Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 161211 dokumen yang sesuai dengan query
cover
David Wibawa Aji
"Pemanasan global diakibatkan oleh adanya polusi dari penggunaan bahan bakar fosil. Metana (CH4) yang merupakan komponen utama dalam gas alam, dapat menjadi sumber energi alternatif yang ramah lingkungan. Kendala dalam pengembangan energi ini yaitu adanya masalah dalam sisi penyimpanannya. Adsorpsi gas metana dalam Carbon Nanotube merupakan teknik penyimpanan gas metana yang efektif dan sangat menjanjikan untuk diaplikasikan pada sistem Adsorptive Storage. Pada penelitian ini, diuji kemampuan adsorpsi dan desorpsi adsorben jenis purified MWCNT (lokal) dan ACNT (komersil) terhadap gas metana pada 3 temperatur isotermal dan tekanan dengan rentang 0-1000 psi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa semakin tinggi tekanan maka semakin besar gas metana yang terserap ke dalam adsorben baik untuk adsorben komersil maupun adsorben lokal, sampai pada suatu titik tekanan dimana kemampuan adsorpsi adsorben sudah mencapai maksimum dan kemudian tren yang terjadi akan menurun. ACNT komersil mempunyai kapasitas adsorpsi yang lebih tinggi dibandingkan dengan purified MWCNT lokal. Kapasitas adsorpsi maksimum purified MWCNT lokal sebesar 0.94%-wt pada tekanan 700 psi-dan temperatur isotermal 10 oC sedangkan ACNT komersil sebesar 3.06%-wt pada tekanan 600 psi-dan temperatur isotermal 10 oC. Mekanisme adsorpsi yang terjadi pada kedua adsorben didasarkan pada interaksi fisik. Secara umum, data adsorpsi metana dari kedua adsorben dapat direpresentasikan dengan baik oleh permodelan Langmuir, dengan % AAD di bawah-10.
Dari hasil data dinamika dapat diketahui bahwa proses adsorpsi dan desorpsi pada kedua adsorben berlangsung sangat cepat. Pada tekanan tertinggi (950 Psia), kesetimbangan adsorpsi pada ACNT komersil tercapai mendekati waktu-16 detik, sedangkan pada purified MWCNT lokal tercapai pada waktu 24 detik. Waktu pencapaian kesetimbangan pada proses adsorpsi dan desorpsi baik pada purified MWCNT lokal maupun ACNT komersil pada tekanan tinggi lebih cepat dibandingkan pada tekanan rendah. Secara keseluruhan dinamika adsorpsi dan desorpsi yang terjadi pada kedua adsorben baik pada tekanan rendah sampai tekanan tinggi dapat direpresentasikan dengan baik oleh model dinamika Gasem dan Robinson dengan % AAD di bawah 10.

Global warming caused by pollution from the use of fossil fuel. Methane (CH4) as main component of natural gas, can be alternative energy source that is environmentally friendly. Constraint in this energy development is problems within the sides of storage. Adsorption of methane gas in carbon nanotube is storage technique of methane gas that effective and very promising to be applied on a adsorptive storage system. In this research, would be tested the ability of adsorption and desorption of purified MWCNT (local) and ACNT (commercial) of the methane gas in 3 isothermal temperature variation and 0-1000 psi of pressure range.
The results showed that higher the pressure, the greater the methane adsorbed into the both adsorbent, until the point where the pressure of the adsorbent adsorption capability has reached a maximum and then the trend will decrease. Commercial ACNT has a higher adsorption capacity than the purified local MWCNT. The maximum adsorption capacity of purified local MWCNT is 0.94% -wt at pressure of 700 psi and isothermal temperature of 10 oC while the commercial ACNT is 3.06% -wt at pressure of 600 psi and isothermal temperature of 10 oC. The adsorption mechanism that occurs in two adsorbents based on physical interaction. In general, the methane adsorption data from both the adsorbent can be represented well by the Langmuir modeling, with AAD% under 10.
From the result of the dynamics data, it can be seen that the adsorption and desorption processes at both adsorbent are take place very quickly. At the highest pressure (950 psia), the adsorption equilibrium of commercial ACNT is reached approaching 16 seconds, while the local MWCNT purified reached in 24 seconds. Time achievement of equilibrium in the adsorption and desorption processes both at the local purified MWCNT and commercial ACNT at high pressure faster than at low pressure. The overall dynamics of adsorption and desorption occurring in the both adsorbents either at low pressure to high pressure can be represented well by the model dynamics of Gasem and Robinson with AAD% below 10.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S64003
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Menner Zaglulsyah Noviyanto
"Methane Adsorptive Storage merupakan metode peningkatan kapasitas dalam teknologi penyimpanan gas Metana. Dalam penelitian ini, Multi-walled CNT (MWCNT) komersial dari Chinese Academic of Science dan MWCNT lokal produksi Depatemen Teknik Kimia UI diuji kemampuan adsorpsi gas Metana-nya dalam proses adsorpsi isotermis pada temperatur ruangan (25_C) dari 0 psia -1006 psia dengan interval 100 psi.
