Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 45839 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Iskandar A. Yusuf
"Dalam rangka pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran di badan air seperti di sungai, diperlukan besaran beban pencemar berbagai sumber untuk setiap ruas sungainya. Beban pencemar peternakan merupakan hasil kali jumlah hewan ternak dengan nilai satuan beban pencemaran limbahnya. Pada saat ini masih menggunakan nilai satuan beban pencemar limbah dari negara maju seperti Amerika Serikat yang sebenarnya kurang cocok kondisinya. Penelitian ini menghasilkan nilai satuan beban pencemar limbah untuk berbagai jenis hewan ternak baik untuk per-kg berat ternaknya ataupun limbah per-ekor hewan ternak acuan yang berdasarkan berat rata-rata populasi untuk berbagai jenis hewan ternaknya. Metode penelitian yaitu dimulai dengan melakukan inventarisasi dan identifikasi tipologi sumber pencemar yang kemudian melakukan pengukuran langsung limbah untuk berbagai jenis hewan ternak pada lokasi yang mewakili tipologi jenisnya. Sebagai hypothesis, nilai satuan beban pencemar limbah hewan ternak yang ada di negara maju kurang cocok untuk diadopsi sepenuhnya dikarenakan perbedaan berat hewan ternak, makanan serta pengelolaan limbahnya. Hasil penelitian mendapatkan besaran potensi nilai satuan beban pencemar limbah hewan ternak dipengaruhi oleh; jenis makanan dan pola pengelolaan limbahnya, dan selanjutnya dalam hitungan potensi beban pencemaran efektif yang akan masuk ke badan air penampung seyogianya memperhitungkan pengaruh musim. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa nilais atuan beban pencemar ternak dan metode perhitungan potensi beban pencemar sesuai dengan tipologi hewan ternak dan pengelolaannya dapat digunakan di seluruh Indonesia."
Bandung: Badan penelitian dan pengembangan Kementerian pekerjaan Umum, 2014
620 JSDA 10:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Didi Dwi Anggoro
Yogyakarta: Teknosan, 2018
363.728 DID r
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Mara, D. Duncan (David Duncan), 1944-
Bandung: ITB Press, 1994
363.728 MAR p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Shahreza Muhammad
"Penelitian tentang elektroflotasi untuk pemisahan limbah pewarnaan batik telah dilakukan. Ada 2 cairan yang diflotasi, yaitu zat warna batik dan limbah pewarnaan batik. Gelembung dihasilkan dengan elektrolisis menggunakan elektroda alumunium alloy dengan luas permukaan anoda dan katoda adalah 116 cm2 dan 98 cm2. Variasi tegangan yang digunakan adalah 5, 10, 15, 20, dan 25 V. Diameter yang dominan pada 5, 10, 15, 20, dan 25 V adalah 205 – 255 μm dan 5 – 55 μm serta volume gelembung yang didapat tiap 20 detik adalah 0.39, 1.3, 2.4, 3.43, dan 4.55 mL. Pada zat warna batik didapatkan persen pengurangan TSS, warna, dan kekeruhan pada tegangan 5, 10, 15, dan 20 V adalah 73.81%, 29.7%, 40.64%; 68.08%, 89.05%, 82.21%; 96.97%, 71.57%, 74.07%; 49.8%, 74.72%, 16.47%. Pada limbah batik didapatkan persen penurunan TSS, warna, dan kekeruhan yang terbaik adalah 97.09%, 98.6%, dan 99.16% terjadi pada tegangan 10 V dengan penambahan 50 gram tawas dan perbandingan air dan limbah 1:14.

