Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15410 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sandra Fikawati
"Situasi dan Permasalahan Asupan Energi Ibu Laktasi. Berbagai rekomendasi menunjukkan angka kecukupan gizi yang lebih tinggi untuk ibu laktasi dibandingkan ibu hamil. Kebutuhan gizi yang tinggi diperlukan untuk pemulihan kesehatan ibu setelah melahirkan, memproduksi ASI, menjaga kuantitas dan kualitas ASI agar pertumbuhan bayi optimal, dan menjaga tubuh ibu dari kekurangan gizi. Namun, penelitian menunjukkan bahwa asupan energi ibu saat laktasi justru signifikan lebih rendah dibandingkan saat hamil. Studi kualitatif ini bertujuan untuk menggali faktor yang berhubungan dengan penurunan asupan energi ibu laktasi. Penelitian dilakukan pada Maret-April 2013 terhadap informan ibu yang mempunyai bayi berusia >6 bulan dan dipilih secara purposif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor penyebab rendahnya asupan energi ibu laktasi adalah kurangnya pengetahuan dan sikap mengenai tingginya kebutuhan gizi saat laktasi, kesibukan ibu mengurus bayi sehingga membuat ibu merasa terlalu letih untuk masak dan makan, berkurangnya konsumsi susu dan suplemen, adanya pantangan makan, serta kurangnya informasi dari tenaga kesehatan mengenai jumlah kebutuhan gizi ibu laktasi. Diharapkan agar tenaga kesehatan bisa lebih optimal memberikan nasihat akan pentingnya konsumsi zat gizi yang cukup (jenis maupun jumlah), dan tidak adanya pantangan makan selama menyusui sejak kunjungan antenatal. Nasihat agar disampaikan juga kepada keluarga ibu agar mereka dapat membantu memfasilitasi ibu untuk menyusui.

Recommendations on the adequacy of nutrient intake indicate that lactating mothers have higher nutritional needs than do pregnant mothers. High nutrient intake is necessary to help mothers recover after childbirth, produce milk, and maintain the quantity and quality of breast milk. It also prevents maternal malnutrition. Research has shown, however, that the dietary energy consumption of mothers during lactation was significantly lower than that during pregnancy. The current study explored the factors associated with decreased nutritional intake during maternal lactation. The study was conducted in March?April 2013, and the subjects were mothers with infants aged >6 months. Results revealed that the factors causing low dietary energy consumption among breastfeeding mothers were poor nutritional knowledge and attitude toward high energy intake requirements during lactation, lack of time to cook and eat because of infant care, reduced consumption of milk and supplements, dietary restrictions and prohibitions, and suboptimal advice from midwives/health personnel. Beginning from the antenatal care visit, health personnel should conduct effective counseling on the importance of nutrient intake during lactation. Advice should be provided not only to mothers, but also to their families to enable them to thoroughly support the mothers as they breastfeed their infants."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
J-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Recommendations on the adequacy of nutrient intake indicate that lactating mothers have higher nutritional needs than
do pregnant mothers. High nutrient intake is necessary to help mothers recover after childbirth, produce milk, and
maintain the quantity and quality of breast milk. It also prevents maternal malnutrition. Research has shown, however,
that the dietary energy consumption of mothers during lactation was significantly lower than that during pregnancy. The
current study explored the factors associated with decreased nutritional intake during maternal lactation. The study was
conducted in March–April 2013, and the subjects were mothers with infants aged >6 months. Results revealed that the
factors causing low dietary energy consumption among breastfeeding mothers were poor nutritional knowledge and
attitude toward high energy intake requirements during lactation, lack of time to cook and eat because of infant care,
reduced consumption of milk and supplements, dietary restrictions and prohibitions, and suboptimal advice from
midwives/health personnel. Beginning from the antenatal care visit, health personnel should conduct effective
counseling on the importance of nutrient intake during lactation. Advice should be provided not only to mothers, but
also to their families to enable them to thoroughly support the mothers as they breastfeed their infants.
