Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 152745 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rizky Andiarto
"Stearic acid/besi oksida (Sa/Fe3O4) dan stearic acid/besi oksida/titanium dioksida (Sa/Fe3O4/TiO2) sebagai material berubah fasa telah disintesis dengan mencampurkan Fe3O4 dan Fe3O4/TiO2 ke dalam stearic acid melalui teknik dispersi. Karakterisasi kemudian dilakukan dengan pengukuran X-ray Diffraction (XRD), Energy Dispersive X-Ray (EDX), Fourier-Transform Infrared Spectroscopy (FTIR) dan Field Emission Scanning Microscopy (FESEM) untuk investigasi struktur, unsur, mode vibrasi dan morfologi dari sampel. Sifat termal dari sampel juga dikarakterisasi untuk mengetahui kemampuan sampel sebagai media penyimpanan kalor melalui pengukuran Differential Scanning Calorimetry (DSC) dan Thermogravimetric Analysis (TGA). Hasil yang didapat menunjukkan bahwa Sa/Fe3O4 dan Sa/Fe3O4/TiO2 memiliki nilai kalor laten, kapasitas panas, dan stabilitas termal yang lebih baik daripada stearic acid.

Stearic acid/iron oxide (Sa/Fe3O4) and stearic acid/iron oxide/titanium dioxide (Sa/Fe3O4/TiO2) as a phase change material were synthesized by mixing the Fe3O4 and Fe3O4/TiO2 into the stearic acid. All of the samples were characterized by X-ray Diffraction (XRD), Energy Dispersive X-Ray (EDX), Fourier-Transform infrared spectroscopy (FTIR) and Field Emission Scanning Microscopy (FESEM) for structural properties, elemental investigation, morphologies and vibrational modes of the samples. The thermal properties of the sample were also characterized to investigate the thermal storage ability by Differential Scanning Calorimetry (DSC) and Thermogravimetric Analysis (TGA). The results show that the Sa/Fe3O4 and Sa/Fe3O4/TiO2 have better latent heat, specific heat, and thermal stability than the stearic acid itself.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S63622
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Khalish Nuryadin
"Nanopartikel Besi Oksida dan nanokomposit Besi Oksida/NGP (NanoGraphene platelets) sebagai material aditif telah disintesis menggunakan metode sol-gel. Komposit PCM (Phase change material) SA (Stearic acid)-Besi Oksida dan SA-Besi Oksida/NGP disintesis menggunakan metode sonifikasi dengan varisis wt.% yaitu 1 wt.%, 3 wt.% dan 5 wt.%. Sampel dikarakterisasi dengan X-Ray diffraction, Fourier Transform Infrared Spectroscopy, Energy Dispersive X-Ray, Field Emission Scanning Electron Microscope, Differential Thermal Analysis-Thermogravimetric Analysis dan Differential Scanning Calorimetry. Nanokomposit memperlihatkan fase gabungan struktur kristal cubic spinel dengan bidang struktur NGP. Spektrum FTIR mengkomfirmasi pencampuran material aditif pada Stearic acid tidak merubah struktur ikatan kimia. Nanokomposit tercampur dispersi dengan baik di atas Stearic acid dan sisa jumlah presentase kehilangan berat dalam kurva Thermogravimetric sama dengan variasi wt.%. Hasil karakterisasi sifat termal komposit PCM memperlihatkan peningkatan kapasitas panas dan kalor latent. Peningkatan kalor latent maksimum pada SA-Besi Oksida/NGP sebesar 23% dan SA-Besi Oksida/NGP sama dengan 30% terjadi pada wt.% penambahan yang sama.

