Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 52894 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ardhana Atmayudha
"Karbon aktif banyak digunakan sebagai adsorben karena memiliki luas area permukaan dan daya adsorpsi yang lebih besar daripada adsorben lainnya. Semakin besar luas area permukaan, daya adsorpsi karbon aktif semakin baik. Karbon aktif dapat diproduksi dari berbagai macam bahan dasar yang mengandung karbon salah satunya tempurung kelapa. Tempurung kelapa merupakan bahan dasar dengan kandungan karbon yang sangat besar serta kemudahan bahan dasar tersebut untuk didapatkan secara komersial. Oleh karena itu, pada penelitian ini akan digunakan bahan dasar dari tempurung kelapa untuk pembuatan karbon aktif dengan perlakuan aktivasi terkontrol.
Dalam penelitian ini, digunakan perlakuan aktivasi terkontrol dimana pada proses ini dialirkan gas inert N2 serta ditambahkan activating agent untuk mengontrol proses aktivasi. Pada penelitian sebelumnya, aktivasi terkontrol telah digunakan dengan bahan dasar limbah pinus. Pada penilitian ini, digunakan 2 variasi temperatur aktivasi, yaitu 500 °C dan 600 °C. Sampel karbon aktif diuji luas permukaan dengan BET Autosorb dengan adsorbat Nitrogen. Selain itu, juga dilakukan uji daya adsorpsi karbon aktif terhadap adsorbat CO2 dengan prinsip adsorpsi isotermis Gibbs.
Luas permukaan yang didapat dari hasil uji BET adalah 0 m2/grAC untuk bahan dasar (tempurung kelapa), 300 m2/grAC untuk sampel karbon aktif teraktivasi 500 °C, dan 111,9 m2/grAC untuk sampel karbon aktif teraktivasi 600 °C. Namun, secara teori semakin besar temperatur aktivasi semakin banyak pori-pori yang terbentuk sehingga luas permukaan semakin besar. Pada uji daya adsorpsi, pada tekanan yang hampir sama (sekitar 550 psi) didapat adalah 4,26 mmol/grAC untuk karbon aktif dengan aktivasi 500 °C dan 14,48 mmol/grAC untuk karbon aktif dengan aktivasi 600 °C. Dengan data dari uji daya adsorpsi, maka dapat disimpulkan bahwa luas permukaan dari karbon aktif dengan aktivasi 600 °C lebih besar. Pada tekanan sekitar 702,63 psia, jumlah CO2 yang teradsorpsi pada karbon aktif teraktivasi 500 °C 1,47 kali lebih kecil dibandingkan jumlah CO2 yang teradsorp pada penelitian sejenis dari literatur (Tomasko) sehingga kemungkinan luas permukaannya lebih kecil dari 850 m2/grAC. Pada tekanan sekitar 668,624 psia, jumlah CO2 yang teradsorpsi pada karbon aktif teraktivasi 600 °C 2,4 kali lebih besar dibandingkan jumlah CO2 yang teradsorp pada penelitian sejenis dari literatur (Tomasko) sehingga kemungkinan luas permukaannya lebih besar dari 850 m2/grAC. Hal ini bertolak belakang dengan hasil dari uji BET. Uji BET dengan menggunakan adsorbat nitrogen kurang dapat merepresentasikan kapasitas adsorpsi yang sebenarnya.

Adsorbent that mostly used in industry is activated carbon because its surface area and adsorption capacity are larger than other adsorbents. If the surface area of activated carbon is going to bigger, the adsorption capacity of activated carbon will be bigger too. Activated carbon can be produced from every raw material that contains carbon, e.g. c°Conut shell. C°Conut shell is the raw material that contains so much carbon and is commercial. Because of that, in this research c°Conut shell was used to synthesize activated carbon with controlled activation treatment.
