Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 200318 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mutia Muharani Putri
"ABSTRAK
Telah dilakukan analisis citra secara kuantitatif dan kualitatif pada pesawat Siemens Mammomat Inspiration menggunakan fantom 3D mamografi yang berisi 15 lesi target (5 massa berspikula, 5 massa tanpa spikula, dan 5 grup mikrokalsifikasi) dengan ukuran yang berbeda dalam latar yang inhomogen. Variasi jenis, ukuran diameter objek, dan dosis yang diberikan berpengaruh pada analisis citra secara kualitatif -bergantung pada kemampuan mata pengamat- yang direpresentasikan sebagai percentage correctly detected (PC) dan kuantitatif - berdasarkan parameter nilai piksel, kontras, signal to noise difference ratio (SDNR), dan indeks detektabilitas (d?). Dari hubungan parameter kuantitatif dengan PC dapat ditentukan nilai ambang yang sesuai dengan PC=62.5% berdasarkan kurva psikometrik berbasis fungsi logistik. Nilai ambang yang diperoleh untuk nilai piksel, kontras, SDNR, dan d? pada massa spikula adalah 313,4±129, 4,49%±0,70%, 1,57±0,27, dan 4,19±0,66, pada massa tanpa spikula adalah 315,7±5,8, 3,24%±0,94%, 1,11±0,35, dan 3,00±0,86, sedangkan untuk mikrokalsifikasi bernilai 310,2±0,1, 5,37%±0,00%, 1,91±0,00, dan 0,15±0,00. Parameter kuantitatif yang mendekati analisa kualitatif adalah kontras (R2=0,92) untuk massa berspikula, d? untuk massa tanpa spikula (R2=0,83), dan untuk massa mikrokalsifikasi semua parameter menggambarkan PC dengan baik. PV, kontras, dan SDNR sangat bergantung pada spesifikasi sistem. Nilai d? yang merepresentasikan hasil model non prewhitening with eye filter (NPWE) yang tidak bergantung pada spesifikasi sistem, juga memiliki hubungan yang cukup dekat dengan PC dengan R2 bernilai 0,91 untuk massa berspikula, 0,83 untuk massa tanpa spikula, dan 1,00 untuk mikrokalsifikasi.Telah dilakukan analisis citra secara kuantitatif dan kualitatif pada pesawat Siemens Mammomat Inspiration menggunakan fantom 3D mamografi yang berisi 15 lesi target (5 massa berspikula, 5 massa tanpa spikula, dan 5 grup mikrokalsifikasi) dengan ukuran yang berbeda dalam latar yang inhomogen. Variasi jenis, ukuran diameter objek, dan dosis yang diberikan berpengaruh pada analisis citra secara kualitatif -bergantung pada kemampuan mata pengamat- yang direpresentasikan sebagai percentage correctly detected (PC) dan kuantitatif - berdasarkan parameter nilai piksel, kontras, signal to noise difference ratio (SDNR), dan indeks detektabilitas (d?). Dari hubungan parameter kuantitatif dengan PC dapat ditentukan nilai ambang yang sesuai dengan PC=62.5% berdasarkan kurva psikometrik berbasis fungsi logistik. Nilai ambang yang diperoleh untuk nilai piksel, kontras, SDNR, dan d? pada massa spikula adalah 313,4±129, 4,49%±0,70%, 1,57±0,27, dan 4,19±0,66, pada massa tanpa spikula adalah 315,7±5,8, 3,24%±0,94%, 1,11±0,35, dan 3,00±0,86, sedangkan untuk mikrokalsifikasi bernilai 310,2±0,1, 5,37%±0,00%, 1,91±0,00, dan 0,15±0,00. Parameter kuantitatif yang mendekati analisa kualitatif adalah kontras (R2=0,92) untuk massa berspikula, d? untuk massa tanpa spikula (R2=0,83), dan untuk massa mikrokalsifikasi semua parameter menggambarkan PC dengan baik. PV, kontras, dan SDNR sangat bergantung pada spesifikasi sistem. Nilai d? yang merepresentasikan hasil model non prewhitening with eye filter (NPWE) yang tidak bergantung pada spesifikasi sistem, juga memiliki hubungan yang cukup dekat dengan PC dengan R2 bernilai 0,91 untuk massa berspikula, 0,83 untuk massa tanpa spikula, dan 1,00 untuk mikrokalsifikasi.