Nanopartikel Iron oxide and nanocomposite Iron oxide/NanoGraphene platelets (NGP) as material additives have been synthesized using sol-gel method. Phase change material (PCM) composites SA(Stearic acid)-Iron oxide and SA-Iron oxide/NGP have been synthesized using sonication method with various wt.% respectively by 1 wt.%, 3 wt.% and 5 wt.%. Sample were characterized with various method such as X-Ray diffraction, Fourier Transform Infrared Spectroscopy, Energy Dispersive X-Ray, Field Emission Scanning Electron Microscope, Differential Thermal Analysis-Thermogravimetric Analysis and Differential Scanning Calorimetry. Nanocomposite show the mixture of cubic spinel crystal structures with plane of NGP structure. The FTIR spectra confirmed that mixing of material additivies with Stearic acid not showing changes in chemical structure. Nanocomposite well dispersed in surface of Stearic acid and weight loss of PCM composites in Thermogravimetric curve same as with wt.% addition.Thermal characterization of PCM composites shows that enhancement in heat capacity and latent heat. The enhancement of latent heat in SA-Iron oxide and SA-Iron oxide/NGP by about 23 % and 30% using the same 1 wt. % of material additives.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S63294
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Arifiyanti
"Nanopartikel oksida besi dan coupled-nanomaterial oksida besi dan titanium dioksida dengan tiga variasi rasio molar telah disintesis dengan metode sol-gel. Keseluruhan sampel dikarakterisasi dengan pengukuran X-Ray Diffraction, Energy Dispersive X-Ray, Fourier-Transform Infrared, Field Emission Scanning Electron Microscopy, Vibrating Sample Magnetometer, dan UV-Visible Spectroscopy. Coupled-nanomaterial menunjukkan sifat feromagnetik, mempunyai morfologi spherical-like dan terdiri atas fase dan struktur kristal tunggal dari oksida besi magnetite dan titanium dioksida anatase dengan kehadiran unsur Fe, Ti dan O dalam bentuk ikatan Ti-O-Ti, Ti-O-O dan Fe-O-Fe. Perolehan aktivitas fotokatalitik optimum yang berbeda pada kondisi basa untuk pemaparan dengan cahaya ultraviolet dan cahaya visible berhubungan dengan nilai celah energi coupled-nanomaterial. Peran aktif hole dalam aktivitas fotokatalitik coupled-nanomaterial mendegradasi methylene blue tidak berbeda untuk pemaparan dengan cahaya ultraviolet maupun visible.

Iron oxide nanoparticles, iron oxide and titanium dioxide coupled-nanomaterials with three variation molar ratio were synthesized by sol-gel method. All samples were characterized by X-Ray Diffraction, Energy Dispersive X-Ray, FourierTransform Infrared, Field Emission Scanning Electron Microscopy, Vibrating Sample Magnetometer, and UV-Visible Spectroscopy measurements. The coupled-nanomaterials show ferromagnetic behavior, have spherical-like morphology and consist of individual crystal structure and phase of magnetite iron oxide and anatase titanium dioxide with the presence of Fe, Ti and O elements in the form of Ti-O-Ti, Ti-O-O dan Fe-O-Fe bonds. Different optimum photocatalytic activities under alkaline conditions with ultraviolet and visible light irradiation are associated with the value of the coupled-nanomaterials energy gap. Hole's active role on photocatalytic activities of methylene blue degraded by the coupled-nanomaterials is no different for both kinds irradiations of ultraviolet and visible light."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S57812
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ronal Afan
"Kebutuhan dunia akan senyawa titanium oksida semakin meningkat, hal ini memacu tumbuhnya iklim penelitian di bidang pengolahan Ilmenit untuk menghasilkan titanium oksida yang bermutu tinggi. Utilitas dari titanium oksida (Ti02) sebagian besar adalah untuk bahan baku pigmen cat, industri kertas, industri karet, tinta, tekstil dan bahan baku titanium. Seiring dengan perkembangan teknologi di Indonesia, maka terjadi peningkatan pemakaian Ti02 yang cukup signifikan, sehingga untuk memenuhi konsumsi dalam negeri dilakukan dengan cara import dari Australia, Amerika dan Eropa. Prakiraan penggunaan akan produk Titanium meningkat antara 10% s/d 15% setiap tahun (US Department of Comerce June, 2001, [I]).
Produksi Ti02 (Rutil) sangat tergantung atas ketersediaan bahan baku yang memiliki potensi ekonomis, yaitu endapan pasir besi. Berdasarkan sebaran potensi mineralisasi di wilayah Kep. Indonesia, endapan pasir besi cukup banyak tersebar dari pesisir barat-timur P. Sumatra, pesisir barat P. Kalimantan, dan pesisir selatan P. Jawa. Terutama di P. Bangka dan P. Jawa yang ditunjang dengan adanya industri pengolahan timah dan limbah pasir-besi.