The research on electroflotation for Batik waste separation has been done. There are 2 fluids, dye of batik and batik waste. Bubbles are generated by electrolysis using aluminum alloy electrodes which the enode and kathode surface areas are 116 cm2 and 98 cm2. Variation of applied voltages are 5, 10, 15, 20, and 25 V. The dominant size of bubbles which are measured are range between 205 – 255 μm and 5 – 55 μm. Bubble surface areas obtaining per 20 seconds are 0.39, 1.3, 2.4, 3.43, and 4.55 mL. In batik dyes, percent reduction of TSSs, colors, and turbidities at voltage 5, 10, 15, and 20 V 73.81%, 29.7%, 40.64%; 68.08%, 89.05%, 82.21%; 96.97%, 71.57%, 74.07%; 49.8%, 74.72%, 16.47%. in batik waste, the best percent reduction of TSS, color, and turbidity which occured at a voltage 10 V with the addition 50 gr alum and waste and water ratio 1:14 is 97.09%, 98.6%, and 99.16%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S57493
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Huriya
"Teknologi membran saat ini sudah banyak diaplikasikan untuk mengolah limbah berbagai industri, salah satunya dapat industri tahu. Namun di Indonesia, pengolahan limbah industri tahu masih menggunakan metode konvensional dan belum memenuhi baku mutu pemerintah, sehingga dibutuhkan metode pengolahan yag lebih efektif. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan preparasi serta menguji kinerja membran polisulfon dengan proses filtrasi untuk pengolahan limbah cair industri tahu. Penelitian ini diawali oleh preparasi membran polisulfon (PSf) dengan pelarut n-metil-2-pirolidon (NMP) dan aditif polivinilpirolidon (PVP) dengan metode inversi fasa dan teknik imersi presipitasi, dengan variasi massa PVP sebanyak 0,15 gram; 0,25 gram; dan 0,35 gram. Membran yang telah dipreparasi kemudian dikarakterisasi menggunakan SEM, FTIR, serta sudut kontak. Limbah cair tahu sebagai umpan filtrasi telah melalui proses pre-treatment dengan metode koagulasi-flokulasi. Kemudian limbah umpan tersebut difiltrasi menggunakan membran PSf/NMP/PVP dengan variasi umpan 4, 5, 6, dan 7 bar. Penambahan konsentrasi PVP meningkatkan porositas dan hidrofilisitas, namun penambahan PVP yang berlebihan akan meningkatkan viskositas membran sehingga membuat membran menjadi lebih padat. Hal ini yang menyebabkan fluks air dan fluks permeat mengalami kenaikan pada membran PSf/NMP/PVP0,15 dan PSf/NMP/PVP0,25 namun namun menurun pada PSf/NMP/PVP0,35. Rejeksi COD dan TDS yang dihasilkan pada penelitian berkisar antara 8,3% hingga 60,53% dan 4,77% hingga 28,57%; sedangkan rejeksi TSS dan kekeruhan yang dihasilkan berkisar antara 16,67% hingga 75% dan 8,3% hingga 75%; dan pH berkisar antara 7,28 hingga 7,58.
.....Membrane technology nowadays is applied for wastewater treatment in multiple industries, one of them is the tofu industry. However in Indonesia, tofu industrial wastewater treatment still uses the conventional method that has yet to meet the government’s quality standards, so a more effective treatment method is needed. This research aimed to prepare and examine the performance of polysulfone (PSf) membrane using n-methyl-2-pyrrolidone (NMP) solvent and polyvinylpyrrolidone (PVP) additive according to phase inversion method by immersion precipitation technique, with PVP mass variation of 0,15; 0,25; and 0,35 grams. Membrane that has been prepared is then characterized by undergoing several tests of SEM, FT-IR, and contact angle. First, tofu wastewater as feed has been through the pre-treatment process using coagulation-flocculation method. The feed is then filtrated using prepared PSf/NMP/PVP membranes with pressure variation of 4, 5, 6, and 7 bars. The addition of PVP concentrations increases porosity and hydrophilicity, but the excessive addition of PVP will increase membrane viscosity thereby making the membrane denser. This is what causes the water flux and permeate flux to increase in PSf/NMP/PVP0,15 and PSf/NMP/PVP0,25 membranes but decrease in PSf/NMP/PVP0,35 membrane. The COD and TDS rejection percentages resulted in this research ranged from 8,3% up to 60,53% and 4,77% up to 28,57%; the TSS dan turbidity rejection percentages ranged from 16,67% up to 75% and 8,3% up to 75%, meanwhile the pH varies from 7,28 to 7,58."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Fadhel Ramadhanu
"Limbah aspal RAP dan limbah beton merupakan salah satu limbah yang sulit diuraikan dan masih dapat dimanfaatkan kembali untuk mengurangi penggunaan agregat baru dalam campuran aspal AC-WC. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh penambahan agregat RAP dan agregat limbah beton terhadap nilai volumetrik marshall seperti VMA, VIM, VFB, serta nilai Marshall Quotient dari campuran tersebut. Benda Uji yang dibuat menggunakan spesifikasi AC-WC atau lapis aus yang kemudian akan diuji dengan pengujian Marshall Standard dan Marshall Immersion.
Pengujian diawali dengan pengujian karakteristik agregat, aspal pen 60/70, dan bitumen RAP. Untuk mendapatkan bitumen RAP dilakukan ekstraksi yang menggunakan kedua metode, yaitu metode Centrifuge dan metode Reflux untuk mengatahui kadar aspal dan kadar agregat yang terkandung dalam RAP. Bitumen RAP yang telah didapatkan kemudian akan ditambahkan oli bekas untuk mengembalikan sifat aspal ke sifat semula lalu akan di uji karakteristiknya. Setelah itu akan dibuat benda uji yang akan diuji dengan pengujian Marshall Standard dan Marshall Immersion untuk mendapatkan nilai kadar aspal optimum, dan nilai indeks kekuatan sisa.