ABSTRAK
Qualitative and quantitative image analysis has been carried out on SIEMENS Mammomat Inspiration mammography system using 3D structured phantom containing 15 lesion (5 spiculated masses, 5 non spiculated masses, and 5 groups of micro calcification) with different sizes in inhomogeneous background. The variations of object type, object diameter and dose given in data acquisition affect qualitative image analysis - depends on the ability of the eyes- which represented by percentage correctly detected (PC) and the quantitative parameters -pixel values, contrast, SDNR, and detectability index (d '). The relationship of quantitative parameters with PC can be specified by the threshold value which corresponding to PC = 62.5% by psychometric curve based on logistic function. The threshold value obtained for pixel value, contrast, SDNR, and d ' for spiculated masses are 313.4 ± 129, 4.49 ± 0.70%, 1.57 ± 0.27 and 4.19 ± 0.66, for non spiculated masses are 315.7 ± 5.8, 3.24 ± 0.94%, 1.11 ± 0.35 and 3.00 ± 0.86, while for micro calcifications are 310.2 ± 0, 1, 5.37 ± 0.00%, 1.91 ± 0.00 and 0.15 ± 0.00. Quantitative parameters fairly describe the qualitative analysis is contrast (R2=0.92) for spiculated masses, d? with R2=0.83 for nonspiculated mases, and for micro calcification all the parameters have good relationship with PC. PV, contrast, and SDNR depends on system specification, meanwhile d? value which obtained by NPWE model observer is system independent and has a close relationship with the PC with R2 value 0.91 for spiculated masses, 0,83 for non spiculated masses, and 1,00 for micro calcifications."
2016
S64169
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kania Intan Septianty
"Uji kontrol kualitas pada sistem pencitraan sinar-X diperlukan untuk mengetahui kualitas sistem pencitraan sinar-X. Kualitas sistem pencitraan sinar-X yang baik akan menghasilkan kualitas citra yang baik dengan mengikuti prinsip ALARA (as low as reasonably achievable). Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan analisa dalam melakukan uji kontrol kualitas dengan menggunakan fantom in-house. Parameter Modulation Transfer Function (MTF) dan Signal Difference to Noise Ratio (SDNR) digunakan sebagai parameter yang merepresentasikan kualitas sistem pencitraan sinar-X dan kualitas citra yang dihasilkan. MTF merupakan parameter performa sistem pencitraan sinar-X. Penelitian menunjukkan bahwa MTF tidak memiliki korelasi dengan faktor eksposi dan kualitas berkas sinar-X. Resolusi spasial tertinggi yang didapatkan pada penelitian ini adalah 2.57 lp/mm. Sementara itu, SDNR merupakan parameter kuantitatif dari kualitas citra yang dihasilkan. Pengukuran SDNR menunjukkan bahwa kualitas citra memiliki korelasi linear dengan kualitas berkas sinar-X. Semakin tinggi kualitas berkas sinar-X maka kualitas citra yang dihasilkan juga akan semakin tinggi. Studi ini menunjukkan perlunya penelitian lebih lanjut mengenai analisa kualitas sistem pencitraan sinar-X dengan fantom in-house untuk memudahkan uji kontrol kualitas.