Dalam penelitian ini digunakan metoda yang selektif yaitu dengan "mereduksi pengotor melalui ukuran butiran pasir-besi melalui proses sizing mekanik 'grinding' dan penyaringan 'sieving'. Dengan prakiraan bahwa setiap unsur dengan senyawanya memiliki ukuran butir tersendiri, sehingga bila disaring dengan diameter tertentu ak:an memiliki kecenderungan dengan meningkatnya hasil analisa pada unsur-unsur tertentu, terutama terhadap kandungan unsur Ti. Pelarutan merupakan tahap lanjutan dalam meningkatkan kandungan Ti02. Pelarutan (pelindian) dengan menggunakan larutan asam: HCl (1 :20) dan kombinasinya; dengan cara mengaduk pada suhu tertentu (hot-stirred-digestion) yaitu agar terjadi reaksi dalam waktu singkat; antara selang waktu 4-5 jam diharapkan terjadi penguapan ( evaporasi) larutan. Residu yang dihasilkan dianalisa kembali menggunakan XRF dan XRD. Ternyata hasil analisa kurang menunjukkan adanya peningkatan konsentrasi Ti. Dilanjutkan dengan proses pemanggangan (roasting) 1000°C agar terjadi oksidasi dan pemisahan terhadap senyawa-senyawa yang masih terikat seperti Si, Mg, Mn dan Fe, hasil analisa XRF menunjukkan adanya peningkatan sebesar 64%, dari kandungan Ti: 51 % menjadi 84%. Aspek ekonomi, memperhitungkan feasibilitas pabrik pengolahan dengan tengat waktu delapan tahun masih memberikan profit sebesar 38%/tahun."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2001
T39704
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farrah Fedricia Sabrina
"ABSTRAK
Kestabilan sediaan harus diperhatikan dalam memformulasikan sediaan farmasi, yaitu berada dalam batas penerimaan selama masa periode penyimpanan dan penggunaan, sifat dan karakterisasinya tetap sama seperti saat dibuat. Pada penelitian diformulasikan sediaan krim etosom KE dan non etosom KNE asam azelat, dilakukan evaluasi sediaan krim, uji stabilitas fisik, dan uji stabilitas kimia terbentuknya asam stearat dan asam miristat sebagai hasil urai basis krim. Hasil uji stabilitas fisik, pengujian organoleptis KE selama 8 minggu penyimpanan suhu rendah, ruang, dan tinggi terjadi pemisahan etosom dengan basis, bau tengik, dan sineresis. Pengujian cycling test dan uji mekanik KE terjadi pemisahan etosom dari basis. Pada uji stabilitas kimia, persentase kadar isopropil miristat IPM tersisa pada KE setiap dua minggu pengujian, dihitung dari minggu ke-0 sebesar 99.16, 95.65, 92.86, 91.95, dan 71.68. Persentase kadar IPM tersisa pada KNE sebesar 99.08, 89.69, 88.56, 87.83, dan 40.53. Persentase kadar gliserol monostearat GMS tersisa pada KE setiap dua minggu pengujian, dari minggu ke-0 sebesar 75.74, 41.81, 36.84, 23.28, dan 8.68, dimana kadar GMS tersisa pada KNE sebesar 72.45, 58.33, 47.34, 20.75, dan 2.23. Waktu kadaluarsa t80 IPM dan GMS KE berdasarkan perhitungan masing-masing 6.39 dan 3.58 minggu. Pada KNE, waktu kadaluarsa IPM dan GMS masing-masing 6.05 dan 2.25 minggu.

