Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 149979 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Vega Andhira
"ABSTRAK
Pendahuluan: otak adalah organ yang metabolisme energinya sangat bersifat aerobik dan mutlak memerlukan oksigen. Oksigen diperlukan sebagai akseptor elektron terakhir dalam kebutuhan ATP. Bila terjadi hipoksia, aliran elektron terganggu sehingga terjadi pembentukan radikal bebas yang mengakibatkan stres oksidatif dan berpotensi menyebabkan kerusakan jaringan. Glutation (GSH) merupakan antioksidan endogen yang dapat menangkal radikal bebas sehingga mencegah kerusakan jaringan. Penelitian ini bertujuan untuk analisis hubungan antara hipoksia sistemik selama hari dengan kadar GSH jaringan otak. Metodologi: jaringan otak yang digunakan pada penelitian ini diambil dari tikus Sprague-Dawley jantan minggu) yang telah terpapar dengan kondisi normoksik sebagai kontrol dan hipoksia sistemik berkelanjutan dalam . Kadar GSH kemudian diukur dan dianalisa menggunakan ANOVA dan post-hoc LSD. Hasil: hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya korelasi antara kadar GSH dari jaringan otak dengan durasi paparan hipoksia sistemik berkelanjutan, yang dipresentasikan dengan perbedaan bermakna antara kelompok kontrol dan kelompok terpapar dengan kadar GSH terendah yang ditemukan di hari ng/mg protein). Hasil uji post-hoc LSD menunjukkan bahwa hanya dengan 1 hari terpapar hipoksia dapat menghasilkan penurunan kadar GSH yang bermakna. Analisa berkelanjutan menggunakan uji Korelasi Pearson menunjukkan bahwa hari terpapar berbanding terbalik dengan kadar GSH Kesimpulan: GSH ditemukan menurun pada jaringan otak yang terpapar oleh hipoksia sistemik berkelanjutan akibat penggunaannya yang terus-menerus.

ABSTRACT
Introduction: brain is an organ that has an aerobic energy metabolism and it fully needs oxygen. Oxygen is required as a final electron for the needs of ATP. If hypoxia occurs, the electron flow is interrupted, causing the formation of free radicals that leads to oxidative stress and potentially causes tissue damage. Glutathione (GSH) works as an endogenous antioxidant which can counteract free radicals thereby preventing tissue damage. This study aimed to analyze the correlation between hypoxia within days with GSH levels in the brain tissue. Method: the brain sample of this study was taken from male Sprague-Dawley weeks old) that has been exposed to normoxic condition as the control, and continuous systemic hypoxia within The GSH level was then measured and analyzed using ANOVA and post-hoc LSD. Results: the result of this study showed that there was a correlation between the GSH level of the brain tissue with the exposure duration of continuous systemic hypoxia, as it presented a significant difference between the control group and exposure groups with the lowest GSH level was found on day/mg). The post-hoc LSD test results showed that even only 1 day of hypoxic exposure may lead to significantly reduced GSH level . Further analysis conducted with Pearson Correlation test showed that the days of exposure is negatively correlated to the GSH levels . Conclusion: GSH was found to decrease in the brain tissue that was exposed to continuous systemic hypoxia due to the continuous usage."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70412
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alexandra Francesca Chandra
"ABSTRAK
