Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 78827 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"BPK memliki mandat untuk melakukan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara, diantaranya melalui Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu (PDTT). Berdasarkan hasil kajaian yang dilakukan Direktorat Litbang PDTT pada tahun 2011, pemeriksaan yang termasuk PDTT adalah pemeriksaan investigatif dan kepatuhan. Pemeriksaan kepatuhan dimaksudkan adalah pemeriksaan kepatuhan yang berdiri sendiri. Tulisan ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang penarikan kesimpulan dalam pemeriksaan kepatuhan yang berdiri sendiri tersebut. Metodologi yang digunakan yaitu studi literatur, telaah LHP, pengumpulan data dan informasi melalui kuesioner dan wawancara serta Focus Group Discussion dengan praktisi dan akademisi. Hasil studi menunjukkan bahwa faktor-faktor yang memdukung kualitas penarikan kesimpulan dalam pemeriksaan kepatuhan yang berdiri sendiri adalah tujuan, lingkup, atau cakupan pemeriksaan, kriteria, materialitas, sampel dan bukti kesimpulan yang mengacu pada ISSAI 4100 Compliance Audit Guidelines for Audits Performed separately from the Audit of Financial Statements."
340 JTKAK 1:1 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Dumaria
"Abstrak
BPK sebagai satu satunya lembaga audit eksternal sejajar dengan lembaga tinggi negara lainnya yang memeriksa pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara seharusnya jauh dari kepentingan partai politik manapunyang menyeret pada kasus kasus korupsi. Akhir-akhir ini Anggota BPK banyak terseret isu kepentingan politis bahkan menjadi tersangka kasus korupsi. Dalam rangka menjadikan BPK menjadi lembaga audit profesional dan independen maka pengisian jabatan Anggota BPK harus jauh dari kepentingan politis. Tulian ini menganalisis permasalahan utama yakni menganalisis perkembangan pengaturan pengisian jabatan Anggota BPK. Setelah melakukan analisis maka dapat disimpulkan bahwa Pengisian jabatan Anggota BPK dari masa kemasa mengalami perkembangan yang sangat pesat baik dalam hal mekanisme dan masa jabatan."
Depok: Badan Penerbit FHUI, 2017
340 JHP 47:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Tofanstyo Tri Cahyono
"[ABSTRAK
Skripsi ini berfokus pada analisis kelayakan dari sistem e-audit yang digunakan oleh Pemeriksa BPK RI untuk melakukan pemeriksaan keuangan negara. Analisis kelayakan diperlukan agar BPK RI dapat memanfaatkan teknologi yang dapat menambah nilai dari hasil pemeriksaan serta dapat menggunakan teknologi dengan tepat guna sesuai dengan proses pemeriksaan keuangan negara. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Data utama didapatkan dari wawancara mendalam dengan responden pemeriksa BPK dan tim pengembangan sistem e-audit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem e-audit sudah layak digunakan dalam pemeriksaan keuangan negara. Namun peneliti menyarankan kepada BPK agar lebih aktif lagi dalam menangkap kebutuhan pengguna akhir yaitu pemeriksa, sehingga dapat dipastikan kebutuhan pengguna akhir dan jadwal pengembangan sistem di masa yang akan datang serta supaya pengembangan sistem sesuai dengan yang dibutuhkan pengguna. Selain itu, BPK juga harus mempertimbangkan untuk mulai melakukan seleksi jasa profesional Teknologi Informasi untuk membantu dalam pengembangan sistem e-audit karena besar kemungkinan banyaknya kebutuhan dari pengguna akhir di masa yang akan datang.
ABSTRACT
This study focuses on the analysis of the feasibility of e-audit system used by BPK Auditors to audit state finances. The feasibility analysis is required in order to utilize technology that can increase the value of the audit results and can use the appropriate technology according to the state finances audit process. This research use descriptive qualitative method. The main data obtained from in-depth interviews with respondents from BPK Auditors and development team of e-audit system. The results showed that the e-audit system already feasible for use in the state finances audit process. The researchers suggested for the BPK to be more active in capturing end user requirements, ensuring the end user requirements and system development schedule in the future are met, and ensuring development of the system is met with the end user requirements. In addition, BPK also had to consider to begin selecting information technology professional services to assist in the development of e-audit system because most likely there are many end user requirements in the future.
