Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 29485 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Salsha Saleha
"ABSTRAK
Kulit bangunan adalah permukaan transisi yang membatasi sekaligus menghubungkan antara ruang dalam dan ruang luar. Teknologi kulit bangunan hijau hadir untuk merespon penurunan kualitas lingkungan dan efisiensi energi akibat kehadiran bangunan baru. Kulit bangunan hijau menjadi media tempat terjadinya proses metabolisme bangunan, yaitu proses pertukaran unsur-unsur antara ruang dalam dan ruang luar bangunan. Studi kasus difokuskan pada kulit bangunan hijau Perpustakaan Universitas Indonesia. Keberadaan kulit bangunan hijau membawa dampak pada dua sisi, yaitu dampak kulit bangunan hijau terhadap ruang dalam antara lain kenyamanan termal dan dampak terhadap lingkungan sekitar bangunan. Pada kulit bangunan hijau dapat terjadi proses metabolisme bangunan yang memadai secara alami antara lain berupa bio-filter terhadap polutan, memperbaiki kualitas udara, mengurangi kebisingan, meningkatkan biodiversity, memperbaiki daur air, mengatur heat transfer ke ruang dalam dan mengurangi radiasi panas ke lingkungan sekitar.

ABSTRAK
The building skin is a transitional surface which borders and connects the inner space with the outer space. Green skin technology exists in order to respond to the decrease in environmental quality and energy efficiency which is caused by new buildings that keep arising. Green skin becomes a medium where building metabolism, which is an exchange process of the inner space and the outer space components, takes place. This case study is focused on Universitas Indonesia Library?s green skin. The existence of green skin has some impacts for both sides of the building. On the inner space, the green building shell creates thermal comfort whilst on the outer space, it affects the environment around the building. On every green skin, a building metabolism process could occur naturally; for example, bio-filter towards pollutant, air quality improvement, noise reduction, increase in biodiversity, storm water management improvement, control over heat transfer into the building and reduction of heat radiation towards the surroundings.
"
2016
S63130
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deyda Aminda Putri
"Keadaan lingkungan saat ini sudah semakin memburuk, salah satu penyumbang kerusakan lingkungan terbesar adalah bidang pembangunan. Green building merupakan salah satu jawaban atas kerusakan lingkungan yang mengancam kehidupan kita saat ini. Green building merupakan bangunan yang menimbulkan dampak negatif minimum pada lingkungan. Salah satu aspek green building yang memiliki pengaruh terhadap lingkungan dan penggunanya adalah kulit bangunan. Kulit bangunan dapat berperan sebagai penyaring dan akses elemen dari lingkungan luar serta berpengaruh terhadap kenyamanan visual, termal, dan auditori pada ruang dalam. Gedung South Quarter dipilih menjadi studi kasus untuk menilai kulit bangunan pada green building sesuai dengan sistem penilaian GREENSHIP yang dikeluarkan oleh Green Building Council Indonesia GBCI. Total penilaian GREENSHIP untuk kulit bangunan South Quarter cukup rendah; kenyamanan ruang pada gedung ini masih harus ditopang oleh sistem mekanik yang menggunakan energi listrik. Konsumsi energi untuk kenyamanan ruang dalam dapat dibantu dengan pemanfaatan energi terbarukan pada tapak.

