Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 36825 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Since China adopted an open-door policy in 1979, it has tripled the size of its economy (Purves, 1993). China's gross domestic product (GDP) has been steadily increasing at a 12 percent annual rate while foreign exchange reserves increased dramatically from US$19.4 billion in 1992 to US$73.6 billion in 1995 (People's daily, 1997). 2006, Chinese outbound tourist reached 34.52 million, a record high in history. China become the fastest growing source of tourists in Asia. Chinese tourists traveling abroad changing the tourism pattern in the Asia-Pacific region, as well as the pattern throughout the world. The history is quite short. That is a decade ago, people only traveled to Hong Kong and Macau to see their relatives. In 1992, only 2.93 million Chinese travelers went abroad, most of them were government delegations. Civilians began traveling abroad just ten years ago and the rate of travel has been growing rapidly. Whenever golden weeks between May 1st and 7th and October 1st and 7th occur, there have been more people who want to travel abroad."
790 JUKIN 3:1 (2008)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Liu, Yong
Taibei shi: Shuiyungi Wenhu Chubanshe, 1980
SIN 915.1 LIU n
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Feng, Juzhi
Taibei : Dadi Publishin, 1996
SIN 915.1 FEN k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sultan Aliandi Prawira
"Pandemi COVID-19 telah mengubah dunia. Dampaknya dirasakan oleh seluruh penduduk di hampir semua negara di dunia. Pandemi COVID-19 bukan hanya krisis kesehatan, tetapi merupakan krisis multidimensi yang mengakibatkan banyak industri beradaptasi untuk bertahan. Industri pariwisata menjadi salah satu industri yang paling terdampak pandemi ini. Akibatnya, perilaku wisatawan dalam berwisata berubah drastis sejak pandemi COVID-19. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak pandemi COVID-19 terhadap perilaku wisatawan domestik Indonesia dalam berwisata di dalam negeri. Penelitian ini menggunakan kerangka Theory of Planned Behaviour (TPB) untuk melihat pengaruh dari perceived risk of travelling, attitude, perceived behavioural control dan subjective norms terhadap intensi melakukan perjalanan domestik (intention to travel) selama pandemi COVID-19 dan willingness to pay untuk langkah-langkah keamanan tambahan selama bepergian dan di tempat tujuan. Ada 287 responden yang berkontribusi dalam penelitian ini. Responden penelitian ini merupakan orang-orang yang tinggal di wilayah Indonesia setidaknya sejak bulan Maret 2020 dan berusia minimal 18 tahun. Kuesioner penelitian disebarkan secara online dan dianalisis menggunakan Partial Least Squares-Structured Equation Modeling (PLS-SEM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin besar intention to travel maka semakin besar pula willingness to pay. Sebaliknya, hanya attitude dan subjective norms yang memiliki pengaruh signifikan dengan intention to travel. Sementara itu, perceived risk memiliki pengaruh positif pada attitude dan perceived behavioral control.

The COVID-19 pandemic has changed the world. Its impact is felt by the entire population in almost all countries in the world. The COVID-19 pandemic is not just a health crisis, it is a multidimensional crisis that has resulted in many industries adapting to survive. The tourism industry is one of the industries most affected by this pandemic. As a result, tourist behavior in traveling has changed drastically since the COVID-19 pandemic. This study aims to analyze the impact of the COVID-19 pandemic on the behavior of Indonesian domestic tourists in traveling within the country. This study uses the Theory of Planned Behavior (TPB) framework to see the effect of perceived risk of traveling, attitude, perceived behavioral control and subjective norms on the intention to travel domestically during the COVID-19 pandemic and willingness to pay for additional safety measures during travel and at the destination. There are 287 respondents who contributed to this research. The respondents of this study are people who have lived in the territory of Indonesia since at least March 2020 and are at least 18 years old. Research questionnaires were distributed online and analyzed using Partial Least Squares-Structured Equation Modeling (PLS-SEM). The results showed that the greater the intention to travel, the greater the willingness to pay. On the other hand, only attitude and subjective norms have a significant effect on intention to travel. Meanwhile, perceived risk has a positive influence on attitude and perceived behavioral control."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ira Rahmawati
Jakarta: TransMedia, 2013
791.1 IRA a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Agustinus Wibowo
"Jalan Panjang untuk Pulang adalah kumpulan cerita dan esai dari berbagai lokasi yang pernah disinggahi Agustinus, yang mengajak kita untuk mengalami berbagai dimensi perjalanan. Dari perjalanan fisik hingga perjalanan batin. Dari melihat dunia luar hingga pulang ke dalam diri. Dari pencarian hingga penemuan makna yang hakiki."