Latar Belakang: Glutation tereduksi (GSH) adalah antioksidan endogen nonenzimatik utama di paru dan saluran pernapasan. GSH mengoksidasi spesi oksigen reaktif (ROS) untuk mencegah terjadinya kerusakan oksidatif, sehingga GSH menjadi salah satu parameter pengukuran derajat stres oksidatif. Hipoksia sistemik kontinu telah diketahui menyebabkan pembentukan ROS dan kerusakan oksidatif. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh waktu paparan hipoksia sistemik kontinu terhadap pembentukan ROS di jaringan paru, yang direpresentasikan melalui kadar GSH. Metode: Sampel paru didapat dari tikus Sprague-Dawley jantan berusia 6-8 minggu dengan berat badan 150-200 g, yang telah terpapar kondisi normoxia (kontrol) atau hipoksia sistemik kontinuselama hari. Kemudian, kadar GSH diukur dari ekstrak jaringan paru. Hasil: Data analisis dengan ANOVA mengindikasikan adanya perbedaan bermakna antara kadar GSH paru terhadap perbedaan waktu pemaparan hipoksia sistemik kontinu Perbandingan post hoc LSD memperlihatkan bahwa dibutuhkan pemaparan hipoksia setidaknya 5 hari untuk menimbulkan efek, ditunjukkan dengan adanya penurunan bermakna kadar GSH pada kelompok hipoksia 5 hari dan 7 hari Namun, paparan hipoksia selama kurang dari atau sama dengan 3 hari tidak berpengaruh signifikan terhadap kadar GSH. Kemudian, uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan berbanding terbalik yang sangat kuat antara waktu pemaparan hipoksia terhadap kadar GSH paru Kesimpulan: Waktu pemaparan hipoksia sistemik kontinu mempengaruhi kadar GSH paru secara berbanding terbalik, di mana kadar GSH paru semakin menurun seiring dengan semakin bertambahnya waktu paparan hipoksia

ABSTRACT
Background: Reduced-glutathione (GSH) is a major endogenous nonenzymatic antioxidant in the lung and airway system. GSH oxidizes reactive oxygen species (ROS) to prevent oxidative damage. Hence, GSH is considered one of the parameters for measuring the degree of ROS-induced oxidative stress. Continuous systemic hypoxia has been known to cause ROS formation and oxidative damage. Consequently, this research attempted to see the effect of exposure time to continuous systemic hypoxia to ROS formation in the lung as reflected by GSH level. Methods: Lung samples were collected from 6-8 weeks old male Sprague-Dawley rats weighing 150-200g, previously exposed to normoxic environment (control) or continuous systemic hypoxia (days. Afterwards, GSH level was measured from lung extracts. Results: Data analysis using ANOVA indicated a significant difference in lung GSH level upon different exposure times to continuous systemic hypoxia Post hoc LSD comparisons revealed that hypoxic exposure should be of at least 5 days to yield an effect, as shown by significantly reduced GSH level in hypoxic groups of 5 days . Meanwhile, hypoxic exposure for 3 days or less did not significantly affect GSH level. Further Pearsons correlation analysis demonstrated a very strong negative relationship between hypoxic exposure times and lung GSH level Conclusion: The exposure times to continuous systemic hypoxia were inversely proportional to lung GSH level, in which lung GSH level decreased as the exposure time was increased.
"
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nindyasari Laksmita Putri
" ABSTRAK
Pendahuluan: Jantung adalah organ yang metabolisme energinya bersifat aerobik
dan mutlak memerlukan oksigen sebagai akseptor elektron terakhir dalam
pembentukan ATP. Pada keadaan hipoksia, terjadi pembentukan radikal bebas
akibat terganggunya aliran elektron yang kemudian mengakibatkan stres oksidatif
sehingga menyebabkan kerusakan jaringan. Glutation (GSH) merupakan
antioksidan endogen yang dapat menangkal radikal bebas sehingga mencegah
kerusakan jaringan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh hipoksia
sistemik selama 1 3 5 dan 7 hari terhadap kadar GSH jaringan jantung
Metodologi Jaringan jantung berasal dari tikus Sprague-Dawley jantan usia 6
8 minggu yang telah terpapar kondisi normoksik sebagai kontrol dan kondisi
hipoksia sistemik berkelanjutan selama 1 3 5 dan 7 hari. Kadar GSH kemudian
diukur dan dianalisa menggunakan ANOVA. Hasil: Hasil penelitian
menunjukkan bahwa hipoksia sistemik berkelanjutan selama 1 3 5 dan 7 hari
tidak menunjukkan perbedaan bermakna kadar GSH jaringan jantung p 005
Kadar GSH terendah yang ditemukan pada hari 3 1395 ng mg protein
Kesimpulan Hipoksia sistemik berkelanjutan pada penelitian in tidak
berpengaruh terhadap kadar GSH jaringan jantung.