ABSTRACT
The stability of dosage form shall be maintained in preparing a pharmaceutical formulation, which is acceptable during the period of storage, its nature and characterization remain the same as when it was manufactured. In this research, the formulation of ethosomal KE and non ethosomal KNE azelaic acid cream is prepared, cream was evaluated, physical and chemical stability test of stearic acid and myristic acid as degradation result of the cream base. Organoleptic KE test for 8 weeks storage of low, room, and high temperature occurs ethosomal phase separation, rancid odor, and sineresis. Cycling and mechanical test of KE occurs the separation of ethosome. In the chemical stability test, percentage of IPM remained at KE every two weeks of testing, from zero week was 99.16, 95.65, 92.86, 91.95, and 71.68. The remaining percentage of IPM in KNE was 99.08, 89.69, 88.56, 87.83, and 40.53. The remaining percentage of GMS remained in KE every two weeks was 75.74, 41.81, 36.84, 23.28, and 8.68, where the remaining GMS in KNE was 72.45, 58.33 47.34, 20.75, and 2.23. Expiration date t80 IPM and GMS in KE is 6.39 and 3.58 weeks. In KNE, texpiration date of IPM and GMS is 6.05 and 2.25 weeks."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azzahra Aliyya Rahman
"ABSTRAK
Isopropil miristat dan gliseril monostearat merupakan ester dari asam miristat dan asam stearat yang seringkali digunakan dalam basis krim anti aging. Namun, dengan adanya keberadaan air dan suasana asam dapat menyebabkan ikatan ester dari kedua zat tersebut terputus, sehingga kembali membentuk asam miristat dan asam stearat. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data stabilitas produk krim anti agingdengan uji stabilitas dipercepat, melalui perhitungan asam miristat dan asam stearat sebagai hasil urainya. Asam lemak diesterifikasi terlebih dahulu sebelum dianalisis menggunakan metode esterifikasi Lepage dengan pelarut metanol-toluen 4:1 v/v dan asetil klorida sebagai katalis reaksi. Analisis data stabilitas produk dilakukan menggunakan kromatografigas Shimadzu GC-17A dengan kolom HP-1 dan detektor ionisasi nyala. Kondisi analisis yang digunakan yaitu suhu awal kolom 120 C dengan kenaikan 10 C/menit hingga 160 C, dinaikkan 3 C/menit hingga 220 C dan dipertahankan selama 5 menit, lalu dinaikkan 10 C/menit hingga 260 C dan dipertahankan selama 5 menit. Suhu injektor 260 C, suhu detektor 280 C, dan laju alir gas pembawa 1,0 mL/menit. Waktu retensi campuran asam miristat dan asam stearat berturut-turut sekitar 16,655 menit dan 28,169 menit dengan faktor ikutan 0,734 dan 0,943. Metode validasi campuran asam miristat dan asam stearat yang dilakukan memenuhi persyaratan, dengan linearitas untuk asam miristat y = 9,6483 190, 78x dengan koefisien korelasi r = 0,9997 dan nilai LOD = 0,0013 ppm ; LOQ = 0,0042 ppm. Kemudian untuk asam stearat diperoleh linearitas y = 17,163 106,22x dengan koefisien korelasi r = 0,9998 dan nilai LOD = 0,0016 ppm; LOQ = 0,0053ppm. Pada hasil uji stabilitas dipercepat krim anti aging, diperoleh rata-rata kadar isopropil miristat tersisa pada bulan ke -0, -1, -2, dan -3 sebesar 99,6283 ; 99,1995 ; 98,2571 ; dan 97,1511 . Sedangkan rata-rata kadar gliseril monostearat yang tersisa berturut-turut sebesar 99,6791 ; 98,2881 ; 96,2247 ; dan 93,7195. Tanggal kadaluwarsa dari sediaan tersebut dihitung menggunakan orde nol, yakni 10 bulan dan 9 hari.

