Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 177605 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pakasi, Diana Teresa
"Pengetahuan remaja tentang seksualitas dan kesehatan reproduksi masih rendah, meskipun telah terdapat inisiatif pendidikan seksualitas dan kesehatan reproduksi seperti yang ditunjukan oleh berbagai penelitian sebelumnya. Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis pendidikan seksualitas dan kesehatan reproduksi bagi remaja yang telah dilakukan oleh pemerintah maupun non-pemerintah pada jenjang SMA. Tulisan ini didasarkan penelitian yang menggunakan metode mixed methods, yaitu kuantitatif yang didukung oleh kualitatif. Metode kuantitatif, yaitu survei dilakukan terhadap 918 siswa dan 128 guru SMA dan didukung oleh diskusi kelompok terfokus dan wawancara mendalam di delapan kota di Indonesia. Diskusi kelompok terfokus dilakukan terhadap organisasi masyarakat sipil, forum guru, dan kelompok remaja, sedangkan wawancara mendalam dilakukan terhadap pemerintah daerah, orang tua murid, komite sekolah, dan tokoh agama/masyarakat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan seksualitas dan kesehatan reproduksi tidak sesuai dengan realitas perilaku seksual dan resiko seksual yang dihadapi remaja karena: (1) Pendidikan seksualitas dan kesehatan reproduksi yang sudah diberikan pada jenjang SMA lebih menitikberatkan pada aspek biologis semata; (2) Masih adanya anggapan bahwa seksualitas merupakan hal yang tabu untuk diberikan di sekolah; (3) Pendidikan cenderung menekankan pada bahaya dan resiko seks pranikah dari sudut pandang moral dan agama; (4) Pendidikan belum memandang pentingnya aspek relasi gender dan hak remaja dalam kesehatan reproduksi dan seksual remaja. Konstruksi seksualitas remaja dan wacana mengenai pendidikan seksualitas berperan terhadap isi dan metode pendidikan seksualitas dan kesehatan reproduksi bagi remaja.

Between Needs and Taboos: Sexuality and Reproductive Health Education for High School Students. Adolescents? knowledge on sexuality and reproductive health is still limited, although there have been initiatives to provide sexual and reproductive health education as indicated by previous studies. This paper examines reproductive health and sexuality education for adolescents that has been conducted by government and non-government at the high school level. This paper is based on a research using mixed methods of quantitative methods that are supported by qualitative. Quantitative methods are surveys conducted to 918 students and 128 high school teachers and supported by focus group discussions and in-depth interviews in eight cities in Indonesia. Focus group discussions conducted to civil society organizations, teacher forums, and youth groups, while in-depth interviews conducted to local government, parents, school committees, and religious/community leaders.
The results show that the reproductive and sexual health education does not match the reality of sexual behavior and sexual risk faced by teenagers because: (1) reproductive health and sexuality education that is given to the high school level is more focused on the biological aspects alone, (2) There is still a notion that sexuality is a taboo to be given at school, (3) the sexuality education tends to emphasize the dangers of premarital sex from the moral and religious point of view, (4) the sexuality education has not looked at the importance of aspects of gender relations and rights of adolescents in adolescent reproductive and sexual health. The construction of adolescent sexuality and the discourse on sexuality education contribute to the content and methods of sexuality and reproductive health education for adolescents.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Wina Geuma Yunita
"SMP Negeri "X" Depok merupakan salah satu sekolah unggulan yang berada di Depok. Letaknya yang berbatasan dengan Jakarta membuat remaja di sekolah ini dapat berpotensi berperilaku berisiko. Perkembangan seksualitas merupakan masa krisis bagi remaja. Untuk memenuhi rasa ingin tahu tentang seks dan kesehatan reproduksi remaja berusaha mencari akses dan melakukan eksplorasi sendiri tentang seks dan kesehatan reproduksi. Menurut beberapa penelitian remaja harus diberikan pendidikan seks sejak dini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi remaja mengenai pendidikan seks di SMP Negeri "X" Depok pada tahun 2014. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan teknik diskusi kelompok terarah dan wawancara mendalam dalam pengambilan data primer. Data diperoleh dari 12 informan yang berusia 13-14 tahun serta dari guru di SMP Negeri "X" Depok. Hasil penelitian ini menunjukkan pendidikan seks dinilai oleh remaja sebagai sesuatu yang penting, bernilai positif, serta bermanfaat bagi mereka. Melalui pendidikan seks remaja dapat mengarahkan perilaku seksualnya. Remaja menganggap pendidikan seks dapat menjawab keingintahuan dan rasa penasaran mereka mengenai hal yang berkaitan dengan seks.