ABSTRAK
Introduction: Heart is an organ which the aerobic energy metabolism of it needs
oxygen as a final electron for the needs of ATP production. In hypoxic condition
the electron flow is interrupted; causing free radicals formation leading to
oxidative stress and potentially causes tissue damage. Glutathione (GSH) works
as an endogenous antioxidant to counteract free radicals thus preventing tissue
damage. This study aimed to analyze the correlation between hypoxia within 1 3
5 and 7 days with GSH levels in the heart tissue. Method The heart sample of
was obtained from male SpragueDawley 6 8 weeks old) that has been exposed
to normoxic condition as the control and continuous systemic hypoxia within 1
3 5 and 7 days The GSH level was then measured and analyzed using ANOVA.
Results The result of this study depicted that continuous systemic hypoxia
exposure of 1 3 5 and 7 days showed no significant differences to the GSH level
of the heart tissue p 0.05 The lowest GSH level was found on day 3 1 395
ng mg protein Conclusion Continuous systemic hypoxia in this study showed
no influence in GSH level in the heart tissue."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70446
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hansens Yansah
"Latar Belakang: Kondisi hypobaric diinduksi pada manusia di daerah dataran tinggi; kondisi hipoksia hypobaric intermiten adalah paparan normoxic di antara induksi hipoksia. Kondisi hipoksia hypobaric dapat membahayakan karena meningkatkan produksi stres oksidatif. GSH adalah antioksidan utama yang merupakan pertahanan utama terhadap hidrogen peroksida. Kadar hidrogen peroksida meningkat pada kondisi hipoksia. Dalam percobaan ini saya akan menelurusi pengaruh kondisi hipoksia hypobaric intermiten pada kadar glutathione GSH .
Metode: Percobaan ini menggunakan otak dari tikus jantan Sprague Dawley yang berusia 2 bulan dengan berat di 200-250 gram. Kondisi hipoksia hypobaric intermiten disimulasikan menggunakan tipe I Chamber profil penerbangan hypobaric. Tikus dibagi menjadi lima kelompok yang masing-masing terdiri dari 5 tikus dan diberi perlakuan kondisi hipoksia hypobaric yang berbeda. Kemudian, kandungan protein dan kadar GSH dalam homogenat otak dengan spectrofotometer.
Hasil: Kadar GSH menurun di otak yang terpapar oleh efek hipoksia hipobarik. Tetapi dari hasil analisa statistic membuktikan bahwa data yang sudah peroleh tidak signifikan. Kesimpulan: Menurut hasil penelitian ini, tidak ada korelasi antara tingkat GSH dan hipoksia hypobaric intermiten tetapi penelitian lebih lanjut harus dilakukan.

Background: A hypobaric hypoxic condition is induced in human in high altitude areas an intermittent hypobaric hypoxic condition is continuous exposure with normoxic conditions in between. A hypobaric hypoxic condition can potentially be harmful because of the oxidative stress that it causes. GSH is the prime antioxidant that is the main defense against hydrogen peroxide. Hydrogen peroxide levels increase in hypoxic conditions. In this experiment, I am analyzing the effect of intermittent hypobaric hypoxic condition on the level of glutathione GSH.
Method: We utilized the cerebellum of two months old healthy male Sprague Dawley rats weighing at 200 250 grams. An intermittent hypobaric hypoxic condition was simulated using a hypobaric Type I Chamber flight profile. The rats are split into five groups with 5 rats in each group of varying exposure to the hypobaric hypoxic condition. Protein content in the cerebellum homogenate was also measured and the GSH level is measured.