Uji adsorpsi dan desorpsi gas Metana menggunakan metode volumetrik dengan temperatur konstan sehingga dapat dilakukan perhitungan adsorpsi isotermal Gibbs. Kapasitas adsorpsi maksimum MWCNT komersial mencapai 5,36 mmol/g pada tekanan 1006 psia, sedangkan MWCNT lokal hanya mencapai 0,48 mmol/g pada tekanan 986,16 psia.
Adsorptive Storage MWCNT komersial memiliki excess capacity sebesar 33,2% dari storage biasa pada tekanan 1006 psia (69,36 bar), dengan kapasitas adsorpsi setara dengan 152,56 v(STP)/v pada 35 bar, hal ini masih lebih rendah dari target DOE yang menetapkan 180 v(STP)/v untuk kandidat adsorben pada Methane Adsorptive Storage. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S51756
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Salman Naufal
"ABSTRAK
Kebutuhan manusia terhadap energi akan terus bertambah setiap tahunnya, diperkirakan pada tahun 2035 akan meningkat sebesar 41%. Salah satu energi alternatif yang sangat menjanjikan adalah hidrogen. Hidrogen merupakan energi ramah lingkungan dan memiliki energi per satuan massanya 4 kali lebih besar dari gas alam dan bensin. Solusi yang sedang dikembangkan saat ini adalah dengan menggunakan material berpori, carbon nanotube. Pada penelitian ini kemampuan carbon nanotube jenis purified MWCNT dan ACNT dalam mengadsorpsi gas hidrogen akan diuji pada 3 rentang temperatur isotermal yaitu 10, 20 dan 30oC, dengan masing-masing temperatur isotermal tersebut akan diuji pada rentang tekanan 0-1000 Psi. Dari hasil pengujian adsorpsi gas hidrogen dengan kedua adsorben menunjukkan bahwa kapasitas adsorpsi hidrogen terus meningkat seiring dengan meningkatnya tekanan pada temperatur isotermal 10, 20, dan 30oC. Purified MWCNT lokal mempunyai kapasitas adsorpsi yang lebih rendah dibandingkan dengan kapasitas adsorpsi ACNT komersial. Pada tekanan 1000 psia dan temperatur 20oC, kapasitas adsorpsi purified MWCNT lokal dan ACNT komersial berturut-turut 1,15 % dan 1,74% berat. Mekanisme adsorpsi yang terjadi pada kedua adsorben didasarkan pada interaksi fisik. Dari hasil data dinamika dapat diketahui bahwa proses adsorpsi dan desorpsi pada kedua adsorben berlangsung sangat cepat. Pada tekanan tertinggi (960 Psia), kesetimbangan adsorpsi dan desorpsi pada ACNT komersial tercapai mendekati waktu 40 detik, sedangkan pada purified MWCNT lokal tercapai pada waktu 15 detik. Waktu pencapaian kesetimbangan pada proses adsorpsi baik pada purified MWCNT lokal maupun ACNT komersial pada tekanan tinggi lebih cepat dibandingkan pada tekanan rendah. Begitu juga dengan waktu pencapaian desorpsi yang lebih tinggi dibandingkan saat adsorpsi.

ABSTRAK
The human needs of energi will be increasing by year, it is predicted that the needs will increase for 41% in 2035. One of the promising energi alternatives to overhelm the problem is hydrogen. To overcome the problem, hydrogen is stored in carbon nanotube. In this research, the capability of purified MWCNT and ACNT to store hydrogen will be tested in 3 range isothermal temperatur, they are 10, 20 and 30oC, and each temperatur will be experimented in range of pressure from 0-1000 Psia. From the test results of hydrogen gas adsorption with both adsorbent show that the hydrogen adsorption capacity increased with increasing pressure at isothermal temperature of 10, 20, dan 30oC. Local purified MWCNT has a lower adsorption capacity compared with the adsorption capacity of commercial CNT. At pressures around 1000 psia, the adsorption capacity of local and commercial CNT is 1,15 % and 1,74% weight respectively. Adsorption mechanism that occurs at both the adsorbent based on physical interactions. From the data, it is known that the dynamics of adsorption and desorption processes at both the adsorbent happened very quickly. At highest pressure (1000 Psia), adsorption and desorption equilibrium of purified local MWCNT is reached approximately in 15 seconds, while commercial ACNT is reached in 40 seconds. The rate of adsorption equilibrium at both local and commercial adsorbent at high pressure more rapidly than at low pressures. Thus, the rate of desorption equilibrium for both local and commercial adsorbents are faster than adsorption equilibrium."