A quality control is needed to determine the quality of the X-ray imaging system. A good quality in X-ray imaging system will produce a good image quality according to the principle of ALARA (as low as reasonably achievable). This study was conducted to analyze quality control tests using in-house phantom. Modulation Transfer Function (MTF) dan Signal Difference to Noise Ratio (SDNR) are used as representative parameters of quality of the X-ray imaging system and image quality. MTF is a performance parameter of an X-ray imaging system. Research shows that MTF has no correlation with the exposure factors and beam quality. The highest spatial resolution obtained in this study was 2.5740 cycles/mm. Meanwhile, SDNR is a quantitative parameter of the image quality produced. SDNR measurements show that image quality has a linear correlation with the beam quality. If the X-ray beam quality increased, the image quality will also be higher. This study shows the need for further research on the quality analysis of X-ray imaging systems with in-house phantom to facilitate quality control testing."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Novian Rahman Hakim
"Kanker payudara adalah salah satu kanker paling umum terjadi di kalangan wanita dan tingkat kelangsungan hidupnya cenderung rendah ketika stadiumnya ditemukan sudah tinggi. Untuk meningkatkan kelangsungan hidup kanker payudara, deteksi dini sangat penting. Ada dua cara untuk mendeteksi kanker payudara: diagnosis dini dan skrining. Untuk membuat diagnosa yang akurat pada stadium awal kanker payudara, munculnya massa dan mikro-kalsifikasi pada citra mamografi merupakan dua indikator penting. Beberapa Computer-Aided Detection (CADe) telah dikembangkan untuk mendukung ahli radiologi karena pendeteksian mikro-kalsifikasi penting dalam menegakkan diagnosis dan perawatan yang direkomendasikan berikutnya. Sebagian besar sistem CADe yang ada saat ini mulai menggunakan Convolutional Neural Network (CNN) untuk mengimplementasikan deteksi mikro-kalsifikasi pada mammogram dan hasil kuantitatifnya sangat memuaskan, rata-rata tingkat akurasinya lebih dari 90%. Penelitian ini melakukan pendekatan otomatis untuk mendeteksi lokasi setiap mikro-kalsifikasi pada citra mammogram yang lengkap dan secara sederhana. Total lebih dari 350 gambar dari dataset INbreast digunakan dalam studi penelitian ini serta implementasi menggunakan data lokal Rumah Sakit (RS) sebanyak 23 citra. Proses ini dapat membantu ahli radiologi untuk melakukan diagnosis dini dan meningkatkan akurasi deteksi wilayah mikro-kalsifikasi. Performa sistem yang diusulkan diukur berdasarkan nilai error Mean Squared Logarithmic Error (MSLE) sebagai teknik untuk mengetahui perbedaan antara nilai yang diprediksi oleh model yang diusulkan dan nilai sebenarnya, didapat nilai loss terbaik yang diperoleh adalah 0,05. Hasil validasi daring mendapatkan nilai sensitivitas sebesar 88.14%, presisi 91.6% dan akurasi sebesar 90.3%. Hasil implementasi pada data lokal RS menunjukkan model CADe dapat mendeteksi mikro-kalsifikasi dengan cukup baik.