One of the leading forces behind the deterioration of environment is irresponsible construction. Green building is one of the solutions devised to handle this life threatening situation. One of the aspects of green building which affects both environment and users is building skin. Building skin acts as filter and access to external elements building skin also significantly affects visual, thermal, and auditorial comfort inside the building. South Quarter building is inspected as case study to evaluate building skin on green building based on GREENSHIP rating system as stated by Green Building Council Indonesia GBCI. The total score of GREENSHIP of South Quarter building skin is deemed low room comfort within this building is maintained using mechanical system which wastes electrical energy. A decrease in energy consumption for room comfort is possible should cutting edge energy processing be implemented on site.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ekkywona Rumiazizah Novanandini
"Bangunan mengkonsumsi 32% dari total energi di dunia. Bangunan komersial di Indonesia mengalami peningkatan konsumsi energi sebesar 0,11% dari 2019 hingga 2020. Pasar tradisional adalah salah satu bangunan komersial yang mendapat perhatian dari pemerintah terkait konsumsi energinya pascarevitalisasi. Revitalisasi pasar tradisional dilakukan dalam pemenuhan indikator SNI Pasar Rakyat untuk pengelolaan pasar yang berkelanjutan. Sejak 2019, konsep bangunan hijau sudah diterapkan pada revitalisasi pasar tradisional dengan efisiensi energi sebagai salah satu aspeknya. Namun, data konsumsi energi pasar-pasar tersebut hingga saat ini belum tersedia begitu juga dengan benchmark Intensitas Konsumsi Energi (IKE) pasar tradisional. Penelitian ini mengeksplorasi tentang konsumsi dan strategi konservasi energi pada pasar tradisional yang direvitalisasi dengan konsep bangunan hijau. Benchmarking IKE pasar tradisional yang dihasilkan penelitian ini dapat menjadi tolok ukur bagi pasar yang sedang atau akan direvitalisasi. Strategi konservasi energi dalam penelitian ini mempertimbangkan pemenuhan ketentuan OTTV dan WWR pada parameter selubung bangunan serta tingkat pencahayaan dan densitas daya lampu pada parameter sistem pencahayaan. Pasar Prawirotaman Yogyakarta dan Pasar PON terpilih menjadi studi kasus penelitian ini. Penyelidikan konsumsi dan strategi konservasi energi dilakukan dengan pendekatan Building Information Modeling (BIM) melalui Autodesk Revit untuk modeling 3D dan Green Building Studio untuk simulasi energi. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi lapangan, studi dokumen serta pengukuran dengan Power Quality Analyzer (PQA) dan Amperemeter. Benchmarking IKE dalam penelitian ini berdasarkan luas bersih bangunan, jam operasional, dan jumlah pengguna secara berurutan adalah sebesar 23,11 kWh/m2/tahun; 34,84 kW/tahun; dan 0,70 kWh/orang/tahun. Penggunaan kaca double clear glass dan penambahan densitas daya lampu menjadi strategi konservasi yang diusulkan pada studi kasus.

Buildings consume 32% of the world’s total energy. Commercial buildings in Indonesia experienced a 0,11% increase in energy consumption from 2019 to 2020. Traditional markets are one of the commercial buildings that have received attention from the government regarding their post-revitalization energy consumption. The revitalization of traditional markets is carried out to fulfil the SNI Pasar Rakyat indicator for sustainable market management. Since 2019, the green building concept has been applied to revitalizing traditional markets with energy efficiency. However, data on energy consumption in these markets is not yet available, as well as Energy Use Intensity (EUI/IKE) benchmarks for traditional markets. This study explores energy consumption and conservation strategies in traditional markets, which are revitalized with green buildings concept. The IKE benchmarking of traditional markets produced by this research can be used as a benchmark for markets that are being or will be revitalized. The energy conservation strategy of this research considers the fulfilment of OTTV and WWR provisions on the building envelope parameters as well as the level of lighting and lighting power density on the parameter of the lighting system. Prawirotaman Market Yogyakarta and PON Market Trenggalek were selected as case studies of this research. The study of consumption and energy conservation strategies was carried out using the Building Information Modeling (BIM) approach through Autodesk Revit for 3D modeling and Green Building Studio for energy simulation. Data was collected through interviews, field observations, document studies and measurements with Power Quality Analyzer (PQA) and Amperemeter. This study’s benchmarking of EUI/IKE based on the occupied or net floor area of the building, operating hours, and the number of users are 23,11 kWh/m2/year; 34,84 kW/year; and 0,70 kWh/person/year, respectively. The use of double clear glass and the addition of lighting power density are the conservation strategies proposed in the case study."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alifa Khairunnisa
"Pembangunan perkotaan yang berkelanjutan merupakan salah satu upaya dalam menanggulangi tantangan di bidang sosial, ekonomi, dan lingkungan. Upaya yang dapat dilakukan adalah penerapan konsep keberlanjutan yang berfokus pada pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, perlindungan terhadap lingkungan, dan pemerataan kondisi sosial. Implementasi tersebut berupa konsep pembangunan kawasan perkotaan berbasis transit. Selain perancangan kota, konsep keberlanjutan juga dapat diterapkan melalui pembangunan gedung dengan konsep bangunan hijau. Kawasan transit ini sudah mulai diterapkan di Indonesia, salah satunya Stasiun Pondok Cina. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apartemen yang sudah terbangun tersebut apakah sudah menerapkan konsep bangunan hijau atau belum. Apabila sudah, apa saja hal-hal yang mempengaruhi penilaian tersebut. Apabila belum, hal-hal apa saja yang dapat diterapkan pada apartemen tersebut. Untuk mendapatkan informasi tersebut, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode campuran. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah Apartemen Mahata Margonda belum dapat tersertifikasi bangunan hijau karena masih ada elemen-elemen yang belum terpenuhi.