Situasi dan Permasalahan Asupan Energi Ibu Laktasi. Berbagai rekomendasi menunjukkan angka kecukupan gizi
yang lebih tinggi untuk ibu laktasi dibandingkan ibu hamil. Kebutuhan gizi yang tinggi diperlukan untuk pemulihan
kesehatan ibu setelah melahirkan, memproduksi ASI, menjaga kuantitas dan kualitas ASI agar pertumbuhan bayi
optimal, dan menjaga tubuh ibu dari kekurangan gizi. Namun, penelitian menunjukkan bahwa asupan energi ibu saat
laktasi justru signifikan lebih rendah dibandingkan saat hamil. Studi kualitatif ini bertujuan untuk menggali faktor yang
berhubungan dengan penurunan asupan energi ibu laktasi. Penelitian dilakukan pada Maret-April 2013 terhadap
informan ibu yang mempunyai bayi berusia >6 bulan dan dipilih secara purposif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
faktor penyebab rendahnya asupan energi ibu laktasi adalah kurangnya pengetahuan dan sikap mengenai tingginya
kebutuhan gizi saat laktasi, kesibukan ibu mengurus bayi sehingga membuat ibu merasa terlalu letih untuk masak dan
makan, berkurangnya konsumsi susu dan suplemen, adanya pantangan makan, serta kurangnya informasi dari tenaga
kesehatan mengenai jumlah kebutuhan gizi ibu laktasi. Diharapkan agar tenaga kesehatan bisa lebih optimal
memberikan nasihat akan pentingnya konsumsi zat gizi yang cukup (jenis maupun jumlah), dan tidak adanya pantangan
makan selama menyusui sejak kunjungan antenatal. Nasihat agar disampaikan juga kepada keluarga ibu agar mereka
dapat membantu memfasilitasi ibu untuk menyusui."
Universitas Indonesia, 2014
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Cahya Rahmadiyah
"Gambaran Pemberian Makanan Pendamping ASI dengan Pertumbuhan dan Perkembangan Balita (6-24 Bulan). Balita merupakan kelompok risiko yang mudah terkena masalah kesehatan diantaranya masalah pertumbuhan dan perkembangan. Pemberian nutrisi pada balita usia 6-24 bulan yang sesuai dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan. Pemberian nutrisi pada balita usia 6-24 bulan meliputi pemberian Air Susu Ibu (ASI) dan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pemberian MP-ASI dan karakteristik keluarga dengan pertumbuhan dan perkembangan anak (6-24 bulan) di Posyandu Kelurahan Curug Kecamatan Cimanggis, Depok. Penelitian ini menggunakan deskriptif korelasional, pendekatan cross sectional dengan 102 sampel keluarga dengan balita usia 6-24 bulan yang diambil secara proportional cluster sampling. Uji Chi Square ditemukan tidak ada hubungan pemberian MP-ASI dengan pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini dikarenakan faktor langsung yang memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan balita adalah nutrisi dimana balita usia 6-24 bulan masih diberikan ASI. Hasil penelitian didapatkan lebih banyak Ibu yang memberikan MP-ASI yang sesuai dengan pedoman pemberian MPASI memiliki balita dengan pertumbuhan baik dan perkembangan yang sesuai. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan pelayanan kesehatan dalam upaya peningkatan tumbuh kembang balita melalui peningkatan promosi kesehatan tentang pentingnya MP-ASI sesuai pedoman dan melanjutkan menyusui pada balita usia 6-24 bulan.