2016
S64174
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prolessara Prasodjo
"Adsorpsi gas hidrogen dalam material berpori seperti karbon merupakan teknik penyimpanan hidrogen bertekanan yang efektif dan sangat menjanjikan untuk diaplikasikan pada sistem penyimpanan hidrogen sebagai bahan bakar terutama pada kendaraan. Nanotube karbon (NTC) merupakan salah satu material karbon yang sangat berpotensi untuk digunakan dalam penyimpanan hidrogen selain karbon aktif.
Potensi penyerapan gas hidrogen pada nanotube karbon yang dihasilkan dari produksi lokal diuji kemampuannya pada penelitian ini. Pengujiannya meliputi penentuan kapasitas adsorpsi gas hidrogen serta dinamika adsorpsi dan desorpsinya dari nanotube karbon produksi lokal pada temperatur isotermal 25 ºC dan tekanan 0-1000 Psia. Sebagai pembanding hasil percobaan, dilakukan juga uji yang sama terhadap nanotube karbon komersial yang diproduksi dari Chinese Academy of Sciences.
Dari hasil pengujian adsorpsi gas hidrogen dengan kedua NTC menunjukkan bahwa kapasitas adsorpsi hidrogen terus meningkat secara seiring dengan meningkatnya tekanan pada temperatur isotermal 25 ºC. NTC lokal mempunyai kapasitas adsorpsi yang lebih rendah dibandingkan dengan kapasitas adsorpsi NTC komersial. Pada tekanan sekitar 960 psia, kapasitas adsorpsi NTC lokal dan NTC komersial berturut-turut 0,09 % dan 0,13 % berat. Mekanisme adsorpsi yang terjadi pada kedua NTC didasarkan pada interaksi fisik. Secara umum, data adsorpsi hidrogen dari kedua adsorben dapat direpresentasikan dengan baik oleh permodelan Langmuir, dengan % AAD di bawah 5. Dari hasil data dinamika dapat diketahui bahwa proses adsorpsi dan desorpsi pada kedua NTC berlangsung sangat cepat. Pada tekanan tertinggi (960 Psia), kesetimbangan adsorpsi dan desorpsi tercapai mendekati waktu 30 detik, sedangkan pada NTC lokal tercapai pada waktu 2 detik. Waktu pencapaian kesetimbangan pada proses adsorpsi baik pada NTC lokal maupun komersial pada tekanan tinggi lebih cepat dibandingkan pada tekanan rendah. Waktu pencapaian kesetimbangan pada proses desorpsi sedikit lebih cepat pada tekanan tinggi pada NTC komersial sedangkan pada NTC komersial hampir sama pada tekanan tinggi dan rendah. Secara keseluruhan dinamika adsorpsi dan desorpsi yang terjadi pada NTC lokal dan komersial baik pada tekanan rendah sampai tekanan tinggi dapat direpresentasikan dengan baik oleh model dinamika Gasem dan Robinson dengan % AAD di bawah 2.

Adsorption of hydrogen gas in porous material such as carbon is a effective pressurized hydrogen storage technique and very promising for application in hydrogen storage system for fuel, especially in vehicles. Carbon nanotubes (CNT) is one of the most potential of carbon materials for use in hydrogen storage beside activated carbon.
Potential of hydrogen gas adsorption in carbon nanotubes generated from local production was tested in this study. The test includes the determination of hydrogen gas adsorption capacity and dynamics of adsorption and desorption of carbon nanotubes local production at isothermal temperature 25 ºC and pressure 0- 1000 Psia. As a comparison the results of the experiment, also conducted similar tests on commercially produced carbon nanotubes of the Chinese Academy of Sciences.
From the test results of hydrogen gas adsorption with both CNT show that the hydrogen adsorption capacity increased with increasing pressure at isothermal temperature of 25ºC. Local CNT has a lower adsorption capacity compared with the adsorption capacity of commercial CNT. At pressures around 960 psia, the adsorption capacity of local and commercial CNT is 0.09% and 0.13% weight respectively. Adsorption mechanism that occurs at both the CNT based on physical interactions. In general, the hydrogen adsorption data of both the adsorbent can be represented well by the Langmuir model, with % AAD of less than 5. From the data, it is known that the dynamics of adsorption and desorption processes at both the CNT happened very quickly. At highest pressure (960 Psia), adsorption and desorption equilibrium of local CNT is reached approximately in 30 seconds, while commercial CNT is reached in 2 seconds. The rate of adsorption equilibrium at both local and commercial CNT at high pressure more rapidly than at low pressures. At process of desorption, the time of equilibrium is reached slightly faster at high pressure than low pressure in the commercial CNT, but almost similar in local CNT. Overall dynamics of adsorption and desorption that occurred at both CNT at low pressure to high pressure can be presented well by the model Gasem and Robinson with % AAD below 2."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
T27896
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmawati Lestari
"Sebelum penggunaan bahan bakar hidrogen dan metana dapat diaplikasikan secara luas, metode penyimpanan yang efektif untuk gas-gas tersebut juga harus dikembangkan. Penyimpanan dalam bentuk compressed gas dan gas cair kriogenik masih mengalami berbagai kendala baik dari segi ekonomis maupun segi teknis. Penggunaan karbon aktif untuk menyimpan hidrogen dan metana teradsorpsi memungkinkan diperolehnya performa storage yang kompetitif dengan CNG pada tekanan rendah. Hal tersebut dapat mengurangi tekanan dan masalah dalam hal logistik.