In contolled activation treatment, N2 was flowed and activating agent was added. In previous research, controlled activation treatment had been used with pine waste as a raw material. In this research, the temperature of activation pr°Cess was varied (500 °C and 600 °C). Then activated carbon samples had their surface area test with BET Autosorb with N2 as an adsorbate. Besides, those samples were tested for the adsorption capacity with CO2 as an adsorbate with Gibbs Isotherm Adsorption principal.
Surface area that obtained from BET test result was 0 m2/grAC for raw material, 300 m2/grAC for activated carbon with 500 °C activation, and 111.9 m2/grAC for activated carbon with 600 °C activation. Otherwise, theory mentions that higher activation temperature resulting more pores formed and higher surface area. In pressure that almost be the same (around 550 psia), activated carbon with 500 °C activation adsorbed 4.26 mmol CO2/grAC and activated carbon with 600 °C adsorbed 14.48 mmol CO2/grAC. So, surface area of activated carbon with 600 °C activation is higher than activated carbon with 500 °C activation. In 702.63 psia, activated carbon with 500 °C can adsorb CO2 1.47 times less than activated carbon used by Tomasko that given in the literature. It means that the surface area of activated carbon with 500 °C activation may be less than 850 m2/grAC. In around 668.62 psia, CO2 adsorbed in activated carbon with 600 °C activation is 2.4 times higher than CO2 adsobed in activated carbon that used by Tomako. It means that activated carbon with 600 °C activation may have surface area higher than 850 m2/grAC. Then, we can conclude that BET test with nitrogen as an adsorbat doesn?t accurately represent the adsorption capacity."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ardhana Atmayuda
"Karbon aktif banyak digunakan sebagai adsorben karena memiliki luas area permukaan dan daya adsorpsi yang lebih besar daripada adsorben lainnya. Semakin besar luas area permukaan, daya adsorpsi karbon aktif semakin baik. Karbon aktif dapat diproduksi dari berbagai macam bahan dasar yang mengandung karbon salah satunya tempurung kelapa. Tempurung kelapa merupakan bahan dasar dengan kandungan karbon yang sangat besar serta kemudahan bahan dasar tersebut untuk didapatkan secara komersial. Oleh karena itu, pada penelitian ini akan digunakan bahan dasar dari tempurung kelapa untuk pembuatan karbon aktif dengan perlakuan aktivasi terkontrol. Dalam penelitian ini, digunakan perlakuan aktivasi terkontrol dimana pada proses ini dialirkan gas inert N2 serta ditambahkan activating agent untuk mengontrol proses aktivasi. Pada penelitian sebelumnya, aktivasi terkontrol telah digunakan dengan bahan dasar limbah pinus. Pada penilitian ini, digunakan 2 variasi temperatur aktivasi, yaitu 500°C dan 600°C. Sampel karbon aktif diuji luas permukaan dengan BET Autosorb dengan adsorbat Nitrogen. Selain itu, juga dilakukan uji daya adsorpsi karbon aktif terhadap adsorbat CO2 dengan prinsip adsorpsi isotermis Gibbs. Luas permukaan yang didapat dari hasil uji BET adalah 0 m2/grAC untuk bahan dasar (tempurung kelapa), 300 m2/grAC untuk sampel karbon aktif teraktivasi 500°C, dan 111,9 m2/grAC untuk sampel karbon aktif teraktivasi 600°C. Namun, secara teori semakin besar temperatur aktivasi semakin banyak pori-pori yang terbentuk sehingga luas permukaan semakin besar. Pada uji daya adsorpsi, pada tekanan yang hampir sama (sekitar 550 psi) didapat adalah 4,26 mmol/grAC untuk karbon aktif dengan aktivasi 500°C dan 14,48 mmol/grAC untuk karbon aktif dengan aktivasi 600°C. Dengan data dari uji daya adsorpsi, maka dapat disimpulkan bahwa luas permukaan dari karbon aktif dengan aktivasi 600_oC lebih besar. Pada tekanan sekitar 702,63 psia, jumlah CO2 yang teradsorpsi pada karbon aktif teraktivasi 500°C 1,47 kali lebih kecil dibandingkan jumlah CO2 yang teradsorp pada penelitian sejenis dari literatur (Tomasko) sehingga kemungkinan luas permukaannya lebih kecil dari 850 m2/grAC. Pada tekanan sekitar 668,624 psia, jumlah CO2 yang teradsorpsi pada karbon aktif teraktivasi 600°C 2,4 kali lebih besar dibandingkan jumlah CO2 yang teradsorp pada penelitian sejenis dari literatur (Tomasko) sehingga kemungkinan luas permukaannya lebih besar dari 850 m2/grAC. Hal ini bertolak belakang dengan hasil dari uji BET. Uji BET dengan menggunakan adsorbat nitrogen kurang dapat merepresentasikan kapasitas adsorpsi yang sebenarnya.

