Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 146317 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Rele sebagai alat pendeteksi adanya gangguan yang selanjutnya memberi perintah trip kepada pemutus tenaga (PMT). Rele digunakan pada daerah pengaman garuda induk diisi 20 kV di penyulang untuk mengatasi "
JDTEK 4:1 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dhowi Purwanti
"Rele sebagai alat pendeteksi adanya gangguan yang selanjutnya memberi perintah trip kepada pemutus tenaga (PMT). Rele digunakan pada daerah pengaman Gardu Induk disisis 20 kV di Penyulang untuk mengatasi adanya gangguan hubung singkat yang terjadi karena adanya gangguan yang bersifat temporer atau permanen. Oelh karena itu pentingnya kinerja settingan koordinasi rele antara Over Current Relay (OCR) dan GFR (Ground Fault Relay) agar tidak menyebabkan kerusakan pada peralatan akibat gangguan hubung singkat terjadi. Arus gangguan hubung singkat yang terjadi di Penyulang Banteng adalah sebesar 3835,086 Ampere pada arus gangguan tiga fasa, sedangkan arus gangguan terkecil terjadi saat arus gangguan satu fasa ke tanah di saluran penyulang sebesar 231,0788 Ampere. Sedangkan set PLN didapat, arus setelan (Iset) sebesar 231,079 A dengan Tms 0,10 sedangkan untuk setelan rele diisi incoming di dapat arus setelan (Iset) sebesar 37 A dengan Tms 0,26 dari data set PLN arus setelan (Iset) disisi penyulang 241,5 A dengan Tms 0,122 dan sisi incoming arus setelan (Iset) 573,3 A. Berdasarkan hasil diatas dapat disimpulkan bahkan kooridnasi antara OCR dan GFR sudah cukup selektifitas dan hadnal dalam kinerja rele. Dan dari hasil perhitungan terjadi perbedaan selisih waktu kerja rele yang cukup lama dan mempengaruhi kinerja rele unutk mentripkan dalam jeda waktu 1.33 detik. BErdasarkan perhitungan tersebut semakin besar arus gangguan terjadi akan semakin lama pula waktu rele tersebut bekerja mentripkan ke PMT. Jika dibiarkan arus gangguan tersebut membesar terllau lama maka arus gangguan tersebut merusak peralatan pada transformator."
Palembang: Fakultas teknik Universitas tridinanti palembang, 2016
600 JDTEK 4:1 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ifkrah Usrah
"Terjadinya kegagalan sistem proteksi arus lebih yang terjadi pada penyuangan Leuwimunding jika ngangguan setu fasa ke tanah merupakan suatu kasus yang tidak diharapkan karena akan menimbulkan kerugian bagi pihak PLN maupun konsumen.
Dari kasus diatas maka diadakan penelitian pada proteksi arus lebigh tersebut yaitu tentang bagaimana waktu kerjanya terhadap arus gangguan hubung singkat tiga frasa dan satu fasa ke tanah, dan melakukan perbandingan hasil perhitungan dengan hasil lapangan, sehingga akan diperoleh solusi dengan menentukan berbagai perbaikan setting arus (Iset), TMS dan penggunaan waktu tunda (Td).
Berdasarkan hasil perhitungan, besarnya arus gangguan pada trafo daya 70/20 kV sisi 20 kV untuk gangguan hubung singkat tiga fasa adalah 5093,812 A dan untuk gangguan hubung satu fasaa ke tanah adalah 469,372 A, sehingga proteksi arus lebih akan bekerja untuk OCR selam 0,593 detik dan GFR bekerja selama 0,560 detik. Besarnyarus gangguan pada penyulang 20 kV leuwimunding untuk gangguan hubung tiga fasa adalah 1309,392 A dan untuk gangguan hubung satu fasa ketanah adalah 205,242 A sehingga proteksi arus lebih akan bekerja untuk oCR selama 2,630 detik dan untuk GFR selama 0,562 detik. dengan menggunakan Td 0,3 detik masih memungkinkan terjadinya kegagalan sistem proteksi arus lebih karena waktu koordinasi dari hasil perhitungan 0,335 detik.
Dari hasil penelitian bahwa penggunaan Td 0,4 detik akan lebih baik dari sebelumnya (Td = 0,3 detik) pada sistem proteksi arus lebih terutama pada sisi GFR, sebab proses koordinasinya bekerja dengan baik sehingga rele akan selektif."