Pada penelitian ini digunakan karbon aktif untuk mengadsorpsi gas metana dan hidrogen. Karbon aktif yang digunakan berasal dari bahan baku tempurung kelapa dan batubara dengan variasi perbandingan activating reagent KOH terhadap bahan baku yang digunakan dan suhu aktivasi. Uji adsorpsi dilakukan pada karbon aktif yang dibuat di Departemen Teknik Kimia UI yang terdiri dari empat macam adsorben, yaitu karbon aktif dari batubara dengan perbandingan KOH/bahan baku = 4/1 yang diaktivasi pada suhu 900°C (BB, 4:1, 900), karbon aktif dari tempurung kelapa dengan perbandingan KOH/bahan baku = 4/1 yang diaktivasi pada suhu 700°C (ATK, 4:1, 700), karbon aktif dari tempurung kelapa dengan perbandingan KOH/bahan baku = 3/1 yang diaktivasi pada suhu 700°C (ATK, 3:1, 700), dan karbon aktif dari batubara dengan perbandingan KOH/bahan baku = 3/1 yang diaktivasi pada suhu 700°C (BB, 3:1, 700). Uji kapasitas adsorpsi karbon aktif dilakukan terhadap adsorbat gas hidrogen dan metana pada tekanan yang bervariasi pada kisaran 0 - 900 Psia dalam kondisi isotermal (25°C).
Hasil yang diperoleh adalah daya adsorpsi karbon aktif terhadap metana lebih tinggi dibandingkan daya adsorpsinya terhadap hidrogen. Pada tekanan sekitar 900 psia, karbon aktif ATK, 4:1, 700 memiliki kapasitas adsorpsi yang paling tinggi dibandingkan tiga adsorben lainnya yang digunakan, yaitu dapat mengadsorp sebanyak 2.8 mmol gas metana per gram karbon aktif dan sekitar 0.6 mmol gas hidrogen per gram karbon aktif.

Before hydrogen and methane can widely used as fuels, an effective storaging method for these gases have to be developed. Compressed gas and criogenic liquid gas method were still have difficulties, technically and economically. The used of activated carbon as hydrogen and methane storage by adsorption method can performs a competitive method than CNG at lower pressure.
In this experiment, activated carbon from coal and coconut shell with varied comparison between KOH and raw materials and activation temperature was used to adsorp methane and hydrogen. Activated carbons used were locally made in Laboratory of Chemical Engineering Department, University of Indonesia. Adsorbent used are activated carbon from coal with KOH/raw material = 4/1 and activation temperature 900°C (BB, 4:1, 900), activated carbon from coconut shell with KOH/raw material = 4/1 and activation temperature 700°C (ATK, 4:1, 700), activated carbon from coconut shell with KOH/raw material = 3/1 and activation temperature 700°C (ATK, 3:1, 700), and activated carbon from coal with KOH/raw material = 3/1 and activation temperature 700°C (BB, 3:1, 700). Methane and hydrogen adsorption capacity of activated carbon measured at varied pressure with range 0 ' 900 Psia and isothermal condition (25° C).
Obtained result from this experiment, methane adsorption capacity of activated carbon is higher than its hydrogen adsorption capacity. At pressure about 900 psia, activated carbon from coconut shell, with KOH/shell 4:1 and activation temperature 700o C (ATK, 4:1, 700) was having higher methane and hydrogen adsorption capacity than others, it can adsorp 2.8 mmol methane per gram activated carbon used and 0.6 mmol hydrogen per gram activated carbon.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S51945
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ferriansyah Hasan
"Salah satu cara yang sangat menjanjikan dalam teknologi penyimpanan gas adalah metoda-adsorptive storage - , dimana gas tersebut disimpan dalam keadaan teradsorpsi pada suatu-adsorben - tertentu. Nanotube carbon (NTC) merupakan jenis adsorben sintesis yang memiliki kapasitas adsorpsi hidrogen sehingga dapat menjadi alternatif yang menjanjikan sebagai storage hidrogen. Penelitian ini mengembangkan storage hidrogen, yang terdiri dari beberapa tahap yaitu persiapan storage hidrogen, preparasi adsorben dan alat adsorpsi, pengukuran helium void volume, uji adsorpsi dan desorpsi hidrogen pada tekanan tinggi, serta permodelan sederhana adsorpsi Langmuir. Adsorben yang digunakan adalah NTC komersial dan lokal dalam bentuk curah dan compacted yang dilakukan pada kondisi isotermal yaitu 25_C. Uji adsorpsi tekanan tinggi dilakukan untuk setiap kondisi nanotube karbon (curah dan compacted) sampai diperoleh kurva adsorpsi isotermal dengan kenaikan tekanan 1 Mpa sampai 6 Mpa.