One of the ways to address social, economic and environmental challenges is through sustainable urban development. Efforts can be made to implement the concept of sustainability, which focuses on sustainable economic growth, environmental protection and equitable social conditions. The implementation takes the form of a transit-based urban development concept. In addition to urban design, the concept of sustainability can also be applied through the construction of green buildings. Indonesia has already applied this concept through the Pondok Cina station. This research aims to find out whether the apartment that have been built have implemented the green building concept or not. If yes, what are the things that affect the evaluation. If not, what things can be applied to the apartment. To obtain this information, this research uses a qualitative approach with mixed methods. The result obtained from this research is that the Mahata Margonda Apartment cannot be certified as a green building because there are still elements that have not been fulfilled."
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sultan Akbar Rianto
"Bangunan Hijau adalah jawaban untuk semua masalah dalam lingkungan hidup dan dunia. Bangunan adalah salah satu industri yang paling berperan, dengan dampak lingkungan, namun juga salah satu jawaban yang paling menjanjikan untuk memecahkan dampak diri mereka. The Green Building Council of Australia telah mengembangkan Green Star-Office v3 alat Penilaian untuk mempromosikan pembangunan berkelanjutan dan mendukung industri konstruksi dalam transisi untuk menerapkan praktik Bangunan Hijau dalam konstruksi gedung kantor kelas 5. Menggunakan pendekatan literatur penelitian ini menyimpulkan tantangan dan tanggapan memulai tim proyek untuk mencapai peringkat Green Star yang diinginkan.

Green building is the answer to all of the problems in the environment of living and world. Building is one of the most contributing industries to the environmental impact; it is also one of the most promising answers to solve the impacts their selves. The Green Building Council of Australia has developed Green Star-Office v3 Rating tool to promote sustainable construction and support the construction industry in the transition to implementing green building practice in a Class 5 office building construction. Using literature study approach the research concludes possible challenges and initiating responses for a project team to achieve a desired Green Star rating."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S44020
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggoro Ajiputra
"Material bangunan yang berkelanjutan adalah material yang dapat digunakan untuk membangun bangunan serta memenuhi kriteria keberlanjutan dalam konsep green architecture. Keberlanjutan dari suatu material bangunan dapat diukur dari green features pada siklus hidup material bangunan. Sejalan dengan perkembangan arsitektur interior, material bangunan dituntut untuk dapat memenuhi kriteria keberlanjutan. Saat ini, metal berupa baja karbon banyak digunakan dalam industri konstruksi sebagai material bangunan yang berkelanjutan. Sebab, metal berupa baja karbon sebagai material bangunan memiliki sifat yang kuat, rendah perawatan dan mudah didaur ulang atau digunakan kembali. Pada skripsi ini, penulis akan mengkaji lebih dalam mengenai metal berupa baja karbon sebagai material bangunan yang berkelanjutan terhadap aplikasinya pada arsitektur interior dalam bingkai konsep green architecture.

Sustainable building material is any material which is used for constructing structure for the building and meet the criterias of sustainable in green architecture concept. Sustainability in building material can be measured from green features in life cycle building material. Along with the development of interior architecture, building materials expected to have sustainable criterias. Todays, metals in the form of carbon steels are common to be used in constrruction industry as sustainable building material. Because, metal in the form of carbon steel as building materials have characteristic of durable, low mintenance, and easy to be recycled or reused. In this undergraduate thesis, writer will be reviewing metal in the form of carbon steel as sustainable building material and its application in interior architecture in the frame of green architecture concept."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
S68535
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mesi Shinta Dewi
"Daerah perkotaan yang menempati kurang dari 5 dari luas bumi ternyata mengkonsumsi lebih dari 75 sumberdaya alam. Studi yang lalu menyatakan bahwa tidak ada sektor lain yang mampu menghasilkan penurunan konsumsi energi dan emisi gas rumah kaca seefektif sektor bangunan. Maka konsep bangunan hijau green building dipercaya merupakan jalan keluar yang paling mampu menjawab tantangan menuju kota berkelanjutan.
