju namun negara berkembang seperti Indonesia. Peningkatan kejadian obesitas ternyata juga sejalan dengan peningkatan kejadian Sindrom Metabolik (SM) salah satunya adalah Diabetes Mellitus Tipe 2. Pengukuran obesitas yang selama ini dilakukan belum akurat. ABSI menggabungkan hasil ukur lingkar pinggang dengan IMT dan tinggi badan sebagai upaya mencari indikator antropometri baru yang lebih valid dalam menggambarkan bahaya dari kegemukan dan obesitas. Sedangkan untuk memperkiraan kejadian Diabetes agar menjadi lebih akurat diperlukan durasi obesitas. Aktivitas fisik diduga menjadi faktor utama yang mempengaruhi kejadian obesitas.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan desain studi kohor retrospektif. Analisis penelitian menggunakan survival dengan regresi cox. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 2.591 orang dewasa dengan obesitas di 5 Kelurahan di Kota Bogor.
Hasil penelitian ini menunjukkan ketahanan terhadap DM Tipe 2 paling rendah terjadi pada orang obesitas yang melakukan aktivitas fisik rendah dibandingkan dengan yang beraktifitas sedang dan tinggi. Faktor lain yang mempengaruhi survival time antara lain umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, asupan karbohidrat, dan asupan lemak.

Obese people in the world continue to increase not only in developed countries but developing countries like Indonesia. The increase in the incidence of obesity was also in line with the increase in the incidence of Metabolic Syndrome (SM), one of which was Type 2 Diabetes Mellitus. Obesity measurements that had been carried out had not been accurate. ABSI combines waist circumference measurements with BMI and height in an effort to find new anthropometric indicators that are more valid in describing the dangers of obesity and overweight. Whereas to estimate the incidence of diabetes in order to be more accurate the duration of obesity is needed. Physical activity is thought to be the main factor affecting the incidence of obesity.
This study uses a quantitative approach using a retrospective cohort study design. Research analysis uses survival with cox regression. The number of samples in this study was 2,591 obese adults in 5 villages in the city of Bogor.
The results of this study showed the lowest resistance to Type 2 DM occurred in obese people who did low physical activity compared to those with moderate and high activity. Other factors that affect survival time include age, sex, family history, carbohydrate intake, and fat intake.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T53579
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akemat
"Praktik pengikatan orang dengan skizofrenia masih dilakukan di rumah sakit jiwa.. Seringkali pengikatan didasarkan pada alasan subyektif, belum ada instrumen standar untuk menentukan keputusan tindakan pengikatan. ODGJ yang diikat mengeluh bahwa mereka tidak dapat memahami alasan mereka dilakukan diikat. ODGJ menjadi dendam dan tidak kooperatif ketika diikat, bahkan dapat meningkatkan tingkat agitasi. Tujuan penelitian adalah untuk menyusun instrumen prediktor pengikatan orang dengan skizofrenia (ODS) di rumah sakit jiwa. Metoda yang digunakan dalam penelitian adalah gabungan metode kualitatif dan kuantitatif.
Hasil yang diperoleh adalah tersusunnya instrumen prediktor pengikatan Akemat (IP2 Akemat) pada ODS di rumah sakit jiwa yang terdiri dari 4 instrumen meliputi Instrumen Perilaku ODS, Instrumen Kebijakan dan SOP, Instrumen Sarana dan Prasarana Pengikatan, dan Instrumen Keberadaan Petugas yang valid, reliabel, sensitif, dan spesifik dalam menentukan tindakan pengikatan ODS di rumah sakit jiwa. Studi memperoleh skor sebagai titik cutoff untuk menentukan tindakan pengikatan atau tidak melakukan tindakan pengikatan. Diskusi: Instrumen IP2 Akemat direkomendasikan untuk digunakan dalam menetapkan apakah ODS perlu diikat.

The practice of restraint people with schizophrenia is still carried out in mental hospitals. Often restraining is based on subjective reasons, there is no standard instrument to determine the decision of restraint. People with shyzophrenic (PWS) who were tied complained that they could not understand the reason they had been bound. PWS becomes vengeful and uncooperative when tied up, it can even increase the level of agitation. The aim of the study was to compile predictive instruments for restraint people with schizophrenia (ODS) in mental hospitals. The method used in the study is a combination of qualitative and quantitative methods.
The results obtained were the arrangement of Akemat restraint predictors (Akemat IP2) for PWS in mental hospitals consisting of 4 instruments that valid, reliable, sensitive , and specific including PWS Behavior Instruments, Policy and SOPs Instruments, Infrastructure for Restraint Instruments, and Health Provider Existence Instruments in determining restraint for PWS in mental hospitals. The study obtained a score as a cutoff point to determine the restraint or unrestraint. Discussion: The Akemat IP2 instrument is recommended for use in determining whether PWS needs to be restrained."
Depok: Universitas Indonesia, 2019
D2630
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sigiro, Vindina Rettha Arianingrum
"Latar belakang. Infeksi Cytomegalovirus (CMV) kongenital merupakan faktor non genetik yang paling sering menjadi penyebab terjadinya ketulian sensorineural pada bayi dan anak. Infeksi CMV dapat memberikan tanda dan gejala namun dapat juga tidak memberikan gejala pada yang terinfeksi. Ketulian akibat infeksi CMV kongenital tidak memiliki konfigurasi patognomik sehingga penelitian terhadap infeksi CMV kongenital pada pendengaran masih sangat diperlukan. Pengetahuan tentang ketulian akibat infeksi CMV kongenital di negara-negara luar yang semakin berkembang membuat peneliti ingin mengetahui bagaimana gambaran gangguan pendengaran anak dengan infeksi CMV kongenital di Indonesia, khususnya RS Cipto Mangunkusumo.
Tujuan. Mengetahui gambaran gangguan pendengaran pada anak usia 0-5 tahun yang mengalami infeksi CMV kongenital berdasarkan pemeriksaan DPOAE dan BERA click.
Metode. Penelitian cross sectional ini dilakukan di RSUPN Cipto Mangunkusumo pada bulan November 2015-Mei 2016 pada 27 subjek anak usia 0-5 tahun yang telah didiagnosa terinfeksi CMV kongenital.
Hasil. Gambaran gangguan fungsi pendengaran pada subjek anak usia 0-5 tahun dengan infeksi CMV kongenital berdasarkan pemeriksaan DPOAE dan BERA click pada unit telinga adalah tuli sensorineural sebanyak 58,0%. Didapatkan hubungan yang bermakna secara statistik (p = 0,002) antara keterlambatan tumbuh kembang dengan terjadinya tuli sensorineural. Keterlambatan tumbuh kembang memiliki risiko 6,57 (CI 95%; 1,88 – 22,87) kali lebih besar dibandingkan pasien dengan tumbuh kembang normal untuk mengalami gangguan pendengaran sensorineural.