Results: The level of GSH decreases in rat cerebellum exposed to hypobaric hypoxia. However, after statistical analysis the data is shown to be insignificant.Conclusion According to the results of this experiment, there is no correlation between the level of GSH and intermittent hypobaric hypoxia but further research should be conducted.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70420
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Aditya Asa
"Hipoksia adalah kondisi dimana tubuh manusia tidak mempunyai suplai oksigen yang cukup. Dalam kondisi ini, tubuh akan melakukan adaptasi dengan memproduksi antioksidan untu menghindari kerusakan yang dihasilkan oleh stress oksidatif. Hipobarik hipoksia adalah kondisi hipoksia yang dialami di tekanan yang tinggi, umumnya di tengah proses penerbangan. Sebagai organ utama yang memproduksi oksigen, paru-paru dipercaya mempunyai peran yang tinggi untuk melindungi tubuh dari stress oksidatif yang berkepanjangan. Penelitian ini akan memfokuskan kepada aktifitas glutation sebagai antioksidan endogen yang melindungi paru-paru dari kerusakan oksidatif. Metode: Sel jaringan paru dikumpulkan dari 150-200g tikus yang telah disimpan dan terpapar oleh induksi hipoksia hipobarik intermiten. Aktifitas GSH akan dihitung dari ekstrak sel paru tikus. Hasil: Dibandingkan dengan kelompok kontrol, aktifitas glutathione terlihat menurun secara signifikan di antara kontrol ndash; hipoksia 3, kontrol ndash; hipoksia 4, hipoksia 1 ndash; hipoksia 3, dan hipoksia 1 ndash; hipoksia 4. Kesimpulan: Kondisi hipoksia memberikan pengaruh terhadap aktifitas glutathione di sel jaringan paru tikus.Kata kunci: Glutathione, Stres Oksidatif, Hipoksia Hipobarik Intermiten, Sel Jaringan Paru.

Background Hypoxia is a condition where the body does not have enough oxygen, the body will then adapt naturally by producing antioxidant to prevent oxidative stress. Hypobaric hypoxia is basically a hypoxia condition experienced in high altitude, commonly during flight. As a main organ that supplies oxygen for the body, researcher believed that lungs would have a certain role in this condition. Therefore, this research will focus on the effect reduced glutathione GSH as the non enzymatic antioxidant in intermittent hypobaric hypoxia condition in the lungs. Methods Lungs samples were collected from 150 200 g of rats that had been frozen and exposed to hypoxia hypobaric intermittent conditions. GSH level was then measured by the extracts of the rats. Results Compared to control variable, glutathione level was decreased in hypoxia 1x, 2x, 3x, 4x treatment, and are significant between the control ndash hypoxia 3, control ndash hypoxia 4, hypoxia 1 ndash hypoxia 3 and hypoxia 1 ndash hypoxia 4. Conclusion Intermittent hypobaric hypoxia affects glutathione level in lungs tissues. Key words Glutathione, Oxidative Stress, Intermittent Hypobaric Hypoxia, Lungs Tissue Cells."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70421
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakhri Rahmadiansyah
"Hipoksia hipobarik merupakan kondisi dimana tubuh memiliki kekurangan oksigen dalam jaringan dan sel. Pada keadaan hipoksia, tubuh mampu memproduksi radikal bebas. Sehingga, tubuh menghasilkan antioksidan yang berfungsi menangkal radikal bebas. Salah satu antioksidan yang berfungsi yaitu glutation (GSH). Glutation memiliki peranan penting dalam antioksidan khususnya menangkal radikal bebas hidrogen peroksida (H2O2). Dengan adanya antioksidan ini, maka dapat melindungi sel tubuh yang mengalami kerusakan akibat radikal bebas. Penelitian yang dilakukan yaitu menggunakan metode desain eksperimental. Penelitian ini menggunakan 25 ekor tikus yang dikelompokkan menjadi 5 kelompok, yaitu kelompok kontrol, kelompok 7 kali, kelompok 14 kali, kelompok 21 kali, dan kelompok 28 kali hipoksia hipobarik intermiten (HHI). Setiap kelompok diberikan prosedur hypobaric chamber training. Selanjutnya melakukan pengukuran kadar glutation dengan menggunakan metode Ellman. Rata-rata kadar glutation organ hati kelompok tikus 7 kali HHI lebih rendah secara bermakna dibandingkan dengan kelompok tikus kontrol (p = 0.001). Rata-rata kadar glutation organ hati kelompok tikus 14 kali HHI lebih tinggi secara bermakna dibandingkan dengan kelompok tikus 7 kali HHI (p < 0.001). Rata-rata kadar glutation organ hati pada kelompok lainnya kembali menurun setelah diberikan paparan 21 kali HHI dan 28 kali HHI dibandingkan dengan kelompok normal namun tidak memiliki makna yang signifikan. Menurut hasil penelitian ini, kadar glutation pada keadaan HHI mengalami penurunan akibat dari suatu efek perlindungan hati terhadap adanya radikal bebas yang dihasilkan dari hipoksia hipobarik intermiten.