, This study focuses on the analysis of the feasibility of e-audit system used by BPK Auditors to audit state finances. The feasibility analysis is required in order to utilize technology that can increase the value of the audit results and can use the appropriate technology according to the state finances audit process. This research use descriptive qualitative method. The main data obtained from in-depth interviews with respondents from BPK Auditors and development team of e-audit system. The results showed that the e-audit system already feasible for use in the state finances audit process. The researchers suggested for the BPK to be more active in capturing end user requirements, ensuring the end user requirements and system development schedule in the future are met, and ensuring development of the system is met with the end user requirements. In addition, BPK also had to consider to begin selecting information technology professional services to assist in the development of e-audit system because most likely there are many end user requirements in the future.
]"
Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
S61629
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Kajian ini membandingkan kondisi pengembangan kapasitas pemeriksaan kinerja di BPK dengan Australian National Audit Office (ANAO). Walaupun membandingkan institusi ANAO dan BPK tidak selalu memberikan gambaran yang setara karena berbedanya mandat, skala, dan luasan yurisdiksi pemeriksaan, namun upaya pembandingan ini dimaksudkan untuk mempelajari hal-hal positif yang telah dicapai oleh ANAO supaya bisa diterapkan di BPK. Kriteria yang digunakan dalam kajian ini adalah model capacity building guidelines yang dikembangkan oleh INTOSAI. Metode kajian yang digunakan adalah studi literatur yang diperkaya dengan hasil analisis berbagai dokumen yang diperoleh dari website resmi kedua lembaga auditor pemerintah tersebut. Hasil kajian menunjukkan bahwa 14 dari 15 unsur pengembangan kapasitas pemeriksaan kinerja telah dipenuhi dan satu unsur belum sepenuhnya dipenuhi oleh ANAO. Sementara itu, sesuai tingkat perkembangan pemeriksaan kinerja yang relatif masih abru, BPK masih perlu secara terus menerus meningkatkan kapasitas pemeriksaan kinerja agar memenuhi standar capacity building guidelines yang dikembangkan oleh INTOSAI"
340 JTKAK 1:1 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"The government of Indonesia is not serious to resolve the issue of the protection of migrants workers. The Supreme Audit Agency (BPK) Republik Indonesia (RI) has provided comprehensive recommendations in the examination report of placement and protection performance of migrant workers. BPK issued a report that the placement of workers abroad is not fully supported by the policy intact, comprehensive, and transparent to protect the basic rights of workers and equal opportunities for all stakeholders. It is also not supported by the integrated system and the allocation of adequate resources to improve the equality of the placement and protection of migrant workers abroad. BPK also explicitly highlights that requirement of workers is not yet supported by good and transparent process so there is no certainty, justice, and the protection of migrant workers."
360 IFJ 1 : 1 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Akhmad Kismed
"Pemeriksaan parasit dari sediaan darah adalah salah satu langkah penting dalam menegakkan diagnosis malaria. Jika dibandingkan dengan kabupaten lain di Propinsi Kalimantan Barat, cakupan pemeriksaan sediaan darah penderita tersangka malaria di Kabupaten Sambas masih tergolang rendah. Dalam studi ini dilakukan penelitian terhadap hal-hal yang berhubungan dengan kepatuhan petugas puskesmas terhadap standar pelayanan penderita malaria dan pemeriksaan sediaan darah.
Studi kualitatif ini dilakukan pada 10 puskesmas dengan melibatkan 20 orang paramedis, 10 orang petugas laboratorium, 10 orang kepala puskesmas dan 1 orang wasor malaria kabupaten sebagai informan. Pengetahuan, sikap dan tindakan petugas laboratorium ditelaah melalui wawancara mendalam, sedangkan untuk paramedis dilakukan diskusi kelompok terarah. Observasi juga dilakukan terhadap ketersediaan sarana laboratorium untuk melakukan pemeriksaan parasit sediaan darah.
Analisa data yang terkumpul menunjukkan bahwa pengetahuan paramedis tentang standar pelayanan penderita malaria sudah cukup baik, demikian juga halnya dengan pengetahuan petugas laboratorium tentang prosedur pemeriksaan sediaan darah.