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2021
910.4 AGU j
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Baqir Zein
Jakarta: Gema Insani, 2000
305.8 ABD e
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Bonavia, David
Jakarta: Erlangga, 1990
951 BON c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Wahyuning M. Irsyam
"PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Perkembangan studi sejarah modern tentang Indonesia telah berkembang sedemikian pesatnya memasuki hampir semua aspek kehidupan bangsa Indonesia. Salah satu yang menjadi garapan dari studi sejarah Indonesia Modern adalah golongan etnis Cina sebagai golongan minoritas di Indonesia dalam pelbagai bentuk ragamnya. Sejak Victor Purcell membukukan hasil penelitiannya ?the Chinese in Southeast Asia" ternyata karya ini mampu mengilhami lahirnya karya-karya baru dalam studi Indonesia Modern. Studi tentang golongan etnis Cina ternyata telah menghasilkan sejumlah ilmuwan antara lain seperti Melly G. Tan, Leo Suryadinata, Liem Twan Djie dan Ong Eng Die.
Golongan etnis Cina seringkali diidentikkan sebagai golongan yang mempunyai peranan penting dalam dalam perekonomian Indonesia. Hal ini tidak dapat dipisahkan dari adanya kenyataan bahwa mereka telah mulai merintis usaha-usaha di bidang perekonomian sejak dulu, dan keberhasilan mereka ditunjang oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut berasal dari berbagai pihak, baik pihak mereka sendiri, pihak pemerintah Belanda maupun dari pihak pribumi.
Bila kita telusuri sejarah perkembangan mereka di bidang perekonomian, maka kita harus melihat kenyataan bahwa bangsa Cina telah mengadakan hubungan dengan bangsa-bangsa di Asia Tenggara, termasuk bangsa Indonesia sejak jaman dinasti Han berkuasa di daratan Cina (206 SM - 221 M). Ada dugaan bahwa hubungan dagang tersebut pada awalnya dilakukan oleh para pedagang.
Beberapa bukti arkeologis antara lain menunjukkan adanya patung-patung batu yang ditemukan di Pasemah, Sumatera Selatan yangmirip dengan patung-patung batu yang terdapat pada kuburan Jenderal Huo K'lu - ping di Propinsi Shenshi, yang bertandakan tahun 117 SM. Di camping itu juga banyak diketemukan barang-barang keramik di Sumatera , Jawa dan Kalimantan yang bertandakan tahun 45 SM (Victor Purcell, 1951: II). Dugaan para ahli, masa tersebut merupakan masa awal hubungan Cina-Indonesia.
Hubungan berikutnya adalah datangnya seorang musafir Cina yang beragama budha ke Indonesia. Fa-Hsien datang ke Jawa pada tahun 413 Masehi. Dari catatan sejarah dinasti Sung (420 - 479 M) dan dinasti Liang (502 - 527 M) dapat diketahui bahwa ada utusan dari negara-negara di Asia Tenggara yang datang ke Cina. Selain utusan yang datang ke Cina, Cina sendiri pada jaman dinasti T'ang (618 - 907 M) pernah mengirim utusan ke Selatan untuk membuka hubungan dagang. Pada tahun 756 - 779 M, pernah datang tiga utusan dari Jawa ke Cina atau sebaliknya, maka hubungan dagang Utara - Selatan menjadi semakin lancar.
Pada jaman pemerintahan dinasti Qing (1644 - 1911) hubungan dagang dengan Barat dibuka. Pelabuhan utama mereka adalah Amoy, Kwangtung dan Fukien. Meskipun hubungan dagang dengan bangsa Barat telah dimulai sejak tahun 1644, namun baru pada tahun 1786 penduduk setempat menyadari bahwa yang banyak mendapatkan keuntungan adalah bangsa Barat. Hal ini mendorong mereka untuk mengadakan migrasi ke tanah jajahan Barat. Apalagi mereka mendengar bahwa di Semenanjung Malaya orang bisa mendapatkan mata pencaharian dengan upah yang lumayan.
Migrasi etnis Cina terjadi secara besar-besaran setelah terjadinya perang Candu (1839 - 1842), yang mengakibatkan dibukanya negara Cina oleh Inggris dan setelah terjadinya pemberontakan Tai Ping (1851 - 1865), yang mengakibatkan hancurnya perekonomian di Cina Selatan. Dengan hancurnya perekonomian di Cina Selatan maka banyak orang "terpaksa" meninggalkan kampung halamannya untuk mendapatkan penghidupan yang lebih baik.
PERMASALAHAN
Penelitian ini mengkaji peranan golongan etnis Cina di sektor ekonomi pada masa kolonial. Secara khusus penelitian ini ingin mengungkapkan faktor-faktor apa yang menyebabkan golongan etnis Cina berperan di sektor ekonomi, bagaimana tingkah laku ekonomi golongan etnis Cina dan kendala-kendala yang dihadapi dalam memainkan peranannya itu.
Uraian berikut ini mencoba untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Uraian dan penjelasan berikut ini mencakup kedudukan golongan etnis Cina pada masa kolonial, dan pola tingkah laku ekonomi golongan etnis Cina. Pola tingkah laku tersebut dihubungkan dengan kegiatan perekonomian yang ada di Indonesia pada waktu itu. Dari uraian dan penjelasan yang ada diharapkan diperoleh suatu pemahaman mengenai peranan golongan etnis Cina di sektor ekonomi."
Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1996
LP 1996 94
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>