ABSTRACT
Isopropyl myristate and glyceryl monostearate are ester form of myristic acid and stearic acid, which commonly used as a component in anti aging cream base. Therefore, with high presence of water and acid as catalyst, the ester linkage can break down and form myristic acid and stearic acid. This study aimed to obtain the stability data of anti aging cream through the accelerated stability testing, by calculating the levels of myristic acid and stearic acid as degradation product. Derivatization were perfomed by esterification Lepage method using methanol toluene 4 1 v v and acetyl chloride as a catalyst. The analysis used gas chromatography Shimadzu GC 17A with HP 1 column and flame ionization detector at the column temperature of 120 C with increased of 10 C min up to 160 C, then increased of 3 C min up to 220 C maintained for 5 minutes , and increased of 10 C min up to 260 C maintained for 5 minutes . Injector and detector temperature were 260 C and 280 C, with flow rate 1.00 mL min. Retention time of myristic acid and stearic acid were 16.655 minutes and 28.169 minutes with Tf0.734 and 0.943 respectively. The results of validation.fulfilled the acceptance.criteria, which obtained linearity for myristic acid y 9.6483 190. 78x with correlation coefficient r value of 0.9997 LOD 0.0013 ppm LOQ 0.0042 ppm, and also linearity for stearic acid y 17.163 106.22x with correlation coefficient r value of 0.9998 LOD 0.0016 ppm LOQ 0.0053 ppm. The results of anti aging cream stability test were obtained with the average remaining levels of isopropyl myristate from 0 to 3 months were 99.6283 99.1995 98.2571 and 97.1511 , and glyceryl monostearate were 99.6791 98.2881 96.2247 and 93.7195. The expired date of anti aging cream product was calculated using zero order, which was 10 months and 9 days."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhila Zahra
"ABSTRAK
Isopropil miristat dan gliseril monostearat merupakan suatu zat yang secara luas digunakan pada produk kosmetik. Salah satu pemanfaatannya adalah sebagai basis pada sediaan krim tabir surya. Kandungan air yang tinggi dalam suasana asam pada sediaan krim, memungkinkan adanya penguraian yang terjadi pada isopropil miristat dan gliseril monostearat menjadi asam miristat dan asam stearat. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data stabilitas sampel krim tabir surya dengan memperhitungkan kadar asam miristat dan asam stearat yang terbentuk sebagai hasil urai. Penentuan kondisi optimum dan validasi metode analisis campuran asam miristat dan asam stearat dilakukan untuk mendapatkan metode yang valid untuk menghitung kadar asam miristat dan asam stearat yang terurai dalam sampel krim tabir surya sehingga data stabilitas dapat diperoleh. Asam lemak diderivatisasi melalui reaksi esterifikasi dengan metode lepage yang telah dimodifikasi menggunakan pelarut metanol-toluen 4:1 v/v dan 1,0 ? ? ? ? L asetil klorida sebagai katalisator. Analisis stabilitas krim tabir surya dilakukan menggunakankromatografigas Shimadzu GC-17A dengan kolom HP-1 dan detektor ionisasi nyala pada suhu awal kolom 120oC dinaikkan 10oC/menit hingga mencapai suhu 160oC, kenaikan suhu 3oC/menit hingga mencapai suhu 220oC, dipertahankan selama 5 menit, dan kenaikan suhu 10oC/menit hingga mencapai suhu 260oC, dan dipertahankan selama 5 menit. Suhu injektor 260oC, suhu detektor 280 C, dan laju alir gas pembawa 1,00 mL/menit. Metode validasi campuran asam miristat dan asam stearat dapat dinyatakan valid dengan linearitas untuk asam miristat y = 190,78x 9,6483 dan nilai r 0,9997 serta nilai LOD= 0,0012 g/mL; LOQ=0,0042 g/mL, sedangkan linearitas untuk asam stearat y = 106,22x 17,163 dengan nilai r 0,9998 dan LOD= 0,0016 g/mL; LOQ=0,0053 g/mL. Hasil uji stabilitas krim tabir surya bulan ke- 0, 1, 2, dan 3 telah diperoleh dengan kadar isopropil miristat yang tersisa sebesar 99,7864 ; 99,2306 ; 98,4998 dan 97,8931, sedangkan kadar gliseril monosterat yang tersisa sebesar 99,7781 ; 98,4693 ; 96,7752 dan 95,4967. Hasil perhitungan menggunakan orde nol didapatkan waktu kadaluwarsa krim tabir surya, yakni 13 bulan 21 hari.