Sikap petugas paramedis maupun laboratorium pada umumya setuju dan mendukung pemeriksaan sediaan darah penderita tersangka malaria, tetapi pengetahuan dan sikap tersebut tidak diikuti dengan kepatuhannya dalam melakukan pemeriksaan sediaan darah. Namun demikian, sebagian besar petugas paramedis telah memberikan pelayanan kepada penderita malaria sesuai standar dengan merujuk penderita ke laboratorium untuk pemeriksaan sediaan darahnya. Juga diamati bahwa pada sebagian puskesmas ketersediaan sarana laboratorium untuk pemeriksaan sediaan darah malaria masih kurang, sedangkan kerjasama diantara petugas paramedis dan laboratorium dalam melakukan pemeriksaan sediaan darah malaria sudah berjalan dengan baik. Selanjutnya pengawasan dari pimpinan puskesmas kepada petugas paramedis dalam melakukan rujukan penderita ke laboratorium untuk pemeriksaan sediaan darah masih kurang.
Studi ini menyimpulkan bahwa kurangnya perhatian dan tanggung jawab pimpinan puskesmas, kurangnya tenaga analis dan kurangnya sarana laboratorium berhubungan dengan rendahnya kepatuhan petugas puskesmas terhadap standar pelayanan malaria dan prosedur pemeriksaan sediaan darah serta sistem pencatatan dan pelaporan puskesmas merupakan salah satu penyebab rendahnya cakupan pemeriksaan sediaan darah penderita tersangka malaria.

Compliance Analysis of Public Health Centre Provider in Performing Blood Sample Examination of Malaria Patient in Kabupaten Sambas, 2000Parasitic examination of human blood sample is an important step in the diagnosis of malaria. However, compared to other district in West Kalimantan, in Kabupaten Sambas the coverage of blood sample examination of suspected malaria cases is lower. In this study, relevant issues associated with the compliance of the Public Health Centre (PHC) providers to the standard services of malaria and procedure of blood sample examination are investigated.
Qualitative study has been carried out in ten PHCs involving twenty paramedics, ten laboratory analysts, ten PHC managers, and a district supervisor of malaria as informer. Knowledge, attitude and practice of the laboratory analysts, were assessed through in-depth interview, while focus group discussion were applied to the paramedics to analyze the same issues. Laboratory facilities for parasitic examination of the blood sample were also observed.
Content analysis of the collected data shows that the paramedics have good knowledge in the standard services of malaria, similar to those of the laboratory analysts in the standard procedure for blood examination_ Generally, paramedics and laboratory analysts agree with and support blood sample examination of the suspected malaria patient, but their knowledge and attitude are not consistent to their compliance with the blood examination. However, most of the paramedics have served malaria patients with the standard services by referring them for laboratory examination. It was also observed that at some PHCs the laboratory facilities for blood sample examination is insufficient, although collaboration between paramedics and laboratory analysts is good enough. Furthermore, some of PHCs' managers do not supervise strongly their staffs thoroughly to comply with the referring blood sample examination.
This study concluded that the low attention and responsibility of PHC manager, lack of laboratory analysts and insufficient laboratory facilities are associated with the low compliance of the PHC providers to comply with the standard services of malaria and procedure of blood sample examination. Improper recording and reporting system is one of the causes of low coverage of blood sample examination of suspected malaria cases.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T3630
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muh. Harsono
"Usaha penegakan hukum yang dilakukan Direktorat Jenderal Pajak diwujudkan dengan pemeriksaan. Pemeriksaan pajak mempakan kegiatan pelaksanaan penegakan hukum, agar peraturan yang dikeluarkan dapat dilaksanakan dengan baik. Tanpa pelaksanaan penegakan hukum akan menimbulkan ketidakadilan terhadap wajib pajak yang melaksanakan kewajiban perpajakannya dengan benar, hal ini sejalan dengan wewenang yang diberikan oleh undang-undang pada administrasi pajak.
Penegakan hukum pajak dapat dilaksanakan dengan cara pemeriksaan, penyidikan dan penagihan. Oleh karena itu untuk meningkatkan efektifitas sistem perpajakan diperlukan pula adanya sistem pemeriksaan yang efektif. Sistem pemeriksaan pajak harus dapat mendorong kebenaran dan kelengkapan pelaporan penghasilan, penyerahan, pemotongan, pemungutan serta penyetoran pajak oleh Wajib Pajak.
Pokok permasalahan penelitian ini adalah bagaimanakah pelaksanaan pemeriksaan pajak pada Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak Jakarta Empat dan bagaimana peran pemeriksaan terhadap kepatuhan dalam pemenuhan kewajiban perpajakan serta menindaklanjuti hasil temuan pemeriksaan secara keseluruhan dalam rangka fungsi pemeriksaan dan penyidikan dimasa yang akan datang.