Breast cancer is one of the most common cancer among women and the survival rate tends to be low when its stage found high when treated. To improve breast cancer survival, early detection is critical. There are two ways of detection for breast cancer: early diagnosis and screening. To make an accurate diagnosis in the early stage of breast cancer, the appearance of masses and micro-calcifications on the mammography image are two important indicators. Several Computer-Aided Detection (CADe) have been developed to support radiologists because the automatic detection of micro-calcification is important for diagnosis and the next recommended treatment. Most of the current CADe systems at this time started using Convolutional Neural Network (CNN) to implement the micro-calcification detection in mammograms and their quantitative results are very satisfying, the average level of accuracy is more than 90%. This research conducts an automated approach to detect the location of any micro-calcification in the mammogram images with the complete image and in a simple way. A total more than 350 images from INbreast dataset were used in this research study and for implementation used 23 images from local hospital data. This process can help as an assistant to the radiologist for early diagnosis and increase the detection accuracy of the microcalcification regions. The proposed system performance is measured according to the error values of Mean Squared Logarithmic Error (MSLE) as the technique to find out the difference between the values predicted by the proposed model and the actual values, the best loss value obtained by the training model was achieved in 0.05. The results for data online validation for sensitivity is 88.14%, precision is 91.6% and accuracy is 90.3%. The CADe model can detect micro-calcification quite well using local hospital data."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanny Kurnia
"Model studi digital 3D diperkenalkan seiring dengan perkembangan teknologi digital. Penelitian ini dilakukan untuk menilai keandalan model studi digital yang dipindai dengan menggunakan perangkat pemindai laser yang dikembangkan oleh STEI ITB. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan model studi digital 3D dengan model studi konvensional. Dua belas subyek dengan geligi berjejal ringan sampai sedang dicetak sebanyak dua kali dengan menggunakan alginat dan polyvinylsiloxane. Cetakan alginat dicor untuk menghasilkan model studi konvensional dan cetakan polyvinylsiloxane dipindai untuk menghasilkan model studi digital. Kemudian dilakukan pengukuran lebar mesiodistal gigi dan indeks ketidakteraturan Little (LII) pada model studi konvensional secara manual dengan kaliper digital dan pada model studi digital secara digital. Lalu analisa Bolton dilakukan pada masing-masing studi model menggunakan data pengukuran lebar gigi. Setiap pengukuran dilakukan dua kali untuk menguji variasi antar pengukuran (uji intra-observer). Pengukuran pada model studi konvensional dan digital dibandingkan dengan menggunakan uji t tidak berpasangan. Ditemukan tidak terdapat perbedaan bermakna antara pengukuran lebar mesiodistal gigi pada model studi konvensional dengan model studi digital (p>0.05). Uji t tidak berpasangan juga tidak menemukan perbedaan bermakna antara model studi konvensional dan digital pada analisa Bolton (p=0.603) dan LII (p=0.894). Dapat disimpulkan bahwa pengukuran pada model studi digital sama akurat dengan model studi konvensional.

Three-dimensional digital study models were introduced following advances in digital technology. This study was carried out to assess the reliability of digital study models scanned by laser scanning device assembled by STEI ITB. The aim of this study was to compare digital study models and conventional models. Twelve sets of dental impressions were taken from patients with mild to moderate crowding. The impressions were taken twice, one with alginate and the other with polyvinylsiloxane. The alginate impressions were made into conventional models and the polyvinylsiloxane impressions were scanned to produce digital models. Mesiodistal tooth width and Little?s irregularity index (LII) were measured manually with digital callipers on the conventional models and digitally on digital study models. The Bolton analysis was performed on each study models. Each method was carried out twice in order to check for intra-observer variability. The reproducibility (comparison of the methods) was assessed by using independent samples t test. Mesiodistal tooth width between conventional and digital models were not significantly different (p>0.05). Independent samples t test did not identify statistically significant differences for Bolton analysis and LII (p=0.603 for Bolton and p=0.894 for LII). The measurements on digital study models are as accurate as the measurements on conventional study models.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desy Natalia Marjaya