Hypobaric hypoxia is a condition in which the body has a low level of oxygen in the tissues and cells. The effect that occurs when in a state of hypoxia is that the body produces free radicals. However, the body also produces antioxidants that work to eliminate free radicals. One of the antioxidants is glutathione. Glutathione has a role in antioxidants, especially scavenging free radical hydrogen peroxide (H2O2). With this antioxidant, it can protect from cell damage by free radicals. This research use the experimental design method. This study used 25 rats which grouped into 5 groups, namely the control group, group with 7 times, group with 14 times, group with 21 times, and group with 28 times intermittent hypobaric hypoxia (IHH). Each group will be exposed to hypobaric chamber training procedure. Furthermore, measuring glutathione levels in rat liver samples in each group using the Ellman’s method. The average glutathione level of the group rats 7 times IHH was significantly lower than that of the control rats group (p = 0.001). The average liver glutathione levels in the group rats 14 times IHH were significantly higher than the group rats 7 times IHH (p < 0.001). The average liver glutathione levels in the other groups decreased again after exposure to 21 times IHH and 28 times IHH compared to the control group but did not significantly different. According to the results of this study, glutathione levels in rat's liver decreased due to a protective effect of the liver against the presence of free radicals resulting from IHH."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fanny Septiani Farhan
"Latar belakang: Paparan hipoksia subletal (Hypoxia conditioning) diyakini memiliki efek neuroprotektif yang dapat meningkatkan resistensi sel dengan cara menginduksi perubahan ekspresi gen dan jalur sinyal intraseluler yang mengakibatkan adaptasi intraseluler melalui proses eritropoiesis, angiogenesis, transport glukosa dan glikolisis anaerobik melalui aktivitas gen HIF- 1 alpha. Penelitian mengenai hipoksia hipobarik intermiten (HHI) telah membuktikan bahwa induksi HHI menurunkan kerusakan jaringan otak pada korteks, dan meningkatkan densitas mikrovaskuler. HHI juga memicu respons neuroplastisitas pada sel otak sebagai upaya agar fungsi sel otak tidak terganggu.
Tujuan: Menganalisis efek hipoksia hipobarik intermitten (HHI) terhadap neuroplastisitas jaringan otak dengan mengamati perubahan fungsi motorik dan kognitif serta peningkatan protein PSD95 sebagai respons adaptasi pasca induksi hipoksia hipobarik intermitten.
Metode: 25 tikus Sprague-Dawley, dibagi menjadi 4 kelompok diinduksi HHI dan 1 kelompok sebagai kelompok kontrol.Induksi dilakukan dengan hypobaric chamber di Lakespra TNI AU dengan interval induksi 1 minggu selama 4 kali (hari-1, 8, 15 dan 22). Setelah induksi, kelompok itu diuji untuk parameter fisiologis menggunakan balok berjalan untuk mengukur fungsi motorik dan Y Maze untuk mengukur fungsi kognitif. Jaringan otak diambil untuk pemeriksaan reseptor neurotransmitter glutamat dan GABA serta protein PSD95.
Hasil: kelompok perlakuan dengan 1,2,3,4 kali paparan hipoksia hypobarik tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam fungsi neuromotor kompleks, fungsi kognitif dan PSD 95 dibandingkan dengan kelompok kontrol (p> 0,05). Ekspresi reseptor GABA dan glutamat menurun secara signifikan di induksi pertama, namun meningkat secara signifikan pada kelompok induksi kedua dan ketiga dan untuk akhirnya menurun mendekati rerata kelompok kontrol.