Hasil pengujian didapatkan bahwa kadar aspal dalam RAP sebanyak 5,6%,kadar oli yang perlu ditambahkan ke dalam RAP adalah sebanyak 15% dari total berat bitumen yang terkandung dalam RAP, nilai KAO untuk campuran rap dan agregat baru sebesar 8,5%, dan KAO untuk campuran dengan tambahan RCA sebesar 9%. Berdasarkan hasil Indeks Kekuatan Sisa, didapatkan bahwa nilai IKS campuran yang menggunakan RCA lebih kecil dibandingkan yang tidak menggunakan RCA.

RAP asphalt and concrete waste are wastes that are difficult to decompose and can still be reused to reduce the use of new aggregates in the AC- WC asphalt mixture. This study aims to see the effect of adding RAP aggregate and waste concrete aggregate to the marshall volumetric values such as VMA, VIM, VFB, and the Marshall Quotient value of the mixture. The test object is made using the AC-WC specification or wear layer which will then be tested with Marshall Standard and Marshall Immersion tests.
The test begins with testing the characteristics of aggregate, asphalt pen 60/70, and bitumen RAP. To obtain RAP bitumen, extraction was carried out using both methods, namely the Centrifuge method and the Reflux method to determine the asphalt content and aggregate content contained in the RAP. The RAP bitumen that has been obtained will then be added with used oil to restore the asphalt properties to their original properties and then the characteristics will be tested. After that, a test object will be made to be tested by using the Marshall Standard and Marshall Immersion tests to obtain the optimum asphalt content value, and the residual strength index value.
The test results show that the asphalt content in the RAP is 5.6%, the oil content that needs to be added to the RAP is 15% of the total weight of the bitumen contained in the RAP, the KAO value for non-RCA mixtures is 8.5%, and KAO for the RCA mixture by 9%. Based on the results of the Residual Strength Index, it was found that the mixed IKS value using RCA was smaller than those not using RCA.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Agustine Putri
"Pada tahun 2011 jumlah timbulan limbah padat di DKI Jakarta mencapai 5.598 ton/hari (BPS DKI Jakarta, 2012), di mana 35% limbah padat berasal dari industri dan perkantoran. Gedung Menara Prima belum memiliki pengelolaan limbah padat terpadu, sehingga diperlukan upaya pengurangan limbah padat dari sumber melalui rekomendasi pengelolaan limbah padat pada aspek teknis operasional berdasarkan timbulan dan komposisi limbah padat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah SNI 19-3964-1994 dengan pengukuran selama 8 hari dan SNI 19-2454-2002 tentang Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan.
Hasil penelitian menunjukkan total rata-rata berat timbulan limbah padat Gedung Menara Prima adalah 449,8 kg/hari dengan total rata-rata volume 3459 L/hari dan berat jenis limbah padatnya adalah 0,15 kg/L. Laju timbulan yang dihasilkan pada area basement adalah 0,062 L/m2/hari, area gedung (aktivitas administrasi kantor) 0,700 L/orang/hari, area kantin 0,089 L/orang/hari, area taman dan sapuan jalan 0,048 L/m2/hari. Komposisi limbah padat Gedung Menara Prima yang dihasilkan dari setiap sumber limbah padatnya mempunyai 3 komponen utama yaitu area gedung terdiri dari 32,9% organik, 50,4% kertas, 9,25% plastik; area kantin terdiri dari 90,0% organik, 4,55% kertas, 4,22% plastik; area taman dan sapuan jalan terdiri dari 79,0% organik, 5,20% kertas, 4,79% kaca.
Melalui rekomendasi pengelolaan limbah padat pada aspek teknis operasional, yaitu pemilahan dan pewadahan di sumber; pengumpulan; pengolahan; pemindahan dan pengangkutan; serta pembuangan akhir; limbah padat yang diangkut berpotensi dikurangi sebesar 28,6% dengan penerapan pengomposan dan penjualan limbah padat anorganik laku jual ke lapak yang menerima limbah padat dari kawasan kantor. Untuk memberikan gambaran keefektifan sistem yang direncanakan, diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai aspek lainnya yaitu aspek hukum, lembaga, biaya dan peran serta masyarakat di mana dalam hal ini pengelola dan penghuni/karyawan Gedung Menara Prima dalam menerapkan rekomendasi tersebut.

In 2011, the amount of solid waste generated in Jakarta reached 5.598 tons/day (BPS Jakarta, 2012), in which 35% of solid waste is from industrial and office. Menara Prima Office Building, has yet to implement an integrated solid waste management, thus a recommendation of solid waste management on technical aspect is required based on waste generation and composition. The method used in this research is based on SNI 19-3964-1994 for 8 days measurement and SNI 19-2454-2002 about the technical aspect.
The results found from the measurements are as followed: the average weight of total solid waste generation of Menara Prima is 449.8 kg/day, the average of total volume is 3459 L/day, and the density of solid waste is 0.15 kg/L. Generation rates measured from the basement area is 0.062 L/m2/day, building area (office administration activities) is 0.700 L/person/day, canteen area is 0.089 L/person/day, parks and street sweeping area is 0.048 L/m2/day. Each solid waste source in Menara Prima Office Building has 3 main components which make up their solid waste composition, the building area consist of 32.9% organic, 50.4% paper, 9.25% plastic; the canteen area consists of 90.0% organic, 4.55% paper, 4.22% plastic; and the parks and street sweeping area consists of 79.0% organic, 5.20% paper, 4.79% glass.