ABSTRACT
Isopropyl myristate and glyceryl monostearate are substances widely used in cosmetic products. One of its use is as a base in sunscreen cream. The high water content with the presence of acid in cream can probably causes the degradation of isopropyl myristate and glyceril monostearate into myristic acid and stearic acid. This study aimed to obtain the levels of myristic acid and stearic acid as degradation products. Determining the optimum conditions and validation methods for a mixture of myristic acid and stearic acid were performed to obtain a valid method to determine the degradation levels of myristic acid and stearic acid in sunscreen cream so that the stability data can be obtained. The fatty acid was derivatized by esterification reaction with a modified lepage method using methanol toluene 4 1 v v and 1.0 L acetyl chloride as catalyst. The stability analysis of sunscreen cream was made by using gas chromatography Shimadzu GC 17A with HP 1 column and flame ionization detector at the column temperature of 120 C with increased of 10 C min up to 160 C, raising 3 C min of temperature up to 220 C, held for 5 min and temperature was increased 10 C min up to 260 C, and held for 5 min. The Injector temperature was 260 C and detector temperature was 280 C with flow rate 1.00 mL min. The results of validation was valid with the linearity for myristic acid was y 190.78x 9.6483 and r value of 0.9997 and LOD value 0.0012 g mL LOQ 0.0042 g mL,while the linearity for stearic acid was y 106.22x 17.163 with r value of 0.9998 and LOD value 0.0016 g mL LOQ 0.0053 g mL. The results of the sunscreen cream stability test of 0, 1, 2, and 3 months were obtained with the level of remaining isopropyl myristate were 99.7864 99.2306 98.4998 and 97.8931 respectively, while the remaining level of glyceryl monostearate were 99.7781 98.4693 96.7752 and 95.4967 respectively. The expired date on sunscreen cream was calculated by using zero order, which was 13 months and 21 days."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Badzlina Tsaabitah Rifki
"Superparamagnetic Iron Oxide Nanoparticles (SPION) adalah partikel yang terbuat dari kristal besi oksida yang memiliki ukuran dalam skala nanometer. Dengan memiliki sifat magnetis dan ukuran yang kecil membuat SPION banyak digunakan untuk berbagai aplikasi medis, seperti sebagai agen diagnosis pada MRI dan agen penghantar obat. Metode kopresipitasi merupakan metode sintesis SPION yang paling banyak digunakan karena memiliki prosedur yang sederhana, ekonomis, dan efisien. Namun, karakteristik SPION yang dihasilkan sulit diatur, khususnya distribusi ukuran partikel. Hal ini dapat diatasi dengan mengatur kondisi sintesis serta melakukan optimasi terlebih dahulu sebelum membuat SPION dalam skala besar. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh kondisi sintesis SPION yang optimal menggunakan metode kopresipitasi serta mengetahui karakteristik SPION yang dihasilkan. Pada penelitian ini dilakukan optimasi suhu pemanasan tambahan dan durasi pengadukan pada proses pembuatan SPION menggunakan metode kopresipitasi. Hasil SPION dikarakterisasi menggunakan Particle Size Analyzer (PSA), X-Ray Diffraction (XRD), dan Transmission Electron Microscopy (TEM) untuk memperoleh data ukuran partikel, distribusi ukuran partikel, indeks polidispersitas, potensial zeta, morfologi, dan kristalinitas. SPION optimal diperoleh menggunakan metode kopresipitasi dengan penambahan pemanasan dengan suhu 120°C dan durasi pengadukan selama 45 menit. SPION optimal memiliki ukuran hidrodinamis partikel 230,5 ± 19,09 nm, ukuran partikel 128,601 ± 30,76 nm, dengan inti kristal berukuran 12,36 nm, PDI 0,807 ± 0,01, dan potensial zeta -23,9 ± 0,14.