Hasil yang ditunjukkan oleh uji adsorpsi gas hidrogen tekanan tinggi pada kondisi isotermal (25_C), yaitu adsorpsi hidrogen dengan menggunakan variasi tiga adsorben akan meningkat kapasitas adsorpsinya seiring dengan meningkatnya tekanan. NTC lokal curah mempunyai kapasitas adsorpsi yang lebih rendah dibandingkan dengan kapasitas adsorpsi NTC komersial. Pada tekanan 600 psia, kapasitas adsorpsi NTC lokal sekitar 0,38 %, sedangkan NTC komersil curah pada tekanan yang sama daya adsorpsinya sekitar 0,6 %. Secara umum, data adsorpsi hidrogen dengan menggunakan variasi tiga adsorben dapat direpresentasikan dengan baik oleh permodelan Langmuir, dengan % deviasi NTC lokal curah sebesar 5- 6 %, dan % deviasi pada NTC komersial curah sebesar 0,004- 5. Sedangkan untuk % deviasi NTC komersial compacted sekitar 9- 13 %.

One of the most promising way in the gas storage technology is a method of "adsorptive storage", where the gas is stored in an "adsorbent". Carbon nanotubes (NTC) is a type of synthesis adsorbent which has hydrogen adsorption capacity, so that would be a promising alternative for hydrogen storage. This research consists of several stages; preparation of hydrogen storage, preparation adsorbent and adsorption equipment, measurement of Helium void volume, and also hydrogen adsorption and desorption at high pressure, as well as simple modeling Langmuir adsorption. This research using a commercial and local NTC in bulk and compacted form, which treated in an isothermal conditions of 25_C. High pressure adsorption analysis is performed for each condition of carbon nanotubes (bulk and compacted) to obtain the isothermal adsorption curve with increasing of pressure from 1 to 6 Mpa.
The results shown by high pressure adsorption of hydrogen gas at isothermal conditions (25_C) is the adsorption of hydrogen by using variations of three adsorbent, will increase the adsorption capacity with the increase of pressure. Local NTC bulk adsorption capacity is lower than the adsorption capacity of commercial NTC. At pressure of 600 psia, local NTC adsorption capacity is around 0.38%, while the bulk of commercial NTC at the same pressure is around 0.6%. In general, the hydrogen adsorption data using variations of three adsorbent could be well represented by Langmuir models, the deviation of the local NTC is about 5 to 6%, the deviation in the bulk of commercial NTC is about 0.004 to 5%, and the deviation of NTC commercial compacted is about 9 to 13%."
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51824
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ichwan Sangiaji Rangga Syakirrullah
"Gas hidrogen merupakan energi terbarukan yang dapat menggantikan energi fosil sebagai bahan bakar. Hidrogen memiliki nilai kalor hampir 4 kali lebih besar dibandingkan gas alam dan bensin. Namun sayangnya, dalam pengembangannya terdapat masalah dalam penyimpanannya. Solusi terkini yang dikembangkan adalah penyimpanan dengan metode adsorpsi (adsorptive storage). Penelitian ini menggunakan adsorben komersil jenis aligned carbon nanotube (ACNT) yang memiliki keseragaman ukuran dan volum pori yang membuat kapasitas penyimpanan menjadi lebih besar. Sebagai pembanding penelitian ini menggunakan adsorben lokal jenis carbon nanotube biasa. Kemampuan adsorben dalam menyimpan hidrogen akan diuji dalam 3 rentang temperatur isotermal yaitu 10, 20 dan 30°C, dengan masing-masing temperatur isotermal akan diuji pada rentang tekanan 0-1000 psia. Hasil penelitian menunjukan kapasitas adsorpsi adsorben lokal lebih rendah dibandingkan dengan adsorben komersial. Pada tekanan tertinggi adsorpsi sekitar 1000Psi dan temperatur isotermal terendah adsorpsi yaitu 10°C, kapasitas adsorpsi adsorben lokal sebesar 0,182%-wt atau 1,14 mmol hidrogen per gram adsorben sedangkan adsorben komersil sebesar 0,465%-wt atau 2,91 mmol hidrogen per gram adsorben.