[s.l.]: Jurnal Peneltian : Sitrotika, 2007
507 JPS 3:2 (2007)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Johan Kaunang Novrian
"Sistem distribusi terdiri atas gardu induk yang menyuplai daya listrik ke beberapa penyulang untuk kemudian oleh penyulang disalurkan menuju pelanggan. Agar system distribusi dapat dijaga keandalannya, maka salah satu cara yang dapat ditempuh adalah melindungi elemen sistem distribusi dengan peralatan proteksi yang dikoordinasikan dengan baik. Salah satu peralatan proteksi utama yang digunakan pada sistem distribusi adalah rele arus lebih dan rele gangguan tanah. Kedua jenis rele ini perlu dikoordinasikan dengan baik sehingga diwujudkan sebuah sistem proteksi yang sensitif, selektif, handal, serta ekonomis. Hal ini dapat diwujudkan dengan mengetahui beberapa parameter antara lain bentuk jaringan, besar arus hubung singkat, persyaratan pemilihan dan setting peralatan proteksi yang digunakan. Pada skripsi ini parameter yang disebutkan di atas dihitung untuk kemudian dianalisa dan dibandingkan dengan setting peralatan proteksi yang telah ditetapkan dan digunakan oleh PT. PLN (Persero) Area Pelayanan dan Jaringan Depok pada sistem proteksi Gardu Induk Cimanggis.

Distribution system consist of substation which supply electric power to several feeders and then distrubuted to the customers. In order to maintain the distribution system, good protection coordination can are needed. Good protection coordination can increase the distribution system reliability. Overcurrent relay (OCR) and ground fault relay (GFR) are one of the most used in distribution system. Both OCR and GFR need to be coordinated in order to make the system more sensitive, selective, reliable, and efficient. Good coordination can only implemented with a good knowledge about the system network, short circuit level, selection criterion and relay setting which applied. This thesis analyzing the parameters mentioned above using short circuit simulation and parameters calculation and then the result compared with the applied setting on the GI Cimanggis overcurrent relay and ground fault relay coordination setting."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S40386
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ficky Pratka Setya
"Skripsi ini dibuat untuk menentukan nilai setting rele pada gardu induk dengan perhitungan secara manual. Untuk menentukan setting rele pada jaringan tegangan menengah maka perlu diketahui beberapa hal yaitu antara lain data jaringan, perhitungan hubung singkat, persyaratan pemilihan dan setting peralatan proteksi. Dalam skripsi ini gangguan yang dihitung adalah gangguan antar fasa, gangguan tiga fasa, gangguan satu fasa ke tanah dan gangguan dua fasa ke tanah. Dengan menganalisa koordinasi setting sistem proteksi pada GI maka nantinya dapat dipergunakan untuk melihat kehandalan dari sistem proteksi tersebut.
Nilai setting rele dapat ditentukan dengan mengolah data yang didapat dari gardu induk, nilai impedansi total dapat dihitung dengan menjumlahkan impedansi trafo, impedansi saluran dan impedansi sumber. Setelah didapatkan nilai impedansi maka nilai arus gangguan dapat dihitung dan lalu didapatkan nilai setting rele yang baik. Berdasarkan dari sistem proteksi yang ditentukan diatas, dapat pula dibandingkan hasil perhitungan dan penyetelan peralatan proteksi dengan system proteksi yang telah ditetapkan untuk GI yang sama agar dapat mengetahui system proteksi yang optimal.

This paper is made to set relay in with mathematical calculation. To set relay in intermediate voltage network, we need to know several things as network data, short circuit calculation, and protection setting. Coordination analysis is usefull to know the reliability of the protection instrumentation. Based on the mathematical calculation, we can compare the result of mathematical calculation with actual setting in same GI so we can know the optimal setting for the protection syatem.
The value of relay setting can be determined with calculating data from GI, the total impedance can be calculated by adding transformator impedance, line impedance and source impedance. After calculating total impedance, the fault current can be calculated. Furthermore it can be used to set relay.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S40357
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adrial Mardensyah
"Saluran udara tegangan tinggi merupakan salah satu komponen dalam system tenaga listrik yang sering mengalami gangguan. Gangguan pada saluran udara dapat disebabkan hubungan singkat, beban lebih, surja petir, topan, cuaca buruk dan lain-lain. Gangguan ini dapat menyebabkan terganggunya kelangsungan operasi dan kerusakan peralatan pada sistem tenaga listrik. Untuk itu diperlukan system proteksi yang handal yang dapat mengidentifikasi gangguan dengan cepat sekaligus mengamankan bagian sistem yang terganggu dari bagian lain yang masih dapat berjalan normal.
Suatu sistem proteksi karena berbagai macam faktor dapat mengalami kegagalan operasi, oleh sebab itu selain proteksi utama diperlukan proteksi cadangan yang dapat bekerja ketika proteksi utama gagal bekerja. Rele jarak dapat digunakan sebagai proteksi utama sekaligus sebagai proteksi cadangan jauh pada saluran udara tegangan tinggi. Sedangkan rele arus lebih dan rele gangguan tanah digunakan sebagai proteksi cadangan lokal jika rele jarak gagal bekerja.