Indonesia mulai mengimplementasikan konsep bangunan hijau sebagai upaya mencapai keberlanjutan, namun perlu digarisbawahi bahwa di Indonesia kebijakan penerapan bangunan hijau ini masih ditujukan pada bangunan perkantoran, gedung-gedung komersial, fasilitas pendidikan serta rumah tinggal yang berupa bangunan bertingkat apartemen, rumah susun.
Berbeda dengan di negara-negara maju yang sudah membidik rumah tunggal ini sebagai target dalam penerapan konsep bangunan hijau Homestar di New Zealand, Greenstar SA Multi Unit Residential Tool di Australia, Indonesia belum secara khusus menjadikan perumahan sebagai target dalam implementasi konsep bangunan hijau padahal kenyataannya kota besar di Indonesia didominasi oleh rumah tunggal.
Analisis GIS di Kota Tangerang yang dianggap mampu mewakili karakteristik kota metropolitan di Indonesia, menunjukkan bahwa luas tutupan lahan Kota Tangerang didominasi oleh kawasan perumahan hingga 51,7 sedangkan kawasan industri hanya mencapai 24,09 dan kawasan komersial hanya 15,37. Hasil ini menjadi dasar yang kuat untuk menggali potensi penerapan konsep bangunan hijau untuk perumahan di Kota Tangerang.
Penelitian ini mengungkap potensi penurunan jejak karbon suatu kota melalui implementasi konsep bangunan hijau di perumahan. Studi difokuskan pada masa operasional gedung yang merupakan masa terpanjang dari siklus hidup bangunan sehingga bagaimana penghuni bangunan tersebut melakukan aktivitasnya menjadi faktor penentu tercapai atau tidaknya tujuan penerapan konsep bangunan hijau.
Analisis statistik menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat Kota Tangerang saat ini yang lulusan SMA, berada di posisi pola konsumsi yang sangat tinggi. Simulasi dengan sistem dinamik menunjukkan bahwa dengan skenario bussiness as usual jejak karbon yang dihasilkan diprediksi masih akan naik dengan pesat hingga 20-50 tahun mendatang.
Simulasi dengan skenario intervensi kebijakan penataan ruang dengan asumsi tidak ada perubahan perilaku dan pola konsumsi, menunjukkan jejak karbon perkapita masih akan terus naik pesat. Namun jika intervensi kebijakan penataan ruang ini diikuti dengan intervensi perubahan perilaku dan pola konsumsi melalui perbaikan tingkat pendidikan dan kesadaran lingkungan hidup maka jejak karbon perkapita dapat diturunkan nilainya.
Keberhasilan konsep bangunan hijau yang selama ini dipercaya mampu menjawab tantangan dalam mencapai kota berkelanjutan ternyata memiliki keterbatasan dan hanya efektif diterapkan pada kondisi masyarakat yang spesifik yaitu: mayoritas memiliki pendidikan di atas tingkat S1 dengan tingkat pendapatan lebih dari Rp 7.000.000/bulan

Urban areas occupy less than 5 of the earth but consumes more than 75 of natural resources. Some studies state that there is no sector capable to reduce energy consumption and greenhouse gas emissions as effective as the building sector. Green building concept is believed to be the most effective answer to the challenges towards sustainable cities.
Indonesia started to implement the concept of green building as an effort to achieve sustainability, but it should be underlined that in Indonesia, the implementation of green building policy is still aimed at office buildings, commercial buildings, educational facilities, and residences in the form of multi storey buildings i.e., apartments, flats.
It is different with some developed countries, which already targeted a single house as an important object in green building concept implementation Homestar in New Zealand, Greenstar SA Multi Unit Residential Tool in Australia , Indonesia has not specifically targeted housing sector in green building concept implementation, while in fact, land cover of metropolitan cities in Indonesia were dominated by single homes.