Adsorbent that mostly used in industry is activated carbon because its surface area and adsorption capacity are larger than other adsorbents. If the surface area of activated carbon is going to bigger, the adsorption capacity of activated carbon will be bigger too. Activated carbon can be produced from every raw material that contains carbon, e.g. coconut shell. Coconut shell is the raw material that contains so much carbon and is commercial. Because of that, in this research coconut shell was used to synthesize activated carbon with controlled activation treatment. In contolled activation treatment, N2 was flowed and activating agent was added. In previous research, controlled activation treatment had been used with pine waste as a raw material. In this research, the temperature of activation process was varied (500°C and 600°C). Then activated carbon samples had their surface area test with BET Autosorb with N2 as an adsorbate. Besides, those samples were tested for the adsorption capacity with CO2 as an adsorbate with Gibbs Isotherm Adsorption principal. Surface area that obtained from BET test result was 0 m2/grAC for raw material, 300 m2/grAC for activated carbon with 500°C activation, and 111.9 m2/grAC for activated carbon with 600°C activation. Otherwise, theory mentions that higher activation temperature resulting more pores formed and higher surface area. In pressure that almost be the same (around 550 psia), activated carbon with 500°C activation adsorbed 4.26 mmol CO2/grAC and activated carbon with 600°C adsorbed 14.48 mmol CO2/grAC. So, surface area of activated carbon with 600°C activation is higher than activated carbon with 500°C activation. In 702.63 psia, activated carbon with 500°C can adsorb CO2 1.47 times less than activated carbon used by Tomasko that given in the literature. It means that the surface area of activated carbon with 500°C activation may be less than 850 m2/grAC. In around 668.62 psia, CO2 adsorbed in activated carbon with 600°C activation is 2.4 times higher than CO2 adsobed in activated carbon that used by Tomako. It means that activated carbon with 600°C activation may have surface area higher than 850 m2/grAC. Then, we can conclude that BET test with nitrogen as an adsorbat doesn?t accurately represent the adsorption capacity."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S49823
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yopy Arfan
"Karbon aktif banyak digunakan sebagai adsorben karena memiliki luas area permukaan dan daya adsorpsi yang lebih besar daripada adsorben lainnya. Kualitas karbon aktif dipengaruhi oleh besar luas area permukaan yang dimilikinya. Semakin besar luas area permukaan, maka kualitas karbon aktif semakin baik. Salah satu bahan dasar yang dapat diproduksi menjadi karbon aktif adalah batubara karena mengandung karbon yang cukup besar serta sumber alam yang melimpah di negeri ini. Oleh karena itu, pada penelitian ini digunakan batubara untuk pembuatan karbon aktif dengan perlakuan aktivasi terkontrol untuk meningkatkan kualitas (luas permukaan dan daya adsorpsi) karbon aktif. Dalam penelitian ini, digunakan perlakuan aktivasi terkontrol dengan dialirkan gas inert N2 pada laju alir tertentu yang dikontrol serta ditambahkan activating agent larutan KOH 65% dengan rasio massa activating agent/massa batubara 4/1. Metode ini telah digunakan pada penelitian sebelumnya dengan bahan dasar limbah pinus. Pada penelitian ini, digunakan 2 variasi suhu aktivasi, yaitu 500°C dan 600°C. Sampel karbon aktif diuji luas area permukaannya dengan BET Autosorb dengan adsorbat N2. Serta dilakukan uji daya adsorpsi karbon aktif terhadap adsorbat CO2 dengan prinsip adsorpsi isotermis Gibbs. Luas permukaan yang