Tujuan Penelitian ini yaitu menggambarkan dan menguraikan pelaksanaan pemeriksaan pajak pada Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak Jakarta Empat. Menganalisis dan menjelaskan hasil pelaksanaan pemeriksaan pajak sebagai pelaksanaan dari tujuan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan Wajib Pajak. Menjelaskan dan menguraikan langkah-langkah dalam upaya meningkatkan pemeriksaan dan penyidikan pajak di masa yang akan datang.
Metodologi penelitian yang digunakan dalam penulisan tesis ini adalah metode deskriptif analisis, dengan teknik pengumpulan data berupa studi kepustakaan dan studi lapangan. Analisis yang dilakukan bersifat analisis kualitatif dan kuantitatif.
Dari analisis tingkat kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dalam hal penyampaian SPT Tahunan maupun SPT Masa, diperoleh kesimpulan bahwa pemeriksaan berperanan positip atas peningkatan kepatuhan kewajiban penyampaian SPT-nya.
Saran dalam penelitian ini adalah agar terhadap Wajib Pajak yang tidak pemah diperiksa selama 3 (tiga) tahun agar dilakukan pemeriksaan baik Pemeriksaan kantor maupun pemeriksaan Iapangan yang dilakukan oleh KPP setempat atau Karikpa Jakarta Empat, hal ini perlu dilakukan untuk meningkatkan tingkat kepatuhan Wajib Pajak.
Hasil pemeriksan tersebut apabila sumir maka NPWP dan NPPKP Wajib Pajak harus segera dihapus dan dicabut, agar tidak disalahgunakan oleh pihak lain.
Untuk melakukan pemeriksaan tersebut harus berdasarkan kriteria seleksi agar pemeriksaan yang dilakukan lebih efektif terutama apabila ada data informasi yang tersedia di bank data.

Law enforcement conducted by Directorate General Tax Affairs is manifested by inspection. It is as any law enforcement activities in order that the legislations enactment may be realized soundly- Without any law enforcement it will no bring about law justice against tax payers who had conducted their tax payment in tnie, it is line with authority mandated by legislations against fiscal administrative.
Law enforcement may bc implemented by inspection, obligation and collection. Hence, it is necessary the effective inspection in order to increase affectivity of fiscal system. Fiscal inspection system should be able to stimulate truth and report completion on revenue, submission, deduction, taxation and fiscal payment by tax payer.
The essential problematic herein is how implementation of Fiscal inspection at Inspection and Fiscal Investigation at Oflice Jakarta Empat and inspection role against the obedience in complying with fiscal obligation and to follow wholly, the fact finding of inspection within framework inspection and investigation function in the future.
The objective of this research is to illustrate and describe fiscal inspection at Office Jakarta Empat. Analyzing and explaining fiscal inspection implementation as realization of inspection objective to examine tax payer obedience. To clarify and analyze the steps in order to increase inspection and fiscal investigation in the future.
Research methodology used in this thesis is analysis descriptive method with data collection technique by library and field research. Analysis conducted in qualitative and quantitative.
From analysis on obedience rate in complying fiscal obligation regarding the submission both Annually and Masa SPT is obtained conclusion that inspection has positive role in increasing obligation obedience in sending SPT.
Suggestion in this research is that Tax Payer who never be inspected for three (3) years to be investigated either Office or Site Inspection conducted by local KPP or Karikpa Jakarta Empat, it is necessary conducted in order to increase obedience rate of Tax Payer.
Provided that such inspection results is succinct then, immediately, both NPWP and NPPKP of Tax Payer should be written off or invoked so as not to be used by other individual incorrectly.