Solid waste management recommendation on the technical aspect that is separation at the source; collection; processing; transfer and transport; and disposal; can potentially reduce solid waste transported up to 28.6% by the implementation of solid waste composting and sale of salable inorganic solid waste from the office area. Further research regarding the other aspects such as law, institution, cost, and the role and participation of the community, in this particular case the managers, occupants/employees of Menara Prima Office Building, is needed to provides an overview of the effectiveness of the proposed system."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S53003
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alvina Paramita Sarastami
"Jakarta sebagai pusat pemerintahan dan pusat bisnis menjadi salah satu penghasil sampah terbesar di Indonesia. Penduduk yang terus bertambah menyebabkan Jakarta menjadi semakin padat. Sehingga dilakukan penelitian di Dipo Moong yang berlokasi di padat penduduk. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui timbulan dan komposisi sampah, mengetahui kondisi pengelolaan sampah eksisting, mengetahui kualitas pupuk kompos yang telah dihasilkan, dan menghitung nilai jual sampah anorganik. Pengukuran timbulan dan komposisi sampah mengacu pada SNI-19-3964-1994. Dari penelitian diperoleh timbulan sampah sebesar 0,37 kg/o/h, dengan komposisi sampah didominasi oleh sisa makanan sebesar 52,46%. Kegiatan yang dilakukan di TPS ini ialah mengolah sampah organik menjadi pupuk kompos, adanya bank sampah, dan pemilahan sampah. Kompos yang dihasilkan telah memenuhi kematangan kompos, diketahui dari nilai rasio C/N yang dihasilkan dan kompos memiliki bau dan tekstur seperti tanah. Namun, belum memenuhi standar kualitas kompos secara keselurahan. Potensi dari nilai jual sampah anorganik perharinya sebesar Rp272.900,00 atau perbulannya sebesar Rp8.187.000,00.

Jakarta as the center of government and business center is one of the largest waste producers in Indonesia. The population continues to grow, causing Jakarta to become increasingly dense. So that research was carried out at Dipo Moong which is located in a densely populated area. The purpose of this study was to determine the generation and composition of waste, to determine the condition of existing waste management, to determine the quality of the compost produced, and to calculate the selling value of inorganic waste. Measurement of waste generation and composition refers to SNI-19-3964-1994. From the research, it was found that the waste generation was 0,37 kg/o/h, with the composition of the waste being dominated by food waste at 52,46%. Activities carried out at this TPS are processing organic waste into compost, having a waste bank, and waste sorting. The compost produced has matured, it is known from the value of the C/N ratio produced and the compost has a smell and texture like soil. However, it has not met the overall compost quality standards. The potential selling value of waste per day is IDR 272.900,00 or per month is IDR 8.187.000,00."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Myriam Moerwani Koeswardhani
"ABSTRAK
Isi Ringkasan
Indonesia adalah negara sedang berkembang, yang sedang melaksanakan pembangunan industri. Meningkatnya jumlah industri tidak hanya memberikan dampak positif, tetapi juga memberikan dampak negatif, misalnya pencemaran lingkungan hidup dari buangan industri, yang menyebabkan penurunan kualitas lingkungan.
Untuk mencegah menurunnya kualitas lingkungan diperlukan usaha pencegahan melalui pengolahan limbah tersebut. Secara garis besar, kegiatan pengolahan air limbah dapat dibagi menjadi 6 (enam) tahap antara lain : Pengolahan pendahuluan, Pengolahan primer, pengolahan sekunder, pengolahan tertier, Pembunuhan kuman dan Pembuangan lanjutan.
Salah satu cara untuk mengolah limbah pada pengolahan tertier adalah dengan proses adsorpsi (penjerapan ). Salah satu sistem adsorpsi adalah adsorpsi fisik (adsorpsi Van der Waals) yang terjadi karena adanya gaya Van der Waals antara molekul-molekul zat yang terjerap dan bersifat dapat balik. Pada umumnya adsorben yang digunakan adalah karbon aktif, dapat berbentuk granular maupun bubuk. Karbon aktif granular maupun bubuk,mempunyai permukaan dalam yang lebih luas sehingga mempunyai daya jerap yang lebih besar.
Untuk mengetahui efektivitas karbon aktif yang tepat, telah dilakukan penelitian di laboratorium Fakultas Teknologi Pertanian Institut Teknologi Indonesia, dengan sampel dart limbah tekstil P.T. Sandratex, dan karbon aktif bubuk yang dibeli dari pedagang bahan kimia.