GIS analysis in Tangerang City, which is considered to represent the characteristics of metropolitan cities in Indonesia, shows that land cover of the region is dominated by the housing area up to 51.7 while industrial areas only reached 24.09 and commercial areas only 15.37.
These results should be based on the consideration to explore the potential of green buildings concept implementation for housing area. Research ASDP1 was focused on the operational phase of the building which is the longest period in the building life cycle which shows that occupant activities act as determining factor to the success of green building concept implementation.
Statistical analysis showed that the education level of the majority of people in Tangerang are high school graduates, which lead to a condition where the consumption pattern are high. Simulation with dynamics system shows that based on business as usual scenario, carbon footprint is predicted to rise rapidly in 20 50 years.
Simulation with spatial planning policy intervention scenario, with an assumption that there were no change in the behaviour and consumption patterns, and shows that carbon footprint per capita is still going up rapidly. However, if the spatial planning policy intervention was followed by the intervention to behavioural changes in consumption patterns through improvement of level of education and environmental awareness, carbon footprint per capita will be reduced.
The success of the green building concept that had been believed as as effective tool in achieving sustainable cities, was proven to have limitations and only effective if applied to specific conditions of society such as, the majority have the education level of above S1 level with the level of income of more than Rp 7,000,000 month.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2017
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Meutia Aurora
"Bangunan hijau yang mengusung konsep sustainability dimaknai juga suatu konsep
yang mengaplikasikan bagaimana sebuah bangunan dirancang, dibangun dan
diaplikasikan dengan memperhatikan sumber daya yang efisien, bertanggung jawab
terhadap lingkungan serta berdampak positif bagi lingkungan sosial dan ekonomi.
Kegagalan konsep dalam bangunan sering timbul akibat besarnya perhatian pada
pertimbangan teknis, dengan hanya sedikit mempertimbangkan nilai-nilai,
perilaku dan karakter penghuninya. Bangunan blok eksisting rusunawa pada
kawasan yang ditetapkan menggunakan konsep zona hijau, belum melakukan
penerapan konsep hijau pada bangunan. Untuk menerapkan konsep tersebut pada
bangunan perlu ditinjau aspek perilaku penghuninya. Dari hubungan bangunan
dan penghuninya, dapat diketahui faktor-faktor yang paling mempengaruhi agar
konsep bangunan hijau untuk penghuni rusunawa yang lebih optimal. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menganalisis penerapan konsep bangunan hijau pada
Rusunawa ditinjau dari aspek efisiensi energi, air, kualitas udara, dan pengelolaan
limbah, menganalisis perilaku peduli lingkungan penghuninya, serta menganalisis
hubungan perilaku peduli lingkungan dengan sikap, pemahaman dan persepsi
penghuni terhadap penerapan konsep hijau pada bangunan. Metode analisis
deskripif digunakan untuk menganalisis penerapan bangunan hijau dan mengukur
indeks perilaku peduli lingkungan penghuni. Untuk menganalisis hubungan
perilaku peduli lingkungan dengan sikap, pemahaman dan persepsi penghuni
terhadap penerapan konsep hijau pada bangunan digunakan metode SEM-PLS.
Berdasarkan analisa diperoleh hasil bahwa penerapan konsep hijau ditinjau dari
aspek efisiensi energi pada bangunan lokasi penelitian sudah memenuhi kriteria;
aspek efisiensi air, penerapan pada bangunan sudah memenuhi kriteria; aspek
kenyamanan termal bangunan belum memenuhi kriteria kenyamanan dalam
konsep hijau; aspek pengelolaan limbah cair bangunan belum memenuhi kriteria
dalam hal pemanfaatan air hasil olahan IPAL; dan dari aspek limbah padat
bangunan belum menyediakan fasilitas pengolahan/pemilahan sampah. Dari hasil
penilaian perilaku peduli lingkungan penghuni rusun, tingkat kepedulian penghuni
berada pada kriteria sedang, dengan indeks tertinggi pada kriteria efisiensi energi
dan terendah pada kriteri pengelolaan sampah. Berdasarkan model dapat diketahui
bahwa untuk memperbaiki perilaku peduli lingkungan dapat dilakukan dengan
meningkatkan pengetahuan penghuni terhadap informasi mengenai program
lingkungan dan meningkatkan persepsi penghuni terhadap penerapan konsep
hijau. Persepsi penghuni terhadap penerapan konsep hijau dapat ditingkatkan
dengan perbaikan fasilitas pada bangunan sesuai kriteria.