To implement such inspection should be based on selection criteria in order that such inspection is more effective mainly, provided that any information data available on bank data.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T22211
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nanda Alfiyandi
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai manajemen pajak yang dilakukan dalam memilih alternatif yang lebih menguntungkan antara mekanisme pengungkapan ketidakbenaran dan mekanisme pemeriksaan pajak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan mendasar antara kedua mekanisme tersebut dan bagaimana Wajib Pajak melakukan manajemen pajak dalam memilih alternatif-alternatif tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang menggunakan metode wawancara mendalam dalam mengumpulkan data yang diperlukan. Penelitian ini didasari oleh adanya alternatif-alternatif yang menjadi pertimbangan Wajib Pajak dalam menyelesaikan permasalahan pajak yang dikarenakan oleh kesalahan peyampaian pajak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kedua mekanisme tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan baik dari sisi besaran sanksi maupun resiko yang akan timbul yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan oleh Wajib Pajak dalam memilih alternatif terbaik. Analisis pemilihan alternatif terbagi kedalam 4 (empat) fase, antara lain fase sebelum dilakukan pemeriksaan pajak, fase saat dilakukan pemeriksaan pajak, fase pada saat pemeriksaan bukper, dan fase pada saat penyidikan pajak. Dalam melakukan manajemen pajak untuk memilih antara kedua mekanisme tersebut, Wajib Pajak harus memperhatikan syarat-syarat dalam melakukan manajemen pajak, tujuan, dan motivasi dalam melakukan manajemen pajak. Pelaksanaan manajemen pajak dilakukan dengan 3 (tiga) tahapan, yakni perencanaan pajak (tax planning), pengimplementasian pajak (tax implementing), dan pengawasan pajak (tax controlling). Pada fase sebelum pemeriksaan akan lebih efektif untuk melakukan pertimbangan sesuai dengan keadaan perusahaan. Sedangkan untuk fase saat dilakukan pemeriksaan, akan lebih efektif untuk dilakukan pemeriksaan pajak. Pada fase saat pemeriksaan bukper, pengungkapan ketidakbenaran menjadi suatu fasilitas bagi Wajib Pajak. Pada saat penyidikan pajak, akan lebih efektif untuk melakukan penghentian penyidikan pajak.

ABSTRACT
This undergraduate thesis discusses the tax management carried out in choosing a more favorable alternative between the mechanism of voluntary untruth disclosure and the mechanism of tax audits. This study aims to analyze the fundamental differences between the two mechanisms and how taxpayers do tax management in choosing these alternatives. This research is a descriptive study which use qualitative methods and conducted by in-depth interviews to collect the required data. The results show that in resolving tax disputes, there are 2 (two) mechanisms, Voluntary Untruth Disclosure and the tax audit. Both mechanisms have advantages and disadvantages that can be used as a consideration by the taxpayer in choosing the best alternative. The alternative selection analysis is divided into 4 (four) phases, including the phase before the tax audit, the phase when the tax audit is carried out, the phase at the time of the audit examination, and the phase during the tax investigation. In carrying out tax management to choose between the two mechanisms, the taxpayer must pay attention to the requirements, objectives, and motivation in carrying out tax management. The implementation of tax management is carried out in 3 (three) stages, tax planning, tax implementing, and tax controlling. In the phase before the tax audit,, it will be more effective to be audited with the tax office, in accordance with the circumstances of the company. As for the phase when the tax audit is carried out, it will be more effective to be audited by tax office. During the audit bukper phase, the disclosure of untruth becomes a facility for taxpayers. And also at the time of the tax investigation, it will be more effective to stop the tax investigation."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi. Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gusti Yantin
"Pemantapan Mutu Internal adalah kegiatan yang harus dilakukan oleh seluruh petugas laboratorium untuk menjamin mutu hasil pemeriksaannya dengan mencegah terjadinya kesalahan dan mendeteksi sedini mungkin bila ada kesalahan. Dilaksanakan secara terus menerus, mulai tahap pra analitik, analitik dan pasca analitik. Pada tahun 1997 Pusat Laboratorium Kesehatan (sekarang Direktorat Laboratorium Kesehatan) telah mengeluarkan buku pedoman Pemantapan Mutu Internal Laboratorium Kesehatan yang memuat uraian tentang aspek-aspek yang harus diperhatikan dan dilaksanakan oleh seluruh petugas Balai Laboratorium Kesehatan dalam melaksanakan Pemantapan Mutu Internal. Kegiatan ini harus dilaporkan secara berkala melalui tim Pemantapan Mutu Internal yang telah dibentuk di masing-masing balai laboratorium kesehatan.