Menurut hasil penelitian dart F.T. Sandratex,setelah diolah dengan pengolahan primer dan sekunder pun,limbah cair industri tekstil tersebut masih mengandung kadar Fe'dan Zn' yang cukup tinggi yaitu lebih kurang 16 ppm, sedang Nilai Ambang Batas yang diperbolehkan untuk Fe-dan Zn' masingmasing 5 ppm.(Kep-03/MENKLH/II/199I )
Proses adsorpsi adalah salah satu cara pada pengolahan tertier , dan limbah cair tekstil yang diteliti sudah mengalami proses pengolahan primer dan sekunder terlebih dahulu. Sebagai pembanding (kontrol) digunakan limbah cair tekstil sintetis , yang sengaja dipersiapkan dengan cara melarutkan FeSO-4 7 H2O dan Zn S0a dengan akuades sehingga diperoleh larutan murni yang mengandung jumlah senyawa Fe' dan Zn' seperti yang terdapat pada limbah tekstil P.T Sandratex.
Berkaitan dengan uraian diatas, maka masalah penelitian adalah sebagai berikut
1. Berapa besarkah efektivitas karbon aktif dalam mereduksi kadar ion Fe ' dan Zn+` dalam limbah cair industri tekstil dan limbah cair sintetis.
2. Berapakah lama kontak optimal yang dibutuhkan agar karbon aktif dapat me﷓
reduksi jumlah ion logam (Fe dan Zn ) sehingga tidak rnelebihi Nilai Ambang Batas yang diperbolehkan
3. Sampai berapa kalikah karbon aktif dapat digunakan untuk menjerap (mengadsorpsi) ion Fe' dan ion Zn' dalam limbah cair industri tekstil dengan optimal tanpa regenerasi.
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan, penelitian ini ingin meneliti efektivitas karbon aktif bubuk dengan kadar karbon aktif (% berat per volume) dan lama kontak limbah cair dengan karbon aktif (menit/liter), dengan jumlah ion Fe' dan Zn' yang tertinggal dalam larutan setelah di adsorpsi oleh karbon aktif, dan persentase Fe'dan Zn' yang diadsorpsi, sehingga hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Semakin besar kadar karbon aktif bubuk yang diberikan, semakin besar persentase ion Fe"dan Zri yang diadsorpsi, dan semakin kecil pula jumlah Fe' dan Zn" yang tertinggal dalam limbah cair industri tekstil dan limbah cair sintetis setelah diadsorpsi.
2. Semakin lama waktu kontak karbon aktif bubuk dengan limbah cair industri tekstil dan limbah cair tekstil sintetis, semakin kecil jumlah ion Fe" dan Zn' yang tertinggal dalam limbah cair tekstil / sintetis dan semakin besar persentase Fe'dan Zn' yang diadsorpsi.
3. Pemakaian karbon aktif sebanyak 20 kali tanpa regenerasi, dapat menaikkan persentase Fe'dan Zn' yang diadsorpsi (dijerap) dan menurunkan jumlah ion Fe'dan Zn'dalam limbah cair industri tekstil maupun limbah cair tekstil sintetis, setelah diadsorpsi oleh karbon aktif
Penelitian ini bersifat eksperimental , dan bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan karbon aktif untuk mengadsorpsi (menjerap) ion Few` dan ion Zn' yang masih terdapat cukup tinggi dalam limbah cair industri tekstil, meskipun telah diperlakukan dengan pengolahan limbah cair tahap pertama maupun tahap kedua. Selain daripada itu ingin pula membandingkan daya adsorpsi karbon aktif pads limbah cair tekstil dengan limbah cair sintetis. Ion logam yang terdapat dalam limbah cair sintetis hanya terdiri dari ion Fe'dan ion Zn' saja, sedangkan pada limbah cair tekstil meski sudah dilakukan pengolahan tahap pertama dan kedua tetapi masih cukup banyak mengandung ion-ion yang lain, dan ingin pula meneliti tentang berapa kalikah penggunaan karbon aktif untuk mengadsorpsi limbah cair industri tekstil tanpa regenerasi.
Analisis percobaan dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap pola faktorial. Variabel penelitian terdiri dari daya jerap karbon aktif sebagai variabel tergantung atau gayut ( dependent variable) sedangkan sebagai variabel babas atau variabel tak gayut (independent variable) adalah kadar karbon aktif ( persen berat per volume dalam gram/liter) dan lama kontak dengan karbon aktif ( menit/liter).
Penelitian iai dilaksanakan dalam dua tabap, tahap pertama adalah Penelitian Pendahuluan dan tahap kedua adalah Penelitian Utama.
Penelitian pendahuluan dilakukan untuk menentukan jenis karbon aktif yang digunakan, kadar karbon aktif dan lama kontak yang terbaik. Pala penelitian pendahuluan ini Variabel lama kontak limbah cair industri tekstil dengan karbon aktif yang digunakan merupakan variabel waktu dengen variasi waktu 30, 60, 90 menit , sedangkan kadar karbon aktif yang digunakan berkisar antara 10, 20, dan 30 % berat per volume(mg/liter).