Hydrogen is a renewable energy which can substitute fossil energy as fuels. In addition, hydrogen has heating values almost 4 times higher than natural gas and gasoline. Unfortunately, hydrogen faces a difficulty when it will apply as an energy source. To overwhelm these circumstances, hydrogen is stored by adsorptive storage method. This experiment utilize commercial adsorbent named aligned carbon nanotubes which provide void size uniformity and make hydrogen will be stored in high quantity than before. As a comparison, this experiment also utilizes randomly arranged carbon nanotubes (local adsorbent). The capability of ACNT to store hydrogen will be tested in 3 range isothermal temperature, they are 10, 20 and 30°C, and each temperature will be experimented in range of pressure from 0-1000 Psi. Storage capacity of local adsorbent is lower than commercial adsorbent. In highest adsorption pressure 1000 Psi and lowest isothermal temperature 10°C, adsorption capacity of local adsorbent is 0,182%-wt or 1,14 mmol hydrogen per gram of local whereas for commercial adsorbent is 0,465%-wt or 2,91 mmol hydrogen per gram of adsorbent."
Depok: Universitas Indonesia, 201
S59782
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Awaludin Martin
"Penelitian ini terdiri atas dua bagian penelitian, yaitu proses produksi karbon aktif berbahan dasar batubara sub bituminus Indonesia yang berasal dari Kalimantan Timur dan Riau dan adsorpsi isotermal karbon dioksida dan metana pada karbon aktif hasil penelitian bagian pertama. Karbon aktif diproduksi di laboratorium dengan menggunakan aktivasi fisika dimana gas CO2 digunakan sebagai activating agent pada temperatur aktivasi sampai dengan 950oC. Karbon aktif yang diproduksi selanjutnya dilakukan pengujian untuk mengetahui kualitas karbon aktif berupa angka Iodine dan luas permukaan. Dari penelitian yang dilakukan didapat bahwa karbon aktif berbahan dasar batubara Kalimantan Timur lebih baik dibanding dengan karbon aktif berbahan dasar batubara Riau. Hal tersebut dikarenakan oleh perbandingan unsur oksigen dan karbon pada batubara Kalimantan Timur lebih tinggi daripada batubara Riau. Angka Iodine maksimum pada karbon aktif berbahan dasar batubara Riau adalah 589,1 ml/g, sementara karbon aktif berbahan dasar batubara Kalimantan sampai dengan 879 ml/g.
Adsorpsi isotermal karbon dioksida dan metana pada karbon aktif Kalimantan Timur dan Riau serta satu jenis karbon aktif komersial dilakukan di laboratorium Teknik Pendingin dan Pengkondisian Udara Teknik Mesin FTUI. Adsorpsi isotermal dilakukan dengan menggunakan metode volumetrik dengan variasi temperatur isotermal 27, 35, 45, dan 65oC serta tekanan sampai dengan 3,5 MPa. Data adsorpsi isotermal yang didapat adalah data kapasitas penyerapan karbon dioksida dan metana pada karbon aktif pada variasi tekanan dan temperatur isotermal yang kemudian di plot dalam grafik hubungan tekanan dan kapasitas penyerapan. Dari hasil penelitian didapat bahwa kapasitas penyerapan karbon aktif komersial lebih baik dibandingkan dengan karbon aktif Kalimantan Timur dan Riau, hal tersebut dikarenakan luas permukaan dan volume pori karbon aktif komersial lebih tinggi dibanding yang lain. Kapasitas penyerapan CO2 pada karbon aktif komersial (CB) maksimum adalah 0,349 kg/kg pada temperatur 27oC dan tekanan 3384,69 kPa, sementara untuk karbon aktif Kalimantan Timur (KT) adalah 0,227 kg/kg pada temperatur 27oC dan tekanan 3469,27 kPa dan untuk karbon aktif Riau (RU) adalah 0,115 kg/kg pada temperatur 27oC dan tekanan 3418,87 kPa. Kapasitas penyerapan CH4 pada karbon aktif CB maksimum adalah 0,0589 kg/kg pada temperatur isotermal 27oC dan tekanan 3457,2 kPa, sementara untuk karbon aktif KT adalah 0,0532 kg/kg pada temperatur 27oC dan tekanan 3495,75 kPa dan untuk karbon aktif RU adalah 0,0189 kg/kg pada temperatur 27oC dan tekanan 3439,96 kPa.
Data adsorpsi isotermal yang didapat selanjutnya dikorelasi dengan menggunakan persamaan model Langmuir, Toth, dan Dubinin-Astakhov. Dari hasil perhitungan korelasi persamaan didapat bahwa persamaan model Toth adalah persamaan model yang paling akurat, dimana nilai simpangan antara data eksperimen adsorpsi isotermal CO2 dengan korelasi persamaan model Toth adalah 3,886% (CB), 3,008% (KT) dan 2,96% (RU). Sementara untuk adsorpsi isotermal CH4 adalah 2,86% (CB), 2,817 (KT), dan 5,257% (RU). Dikarenakan persamaan model Toth adalah persamaan yang paling akurat, maka perhitungan panas adsorpsi isosterik dan adsorpsi isosterik dilakukan dengan menyelesaikan persamaan model Toth tersebut. Data panas adsorpsi dibutuhkan untuk mengetahui berapa besar panas yang dilepaskan ketika adsorben menyerap karbon dioksida dan metana, sementara data adsorpsi isosterik diperlukan untuk dapat memprediksi berapa besar tekanan yang dibutuhkan dan temperatur isotermal yang harus dikondisikan untuk menyerap gas karbon dioksida dan metana dalam jumlah yang telah diketahui.