A toddler is a group on the stage of human development that is vulnerable to the risk affecting their health specifically about their growth and development. Providing the appropriate nutrition to toddlers during this risky age of 6 to 24 months is crucial in promoting a proper growth and development. The proper nourishment for toddlers at the age of 6 to 24 months includes breast-feeding and complimentary solid foods. The objective of this study was to determine the correlation between the specific characteristics of a family or a household and the provision of complementary feeding about the growth and development of children (6-24 months) in the village of Curug Cimanggis, Depok. This study used a descriptive correlational, cross-sectional approach using a sample that consisted of 102 children aged 6-24 months, which were collected using a proportional cluster sampling. Based on the Chi Square test, the researchers found no correlation between the provision of complementary feeding with a child?s growth and development. This is because breast-feeding as the source of nourishment is still the major factor that directly influences the growth and development of any toddler between the age of 6-24 months. However, by applying better financial management in conjunction with the ability to modify the practices of how families feed their toddlers, a family may raise and nurture their toddlers so they may grow according to the proper stages of development. The results of this study are expected to serve as an input in improving toddlers? health care concerning their growth and development by promoting the importance of providing the appropriate complimentary food by the proper guidelines while continuing to breast feed toddlers between the age of 6 to 24 months."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Syafiq
"Konsumsi Energi Saat Laktasi dan Durasi Menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Margajaya Kota Bekasi Tahun 2014. Kendati rekomendasi angka kecukupan gizi menunjukkan lebih tingginya kebutuhan energy ibu saat laktasi dibandingkan saat hamil namun penelitian di Jakarta dan Depok menunjukkan konsumsi energy ibu laktasi justru lebih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan konsumsi energi ibu laktasi serta hubungan antara konsumsi energy ibu laktasi dengan durasi menyusui di Puskesmas Margajaya Kota Bekasi tahun 2014. Penelitian dilakukan secara cross sectional terhadap 60 orang ibu menggunakan kuesioner termasuk Semi- quantitative Food Frequency Questionnaire. Analisis dilakukan menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan bermakna antara umur ibu, paritas, dan konsumsi energy ibu hamil dengan konsumsi energi ibu menyusui. Ibu cukup umur (>27 tahun), multipara dan konsumsi energy hamil rendah (<2.100 Kal/hari) berisiko untuk memiliki konsumsi energy laktasi yang rendah. Selain itu, ditemukan hubungan bermakna antara konsumsi energy ibu laktasi dengan durasi menyusui. Ibu yang konsumsi energinya saat laktasi rendah berpeluang 4 kali lebih besar untuk memiliki durasi menyusui yang singkat. Direkomendasikan perlunya informasi kepada ibu tentang pentingnya konsumsi energi saat laktasi karena kebutuhannya yang tinggi untuk mendukung produksi ASI.Disarankan juga agar peningkatan rekomendasi angka kecukupan energi untuk ibu laktasi bulan ke 6-12 dimajukan menjadi bulan ke-4 mengingat kebutuhan gizi memasuki bulan ke-4 tersebut sudah sangat besar.;Despite recommendation for higher energy intake during lactation than during pregnancy, researches at Jakarta and Depok showed that energy consumption during lactation was lower than during pregnancy. The purpose of this study is to investigate the association between individual characteristics and energy consumption during lactation, and to assess the relationship between energy consumption during lactation to duration of breastfeeding among 60 mothers in the working area of PuskesmasMargajayaBekasi City in 2014. This research used a cross-sectional design; data was collected through primary data collection by questionnaire and Semi-quantitative Food Frequency Questionnaire. Analysis was conducted using chi-square technique. The study found that mothers of sufficient age (>27 years old), multiparous, and had low (<2,100 kcal/day) energy intake during pregnancy had significant higher risk to low energy consumption during lactation. Mothers with low energy consumption during lactation had 4 times higher risk of short duration of breastfeeding. It is recommended to provide information on the importance of higher energy intake during lactation due to the higher need to support breastmilk production and also to shift forward the nutrition recommendation regarding additional energy intake during lactation period from month 6 to month 4 due to higher energy requirement that commences when lactating mothers enter the fourth month of lactation.