Dari percobaan pendahuluan , ternyata variabel waktu (lama kontak) dengan variasi 30, 60, dan 90 menit tidak menunjukkan perbedaan yang nyata, sehingga diambil kesimpulan lama kontak terbaik adalah 30 menit. Untuk variabel dosis karbon aktif , ke tiga variasi kadar karbon aktif juga tidak menunjukkan perbedaan nyata, sehingga untuk sementara dianggap 10% merupakan kadar terbaik Untuk jenis karbon aktif , dipilih karbon aktif bubuk karena lebih ekonomis dibandingkan dengan karbon aktif pro analitis.
Pada penelitian utama, dilakukan penelitian yang lebih teliti. Perlakuan pada penelitian utama yaitu lama kontak yang terdiri dari 8 taraf yaitu 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35 dan 40 menit /liter dan untuk kadar karbon aktif terdiri dari 6 taraf yaitu 2,5 ; 5,0 ; 7,5 ; 10,0 ; 12,5 ; dan 15 % berat per volume (gram/liter).
Dari hasil penelitian dan basil perhitungan secara statistik diperoleh basil sebagai berikut :
Pada limbah cair industri tekstil,perlakuan kadar karbon aktif tidak menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada ion Fe'dan ion Zn' yang tertinggal dalam limbah cair tekstil ,tetapi perlakuan lama kontak limbah cair dengan karbon aktif, berpengaruh nyata pada jumlah ion Fe'+dan Zn' yang tertinggal dalam limbah cair industri setelah diadsorpsi dengan karbon aktif bubuk. Dari tabel Anava dan Duncan test didapatkan hasil terbaik pada lama kontak 10 menit/liter dan dipilih kadar yang terendah yaitu 2,5 % (25 gram karbon aktif/liter limbah cair)
Untuk limbah cair tekstil sintetis temyata perlakuan lama kontak tidak berpengaruh pada ion Fe dan Zn yang tertinggal dalam limbah cair tekstil sintetis. tetapi perlakuan dosis karbon aktif menunjukkan pengaruh yang nyata pada jumlah ion Fe"dan Zn' yang tertinggal dalam limbah cair tekstil sintetis setelah diadsorpsi dengan karbon aktif bubuk. Dari Anova dan S.N.K Test pads limbah cair tekstil sintetis ternyata hasil terbaik di dapatkan pada dosis karbon aktif 7.5 % blv (75 gram karbon aktif/liter limbah cair) dan dengan lama kontak 5 menit/liter.
Di samping itu dari Tabel Anova didapatkan pula bukti bahwa ternyata karbon aktif masih effektif dipakai tanpa regenerasi meskipun telah digunakan sebanyak 20 kali. Hal itu dapat dilihat dari Anova yang menunjukkan bahwa jumlah ion Fe' dan Zn' yang tertinggal tidak berbeda nyata, berarti karbon aktif masih dapat digunakan dengan hasil yang baik meski telah digunakan sebanyak 20 kali.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa karbon aktif dapat menurunkan (mereduksi) jumlah ion Fe's dan Zn' dalam Iimbah cair industri (khususnya PT Sandratex) dengan waktu kontak 10 menit/liter dan kadar karbon aktif 7,5 % b/v (75 grain/liter ), dan karbon aktif masih dapat menjerap terus tanpa regenerasi walaupun telah digunakan duapuluh kali.

ABSTRACT
Thesis summary :
Indonesia, one of the developing countries, is currently developing industries. The increasing number of industries does not only cause some positive impacts, but negative ones as well, such as environmental pollution which is caused by industrial waste, leading to degradation of environmental qualities.
There are many steps of wastewater treatment, namely primary steps, secondary steps, tertiary steps, disinfection and sludge disposal.i
One system of the wastewater treatment is based on adsorption process. Physical adsorption as one of the adsorption system takes place due to Van der Waals forces among adsorbed molecules which are reversible. Adsorbent commonly used are active carbon, either granular or powdered
Both the granular active carbon and powdered active carbon have a wide internal surface, making their greater adsorbing ability. To understand the active carbon effectiveness, an experiment has been carried out at the Biochemistry laboratory of Agricultural Technology Department of Institute Technology Indonesia, using samples taken from P.T. Sandratex and powdered activated carbon purchased elsewhere. The adsorption process belongs to the third step treatment and therefore the textile plant waste, have been passed the first and the second process
As comparison material, the artificial textile plant liquid waste is used , made by dissolving FeSO4 71120 and ZnSO4 using aquadestilate as such that a solution is obtained containing compounds of Fe'and Zn- similar to the one found in the textile waste.
Variables used in this research were the amount of metal ion left in textile liquid waste after being adsorbed by the activated carbon using a certain concentration (% weight per volume) and contact length of time.