This research is consists of two main topics, first is production of activated carbon from Indonesian sub bituminous coal as raw material. The raw material is from East of Kalimantan and Riau sub bituminous coal. And secondly is adsorption isotherms carbon dioxide and methane on activated carbon. Activated carbon was produced in laboratory with physical activation method by carbon dioxide as activating agent up to 950oC. Iodine number and surface area was used to characterize of activated carbon quality. From the research, the quality of activated carbon from East of Kalimantan sub bituminous coal is better than Riau sub bituminous coal. It caused the ratio of oxygen and carbon in from East of Kalimantan sub bituminous coal is higher than Riau sub bituminous coal. The maximum iodine number of activated carbon from Riau sub bituminous coal is 589.1 ml/g and activated carbon from East of Kalimantan sub bituminous coal is 879 ml/g.
Adsorption isotherms carbon dioxide and methane on activated carbon from East of Kalimantan and Riau sub bituminous coal and commercial activated carbon was done in Refrigeration and Air Conditioning Laboratory, Mechanical Engineering Department, Faculty of Engineering, University of Indonesia. Adsorption isotherms were done by volumetric method with variation of temperature is 27, 35, 45, and 65oC and the pressure of adsorption up to 3.5 MPa. Data of adsorption isotherm is adsorption capacity of carbon dioxide and methane on activated carbon with pressure and isotherms temperature variation. Data of adsorption capacity was plotted on pressure and adsorption capacity. From the research, adsorption capacity of commercial activated carbon is higher than Activated carbon from East of Kalimantan and Riau coal. It is caused; the surface area and pore volume of commercial activated carbon is higher than East of Kalimantan and Riau coal. The maximum adsorption capacity of CO2 on commercial activated carbon is 0.349 kg/kg at isotherm temperature 27oC and the pressure is 3384.69 kPa. For activated carbon from East of Kalimantan, the maximum adsorption capacity of CO2 is 0.227 kg/kg at isotherm temperature 27oC and the pressure is 3469.27 kPa. For activated carbon from Riau, the maximum adsorption capacity of CO2 is 0.115 kg/kg at isotherm temperature 27oC and the pressure is 3418.87 kPa. The maximum adsorption capacity of CH4 on commercial activated carbon is 0.0589 kg/kg at isotherm temperature 27oC and the pressure is 3457.2 kPa. For activated carbon from East of Kalimantan, the maximum adsorption capacity of CH4 is 0.0532 kg/kg at isotherm temperature 27oC and the pressure is 3495.75 kPa. For activated carbon from Riau, the maximum adsorption capacity of CH4 is 0.0189 kg/kg at isotherm temperature 27oC and the pressure is 3439.96 kPa.
Adsorption isotherms data was correlated with Langmuir, Toth, and Dubinin- Astakhov equation models. From the calculation, Toth equation model more accurate than Langmuir and Dubinin-Astakhov. The deviation between experiment data of adsorption isotherm CO2 and calculation by using Toth equation model is 3.886% for commercial activated carbon data, 3.008% for East of Kalimantan activated carbon, and 2.96% for Riau activated carbon. The deviation between experiment data of adsorption isotherm CH4 and calculation by using Toth equation model is 2.86% for commercial activated carbon data, 2.817% for East of Kalimantan activated carbon, and 5.257% for Riau activated carbon.Isosteric heat of adsorption and adsorption isostere was calculated by using Toth equation model, caused the Toth equation model more accurate than Langmuir and Dubinin-Astakhov models. Isosteric heat of adsorption is needed to know the amount of heat of adsorption released when activated carbon adsorpt the adsorbate. The adsorption isostere data is needed to predict the pressure and isotherm temperature for adsorp the amount of adsorbate.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
D998
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Husin A.
"Bahan Bakar Minyak (BBM) adalah sumber alam yang tidak dapat diperbaharui. Meningkatnya kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) tidak seimbang dengan ketersediaan bahan bakar lain padahal setiap tahun produksi kendaraan bermotor naik. Selain itu hasil pembakaran pada kendaraan bermotor menghasilkan polusi udara yang menjadi salah satu faktor pemanasan global. Masalah tersebut perlu dipecahkan dengan cara mencari energi alternatif yang lebih bersih dengan nilai oktan tinggi serta ketersediaanya di alam masih banyak dan dipilih gas alam dengan komposisi utama gas metana (CH4). Walaupun penggunaan gas alam masih sedikit disebabkan tempat penyimpanan yang memiliki tekanan besar 150 bar (CNG), keadaan masyarakat sosial yang bingung akan dalam menggunakannya dan masih jarangnya stasiun bahan bakar gas. Maka dibuatlah sistem ANG yang dianalisa lebih rendah tingkat tekanan gas yang digunakan. Metode isotermal (volumetrik) yang digunakan untuk proses adsorpsi dengan memvariasikan suhu adsorpsi yaitu 5°C, 15°C dan 15°C dengan 5-35 bar dengan menggunakan metode bertahap dalam memasukkan tekanan gas metana (interval 5 bar).