Despite recommendation for higher energy intake during lactation than during pregnancy, researches at Jakarta and Depok showed that energy consumption during lactation was lower than during pregnancy. The purpose of this study is to investigate the association between individual characteristics and energy consumption during lactation, and to assess the relationship between energy consumption during lactation to duration of breastfeeding among 60 mothers in the working area of PuskesmasMargajayaBekasi City in 2014. This research used a cross-sectional design; data was collected through primary data collection by questionnaire and Semi-quantitative Food Frequency Questionnaire. Analysis was conducted using chi-square technique. The study found that mothers of sufficient age (>27 years old), multiparous, and had low (<2,100 kcal/day) energy intake during pregnancy had significant higher risk to low energy consumption during lactation. Mothers with low energy consumption during lactation had 4 times higher risk of short duration of breastfeeding. It is recommended to provide information on the importance of higher energy intake during lactation due to the higher need to support breastmilk production and also to shift forward the nutrition recommendation regarding additional energy intake during lactation period from month 6 to month 4 due to higher energy requirement that commences when lactating mothers enter the fourth month of lactation."
Universitas Indonesia, 2015
J-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Emalia Suryani
"Rekomendasi angka kecukupan gizi menunjukan lebih tingginya kebutuhanenergi dan protein saat laktasi dibandingkan saat hamil. Penelitian ini bertujuanuntuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi energi danprotein pada ibu menyusui di Kecamatan Beji Depok tahun 2016. Penelitian inimenggunakan data sekunder dari studi intervensi gizi Fikawati, 2015 yangmenggunakan design penelitian kohort prospective pada ibu menyusui di KotaDepok. Sampel penelitian berjumlah 201 ibu menyusui yang dipantau hingga 6bulan postpartum sejak Juni 2015-Juli 2016.
Penelitian ini dilakukan secara crosssectional menggunakan analisis uji chi-square. Variabel yang diteliti adalah usiaibu, paritas, jumlah balita, frekuensi menyusui, konsumsi energi ibu saat hamil,status gizi ibu postpartum, pendidikan, status bekerja ibu, dan pengeluaran biayamakanan keluarga.
Hasil penelitian menunjukan adanya hubungan bermaknaantara konsumsi energi ibu hamil dengan konsumsi ibu menyusui dan konsumsiprotein ibu hamil dengan konsumsi ibu menyusui. Ibu yang konsumsi energi saathamilnya rendah beresiko 6 kali lebih besar untuk mengonsumsi energi yangrendah selama menyusui setelah dikontrol dengan variabel status gizi ibupostpartum dan status ibu bekerja ibu yang konsumsi protein saat hamilnyarendah beresiko 2 kali lebih besar untuk mengonsumsi protein yang rendahselama menyusui.
Direkomendasikan perlunya informasi kepada ibu tentangpentingnya konsumsi energi dan protein saat menyusui karena kebutuhannya yangtinggi penting dalam produksi ASI selama periode menyusui.

Recommended nutritional adequacy rates show higher energy and protein requirements during lactation than during pregnancy. In fact, lactating mothers consumed lower energy and protein. This study aims to determine factors related to energy and protein consumption in lactating mothers in Beji Depok sub districtin 2016. This study used secondary data from a nutrition intervention study Fikawati, 2015 using a prospective cohort study design in lactating mothers in Kota Depok. The sample of the study were 201 breastfeeding mothers who were monitored for up to 6 months postpartum from June 2015 July 2016.
This study was conducted cross sectional using chi square test analysis. The variables studied were maternal age, parity, number of infants, breastfeeding frequency, maternal energy consumption during pregnancy, postpartum maternal nutritional status,education, mother 39 s working status, and family food expenses.
The results showed significant relationship between energy consumption of pregnant women with the consumption of breastfeeding mothers and protein consumption of pregnant women with breastfeeding mothers consumption. Mothers with low energy consumption during pregnancy are 6 times more likely to consume low energy during breastfeeding after controlled by maternal postpartum status variables and maternal working mother status when protein consumption at low pregnancy is twice as likely to consume low protein during breastfeeding.