As mentioned above, the research problems were as follows :
a. What is the effectiveness of activated carbon in reducing Fe' and Zn' ions dosis in textile and synthetic liquid waste.
b. What is the the length of contact time needed in order that active carbon could reduce the amount of Fe' and Zn' ions, not exceeding the allowable threshold value.
d. How many times can active carbon be used optimally to adsorp metal ion (Fe}'and Zn') in textile and synthetic liquid waste without being regenerated.
Based on the problems mentioned above, this research was aimed to find out the interaction between the dosage of activated carbon (in % weight/volume),duration of contact of liquid waste and activated carbon, and the amount of metal ion (Few` and Zn' ) in the solution after being adsorped by the activated carbon.
Therefore the hypothesis of this research are as follows :
1. The higher the active carbon powder dosage used, the higher the percentage of Fe' and Zn`` ions adsorped and the lesser the amount of Fe' and Zn left in the textile and synthetic liquid waste.
2. The longer the active carbon powder contact time with textile industry and synthetic liquid waste, the smaller amounts of Fe'and Zn' ions left in textile and synthetic waste and the higher the percentage of Fe' and Zn' .
3. Using active carbon twenty limes without regeneration, can increase the percentage
of Fe' and a"- ions adsorped and decrease the amount of Fe'-'and Zn" ions in
in textile industry as well as synthetic liquid waste .
The research objectives were to study the ability of activated carbon in adsorping the Fe' and Zn' ions which are highly found in the textile industry liquid waste yet it has been treated both with the first and second stage processing. The second objectives were also to compare the adsorption capacity of activated carbon on the industrial waste and syntetic waste. The metal ion contained in the synthetic waste only consists of Fe" and Zn''ions, whereas in the textile waste having been given the first and the second treatment stiII contains quite a variety of metals .
The third objective was to study the effectivity of the activated carbon after being used without regeneration
The experiment analysis is done by using the Factorial Complete Random Design.
The research variables consist of the adsorptiveness y of active carbon as dependent variable, whereas the active carbon concentration ( weight percentage per volume in gram/Litre) and contact period as an adsorbtive capacity independent variables.
the characteristic of which later could be used to choose the best form of active carbon, powdered active carbon, granular active carbon and the pro-analytic active carbon_ The contact length of time of the textile liquid waste with the active carbon constitutes lime variable with time interval of 30, 60, 90 minutes and while the active carbon concentration ranges between 10, 20 and 30% weight per volume (gram/litre).
In the prelimary experiment,it is obvious that the time variables (contact length) of 30, 60, and 90 minutes didn't show a significant different, therefor it could be included that the best contact time was 30 minutes. For active carbon concentration variables,the three different concentration also did not show significant differences, but the concentration of 10% active carbon was assume to be the best concentration, the powder of active carbon was choosen due to more economic compare to pro analytic active carbon
The main research , further research is performed more in detail. Time intervals were conducted at 8 different level 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35 dan 40 minutes,and for the active carbon concentration a research is also done through 6 different levels 2,5 ; 5.0; 7,5 ; 10,0; 12,5 and 15% weight per volume (gram/litre). The result data and statistical analysis showed as follows :
On textile liquid waste, the active carbon concentration variable doesnot show a
significant different of metal ion, but the contact length of time of liquid waste with active carbon indicates the amount of the remaining metal ion in the industrial Iiquid waste. In the ANOVA and Studen t Newman Ifeuls it is obvious that the best contact length of time is 10 minutes, and 2,5% dosis activated carbon.
For syntetic liquid waste, the contact length of time is not very obvious but the active carbon consentration points out the amount of the metal ion left in the liquid waste after being adsorped is obviously different. Using ANOVA and Student-Newman-Keuls (S.N.K. test) on syntetic waste,the best result with dosis (% weight per volume) active carbon 7,5 % wlv, and the textile industrial liquid waste, the optimal number of ions occur in the contact length of time with active carbon 5 minutes/litre liquid waste.
Besides that,it is found that active carbon is still effectively used without regeneration despite of 20 times applications. This can be seen from ANOVA that the remaining substance left (Adsorptions) is not really different,meaning to say the active carbon is still usable with effective resuly.