Fuel is one of non renewable resources. The consumption of fuel are not balanced with another resources. The biggest consumption of fuel is vehicle. The production of vehicles are increasing every year so that the consumption of fuel to high and longer of time, the fuel resources will be lost while the gas resources are less to use. Furthermore, the effect of fuel in combustion engine can produce CH4 and CO2 and another gases can create green house effect. From green house effect make increase temperature in the earth because the content of CO2 and CH4 are increasing. It has a dangerous impact for another life in the earth. For that we need something way to decrease the emission from the engine combustion vehicles and utilizing the gas resources. Although the gas resources are utilized by vehicle, the consumption of gas still little because the vessel to big size and has the pressure about 150 bar (CNG), that is make the people are so confuse to use it and the gas stations are rare. Adsorption is effective way to reduce pressure in vessel and gas emission which released. This study discusses the capacity adsorption CH4 (ANG) at activated carbon. In this research the activated carbon used is a commercial active carbon. Adsorption measurement use volumetric method (isothermal) at temperatures 5°C, 15°C and 15°C with 5-35 bar pressure with step-by-step method?s (interval 5 bar). The objective from this research is to get capacity data and the rate adsorption at activated carbon until several work cycle."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42667
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sekar Andhira Puteri
"Adanya permasalahan mengenai tingkat emisi CO2, menyebabkan meningkatnya kesadaran untuk mengurangi emisi CO2 dengan penelitian untuk mengembangkan teknologi Carbon Capture, Storage, and Utilization (CCSU). Dikarenakan sumber magnesium silicate melimpah dan mudah untuk ditemukan di dunia, magnesium silicate digunakan untuk mengurangi emisi CO2dengan menangkap dan menyimpan CO2 menggunakan carbon capture storage (CCS). Pada penelitian ini, magnesium silicate diberikan perlakuan leaching untuk memulihkan kandungan unsur magnesiumnya. Filtrat hasil proses leachingakan digunakan untuk proses karbonasi dengan penambahan NH3 dan diinjeksikan oleh tekanan gas CO2. Perlakuan karbonasi menggunakan temperatur sebagai variabel bebas dengan variasi 30, 40, dan 50oC. Karakterisasi yang dilakukan yaitu pengujian X-ray Diffraction (XRD), X-Ray Fluorescence (XRF), Scanning Electron Microscope – energy dispersive X-ray (SEM–EDS), dan Inductively coupled plasma-optical emission spectrometry (ICP-OES) yang bertujuan untuk mengetahui morfologi mikrostruktur permukaan dan kandungan senyawa yang dihasilkan dari percobaan. Dari proses karbonasi didapatkan bahwa semakin tinggi temperatur proses karbonasi menghasilkan peningkatan konsentrasi unsur magnesium pada endapan yang dihasilkan. Pada proses karbonasi yang diinjeksi CO2 dengan penambahan NH3 membentuk senyawa hydromagnesite (Mg5(CO3)4(OH)2·4H2O), magnesium carbonate (MgCO3), dan calcium carbonate (CaCO3).

The existence of problems regarding CO2 emission levels has led to increased awareness to reduce CO2 emissions with research to develop Carbon Capture, Storage, and Utilization (CCSU) technology. Because the source of magnesium silicate is abundant and easy to find in the world, magnesium silicate is used to reduce CO2 emissions by capturing and storing CO2 using carbon capture storage (CCS). In this study, magnesium silicate was treated with a leaching process to recover magnesium content. The leaching filtrate will be used for the carbonation process with the addition of NH3 and injected with CO2 gas pressure. The carbonation treatment uses temperature as an independent variable with variations of 30, 40 and 50oC. The characterization carried out was testing X-ray Diffraction (XRD), X-Ray Fluorescence (XRF), Scanning Electron Microscope-energy dispersive X-ray (SEM–EDS), and Inductively coupled plasma-optical emission spectrometry (ICP-OES) which aims to determine the morphology of the surface microstructure and the content of the experimental compounds. From the carbonation process it is known that the higher the temperature of the carbonation process results in an increase in the concentration of the element magnesium in the resulting precipitate. In the carbonation process, CO2 is injected with the addition of NH3 to form hydromagnesite (Mg5(CO3)4(OH)2·4H2O), magnesium carbonate (MgCO3), dan calcium carbonate (CaCO3)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>