"X" Junior High School in Depok is one of the top schools were located in Depok. It is bordered by the Jakarta, so makes the adolescent's at this school can potentially got a risk behavior. Progress of the sexuality is the crucial moments for adolescent. To satisfy curiosity about sex and reproductive health adolescent trying to find the information about it with their own access and exploration. The results from some studies adolescents should be given sex education from an early age. The purpose of this study is to know adolescent's perception about sex education at 'X' junior high school Depok in 2014. This is a qualitative study using focus group discussion and in-depth interview techniques in primary data collection. The data were obtained from 12 informants aged 13-14 years and teacher's. The result of this study are sex education is important and useful for them. With sex education adolescent can control their sex behavior and answered their curiosity about sex.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55830
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Masa remaja merupakan masa di mana remaja mencari identitas diri dan rasa ingin tahu yang besar terhadap seksualitas. Hal tersebut membuat remaja mencari berbagai informasi tentang seksualitas, salah satu sumbemya melalui media massa. Belum adanya peraturan yang marnpu menghentikan penyebaran informasi-informasi porno di media massa yang ada di Indonesia menyebabkan remaja tetap bisa mendapatkan informasi yang tidak benar. Hal tersebut mempengaruhi perilaku seksual remaja. Fenomena berbagai perilaku seksual remaja saat ini sangat beresiko menjadi masalah-masalah kesehatan yang terjadi pada remaja seperti HIV-AIDS dan kehamilan yang tidak diinginkan. Adanya hubungan antara media massa dengan perilaku seksual remaja mendorong peneliti untuk melakukan penelitian ini. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif korelasi. Responden yang dijadikan sampel sebanyak 75 remaja SMA 109 Jakarta Selatan. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan stratified random sampling. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Data mentah kemudian dianalisis menggunakan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara informasi-informasi porno di media massa dengan perilaku seksual remaja (p value= 0,00; α= 0,05).
Kata Kunci: remaja, media massa, perilaku seksual, informasi"
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
TA5691
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"Remaja dalam pertumbuban dan perkembangan merupakan kelompok beresiko terjadinya perubahan perilaku salah satunya mengenai perilaku asks pranikah. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara karakteristik remaja (umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, keterpaparan media, komunikasi orang tua, komunikasi teman sebaya) dengan persepsi mengenai perilaku seks pranikah. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pcndekatan cross sectional, dengart teknik pengambilan random sampling. Responden penelitian ini berjumlah 90 orang berusia sekitar 15-21 tahun dengan menggunakan α 5%. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara jenis kelamin (p value 0.001), tingkat pendidikan (p value 0.047) serta frekuensi mengakses pornografi (p value 0.001) dengan persepsi mengenai perilaku seks pranikah, sedangkan variabel umur, komunikasi dengan orang tua, komunikasi dengan teman sebaya tidak memiliki hubungan dengan persepsi. Dengan hasil penelitian ini diharapkan peran pemerintah untuk berkomitmen menjalankan peraturan mengenai regulasi mengakses pornografi. Mungkin juga diperlukan tambahan kurikulum mengenai pendidikan mengenai kesehatan reproduksi khususnya untuk remaja laki-laki.
Kata kunci: perilaku seks pranikah, persepsi, remaja"
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
TA5668
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Silvi Enggar Budiarti
"Pengetahuan kesehatan reproduksi sangat penting bagi remaja. Saat ini internetmerupakan media yang paling dekat dan digemari oleh remaja. Melalui internetremaja dapat mengakses informasi dengan cepat dan mudah. Tetapi informasikesehatan yang tidak difiltrasi dapat membahayakan dan mempengaruhi perilakukesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penggunaaninternet untuk informasi kesehatan, persepsi penggunaan internet untuk informasikesehatan, dan pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja. Penelitian inidilakukan dengan metode deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectionalmelalui pengisian sendiri dari kuesioner yang diberikan pada 131 siswa SMA ProAn Nizhomiyah Depok.
Hasil penelitian ini menunjukkan rata-rata frekuensi dandurasi mengakses internet untuk informasi kesehatan reproduksi dalam semingguyaitu 1,54 kali dan 43,71 menit; 63,4 siswa mempersepsikan internet berguna,40,6 mudah diakses, dan 53,5 merasa internet memberikan privasi ketikamencari informasi kesehatan reproduksi; pengetahuan pada siswa yang memakaiinternet tergolong baik dan yang tidak memakai tergolong rendah; dan terdapatperbedaan signifikan p=0,007 antara pengetahuan siswa yang menggunakaninternet dengan yang tidak menggunakan, sehingga potensi internet dalampendidikan dan promosi kesehatan reproduksi dapat dipertimbangkan dandimanfaatkan oleh sekolah.

Knowledge of reproductive health is very important for teenagers. Currently theinternet is the media closest and popular by teenagers. Through the internet teenscan access information quickly and easily. Unfiltered health information can beharmful and effect health behavior. This study aimed to describe of internet usefor health information, perceptions of internet use for reproductive healthinformation, and knowledge of reproductive helath in adolescents. This researchwas conducted by descriptive quantitative method with cross sectional approachthrough self filling from questionnaire given at 131 students of Pro AnNizhomiyah Depok.