Dalam skripsi ini akan dilakukan studi perencanaan koordinasi rele proteksi untuk proteksi utama maupun proteksi cadangan pada saluran udara tegangan tinggi yang menghubungkan gardu induk Gambir Lama dengan gardu induk Pulomas. Koordinasi dilakukan dengan menghitung setelan rele jarak yang digunakan sebagai proteksi utama sekaligus sebagai proteksi cadangan jauh serta menghitung setelan rele arus lebih dan rele gangguan tanah yang digunakan sebagai proteksi cadangan lokal. Rele jarak dapat dikoordinasikan dengan auto reclose relay untuk menutup pemutus tenaga secara otomatis beberapa saat setelah terjadi gangguan. Rele jarak yang dikoordinasikan dengan auto reclose relay dapat meningkatkan kontinuitas pelayanan energi listrik.

High voltage transmission lines is one of component in electrical power system, which subject to a lot of fault. This fault can caused by short circuit, overloads, lightning, wind etc,. Faults may caused disturbance in electrical power system and could also damaged component of the power system. In order to minimize damage caused by faults, it needs to install power system protection. The purpose of power system protection is to recognize certain system abnormalities which, if undetected could lead to damage of equipement or extended loss of service.
In many cases it is not feasible to ensure that power system protection can operate correctly. For that, power system must have a back-up protection in cases the main protection failed to operate. Distance relay can operate both as main protection and remote back up protection to the adjacent feeder in transmission lines. Overcurrent and ground fault relay is use for local back up protection in transmission lines.
This paper will study coordination of protection relay for both main and back up protection in transmission line connecting substation Gambir Lama ? Pulomas. This carry out by calculate relay setting for distance relay, overcurrent relay and ground fault relay to determine gradded settings to achieve selectivity. Distance relay also suitable for use in association with high speed auto reclosing for the protection of important transmission lines. The use of auto reclosing have advantages for reduction of the minimum interruptions of supply to consumer.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S40518
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rio Putra Hadianto
"Perencanaan pembangunan Gardu Induk Distribusi 150/20 kV pada Industri Spin Mill membutuhkan sistem proteksi tenaga listrik dari bahaya gangguan. Gangguan yang sering terjadi dan dianggap sangat berbahaya ialah gangguan hubung singkat. Pada perencanaan sistem proteksi ini menggunakan rele arus lebih sebagai pengaman dari gangguan hubung singkat. Dalam menentukan setting rele arus lebih dibutuhkan studi aliran daya untuk mendapatkan nilai arus nominal yang melalui rele. Selanjutnya dilakukan perhitungan arus gangguan hubung singkat tiga fasa untuk menentukan setting arus pada rele arus lebih. Berdasarkan hasil simulasi didapatkan bahwa koordinasi antar rele telah bekerja sesuai dengan letak gangguan yang terjadi dan waktu kerja antar rele berkisar 0,2-0,3 detik.

The planning development of Substation Distribution 150 20 kV on Spin Mill Industry requires electrical protection system from danger of electrical fault. Fault that often occurs and is considered very dangerous is short circuit. In planning this protection system uses overcurrent relay as a safety of short circuit interference. In determining the current relay settings, power flow studies are needed to obtain the nominal current value through the relay. Next step is calculate three phase short circuit current flows to determine the current setting current on overcurrent relay. Based on simulation, the results obtain that coordination between the relay has worked in accordance with the location of fault occurred and the working time between the relay ranges from 0,2 to 0,3 seconds."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67665
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nagib Muhammad
"Skripsi ini membahas tentang metode proteksi stator generator dari gangguan fasa-tanah. Hal ini dikarenakan gangguan hubung singkat yang terjadi pada stator generator dapat menimbulkan kerusakan yang serius. Metode proteksi umumnya tidak dapat melindungi keseluruhan dari belitan stator. Metode proteksi konvensional umumnya hanya dapat memproteksi sekitar 90-95% dari belitan stator. Oleh karena itu dibutuhkan metode yang mampu medeteksi gangguan pada keseluruhan belitan stator generator sinkron. Metode tegangan kurang harmonisa ketiga yang dikombinasikan dengan metode konvensional dapat melindungi keseluruhan dari belitan stator. Berdasarkan metode tersebut penulis bertujuan untuk mendapatkan nilai penyetelan rele tegangan kurang harmonisa ketiga(27TN) dan rele tegangan lebih(59N) yang akan diaplikasikan pada generator sinkron PT.X. Berdasarkan standar IEEE didapatkan nilai penyetelan tegangan pick-up untuk rele tegangan kurang harmonisa ketiga sebesar 1,1 Volt dengan waktu tunda sebesar 1 detik dengan nilai undervoltage inhibit sebesar 97 Volt, dan nilai penyetelan tegangan pick-up pertama untuk rele tegangan lebih (59N) sebesar 5 Volt dengan waktu tunda sebesar 1 detik dan penyetelan tegangan pick-up kedua sebesar 34,6 Volt dengan waktu tunda sebesar 0,1 detik. Berdasarkan simulasi yang dilakukan metode ini memiliki kelemahan yaitu ketika terjadi busur api gangguan tersebut tidak dapat dideteksi oleh metode ini.