It is recommended that mother be informed of the importance of energy and protein consumption while breastfeeding because of the high importance of breast milk production during the breastfeeding period.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T47612
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mochammad Rifky Fail Hassan
"Mie instan merupakan produk olahan makanan kemasan yang sangat populer di Indonesia. Menurut Susenas, Indonesia menjadi negara dengan konsumsi mie instan terbesar kedua di dunia. Namun, konsumsi mie instan secara berlebihan memiliki efek meningkatkan risiko penyakit tidak menular seperti hipertensi dan obesitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi konsumsi mie instan serta mengetahui perbedaan tingkat konsumsi mie instan berdasarkan karakteristik individu, penggunaan label pangan, pengaruh klaim produk, kepentingan konsumen terhadap produk, ketersediaan mie instan di rumah, perilaku merokok dan pengaruh keluarga pada mahasiswa Universitas Indonesia tahun 2022. Data dikumpulkan melalui kuesioner secara daring kepada mahasiswa UI dengan yaitu 253 mahasiswa aktif semester 4 dan 6. Desain penelitian ini adalah cross-sectional dan menggunakan analisis statistik univariat serta bivariat (Chi-Square). Hasil penelitian menunjukan bahwa sebanyak 69,2% mahasiswa UI mengonsumsi mie instan kategori tinggi (≥1x/minggu) dalam satu bulan terakhir. Hasil analisis bivariat menunjukan bahwa terdapat perbedaan proporsi yang signifikan antara pengaruh keluarga dengan konsumsi mie instan. Peneliti menyarankan agar mahasiswa dapat lebih sadar pentingnya membatasi konsumsi mie instan untuk makan sehari-hari serta mengajak teman untuk mengonsumsi makanan yang lebih sehat. Pada orang tua agar memberikan contoh pola makan yang sehat sehingga menjadi pengaruh baik kepada anaknya. Universitas Indonesia dapat memberikan edukasi kebutuhan gizi dan makanan sehat kepada mahasiswa.

Instant noodles are packaged food products that are very popular in Indonesia. According to Susenas, Indonesia is the country with the second largest consumption of instant noodles in the world. However, excessive consumption of instant noodles has the effect of increasing the risk of non-communicable diseases such as hypertension and obesity. This study aims to determine the prevalence of instant noodle consumption and to determine differences in the level of instant noodle consumption based on individual characteristics, use of food labels, the effect of product claims, consumer interests in the product, the availability of instant noodles at home, smoking behavior and the influence of families on University of Indonesia students in 2022. Data were collected through online questionnaires to 253 Universitas Indonesia active students in semesters 4 and 6. The design of this study was cross-sectional and used univariate and bivariate (Chi-Square) statistical analysis. The results showed that 69.2% of UI students consumed high category instant noodles (≥1x/week) in the past month. The results of the bivariate analysis showed that there was a significant difference in the proportion between the family influence and the consumption of instant noodles. Researchers suggest that students can be more aware of the importance of limiting the consumption of instant noodles for daily meals and influence friends to eat healthier foods. Parents should provide examples of healthy eating patterns so that they become a good influence for their children. Universitas Indonesia can provide education on nutritional needs and healthy food to students."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tifanne Winesa
"Presentase gizi kurang pada balita mencapai 13.8% dari total penduduk di Indonesia (Kementrian Kesehatan RI Pusat Data dan Informasi Kesehatan, 2018). Beberapa faktor resiko terjadinya gizi kurang pada balita khsusunya di wilayah perkotaan adalah kondisi sosial ekonomi, penyakit infeksi, faktor lingkungan, tingkat pengetahuan dan tingkat pendidikan orangtua. Salah satu upaya mengatasi gizi kurang adalah dengan peningkatan jumlah asupan nutrisi anak dengan gizi seimbang. Peningkatan asupan nutrisi harus memperhatikan jenis makanan, porsi makanan dan jadwal pemberian makan. Hasil penelitian menunjukan 60% orangtua balita dengan gizi kurang belum mengetahui porsi makan yang sesuai dengan gizi seimbang untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas intervensi keperawatan pengaturan porsi makan sesuai gizi seimbang untuk meningkatkan berat badan balita dengan gizi kurang. Hasil analisis penelitian yang dilakukan selama 1 bulan menunjukan terdapat peningakatan berat badan sebanyak 0,1 Kg dalam satu minggu. Hasil penelitian ini merekomendasikan perlunya penelitian lebih lanjut mengenai intervensi keperawatan lainnya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah gizi kurang pada balita.