Background. Congenital cytomegalovirus (CMV) infection is a non genetical factor that is most commonly found asthe etiology of sensorineural hearing loss in infants and children. CMV does not always cause signs and symptoms.Hearing loss caused by CMV infection does not have a patognomonic configuration hence further research is needed. The development on the knowledge on hearing loss caused by congenital CMV infection in foreign countriesis the reason the author decide to investigate on the profile of hearing impairment in children with congenital CMV infection in Indonesia, especially in Cipto Mangunkusumo Hospital.
Purpose. To know the profile of hearing impairment in children age 0-5 years old with congenital CMV infection based on DPOAE and BERA click.
Methods.This cross-sectional study was conducted in Cipto Mangunkusum Hospital since November 2015-May 2016 in 27 subjects, children age 0-5 years old with congenital CMV infection.
Results. Hearing impairment in subjects children age 0-5 years old with congenital CMV inefection, based on DPOAE and BERA click on ear unitsis 58,0% with sensorineural hearing loss. There is a significant relationship (p=0,002) between developmental delay and the incidence of sensorineural hearing loss. Developmental delay has a 6,57 times (CI 95%; 1,88 – 22,87) higher the risk for subjects to experience sensorineural hearing loss compared to normal development.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Babaie, Naemeh Ali
"Investigasi Hubungan antara Kesehatan Psikis dan Insomnia pada Ibu Hamil di Pusat Kesehatan Masyarakat di Estahban.
Masa kehamilan adalah masa yang paling sensitif dalam hidup seorang
perempuan yang menyebabkan
perubahan fisik maupun psikis. Gangguan tidur
adalah salah satu hal yang dilaporkan oleh ibu hamil. Hal ini mungkin
berhubungan dengan konsekuensi psikologis seorang ibu hamil. Studi ini
bertujuan untuk menganalisis hubungan antara
kesehatan psikis dan
insomnia pada ibu hamil di pusat kesehatan masyarakat di Estahban. Studi
deskriptif dan analitik
ini telah dilakukan pada 182 ibu hamil yang
berkunjung ke pusat kesehatan masyarakat di Estahban pada tahun 2015. Alat ukur yang digunakan pada studi ini adalah general health
questionnaire 28 (GHQ 28) dan insomnia severity index (ISI). Data dianalisa dengan Chi-Square dan uji korelasi Pearson menggunakan software SPSS 22. Hasil studi menunjukkan bahwa 46,2% sampel diduga mengalami perubahan mental, and 58,8% mengalami insomnia. Terdapat hubungan bermakna antara skor total kesehatan psikis dan skor total insomnia (r=0,58, p<0,05). Terdapat juga hubungan yang bermakna antara semua variabel keehatan psikis dan insomnia (p<0,05). Hasil menunjukkan adanya perubahan psikis dan juga insomnia diantara sampel pada studi ini. Oleh karena itu, edukasi dan konseling mengenai kesehatan pada masa kehamilah adalah penting.

Pregnancy is the most sensitive period in women's life which makes many physical and mental changes. Sleep problems are one of the issues that are reported by pregnant women. It appears to be associated with psychological consequences in pregnant women. This study aims to investigate the relationship between mental health and insomnia in pregnant women referred to health centers in estahban. This descriptive-analytic study has been done on 182 pregnant women referred to health centers of Estahban in 2015 by available sampling method. Research tools used in this study were general health questionnaire 28 (GHQ 28) and insomnia severity index (ISI).Data were analyzed using Chi-Square and Pearson Correlation tests in SPSS 22 software. Research findings showed that 46.2% of women were suspected of mental disorders, and 58.8% of them suffered from insomnia. According to Chi-square test, there was a significant relationship between total score of mental health and a total score of insomnia (r=0.58, p<0.05). Also, a significant relationship was observed in all variables of mental health and insomnia (p<0.05). Results indicate a high level of mental disorders as well as insomnia among pregnant women; also, the mutual effect of these diseases on each other. As a result, sleep hygiene education as well as appropriate consideration and counseling to pregnant women to treat disorders for achieving a safe pregnancy are recommended."
Shiraz University of Medical Sciences. Estahban Paramedical College, 2015
J-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>