didapatkan dari hasil uji BET adalah 1,5 m2/g untuk batubara awal, 410,8 m2/g sampel karbon aktif yang teraktivasi 500°C, 611,3 m2/g sampel karbon aktif yang teraktivasi 600°C. Hal ini sesuai dengan teori, semakin besar temperatur aktivasi semakin banyak pori-pori yang terbentuk sehingga luas area permukaan semakin besar. Pada uji daya adsorpsi, pada tekanan yang hampir sama (&plusmm;640,49 psia) didapatkan 7,4 mmol/grAC untuk karbon aktif dengan aktivasi 500°C dan 19,24 mmol/grAC untuk karbon aktivasi 600°C. Dengan data tersebut disimpulkan bahwa luas permukaan dari karbon aktif dengan aktivasi 600_C lebih besar. Pada tekanan yang hampir sama, jumlah CO2 yang teradsorpsi dari karbon aktif dengan aktivasi 600°C lebih besar daripada hasil penelitian Tomasko (luas permukaan = 850 m2/gr), Dengan demikian, ada kemungkinan bahwa luas permukaan dari karbon aktif yang disintesa dari penelitian ini lebih besar dari hasil penelitian Tomasko.

Activated carbon is a highly porous material which has various applications in adsorption of both gases and solutes from aqueous solution. Quality of activated carbon depend on its have huge specific surface area. Activated carbon can made from many substances containing a high carbon content. Accordingly, this research using coal as raw material for making activated carbon. In this case, activated carbon made with activation controlled method. This research using activating agent (KOH 65%) by ratio activating agent/mass coal 4/1. Process activation flowed by inert gas N2, was of 4 l/min. This thesis use two various temperature activation, those are 500°C and 600°C. The result of activated carbon measured have surface area. And then tested adsorptive capacity to adsorbate CO2 based adsorption isotherms Gibbs. The result of BET test from activated carbon obtained the specific surface area for raw material coal 1.5 m2/g, 410.8 m2/g for the activated carbon with temperature activation 500°C, 611.3 m2/g for the activated carbon with temperature activation 600°C. This result agree with theory, that more higher temperature activation can have a major impact on increasing the pore structure, surface area and adsorptive capacity. Based on adsorption capacity test in the same pressure, obtained the activated carbon with temperature activation 600°C (19.24 mmol/grAC) more higher than the activated carbon with temperature activation 500°C (7.4 mmol/grAC). In the same pressure, the activated carbon from this research compared to the activated carbon Tomasko. The activated carbon with temperature activation 600°C more higher than the activated carbon Tomasko. Thus, the surface area of activated carbon possibly more higher than the activated carbon Tomasko."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S49741
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andri Maulana
"Petroleum Coke hasil dari perengkahan thermal minyak bumi sebagai hasil samping reaksi pemutusan rantai yang terbentuk di dinding-dinding furnace, merupakan residu yang pemanfaatannya masih terbatas. Kandungan karbon yang cukup tinggi dalam petroleum coke bisa dimanfaatkan sebagai prekursor karbon aktif dengan terlebih dahulu diberikan perlakuan terhadap petroleum coke agar memiliki luas permukaan yang tinggi sehingga menghasilkan kapasitas adsorpsi yang tinggi pula. Pada penelitian ini dilakukan perlakuan dengan metoda aktivasi kimiawi menggunakan KOH sebagai activated agent dengan rasio KOH : petroleum coke adalah 0/1, 1/4, 3/1 dan 4/1 pada variasi temperatur 700, 800, dan 900 0C yang kemudian dilakukan analisa luas permukaan BET. Pada penelitian ini diperoleh arang aktif dengan hasil luas permukaan tertinggi pada variasi 3 : 1 pada temperatur 900 0C sebesar 29 m2/g.