Percentage of malnutrition in children under five reached 13.8% of the total population in Indonesia (Ministry of Health of Indonesia Center for Health Data and Information, 2018). Some risk factors for malnutrition in toddlers especially in urban areas are socio-economic conditions, infectious diseases, environment, level of knowledge and a level of parent education. One of solution to overcome malnutrition is to increase the amount of nutritional intake for children with balanced nutrition. Increased nutritional intake underlined the food types, food portions and feeding schedules. The results showed 60% of parents of children under five with less nutrition did not know the recommended food portion with balanced nutrition to support children's growth and development. This study aims to determine the effectiveness of nursing interventions to regulate food portions according to balanced nutrition to increase the weight of toddlers with under nutrition. The results of research conducted for 1 month showed that there was an increase in body weight by 0.1 kg in one week. The results of this study recommend the need for further research regarding other nursing interventions that can be done to overcome the problem of malnutrition in infants."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ery Irawan
"Kalsium merupakan salah satu mineral penyusun tulang pada masa-masa pertumbuhan manusia. Susu merupakan salah satu sumber asupan kalsium yang baik bagi tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kebiasaan konsumsi susu terhadap kecukupan asupan kalsium dengan dikontrol oleh kebiasaan sarapan, jenis kelamin, pengetahuan gizi, aktivitas fisik, konsumsi soft drink, pendidikan orang tua dan uang saku. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional, dengan jumlah responden 290 mahasiswa reguler Rumpun Ilmu Kesahatan angkatan 2013 pada bulan april hingga mei 2014. Pengumpulan data dilakukan melalui pengisian kuesioner umum, kuesioner pengetahuan, food frequency questionare dan 2x24 jam food recall. Analisis statistik pada penelitian ini menggunakan uji Chi square dan regresi logistik ganda.
Hasil penelitian menunjukan 86,6% Memiliki asupan kalsium yang kurang. Hasil analisis bivariat menunjukan terdapat hubungan bermakna antara konsumsi susu dan jenis kelamin. Hasil analisis multivariat menunjukan kebiasaan sarapan merupakan faktor yang mengontrol konsumsi susu terhadap kecukupan kalsium. Berdasarkan hasil tersebut, diharapkan mahasiswa calon tenaga kesehatan dapat menjaga kesehatan serta asupan makanan mereka agar terhindar dari resiko penyakit tulang.

Calcium is a mineral constituent of bone in the human growth period. Milk is a good source of calcium for the body. This study purpose to determine the effect of milk consumption habits of the adequate intake of calcium is controlled by the breakfast habits, gender, knowledge of nutrition, physical activity, consumption of soft drinks, and parental education. The study design is cross-sectional, the number of respondents 290 regular students Health Science Faculty in April 2013 until May 2014. Data was collected through questionnaires general, knowledge questionnaire, food frequency questionare and 2x24 hour food recall. Statistical analysis in this study using Chi square test and multiple logistic regression. The results showed 86.6% Have less calcium intake.