"Penelitian ini bertujuan untuk membuat fantom payudara yang menerapkan analisis kontras detail dengan latar berstruktur untuk uji kualitas citra pada modalitas Mamografi dan Digital Breast Tomosynthesis. Penelitian ini dibagi menjadi 3 tahap, yakni; pembuatan, validasi, dan studi aplikasi fantom. Tahap pembuatan fantom mencakup pemilihan material fantom serta desain dan fabrikasi fantom. Pada tahap validasi, faktor eksposi dan nilai piksel dari citra fantom dibandingkan dengan mamogram klinis. Pada tahap studi aplikasi, fantom untuk menguji kualitas citra Mamografi dan DBT dengan mengukur signal-to-difference noise ratio (SDNR), dan ketajaman citra (Full width half maximum (FW HM) dan artifact spread function (ASF)) pada 3 level dosis (1/2 automatic exposure setting (AEC), AEC dan 2 AEC). Contrast detail structured phantom berhasil diproduksi dengan variasi ukuran dan posisi objek mikrokalsifikasi. Nilai piksel target memiliki kesamaan 85,34 %, dengan nilai piksel mikrokalsifikasi mamogram klinis, sedangkan latar fantom memiliki kesamaan 86,07 % dengan jaringan payudara pasien. Studi aplikasi menunjukkan bahwa fantom dapat digunakan untuk menguji kualitas citra khususnya terkait detail mikrokalsifikasi. Perbedaan posisi target dan level dosis mempengaruhi hasil pengukuran. Contrast detail structured phantom telah berhasil diproduksi dan diujicobakan; fantom ini dapat digunakan untuk menguji kualitas citra pesawat mamografi dan DBT dengan mempertimbangkan struktur heterogen pada jaringan payudara


This work is aimed to construct a contrast detail structured phantom for mammography and Digital Breast Tomosynthesis. The study was divided into 3 stages: production, validation and application. Production stage covered materials preparation, design and fabrication phantom. In validation stage, the phantom was compared to clinical mammogram in terms of exposure settings used in the image acquisition and their pixel values. Last stage was to study the application of the phantom to assess the image quality of mammography and DBT systems in terms of signal difference-to-noise ratio (SDNR), and sharpness (fullwidth half maximum, FWHM and artifact spread function, ASF) at 3 dose level (1/2 × automatic exposure control (AEC), AEC and 2 × AEC settings). The contrast detail structured phantom was successfully created with variations on microcalcification object size and position. In comparison with clinical mammogram, maximum pixel value of Sn sphere shows 85,34 % similarity while their background tissue had 86,07 % similarity. The study of applications of the phantom shows that the phantom can be used to assess the image quality particularly to detail of microcalcifications. The position of targets and dose level settings afflicted the measured parameters. The contrast detail structured phantom has been successfully construct and studied; this phantom allows assessing image quality of digital mammography and DBT by including the presence of structured breast tissue -like

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irfan Musmarliansyah
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
TA3069
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muthiara Maharani Azis
"ABSTRAK
Analisa pengaruh pemilihan region of interest (ROI) telah dilakukan secara kuantitatif menggunakan citra fantom 3D mamografi dari 4 pesawat mamografi (Siemens Mammomat Inspiration, Hologic Selenia Dimensions, Philips MicroDose L50 dan Agfa CR) dengan faktor eksposi pada pengaturan AEC. Empat model konfigurasi ROI diinvestigasi berdasarkan variasi bentuk dan ukuran dari lesi target dan latar. Dilakukan kalkulasi terhadap parameter nilai piksel (PV), kontras, dan signal difference to noise ratio (SDNR). Hasil menunjukkan bahwa variasi ROI memberikan pengaruh signifikan pada nilai PV untuk deteksi massa berspikula dan mikrokalsifikasi, namun tidak berpengaruh signifikan pada deteksi massa tidak berspikula. Variasi ROI tidak memberikan pengaruh pada parameter kontras untuk deteksi semua jenis target. Pada parameter SDNR, variasi ROI hanya berpengaruh signifikan untuk deteksi mikrokalsifikasi.