Pada bulan April 1999 Balai Laboratorium Kesehatan Pontianak mendapat teguran karena tidak disiplin dalam penyampaian laporan tersebut sedangkan dari hasil survey pendahuluan diketahui hanya 45 % petugas patuh dalam menerapkan buku pedoman tersebut. Berdasarkan hal tersebut dilakukan penelitian sejak tanggal 6 hingga 24 Oktober 2000, dengan pendekatan kuantitatif secara pengamatan (observational) dengan desain potong lintang (cross sectional), dan metode work sampling. Jumlah sampel 23 orang petugas dengan jumlah pengamatan 1176 dengan tujuan untuk mengetahui gambaran kepatuhan, faktor-faktor yang berhubungan dan faktor yang paling dominan berhubungan dengan kepatuhan petugas dalam menerapkan pedoman Pemantapan Mutu Internal.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepatuhan petugas adalah 52,2 %. Dari hasil uji statistik bivariat dengan Chi Square diketahui bahwa motivasi petugas dan pengawasan tim berhubungan bennakna dengan kepatuhan petugas dan uji statistik multivariat dengan regresi logistik menunjukkan bahwa pengawasan tim adalah faktor yang paling dominan berhubungan dengan kepatuhan.
Berdasarkan hasil tersebut terdapat beberapa saran untuk Balai Laboratorium Kesehatan Pontianak yaitu pengawasan tim perlu tetap dilanjutkan dan diaktifkan, perlu ditinjau kembali susunan tim yang telah ada kemudian mengevaluasi hasil yang telah dicapai dan membahas masalahnya secara bersama-sama. Dalam 5K pimpinan tentang susunan tim perlu dicantumkan batas tugas, sehingga tim dan anggota mempunyai target yang harus dicapai.
Sering diberlakukan sistem penghargaan dalam bentuk pengakuan pujian didepan rapat umum tentang keberhasilan tim serta terhadap petugas/ subseksi yang melakukan kegiatan Pemantapan Mutu Internal dengan baik. Saran bagi Direktorat Laboratorium Kesehatan perlu diintensifkan pelatihan tidak hanya ketua tim tetapi juga anggota tim secara bergantian untuk meningkatkan pemahaman, pengetahuan, ketrampilan dan komitmen tentang pentingnya Pemantapan Mutu Internal serta perlu dilakukan pengawasan intensif dengan datang langsung ke balai laboratorium kesehatan.

Internal Quality Assurance is an activity that every laboratory staff should do to ensure the quality of the laboratory examination by error prevering and error detecting. This Internal Quality Assurance is carried out continuously beginning from the pre-analysis, analysis, and post analysis stages. In 1997, the Health Laboratory Center (now Directorate of Health Laboratory) issued a manual concerning the Internal Quality Assurance for Health Laboratory that contains details of aspects to consider and conduct by all staffs of the House of Health Laboratory in implementing the Internal Quality Assurance. This activity should be reported regularly to an Internal Quality Assurance Team that was established at each house of health laboratory.
On April 1999 the Health Laboratory Institute of Pontianak was notified for being indiscipline in reporting, while the preliminary survey results reveal that only 45 % of the staff adhered to implementing the manual. It was based on both reports that this study was conducted from October 6 to October 24, 2000. This study employed a quantitative approach and used observational and cross sectional as well as work sampling methods. Sample of this study consisted of 23 staffs with 1176 observations from which description of factors that correlate with as well as factor that mostly correlate with the staffs's adherence to implementing the manual of Internal Quality Assurance were investigated.
The study results show that the staffs adherence to implementing the manual is 52,2%. The bivariate statistical analysis using Chi Square reveals that staffs' motivation and team supervision has significant correlation with the staffs' adherence to implementing the manual, while the multivariate statistical test describes using Logistic Regression describes that team supervision is the most dominant factor that correlates with the staffs' adherence.