Petroleum Coke a result of thermal cracking of petroleum as a result of side chain termination reaction that forms in the walls of the furnace, is the residue and their utilization is still limited. A fairly high carbon content in petroleum coke can be used as a precursor of activated carbon with the first given for the treatment of petroleum coke has a high surface area resulting in a higher adsorption capacity. The this research use treatment with chemical activation method using KOH as activated agent with a ratio of KOH: petroleum coke is 0 : 1, 1 : 4, 3 : 1 and 4 : 1 on the temperature variation 700, 800, and 900 0C are then analyzed BET model surface area. In this study the activated carbon with highest surface area results in variations of 3: 1 at 900 0C for 29 m2/g. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S665
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Pujiyanto
"Saat ini Indonesia mengalami masalah pasokan energi yang sangat serius. Disamping cadangan minyak yang semakin menurun, juga harga minyak mentah dunia yang cenderung terus menerus meroket dan menguras keuangan negara untuk keperluan subsidi. Hal ini mengakibatkan kebijakan pemerintah yang berubah dalam arah komposisi pemakaian energi nasional didalam perencanaannya yang akan menurunkan pemakaian bahan bakar minyak dan akan semakin dominan ke arah jenis energi yang lebih ramah lingkungan serta jenis sumber energi baru dan terbarukan. Sumber energi hidrogen dan metana dari Coalbed Methane (CBM) termasuk dalam kategori ini. Meskipun hidrogen adalah sumber energi yang dapat diregenerasi dan methana dari CBM cukup banyak persediaannya di Indonesia, namun transportasi dan storage masih menjadi kendala dalam pemanfaatan sumber energi ini, oleh karena itu, pengembangan teknologi di bidang transportasi dan storage sumber energi hidrogen dan methana merupakan tugas yang sangat penting untuk masa depan kehidupan manusia.
Salah satu cara yang sangat menjanjikan dalam teknologi storage gas adalah dengan methoda 'adsorptive storage', dimana gas-gas tersebut disimpan dalam keadaan teradsorpsi pada suatu 'adsorbent' tertentu. Molekul 'gas' yang dalam keadaan teradsorpsi mempunyai densitas yang mendekati dengan densitas cairnya. Dengan demikian, secara teoritis dapat diperkirakan bahwa cara penyimpanan gas dengan methoda ini dapat meningkatkan kapasitas penyimpanannya bahkan sampai dua kali lipat dengan tekanan yang hanya 1/10 nya Kemampuan ini bisa lebih meningkat lagi, tergantung jenis adsorbent dan luas permukaannya. Karbon aktif adalah merupakan kandidat adsorbent yang sangat baik untuk keperluan penyimpanan gas ini.
Dalam penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan karbon aktif super dengan luas permukaan lebih besar dari 3000 m2/gram dengan bahan baku batubara bitumenous Ombilin dan tempurung kelapa. Batubara Ombilin dipilih sebagai bahan baku pembuatan karbon aktif karena ketersediaannnya yang cukup banyak di Indonesia, sedangkan tempurung kelapa dipilih sebagai representatif dari sumber daya alam yang dapat terbarukan. Perlakuan dengan larutan KOH pada suasana gas nitrogen diharapkan dapat mengontrol terjadinya oksidasi karbon pada tahap aktivasi sehingga jumlah pori yang terbentuk di dalam karbon aktif cukup banyak sehingga menambah luas permukaannya. Hasil karbon aktif yang terbaik pada penelitian ini adalah hasil karbon aktif pada KOH/batu bara (4/1) 1882 m2/gram dengan Temperatur aktivasi 900°C sedangkan untuk karbon aktif KOH/arang tempurung kelapa (4/1) didapatkan hasil 684 m2/gram dengan Temperatur aktivasi 700°C. Dari hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa karbon aktif yang dihasilkan belum mencapai karbon aktif super.