The results of the bivariate analysis revealed that there is a significant relationship between Calcium intake with milk consumption and sex. Multivariate analysis showed the breakfast habit is a factor that controls the influence dairy consumption with calcium intake. Based on these results, prospective students are expected to maintain the health of health workers as well as their food intake in order to avoid the risk of bone disease."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S55754
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Fiqriyarizqi
"Kejadian gizi kurang pada balita di Indonesia cukup tinggi. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi status gizi pada balita yaitu jenis pangan yang dikonsumsi, pola asuh keluarga, penyakit infeksi, status ekonomi, sosial budaya, pendidikan, dan lingkungan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah gizi kurang pada balita yaitu dengan memenuhi asupan nutrisi balita sesuai dengan pedoman gizi seimbang. Pemenuhan asupan nutrisi balita harus memperhatikan keanekaragaman jenis pangan, porsi makan, dan jadwal makan yang teratur. Intervensi keperawatan unggulan yang diberikan kepada keluarga untuk mengatasi masalah gizi kurang pada balita yaitu dengan penyusunan jadwal makan dan menu makan gizi seimbang. Hasil dari intervensi yang dilakukan selama 3 minggu menunjukkan bahwa terdapat peningkatan berat badan pada balita yang mengalami gizi kurang sebanyak 0,3 kg. Hasil praktik ini merekomendasikan agar praktik selanjutnya dapat menggali intervensi keperawatan lainnya yang dapat dilakukan guna mengatasi masalah gizi kurang pada balita. Selain itu, praktik ini juga merekomendasikan kepada keluarga untuk memberikan makan anak secara teratur sesuai dengan jadwal serta mengandung makanan dengan gizi yang seimbang.

The incidence of malnutrition in children under five in Indonesia is quite high. There are several factors that influence the nutritional status of toddlers which are the type of food consumed, family parenting patterns, infectious diseases, economic status, socio-culture, education, and the environment. One of the efforts that can be done to overcome the problem of malnutrition in toddlers is to fulfill the nutritional intake of toddlers in accordance with balanced nutrition guidelines. Fulfillment of nutritional intake of toddlers must pay attention to the diversity of food types, meal portions, and regular eating schedules. The leading nursing intervention given to families to overcome the problem of undernutrition in toddlers is by compiling a meal schedule and a balanced nutritional diet. The results of the intervention carried out for 3 weeks showed that there was an increase in body weight in undernourished toddlers as much as 0.3 kg. The results of this practice recommend that further practice can explore other nursing interventions that can be done to overcome the problem of malnutrition in toddlers. In addition, this practice also recommends families to feed their children regularly according to a schedule and contain foods with balanced nutrition."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Putu Pristi Wisuantari
"ABSTRAK
Konsumsi minuman berpemanis telah menjadi tren asupan sehari-hari, khususnya pada kelompok usia remaja di Indonesia. Hal ini menjadi urgensi mengingat konsumsi minuman berpemanis secara berlebih dapat berdampak pada kesehatan. Hasil studi baseline yang dilakukan oleh penulis pada siswa usia 12 s.d. 15 tahun di SMP N X Jakarta menujukkan bahwa sejumlah 68% siswa mengonsumsi minuman berpemanis lebih dari sama dengan 1 botol/kaleng per hari dan rata-rata pengetahuan siswa tidak mencapai setengah dari total jawaban benar. Hal ini mendorong penulis untuk mengembangkan sebuah program literasi kesehatan dalam upaya mengurangi perilaku konsumsi minuman tersebut. Desain studi penelitian ini menggunakan pendekatan kuasi eksperimental. Dalam implementasinya, pelaksanaan program dilakukan dalam 2 periode, di mana pada periode I kelompok intervensi memperoleh literasi kesehatan tentang minuman berpemanis dan kelompok kontrol memperoleh literasi komunikasi efektif. Evaluasi hanya dilakukan pada periode I, sementara pada periode II partisipan hanya memperoleh modul sebaliknya. Perubahan perilaku diukur menggunakan kuesioner. Hasil analisis menunjukkan bahwa literasi kesehatan efektif untuk mengurangi perilaku konsumsi minuman berpemanis dan meningkatkan pengetahuan gizi, sikap, norma subjektif, serta intensi dalam mengurangi perilaku tersebut"
2019
T53148
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>