Based on such study results, some recommendations are addressed to the Health Laboratory Institute. It is recommended that team supervision be sustained and activated; the existing team structure be reviewed; the achieved goals be evaluated; and problems be solved by all members of the team. It is also recommended that job description of the supervision team be included in the chief's decree so that the team and its members have some goals to achieve. Reward system should be also applied that may include recognition in general meeting of the team and each staff achievements in excellent implementation of the Internal Quality Assurance. The Directorate of Health Laboratory is recommended to intensify the training program for not only team leaders but also for team members on a shift basis to enhance understanding, knowledge, skills and commitment in the Internal Quality Assurance. In addition, there should be an intensive supervision by means of on-site visit to the health laboratory.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T10288
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Monic Provi Dewinta
"Perbaikan kinerja pemeriksaan dan pengawasan menjadi instrumen yang diandalkan di tengah target penerimaan yang selalu meningkat. Dalam kondisi kepatuhan wajib pajak yang lemah, kapasitas audit yang terbatas, dan data management yang tidak sistematis, dibutuhkan proses kerja baru yang dapat membantu mencapai kepatuhan pajak yang sustainable dan bermuara pada penerimaan pajak. Pendekatan Innovations in Tax Compliance dalam implikasinya dengan perbaikan sistem administrasi pajak, diharapkan dapat membangun mutual trust antara wajib pajak dan otoritas pajak. Penelitian ini menganalisis implementasi Compliance Risk Management (CRM) pada SE-24/PJ/2019 dalam upaya mendorong kepatuhan pajak melalui pendekatan Innovations in Tax Compliance antara wajib pajak dengan otoritas pajak. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode post-positivist dan menggunakan teknik analisis data kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui studi literatur dan wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui CRM, proses pemeriksaan dan pengawasan menjadi lebih tersegmentasi dengan memanfaatkan risk-based approach dan membantu meningkatkan performa administrasi pajak dalam hal audit dan monitoring, serta sudah memenuhi Compliance Risk Management Process OECD. CRM membantu memudahkan pemeriksa dan pengawas dengan sistem otomatisasi untuk mengklasifikasikan wajib pajak yang menjadi sasaran prioritas untuk segera mendapatkan tindak lanjut dan mitigasi yang sesuai dengan tendensi perilakunya. Meskipun demikian, pada pelaksanaannya, belum memperlihatkan dampak yang signifikan dalam mendorong kepatuhan pajak dan belum sepenuhnya memenuhi konsep Innovations in Tax Compliance. Hal ini disebabkan oleh kondisi paradigm shifting bagi wajib pajak dan otoritas pajak yang membutuhkan adaptasi, sehingga masih terdapat berbagai kendala yang perlu dibenahi. Selain itu, kondisi darurat Pandemi Covid-19 juga menjadi penyebab kurang efektif dan optimalnya koordinasi pihak terkait dalam refinement dan diseminasi CRM secara agregat. Saran bagi Direktorat Jenderal Pajak, hendaknya mempercepat pembentukan The Core Tax Administration System dalam rangka integrasi big data dan teknologi informasi untuk menyempurnakan risk engine CRM dan untuk menciptakan CRM yang lebih ideal. Sementara, bagi wajib pajak diharapkan untuk meningkatkan awareness terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan dan menyiapkan data perpajakan secara terstruktur dan sistematis untuk meminimalisir kemungkinan ketidakpatuhan.

Improving tax audit and control performance is a reliable instrument in the midst of ever-increasing revenue targets. In conditions of low tax compliance, limited audit capacity, and unsystematic data management, new work processes are needed that can help achieve sustainable tax compliance and lead to tax revenue collection. Innovations in Tax Compliance Concept in its implication by improving the tax administration system, is expected to build mutual trust between Taxpayers and Tax authorities. This study was conducted to analyze the implementation of Compliance Risk Management (SE-24/PJ/2019) in an effort to encourage tax compliance through Innovations in Tax Compliance Concept between taxpayers and tax authorities. This research used quantitative approach with postpositivist paradigm and used qualitative data analysis method. Data collection techniques were carried out through literature studies and in-depth interviews. The results show that through CRM, the tax audit and control process becomes more segmented by utilizing a risk-based approach and helps improve the performance of tax administration in terms of auditing and monitoring, and have fulfilled The OECD’s Compliance Risk Management Process. CRM helps facilitate auditors with an automation system to classify taxpayers who are the priority targets to immediately obtain follow-up and mitigation in accordance with their behavioral tendencies. However, in the realization of its implementation, it has not shown a significant impact in encouraging tax compliance and has not fully fulfilled the concept of Innovations in Tax Compliance. This is due to the conditions of paradigm shifting for taxpayers and tax authorities that require adaptation, so that there are still various obstacles that need to be improved. In addition, the emergency condition of the Covid-19 Pandemic is also the cause of the less effective and optimal coordination of related parties in the refinement and dissemination of CRM in aggregate. The research suggests to the Directorate General of Taxes to accelerate the formation of The Core Tax Administration System in the context of integrating big data and information technology to to improve the CRM’s risk engine and to create a more ideal CRM. Meanwhile, taxpayers are expected to increase awareness of the implementation of tax obligations and prepare the data for tax purposes in a structured and systematic way to minimize the possibility of non-compliance."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>