Kesimpulan: HHI menginduksi proses neuroplastisitas sebagai respon adaptasi terhadap paparan hipoksia hipobarik intermiten pada tikus Sprague-Dawley.

Background: Sublethal exposure to hypoxia known as hypoxia preconditioning is believed to have neuroprotective effect. Hypoxia preconditioning induces changes in gene expression and intracellular signaling pathways that lead to the emergence of intracellular adaptation through the process of erythropoiesis, angiogenesis, glucose transport and anaerobic glycolysis through HIF- 1 alpha gene activity. Intermittent hypobaric hypoxic conditions (IHH) which occurs at high altitude such as during flight, is a common condition that causes exposure to hypoxia preconditioning. HHI induction decreased brain cortical tissue damage, and increased microvascular density. The aim of the present study is to investigate the effect of hypoxic preconditioning on the function of neuronal cells.
Aims: to investigate the neuroplasticity responses after intermittent hypobaric hypoxia induction on cerebral function (complex neuromotor function,cognitive function, PSD95 and neurotransmitter transduction).
Method: A total of 25 Sprague-Dawley rats were divided into 4 groups of IHH and 1 group as control. The 4 IHH groups were exposed to intermittent hypobaric hypoxia in Indonesian Air Force Institute of Aviation Medicine hypobaric chamber, by 1 week interval for 4 times (day-1, 8, 15 and 22). After the induction, the groups were evaluated for physiological parameters using walking beam to measure the complex neuromotor function and Y maze to measure the cognitive function. The brain was taken for immunochemistry and ELISA analysis.
Results: the group treated with 1,2,3,4 times exposure to hypobaric hypoxia shows no significant differences in complex neuromotor function,cognitive function and PSD95 compare to control group ( p>0.05). The level of GABA and glutamate receptor decreased significantly in induction 1, but raised significantly in group induction 2 and 3 compare to control group.
Conclution: IHH induced neuroplasticity as adaptation respons to hypobaric intermittent hypoxia in Sprague-Dawley rats.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bagus Ramasha Amangku
"HIF-2α adalah mediator yang penting dalam reaksi hipoksia di situasi keganasan dan tingginya tingkat ekspresi HIF-2α berkorelasi dengan konsep metastasis, resistensi terapi dan penurunan kualitas prognosis dalam berbagai bentuk pertumbuhan kanker. Karena kemampuan sel glioma otak yang sangat infiltratif, glioma tidak dapat sepenuhnya dihilangkan dengan pembedahan dimana tingkat kekambuhan juga tinggi. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi ekspresi relatif dari gen HIF-2α dihubungkan dengan keganasan glioma. Spesimen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 22 sampel yang diperoleh dari Departemen Bedah Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia- Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Ekspresi relatif HIF-2α dianalisis dengan menggunakan quantitative RT-PCR. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan ekspresi relatif HIF-2α pada glioma derajat tinggi dibandingkan dengan glioma derajat rendah, namun tidak bermakna secara statistik. Dengan demikian kemungkinan HIF-2α dapat digunakan sebagai penanda prognostik untuk pasien yang didiagnosis glioma, meskipun eksperimen tambahan perlu dilakukan untuk memperkuat fakta ini.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diandra Safirina
"Antioksidan berperan penting dalam menanggulangi reaktif oksidatif spesies yang dipercaya mengambil peran pada kondisi hipobarik hipoksia. Oleh sebabnya, glutathione yang tereduksi (GSH) adalah antioksidan endogen non-enzimatik yang dapat mencegah kerusakan oksidatif. Secara teratur, riset ini dilaksanakan untuk menemukan efek dari pajanan intermiten hipobarik hipoksia yang dicerminkan dari level GSH, sebagai salah satu dari antioksidan penting pada jaringan ginjal. Sampel pada ginjal diambil dari tikus Sprague-Dawley yang berusia 6-8 minggu dengan berat 150-200g, yang sebelumnya telah terkena pajanan lingkungan normal (pada kontrol) atau pajanan intermittent hipobarik hipoksia selama beberapa hari. Setelah itu, level GSH dihitung dari ekstrak jaringan ginjal. Konsentrasi GSH naik pada pajanan hipoksia 1x dan hipoksia 2x jika dibandingkan dengan grup kontrol. Tapi, konsentrasinya menurun setelah pajanan 3x dan ditemukan hamper stabil pada pajanan 4x hipoksia. Level yang berbeda pada glutathione dalam kondisi intermiten hipobarik hipoksia disebabkan oleh jaringan ginjal yang sudah beradaptasi dengan kondisi hipobarik hipoksia.