Green building is defined as a concept that applies how a building is designed,
built and applied with due regard to efficient resources, is responsible for the
environment and has a positive impact on the social and economic environment.
The failure of the concept in the building often arises from the great attention paid
to technical considerations, with little consideration of the values, behavior and
character of the inhabitants. The existing rental flats building blocks in the area
that are designated using the green zone concept, have not implemented the green
concept in the building. To apply this concept to buildings, it is necessary to
review aspects of the occupants' behavior. From the relationship between the
building and its occupants, it can be seen the factors that most influence the
optimal green building concept for the residents of the flat. The purpose of this
research is to analyze the application of the green building concept in rental flats
in terms of energy efficiency, water, air quality and waste management, to analyze
the environmental care behavior of its residents, and to analyze the relationship
between environmental care behavior and occupants' attitudes, understanding
and perceptions of the concept application green on the building. Descriptive
analysis method is used to analyze the application of green buildings and measure
the index of environmental care for residents. To analyze the relationship between
environmental care behavior and attitudes, understanding and occupants'
perceptions of the application of green concepts in buildings, SEM-PLS method is
used. Based on the analysis, the results show that the application of the green
concept in terms of energy efficiency aspects in the research location building has
met the criteria; aspects of water efficiency, application in buildings has met the
criteria; the thermal comfort aspect of the building does not meet the comfort
criteria in the green concept; the aspect of building liquid waste management
does not meet the criteria in terms of utilizing water from IPAL; and from the
aspect of solid waste, the building has not provided waste processing / sorting
facilities. From the results of the assessment of the environmental care behavior
of the residents of the flat, the level of care of residents is in the medium criteria,
with the highest index on the criteria for energy efficiency and the lowest on the
criteria for waste management. Based on the model, it can be seen that improving
environmental care behavior can be done by increasing residents 'knowledge of
information about environmental programs and increasing residents' perceptions
of the application of green concepts. Residents' perceptions of the application of
the green concept can be improved by improving facilities in buildings according
to the criteria. The concept requires environmental program factors that are run
by the building manager and the active involvement of residents."
Depok: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Rahayu Budiarti
"ABSTRAK
Judul skripsi Bangunan Berundak sebagai salah satu penunjuk kebudayaan Masyarakat Megalitik di Indonesia, terdiri dari 137 halaman, 37 foto, 4 gambar dan 5 peta. Sebagai obyek penulisan skripsi, pemiliban judul di atas didasarkan berbagai hal. Pokok pembahasan yang utama adalab bangunan berundak yang merupakan salab situ peninggalan hasil budaya masyarakat megalitik pada masa prasejarah. Bangunan ini dijadikan sebagai data penunjuk dalam mengungkapkan keadaan masyarakat megalitik pada masa prasejarah di Indonesia Bangunan yang dijadikan obyek penelitian adalab bangu_nan berundak yang ada di Jawa Barat, yaitu di Cangkuang, Pasir Ciranjang, Pangguyangan, Area Domas, Lebak Sibedug, Kosa_la dan Gunung Padang. Deskripsi dilakukan pada bangunan-ba_ngunan tersebut untuk mengetahui polanya. Dipergunakan jugs analogi etnografi terbadap masyarakat desa Kanekes di Banten Selatan yang masih menganggap Area Domes sebagai bangunan suci. Di Bali pengaruh tradisi megalitik masib terdapat di daerah Bali Aga: Di daerah-daerah tersebut terdapat bangu_nan-bangunan pura yang bentuknya berundak-undak dan dipergu-nakan sebagai bangunan suci oleh masyarakat disekitarnya yang masih mempertahankan tradisi megalitik dalam kehidupan sehari_hari. Berdasarkan hal tersebut maka diadakan analogi etnogra_fi untuk memperoleh data etnoarkeologi yang berguna sebagai data penunjang dalam mengungkapkan keadaan masyarakat megalitik pada masa prasejarah di Indonesia Pada masa mendatang masih diperlukan penelitian yang lebib luas dan mendalam terhadap sisa--sisa peninggalan kebuda_yaan megalitik, sebingga dapat diungkapkan mengenai kehidupan masyarakat pada masa prasejarah di Indonesia secara menyeluruh mencakup berbagai aspeknya.