Currently Indonesia has experienced problems of energy supply is very serious. In addition to diminishing oil reserves, as well as world crude oil prices are likely to continue to skyrocket, and financial drain for the purposes of state subsidies. This resulted in a change in government policy toward the composition of national energy use in its planning that will reduce fuel consumption and will be increasingly dominant in the direction of more environmentally friendly energy and other types of new and renewable energy sources. Energy source of hydrogen and methane from the Coalbed Methane (CBM) falls into this category. Although hydrogen is an energy source that can be regenerated and methane from CBM quite a lot of stock in Indonesia, but the transportation and storage is still a constraint in exploiting this energy source, therefore, technological development in transportation and storage of hydrogen and methane energy sources is a task very important for the future of human life.
One way that is very promising in the gas storage technology is a method of "adsorptive storage", where the gases are stored in the adsorbed condition on an "adsorbent" certain. Molecule "gas" which in the adsorbed state has a density which approximates the density of the liquid. Thus, theoretically can be expected that with the method of gas storage method can increase storage capacity even up to twice the pressure that only a tenth of his ability can be improved again, depending on the type of adsorbent and the surface area. Activated carbon adsorbent is an excellent candidate for gas storage purposes.
In this research aims to produce a super activated carbon with surface area greater than 3000 m2/gram with raw coal bitumenous Ombilin and coconut shell. Ombilin selected coal as raw material for manufacture of activated carbon enough availability in Indonesia, while the coconut shell was chosen as a representative of the natural resources which can be renewable. Treatment with aqueous KOH in an atmosphere of nitrogen gas is expected to control the oxidation of carbon on the activation phase, so as the number of pores formed in the activated carbon enough, so that adds quite a lot of surface area. The best results of activated carbon in this study is the result of active carbon on the KOH / coal (4 /1) 1882 m2/gram with activation temperature to 900°C, while the KOH activated carbon/charcoal (4/1) found that the result 684 m2/gram with the activation temperature 700°C. From these results we can conclude that the activated carbon produced was not achieved super activated carbon.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
T27522
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ryan Hendra
"Sistem adsorpsi semakin luas penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari maupun di dunia industri. Karbon aktif adalah jenis adsorben yang paling banyak digunakan dari segi aplikasi dan volume penjualannya. Karbon aktif dapat dibuat dari segala jenis material organik yang mengandung unsur karbon (C), salah satunya adalah batubara. Indonesia sebagai salah satu Negara pengekspor batubara terbesar memiliki potensi dalam pengembangan batubara sebagai bahan dasar pembuatan karbon aktif.
Penelitian ini bertujuan membuat karbon aktif berbahan dasar batubara Indonesia disertai dengan karakterisasi luas permukannya. Pembuatan karbon aktif pada penelitian ini menggunakan metode aktifasi fisika dengan gas CO2 sebagai activating agent. Bahan dasar batubara tadi dikarbonisasi menggunakan gas N2 dengan debit aliran 80 mL/menit pada suhu 900 °C selama 60 menit dan kemudian diaktivasi menggunakan gas CO2 dengan debit aliran 80 mL/menit pada suhu 950 °C dengan variasi waktu aktivasi selama 60, 90, 120, 150, dan 180 menit. Karbon aktif dari pengujian dikarakterisasi luas permukaannya menggunakan metode adsorpsi gas. Metode adsorpsi gas yang digunakan adalah metode pengujian BET dan pengujian laju adsorpsi.
Karbon aktif hasil dari percobaan memberikan nilai burn-off dan luas permukaan yang berbeda dikarenakan adanya variasi pada waktu aktivasi. Semakin lama aktivasi, maka burn-off dan luas permukaan yang dihasilkan semakin besar. Hal ini berlaku untuk pengujian dengan metode BET maupun metode laju adsorpsi. Besarnya Luas permukaan karbon aktif hasil dari penelitian ini memenuhi syarat untuk menjadi adsorben yang efektif.