Antioxidants play important role for scavenging many reactive oxidative species, which believed are involved in hypobaric hypoxia condition. Hence, reduced-glutathione (GSH) is an endogenous non-enzymatic antioxidant could prevent oxidative damage. Consequently, this study attempted to find the effects of intermittent hypobaric hypoxia exposure as reflected by GSH level, as one of major antioxidant found in renal tissue. Renal samples were collected from 6-8 weeks old male Sprague-Dawley rats weighing 150- 200g, previously exposed to normoxic environment (control) or intermittent hypobaric hypoxia for certain days. Afterwards, GSH level was calculated from renal extracts. Concentration of GSH was increased on hypoxia 1x treatment and hypoxia 2x treatment compared to control group. But, the concentration was decreased after 3x treatment and found almost stabilized at 4x treatment of hypoxia. The various level of glutathione in intermittent hypobaric hypoxia was due to renal tissue adaptation toward hypobaric hypoxia treatment."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titi Riani
"Ruang lingkup dan cara penelitian :
Likopen (Lycopene) tergolong antioksidan karotenoid yang banyak ditemukan dalam buah dan sayur, terutama pada buah tomat berwarna merah. Likopen dari tomat olahan diserap lebih baik dibanding dengan likopen yang terdapat dalam tomat segar. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat efek hepatoprotektif likopen sebagai antioksidan pada tikus yang diracun karbontetraklorida. Penelitian dilakukan terhadap 4 kelompok tikus strain Sprague Dawley. Kelompok I adalah kelompok kontrol, kelompok II adalah kelompok yang mendapat emulsi tomat, kelompok III yang diracun dengan CCl4 dan kelompok N adalah kelompok yang mendapat emulsi tomat sebelum diracun CCl4. Pada penelitian ini tomat terlebih dahulu dibuat menjadi serbuk dengan teknik "drum drier". Sebelum diberikan pada hewan coba serbuk tomat dibuat menjadi emulsi dengan minyak. Efek hepatoprotektif emulsi tomat dinilai dengan menetapkan aktivitas enzim GPT plasma. Pada tikus kelompok III aktivitas enzim GPT lebih tinggi (190,185 U/L) daripada kelompok IV (54,596 U/L), walaupun tidak menyamai aktivitas enzim GPT plasma tikus kelompok kontrol (33,464 U/L). Glutation tereduksi (GSH) dan enzim katalase tergolong antioksidan endogen. Pemberian emulsi tomat pada kelompok tikus sebelum diracun CCla menunjukkan kadar GSH plasma sebesar 2,761 μmol/mL dan GSH jaringan hati sebesar 1,236 μmol/mL lebih tinggi secara bermakna dari kelompok yang diracun dengan CCl4 (2,280 µmol/mL dan 0,669 µmol/mL). Aktivitas katalase plasma pada kelompok tikus yang dilindungi dengan emulsi tomat sebelum diracun CCl4 menunjukkan aktivitas katalase lebih tinggi (0,323 U/mL) dibandingkan kelompok yang diracun dengan CCl4 (0,160 U/mL). Gambaran yang sama juga diperlihatkan oleh aktivitas katalase jaringan hati. Aktivitas katalase jaringan hati yang diberi perlindungan emulsi tomat lebih tinggi secara bermakna (121,328 U/g) dibandingkan yang diberi CCl4 (64,914 U/g). Pemberian emulsi tomat dapat melindungi hati terhadap kerusakan akibat radikal bebas yang disebabkan oleh pemberian CCl4."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T13680
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>