The results of this study are the average frequency andduration of internet access for reproductive health information in a week that is1,54 times and 43,71 minutes 63.4 of students perceive internet is useful,40.6 easily accessible, and 53.5 feel the internet provides privacy whenseeking information on reproductive health and there are significant differences p 0.007 between the knowledge of students who use internet and those wo donot use, so that the potential of internet in education and promotion ofreproductive health can be considered and utilized by school.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S68791
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Masalah ini menganalisis kompleksitas seksual manusia dengan menantang asumsi-asumsi yang dibangun atas pemikiran biner yang biasanya memiliki kecenderungan deterministik biologi. Upaya ini dilakukan dengan memaparkan perkembangan teori seksualitas muktahir, mulai dari feminisme hingga kajian queer, melalui teori-teori Michel Foucault, Judith Butler, Jack Halberstan, hingga Sara Ahmed. Selain itu, perkembangan kajian seksualitas di ranah lokal juga turut dipaparkan untuk melihat bagaimana interkasi dan relasi pengetahuan antara tingkat global dan lokal. Pendekatan teori queer juga memberikan ruang untuk melakukan kritik terhadap hagemoni label seksualitas yang dibawa dari Barat dan menunjukkan bahwa label-label tersebut tidak selalu meiliki makna yang sama dengan asalnya. Inilah alasan mengapa konse sex(t)uality/seks(t)ualitas diperkenalkan disini, bahwa seksualitas beroperasi layaknya teks."
362 JP 20:4 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jenpriwati
Jakarta : Kawan Pustaka, 2003
306.7 AJE p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Firli Kusuma Ardiati
"Prevalensi HIV pada LSL meningkat dari 6,5% (2009) menjadi 12,8% (2013). Akan tetapi, penggunaan kondom secara konsisten pada kelompok LSL pasangan tidak tetap hanya 38%. Penelitian ini bertujuan untuk melihat model konsistensi penggunaan kondom pada LSL pasangan pria tidak tetap non komersial di Tangerang, Jogjakarta, dan Makassar tahun 2013. Data yang digunakan adalah data Survei Terpadu Biologis dan Perilaku tahun 2013. Desain penelitian yang digunakan adalah potong lintang dengan jumlah sampel untuk penelitian ini sebesar 263 responden. Analisis data menggunakan Generalized Structural Equation Modelling (GSEM).
Hasil analisis memperlihatkan pengetahuan komprehensif dan sumber informasi secara langsung mempengaruhi konsistensi kondom (koef path = 1,3 dan 1). Variabel persepsi setia dan penggunaan kondom untuk mengurangi risiko tertular HIV memiliki koefisien terbesar untuk membentuk variabel pengetahuan komprehensif (koef path = 3,5 dan 3,4). Secara tidak langsung, sumber informasi juga dapat mempengaruhi konsistensi kondom (koef path = 0,64).
Variabel konselor, pertunjukkan, dan poster memiliki koefisien terbesar untuk membentuk variabel sumber informasi (koef path = 7,2; 5,2; dan 5,1). Secara keseluruhan, informasi dari konselor, pertunjukkan, dan poster berpengaruh terbesar untuk mempengaruhi konsistensi penggunaan kondom pada LSL. Oleh sebab itu, pemberdayaan konselor dan akses penyebaran informasi melalui pertunjukkan dan poster dapat ditingkatkan dalam upaya konsistensi penggunaan kondom untuk mencegah penularan HIV.

HIV prevalence among MSM increased from 6.5% (2009) to 12.8% (2013). However, consistency of condom use in MSM with casual partner only 38%. This study aims to looking the model of consistency of condom use in MSM male partners on casual partner in Tangerang, Jogjakarta and Makassar in 2013. The data used is data of Integrated Biological and Behavioral Survey (IBBS) in 2013. The study design using cross sectional with total sample for this study of 263 respondents. The data analysis using Generalized Structural Equation Modelling (GSEM).
The results of analysis showed that comprehensive knowledge and resources directly affects the consistency of condom use (koef path = 1.3 and 1). Variable of faithful perception and use condoms to reduce the risk of spreading HIV have the largest coefficients of a comprehensive knowledge variable (koef path = 3.5 and 3.4). Indirectly, resources of information can also affect the consistency of condom use (koef path = 0.64).
Variable of counselor, performances, and posters have the largest coefficients to form a resources of information variable (koef path = 7.2; 5.2; and 5.1). Overall, the informations from counselor, performance, and poster are the most influential to affect the consistency of condom use in MSM. Therefore, empowerment counselors and access for disseminating information through performances and posters can be increased as consistency of condom use program to prevent HIV transmission.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>