"
1986
S11983
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rizky Ananda
"Gedung i-CELL FTUI merupakan salah satu fasilitas di lingkungan kampus Universitas Indonesia yang menyandang predikat bangunan hijau dan telah tersertifikasi EDGE Advanced melalui strategi konservasi air seperti pengumpulan air hujan dan penggunaan fitur hemat air. Akan tetapi, masih ada potensi sumber air alternatif lain yang belum dimanfaatkan, seperti daur ulang kondensat AC dan grey water. Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis kesesuaian potensi strategi konservasi air terhadap kriteria konservasi air untuk bangunan hijau; (2) menganalisis strategi konservasi air eksisting dan potensi kuantitas grey water sebagai sumber air alternatif; dan (3) menganalisis potensi air kondensat AC sebagai sumber air alternatif. Pada penelitian ini, kesesuaian kriteria konservasi air ditinjau berdasarkan perangkat penilaian Greenship New Building Versi 1.2 dan Peraturan Menteri PUPR Nomor 21 Tahun 2021. Pengukuran dan pengujian untuk sampel kondensat dan air hujan dilakukan dengan parameter kualitas yang merujuk pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2 Tahun 2023. Selain itu juga akan dilakukan analisis data sekunder untuk perhitungan timbulan grey water. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan air hujan untuk kebutuhan flushing memiliki potensi pengumpulan hingga 91.870 L/bulan dan sebagian besar parameter memenuhi baku mutu, kecuali pH dan besi. Selain itu, seluruh fitur air memiliki keluaran air yang lebih rendah dari standar Greenship dengan potensi timbulan grey water sebesar 90.144 L/bulan. Pada kondensat AC, kombinasi kedua sistem AC sentral dan split dapat menghasilkan kondensat hingga 2.805,2 L/bulan dengan kualitas yang telah memenuhi baku mutu. Analisis kesesuaian konservasi air terhadap kriteria Greenship memenuhi lima dari enam parameter dan memperoleh 18 poin. Sedangkan pada kriteria Permen PUPR No. 21 Tahun 2021, memenuhi seluruh parameter dan memperoleh 12 poin. Secara keseluruhan, kombinasi pemanfaatan kondensat AC dan grey water dapat mengurangi hingga 59,75% pemakaian sumber air primer yang saat ini telah dibantu dengan pemanfaatan air hujan.

The i-CELL FTUI building is one of the facilities on Universitas Indonesia that holds the title of green building and has been certified EDGE Advanced through water conservation strategies such as rainwater collection and the use of water-saving fixtures. However, there is still potential for other untapped alternative water sources, such as AC condensate recycling and grey water. This study aims to (1) analyze the conformity of potential water conservation strategies to the water conservation criteria for green buildings; (2) analyze the existing water conservation strategies and potential quantity of grey water as an alternative water source; and (3) analyze the potential of AC condensate water as an alternative water source. In this study, a review on the conformity of water conservation criteria is conducted based on the Greenship New Building Version 1.2 assessment tool and Peraturan Menteri PUPR Nomor 21 Tahun 2021. Laboratory measurements and tests were carried out for condensate and rainwater samples with quality parameters referring to the Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2 Tahun 2023. In addition, secondary data analysis will also be carried out for the calculation of grey water generation. The results show that rainwater utilization for flushing needs has a collection potential of up to 91,870 L/month and most parameters meet quality standards, except pH and iron. In addition, all water features have a lower water output than the Greenship standard with a potential grey water generation of 90,144 L/month. For AC condensate, the combination of both central and split AC systems can produce up to 2,805.2 L/month of condensate with quality that complies with quality standards. Analysis of the conformity of water conservation to Greenship criteria fulfils five of the six parameters and achieves 18 points. Meanwhile, the criteria of Permen PUPR No. 21 of 2021 fulfil all parameters and achieve 12 points. Overall, the combined use of AC condensate and grey water can reduce up to 59.75% of the use of primary water sources, which is currently aided by the use of rainwater."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>