ABSTRACT
A quantitative analysis on the influence of Region of Interest (ROI) selection was conducted using images of 3D structured phantom from four different digital mammography systems (Siemens Mammomat Inspiration, Hologic Selenia Dimensions, Philips MicroDose L50 and Agfa CR) under Automatic Exposure Control (AEC) setting. Quantitative assessment was done by measuring the given parameters; (1) pixel value (PV), (2) contrast, and (3) signal different to noise ratio (SDNR) under four models of ROI configuration varied by shape and size of lesion, as well as background. Results shown that varying the ROI gives significant effect on detection of spiculated masses and microcalcifications in term of its PV. The variation of ROI does not give significant effect in term of image contrast. For SDNR, the variation of ROI only gave significant effect on detection of microcalcifications.;"
2016
S65288
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
William Suryajaya
"Perkembangan teknologi memungkinkan untuk pembuatan model studi secara digital menggunakan intraoral scanner. Data dari model studi ini kemudian bisa dicetak menggunakan mesin cetak 3 Dimensi. Tesis ini membahas akurasi ukuran linier gigi khususnya lebar mesio-distal, interkaninus, intermolar serta Analisis Bolton model studi digital hasil pindaian intraoral scanner Trios, dan model studi resin hasil cetakan printer 3D Formlabs 2 dengan model studi plaster hasil pengecoran bahan cetak alginat dengan dental stone tipe II sebagai pembanding. Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan desain potong lintang. Data pengukuran antar model studi dianalisa secara statistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar komponen pengukuran linier dan analisa Bolton model studi digital dan model studi resin tidak berbeda secara signifikan secara statistik. Jika terdapat perbedaan secara statistik, perbedaan ini tidak signifikan secara klinis karena perbedaannya tidak lebih dari 1,1 mm. Model studi digital hasil pindaian intraoral scanner Trios dan resin hasil cetakan printer 3D Formlabs 2 cukup akurat untuk keperluan diagnosa dan penentuan rencana perawatan jika dibandingkan dengan model studi plaster hasil pengecoran bahan cetak alginat dengan dental stone tipe 2.

In the advent of digital technology, it is possible to create digital dental model using intraoral scanner. The stereolithographic data collected from the scanner, subsequently, can be printed into 3-Dimensional dental model in resin material. This study aims to evaluate the accuracy of digital model scanned by Trios intraoral scanner and 3-Dimensional dental model printed from Formlabs 2 printer in linear measurements and Bolton analysis compared to plaster dental model obtained by pouring alginate impression with type II dental stone. This is a cross-sectional observational analytical study. The data were collected by measuring each type of the dental models. The result of this study shows that most of the linear measurements and Bolton analysis components analyzed in this study were not significantly different. Significant difference on some components are rendered clinically insignificant. Hence, the results of this study suggests that digital dental model and 3-Dimensional printed dental model may be used interchangeably in comparison to plaster dental model for diagnostic and treatment planning purpose."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fara Farisa Dhaifina
"Sistem mamografi terus mengalami perkembangan. Teknologi terbaru yang muncul, seperti detektor pencacah foton tentu menjadi harapan semakin baiknya performa pencitraan yang dihasilkan, baik ditinjau dari segi kualitas citra maupun dosis. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah evaluasi kualitas citra dan dosimetri agar keluaran yang dihasilkan adalah citra dengan kualitas terbaik dan dosis yang masih aman diterima pasien sesuai dengan prinsip As Low As Reasonably Achieveble (ALARA). Penelitian ini dilakukan menggunakan 5 unit pesawat mamografi dengan detektor pencacah foton. Mean glandular dose (MGD) dihitung menggunakan persamaan yang dipublikasikan oleh IAEA Human Series No.17 - Quality Assurance Programme For Digital Mammography, pada ketebalan PMMA 20-70 mm. Kualitas citra dievaluasi secara otomatis menggunakan perangkat lunak Erica2 berbasis CDCOM. European Reference Organisation for Quality Assured Breast Screening and Diagnostic Services (EUREF) digunakan untuk mendapatkan nilai batas yang „dapat diterima‟ dan „dapat dicapai‟ untuk MGD dan nilai ketebalan ambang disk. Hasilnya dibandingkan dengan kinerja pesawat mamografi dengan detektor flat-panel. Nilai MGD pada pesawat dengan detektor pencacah foton menunjukan nilai yang lebih rendah pada ketebalan 40 hingga 70 mm PMMA dibanding detektor flat-panel. Nilai ketebalan ambang disk pada detektor pencacah foton juga menunjukkan angka yang lebih rendah dibanding detektor flat-panel pada seluruh diameter.