The conclussion showed that powder activated carbon could adsorbing metal Fe and Zn especially P.T. Sandratex with 10 minutes llitre contact period and 7,5 % weight/volume concentration of powder activated carbon and the powdered activated carbon can be used 20 times without regeneration.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Farhan
"Timbulan sampah di Kota Jakarta Selatan mencapai 1,937.54 ton per hari di tahun 2021. Rata-rata timbulan sampah terus merangkak naik hingga 17 ton setiap tahunnya. Permasalahan ini diakibatkan oleh pengelolaan sampah yang kurang baik, salah satunya pengelolaan di tempat penampungan sampah (TPS). Kelurahan Pejaten Barat memiliki TPS yang berlokasi di belakang Kantor Kelurahan Pejaten Barat yang dinamakan TPS Siaga. TPS Siaga menampung sampah dari seluruh RW di Kelurahan Pejaten Barat dan lokasi lainnya. Dalam situs SIPSN, sampah yang masuk pada TPS Siaga di tahun 2022 mencapai 19,130.36 ton per tahun. Sedangkan sampah yang terkelola hanya sebesar 222.7 ton per tahun, perbedaan antara sampah yang masuk dengan yang dikelola sangat signifikan. TPS Siaga juga bersinggungan dengan kali, ketika hujan lebat dan/atau kali meluap terjadi bencana banjir. Penelitian dilakukan untuk mengkaji pengelolaan dan pengolahan sampah di TPS Siaga, mengukur berat dan volume timbulan sampah yang masuk, mengidentifikasi komposisi limbah dan persentase jenis sampah sesuai, dan menganalisis potensi reduksi sampah yang mampu dicapai oleh TPS Siaga. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah observasi dan wawancara untuk mengetahui pengelolaan sampah yang dilakukan pada TPS Siaga, pengukuran timbulan sampah menggunakan metode load-count analysis, dan identifikasi komposisi menggunakan SNI 19-3964-1994. Hasil penelitian menunjukkan timbulan sampah yang masuk ke TPS Siaga dari wilayah pelayanan Kelurahan Pejaten Barat sebesar 3,477.368 kg per hari dengan volume sebesar 31.174 m3 serta timbulan sampah sebesar 0.081 kg/orang/hari atau 0.729 L/orang/hari. Komposisi sampah didominasi oleh sisa makanan sebesar 46.61%. Persentase komposisi sampah lainnya ialah kayu/ranting/daun sebesar 1.16%, kertas/karton 10.78%, plastik 18.17%, logam 1.05%, kain/tekstil 6.38%, karet/kulit 0.23%, kaca 1.69%, B3 0.71% dan sampah lainnya 13.21%. Pengelolaan sampah dari Kelurahan Pejaten Barat di TPS Siaga belum dilakukan dengan maksimal, karena nilai reduksi sampah hanya sebesar 27.77%. Hal ini menyebabkan timbulan sampah yang diangkut ke TPST Bantar Gebang mencapai 72.32% atau 2,511.768 kg per hari. Apabila sampah anorganik dipilah secara maksimal, dan sampah organik direduksi menggunakan maggot BSF dan pengomposan, maka nilai potensi reduksi sampah dapat mencapai 84.37% atau 2,933.805 kg per hari. Jumlah timbulan sampah yang tereduksi ke TPST Bantar Gebang mencapai 56.6% atau 1,968.205 kg per hari.

Waste generation in South Jakarta City is up to 1,937.54 tons per day in 2021. The average waste generation continues to climb up to 17 tons every year. This problem is caused by poor waste management, such as what happened in the garbage collection site (TPS). Kelurahan Pejaten Barat has a TPS located behind Kelurahan Pejaten Barat Office called TPS Siaga. TPS Siaga accommodates waste from all RWs in Kelurahan Pejaten Barat and other locations. According to the SIPSN website, the waste entering TPS Siaga in 2022 is up to 19,130.36 tons per year. While the managed waste is only 222.7 tons per year, the difference between incoming and managed waste is very significant. TPS Siaga also intersects with rivers, when it rains heavily and/or overflows, floods occur. This research was conducted to study the management and processing of waste at TPS Siaga, measure the weight and volume of incoming waste generation, identify the composition of waste and the percentage of appropriate types of waste, and analyze the waste reduction potential that TPS Siaga can achieve. The research methods used in this study were observation and interviews to find out the waste management carried out at TPS Siaga, measurement of waste generation using the load-count analysis method, and composition identification using SNI 19-3964-1994. The results showed that waste generation that entered TPS Siaga from Kelurahan Pejaten Barat service area was 3,477,368 kg per day with a volume of 31,174 m3 and waste generation was 0,081 kg/person/day or 0,729 L/person/day. While the composition of the waste is dominated by food waste by 46.61%. The percentage composition of other waste is wood/branches/leaves of 1.16%, paper/cardboard 10.78%, plastic 18.17%, metal 1.05%, cloth/textile 6.38%, rubber/leather 0.23%, glass 1.69%, B3 0.71% and other waste 13.21%. Waste management from Kelurahan Pejaten Barat at TPS Siaga has not been carried out optimally, because the waste reduction value is only 27.77%. This causes the generation of waste transported to TPST Bantar Gebang up to 72.32% or 2,511.768 kg per day. If inorganic waste is optimally processed and organic waste is reduced using BSF maggot and composting, the potential value of waste reduction can be up to 84.37% or 2,933.805 kg per day. The amount of waste generated that is reduced to TPST Bantar Gebang is up to 56.6% or 1,968,205 kg per day."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>