Adsorption system now is becoming widely use in our daily life and in the world of industries. Activated carbon is the most widely used sorbent, refer to their applications and their selling volumes. Activated carbon can be made from all natural organic material which has carbon element (C). Indonesia is one of the largest coals exporter and have a potential in development of activated carbon from coal as its precursors.
The research objective is to prepare an activated carbon from Indonesia`s coals as its precursor along with their characterization which is well-known as surface area. Activated carbon prepared by physical activation method with CO2 gas as its activating agent. The precursor carbonized with N2 as inert gas. Carbonization temperature is 900 °C and soak-time of 60 minutes. The N2 flow rate regulated to 80 mL/minute. Continue to activation process with activation temperature of 950 °C, CO2 flow rate of 80 mL/minute, and variation of soaktime to 60, 90, 120, 150, and 180 minutes. Thus, Activated carbon from these preparations being characterized to determine their surface areas with gas adsorption method. Adsorption isotherm BET and rate of adsorption being use to determine surface area.
Variation of soak-time in activation process obtained variation of burn-offs and surface areas. Increasing of soak-time obtained increasing surface areas together with burn-offs. This is happened for both gas adsorption methods. Activated carbon yield a surface area that fulfill the requisite to become an effective sorbent.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S37346
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Taufiqurrokhman
"Asap dari pembakaran banyak mengandung senyawa-senyawa yang berbahaya. Gas CO merupakan salah satu senyawa berbahaya yang dapat mengganggu kesehatan. Perlu dilakukan penelitian untuk mereduksi gas CO pada asap pembakaran. Pada penelitian ini dilakukan reduksi gas CO menggunakan karbon aktif teraktivasi yang berasal dari tempurung kelapa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa karbon aktif teraktivasi dengan ukuran partikel 500-600 nm dapat menjerap gas CO sebesar 3,72% dari konsentrasi awal selama 30 menit dan karbon aktif teraktifasi dengan ukuran 800-1000 nm memiliki kemampuan penjernihan asap hingga 75% dari OD(Optical Density) maksimal asap selama 30 menit.

Smoke from burning contains many harmful compounds. CO gas is dangerous substance that can harm our health. Research needs to be done to reduce the CO in combustion. In this research, the reduction of CO gas using activated carbon based on oil palm shell.
The result showed that activated carbon with a particle size between 500-600 nano can adsorb CO gas by 3.72 % of the initial concentration for 30 minutes and activated carbon with a particle size between 800-1000 nano can clean smoke 75% of of maximum smoke OD(Optical Density)for 30 minutes.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S54880
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mariatul Qibthiyah
"Pembuatan karbon aktif dari tempurung kelapa sawit terimpregnasi TiO2 untuk menurunkan konsentrasi gas CO dan menjernihkan asap kebakaran telah dilakukan. Luas permukaan karbon aktif tertinggi sebesar 773,7 m2/gram diperoleh dengan suhu aktivasi 700oC dan setelah diimpregnasi TiO2 meningkat menjadi 782,6 m2/gram. Karbon aktif dengan massa 5 gram dapat menurunkan konsentrasi gas CO sebesar 124 ppm dan waktu penjernihan asap 10% sebesar 28 menit, 31 menit, dan 32 menit. Karbon aktif terimpregnasi TiO2 dengan massa 5 gram terbukti dapat memperbesar penurunan konsentrasi gas CO sebesar 139 ppm dari konsentrasi awalnya dan waktu penjernihan asap 10% dapat dipercepat untuk setiap titik pengamatan menjadi 25 menit, 26 menit, dan 26 menit.