This thesis discuss about protection method of stator ground fault, because short circuit that occurs in the stator can cause a very seriously damage. Conventional protection method cannot protect all of stator winding. Conventional protection method generally can protect about 90-95% of stator winding, because of conventional protection method cannot protect all of stator windings. So, this thesis use undervoltage third harmonic method which can protect the last 5-10% of stator winding . This tesis use this method for setting protection relay. Based on IEEE standart this tesis obtain value of third harmonic undervoltage relay setting is 1,1 Volt and time delay is 1 second ,and value for overvoltage relay (59N) is 5 Volt and time delay is 1 second, then the second setting is 34,6 Volt for time delay 0,1 second. Based on simulation result this method cannot detect the arcing fault near the neutral of stator winding."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S62692
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aldi Jansen
"Dalam masa sekarang ini penambahan beban Ketenagalistrikan berkembang sangat pesat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi negara, maka dalam hal ini PT PLN (Persero) perlu lebih mengkonsentrasikan diri dan memperkuat posisinya sebagai pelaku usaha yang ditunjang dengan mempertahankan atau melakukan perluasan jaringan Transmisi maupun jaringan Distribusi 20 kV, dimana keandalan sistem tenaga listrik dari Pembangkitan sampai dengan Beban harus terjamin dan jika ada gangguan pada jaringan Transmisi maupun Distribusi maka jaringan yang terganggu saja yang padam, tidak meluas kejaringan lain. Jaringan Distribusi 20 kV di Gardu Induk Cengkareng, sebagian besar mempergunakan Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) yang dapat mengakibatkan gangguan-gangguan seperti gangguan akibat petir, gangguan akibat binatang, atau gangguan akibat pepohonan, dimana gangguan-gangguan ini tidak dapat dihilangkan sama sekali tetapi hanya dapat memperkecil daerah pemadamannya. Salah satu parameter untuk menentukan kehandalan suplai sistem tenaga listrik adalah dengan memasang peralatan Sistem proteksi pada jaringan Distribusi (PMT 20 kV) yang ditangani dengan keahlian khusus dalam pemilihan peralatan proteksi maupun cara melakukan setting relay sehingga pemadaman akibat gangguan tidak meluas ke daerah atau jaringan lain, untuk menjaga kontinuitas pelayanan kepada pengguna dan membangun efisiensi perusahaan.

On recent years, additional electric power load improves rapidly along with the country's economic development. Therefore PT PLN (Persero) needs to concentrate and fortified its position as a business perpetrator reinforced by stabilizing or diversifying both transmission and distribution network of 20 kV, where electric power system's reliability from generator to the load should be guaranteed. If disturbances occurred on a transmission or distribution network, should the only appropriate network shut down, not the others. Twenty kilovolts distribution network of Main Station Cengkareng utilizes mostly Mid-Voltage Airduct that may causes disturbances such as lightning, animals or trees where they can't be fully eliminated but reduced on the shutdown area. One of parameters used to determine electric power system's supply is the installation of protection system devices on distribution networks (20 kV CB) being held with special skills in both choosing protection devices and proper setting relays in order to prevent shutdown spreading into another area or network, to maintain continuity of service to customers and to develop the company's efficiency."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S40721
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Symphathetic Tripping adalah suatu peristiwa yang menggambarkan kejadian ketika suatu peralatan pengamanan menanggapi secara salah atau tidak cliharapkan pada suatu sistem tenaga listrik yang sedang mengalami gangguan. Hal ini dapat terjadi pada suatu peralatan pengaman yang dihubungkan secara seri pada suatu penyulang yang sarna, sedemikian rupa sehingga untuk gangguan yang terjadi diantara peralatan-peralatan pengaman tersebut, sate atau lebih peralatan pengaman yang lain akan turut bekega. Sedangkan tripping paralel adalah kejadian yang menggambarkan ketika terjadi gangguan pada sate penyulang akan mengakibatkan satu atau lebih penyulang-penyulang yang terhubung pada suatu bus (Gardu Induk) yang sama akan turut mengalami lock-out (terus terbuka). Daum Tugas Akhir ini digambarkan beberapa kemungkinan penyebab terjadinya gangguan Symphathetic Tripping, clan menerangkan bagaimana gangguan ini dapat terjadi, disamping itu diuraikan bagaimana gangguan Symphathetic Tripping ini dapat diminimalkan atau dihindari sekecil mungkin."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S38922
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>