The mammography system is constantly evolving. The latest emerging technologies, such as photon counting detector, certainly will be a hope for better imaging performance, both in terms of image quality and dose. Therefore, an evaluation of image quality and dosimetry is needed, so the produced output will be an image with the best quality and dose that is still safe for patients according to the As Low As Reasonably Achievable (ALARA). This research was conducted using 5 units of mammography with photon counting detector. The mean glandular dose (MGD) was calculated using the equation published by the IAEA Human Series No. 17 - Quality Assurance Programme For Digital Mammography, at a PMMA thickness of 20-70 mm. Image quality is evaluated automatically using the CDCOM-based Erica2 software. The European Reference Organization for Quality Assured Breast Screening and Diagnostic Services (EUREF) was used to obtain 'acceptable' and 'achievable' values for the MGD and threshold gold thickness values. The result was compared with the performance of a mammography systems with a flat-panel detector. The MGD on a mammography systems with a photon counting detector shows a lower value at a thickness of 40 to 70 mm PMMA compared to a flat- panel detector. The threshold gold thickness values on the photon counting detector also shows a lower number than the flat-panel detector in all diameters."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitria Nugrahani
"Pendahuluan: Bidang ortodonti selalu mengalami kemajuan, termasuk di bidang teknologi. Salah satunya adalah berkembangnya model studi digital tiga dimensi yang menggantikan peran model studi konvensional yang terbuat dari stone.
Tujuan Penelitian: Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan hasil pengukuran lebar mesio-distal, jarak interkaninus, dan jarak intermolar gigi pada model studi digital 3D dengan model studi konvensional.
Material dan Metode: Dua belas subyek dengan geligi tidak berjejal dicetak hanya pada rahang atas sebanyak dua kali, dengan menggunakan bahan cetak alginat dan polivinylsiloxane. Cetakan alginat dicor dengan stone untuk memperoleh model studi konvensional, sedangkan cetakan polivinylsiloxane dipindai untuk memperoleh model studi digital 3D. Pemindaian dilakukan menggunakan piranti pemindai laser triangulasi yang dirakit oleh Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB dan perangkat lunak David Laser Scan. Pengukuran lebar mesio-distal gigi, jarak interkaninus, dan jarak intermolar pada model studi konvensional diukur menggunakan kaliper digital, sedangkan pada model studi digital 3D menggunakan software pengukur.
Hasil: Tidak terdapat perbedaan bermakna antara pengukuran lebar mesio-distal, jarak interkaninus, dan jarak intermolar pada model studi konvensional dengan model studi digital 3D (p>0.05).
Kesimpulan: Pengukuran pada model studi digital 3D sama akurat dengan model studi konvensional.

Introduction: Orthodontics always develop, including in the field of technology. One of the orthodontic technologies is the development of 3D digital study models that replaces the conventional study models made by stone.
Objective: The aim of this study is to compare the measurements of mesio-distal teeth width, intercanine width, and intermolar width between the 3D digital study models and the conventional study models.
Materials and Methods: Twelve sets of upper arch dental impressions were taken from subjects with non-crowding teeth. The impressions were taken twice, one with alginate and the other with polivinylsiloxane. The alginate impressions were made into conventional study models, whereas polivinylsiloxane impressions scanned to obtain 3D digital study models. Scanning was performed using laser triangulation scanner device assembled by the School of Electrical Engineering and Informatics ITB and David Laser Scan software. Measurements of mesio-distal width, intercanine width, and intermolar width measured on conventional study models using digital calipers, while the 3D digital study models using the measurement software.
Results: There were no significant differences between the measurements of mesio-distal width, intercanine width, and intermolar width between the conventional and 3D digital study models (p> 0.05).
Conclusion: The measurements on 3D digital study models are as accurate as conventional study models.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>