Manufacture of activated carbon from palm oil shell impregnated TiO2 to decrease the concentrations of CO gas and purify the fire smoke was done. The maximum value of BET surface area of activated carbon obtained is approximately 773.7 m2/gram with the activation temperature 700°C. The BET surface area of activated carbon increases with impregnated TiO2. The activated carbon of 5 grams decreases the CO gas concentration to 124 ppm, and the time of 10% smoke purification is 28 minutes, 31 minutes and 32 minutes. The activated carbon impregnated TiO2 of 5 grams enlarges the decrease of CO gas concentration to 139 ppm from the initial concentration, and the time of 10% smoke purification accelerated for each point of observation to 25 minutes, 26 minutes and 26 minutes."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42201
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Shofa
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan karbon aktif dari ampas tebu dengan luas permukaan melebihi 800 m2/gram dan mengetahui pengaruh metode aktivasi, suhu aktivasi dengan KOH, dan waktu aktivasi dengan KOH terhadap luas permukaan karbon aktif yang dihasilkan.Aktivasi kimiawi dilakukan dengan menggunakan KOH pada suhu 600oC, 700oC, dan 800oC selama ½ jam dan 1 jam. Sebagai pembanding dilakukan aktivasi fisika tanpa KOH pada suhu 700oC selama 1 jam. Karbon aktif yang diperoleh dikarakterisasi luas permukaannya. Luas permukaan tertinggi 1135 m2/gram diperoleh dari aktivasi menggunakan KOH selama ½ jam pada suhu 800oC. Dengan metode aktivasi fisika diperoleh luas permukaan 293 m2/gram.

ABSTRACT
This research aims to produce activated carbon made from sugarcane bagasse with a surface area exceeding 800m2/gram and determine the effect of activation method, temperature of KOH activation, and time of KOH activation of the surface area of activated carbon. Chemical activation performed using KOH at a temperature of 600oC, 700oC, and 800oC for ½ hour and 1 hour. As a comparison, physics activation performed without KOH at a temperature of 700oC for 1 hour.Surface area of activated carbon was characterized. The highest surface area is 1135m2/gram obtained from KOH activation for ½ hour at temperature of 800oC. Through the physical activation, the surface area is 293m2/gram."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43263
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Randy Anggriany
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh karbon aktif berbahan dasar tempurung kelapa sawit dengan bahan pengaktif ZnCl2 terhadap penurunan konsentrasi gas CO serta penjernihan asap kebakaran. Proses aktivasi dilakukan secara kimia dan fisika. Karbonisasi dilakukan pada suhu 400oC selama 2 jam lalu dilanjutkan dengan aktivasi kimia dengan ZnCl2 dengan konsentrasi 25%. Aktivasi fisika dilakukan dengan mengalirkan gas N2 selama 1 jam pada suhu 850 ºC dan dilanjutkan dengan mengaliri gas CO2 selama 1 jam pada suhu 850 ºC.
Penelitian ini menghasilkan karbon aktif yang memenuhi Standar Industri Indonesia dengan luas permukaan sebesar 743 m2/gram, kadar air 14,5%, dan kadar abu total 9,0%. Selain itu karbon aktif yang dihasilkan juga dapat diaplikasikan untuk mengadsorpsi gas CO dari hasil kebakaran dengan persen adsorpsi gas CO sebesar 11,3% pada ukuran partikel 50-37 μm.

This research was conducted to determine the effect of activated carbon made from coconut palm with ZnCl2 as activating agent to decrease the concentration of CO gas and fire fumes purification. The activation process is done chemically and physically. Carbonization was carried out at 400oC for 2 hours and then followed by chemical activation with ZnCl2 at concentrations of 25%. Physical activation is done by flowing N2 gas for 1 hour at 850ºC and followed by flowing CO2 gas for 1 hour at 850ºC.
This research produces activated carbon which follows Indonesian Industry Standard with surface area 743 m2/gram, water content 14.5%, and total ash content 9.0%. The activated carbon produced can also be applied to adsorb CO gas from the fire with the percent adsorption of CO gas by 11.3% in the particle size of 50-37 μm.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46908
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>