Superparamagnetic Iron Oxide Nanoparticles (SPIONs) are nanometer-sized particles made of iron oxide crystals. Due to their magnetic properties and small size, SPIONs are widely used for various medical applications, such as diagnostic agents in MRI and drug delivery agents. The coprecipitation method is the most widely used SPIONs synthesis method because it has a simple, economical, and efficient procedure. However, the characteristics of the resulting SPIONs are difficult to regulate, especially the particle size distribution. This can be overcome by setting the synthesis conditions and optimizing them before producing SPIONs on a large scale. This study aims to obtain optimal SPIONs synthesis conditions using the coprecipitation method and to determine the characteristics of the resulting SPIONs. In this research, optimization of additional heating temperature and stirring duration was carried out in the process of making SPIONs using the coprecipitation method. SPIONs were characterized using Particle Size Analyzer (PSA), X-Ray Diffraction (XRD), and Transmission Electron Microscopy (TEM) to obtain data on particle size, particle size distribution, polydispersity index, zeta potential, morphology, and crystallinity. Optimal SPIONs were obtained using the coprecipitation method with addition of heating at a temperature of 120°C and a stirring duration of 45 minutes. The optimal SPIONs have a hydrodynamic particle size of 230.5 ± 19.09 nm, particle size of 128,601 ± 30,76 nm, with a crystal core measuring 12.36 nm, PDI 0,807 ± 0.01, and a zeta potential of -23.9 ± 0.14.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfred Albert
"Campuran Oksida Seng/Titanium Dioksida/Oksida Tembaga (ZnO/TiO2/CuO) dengan lima variasi rasio molar CuO disintesis dengan menggunakan metode sol-gel dan dikarakterisasi menggunakan Energy Dispersive X-Ray (EDX), X-Ray Diffraction (XRD), Field Emission Scanning Electron Microscope (FESEM) dan UV-visible Diffuse Reflectance Spectroscopy (UV- DRS). Aktivitas fotokatalitik diamati menggunakan larutan metilen biru (MB) di bawah pemaparan sinar Ultraviolet (UV) dan cahaya tampak dengan metal oksida ZnO/TiO2 sebagai pembanding. Hasil aktivitas fotokatalitik menunjukkan sampel dengan rasio molar CuO sebesar 0.5 dapat mendegradasi lebih baik di bawah paparan sinar UV dan cahaya tampak. Kondisi optimum aktivitas fotokatalitik didapatkan pada kondisi pH 13, dosis fotokatalis 0.2 g/L dan konsentrasi awal MB 20 mg/L baik di bawah paparan sinar UV maupun cahaya tampak.

Zinc Oxide/Titanium Dioxide/Copper Oxide (ZnO/TiO2/CuO) metal oxide mixture with five various CuO molar ratio were synthesized using sol-gel method and were characterized by Energy Dispersive X-Ray (EDX), X-Ray Diffraction (XRD), Field Emission Scanning Electron Microscope (FESEM) and Ultraviolet- visible Diffuse Reflectance Spectroscopy (UV-DRS). Photocatalytic activities were observed by using methylene blue (MB) solution under Ultraviolet (UV) light and visible light irradiation using photocatalytic activity of ZnO/TiO2 metal oxide mixture as comparison. The result shows sample with 0.5 ratio molar of CuO have higher degradation capability on both UV light and visible light irradiation. Photocatalytic activity optimum condition were obtained at pH 13, 0.2 g/L of photocatalyst and 20 mg/L of MB initial concentration."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S60216
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vera Barlianti
"Pencemaran lingkungan karena tumpahan minyak dapat menjadi masalah, tidak hanya dalam konteks lingkungan, tetapi juga dampak ekonomi, dan persepsi publik. Salah satu jenis senyawa yang terdapat di dalam minyak bumi yang memberi efek negatif terhadap lingkungan dan kesehatan adalah PAH (Polycyclic Aromatic Hydrocarbon). Salah satu metode alternatif untuk menangani cemaran PAH dalam air adalah metode adsorpsi. Dalam literatur telah banyak disebutkan bahwa PDMS (Polydimethylsiloxane) memiliki kapasitas adsorpsi yang baik terhadap beberapa senyawa organik hidrofobik, salah satunya adalah PAH.
Penelitian ini bertujuan memperoleh material alternatif untuk mengatasi masalah pencemaran PAH dalam air, yaitu suatu komposit antara silika dan oksida besi yang permukaannya direkayasa dan diaktifkan (fungsionalisasi) dengan penambahan senyawa silan. Ruang lingkup penelitian meliputi pembentukan komposit silika dan oksida besi, fungsionalisasi komposit oksida besi pada silika dengan senyawa silan, dan uji adsorpsi PAH pada material komposit terfungsionalisasi.
Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa proses fungsionalisasi pada adsorben yang terbuat dari komposit oksida besi pada silika berhasil membentuk ikatan Si-O-Si dan Fe-O-Si yang berperan dalam penyisihan phenanthrene dalam air, dan memberikan luas permukaan yang cukup besar, yaitu 116,43 m²/g. Luas permukaan tersebut memberikan kapasitas adsorpsi maksimum terhadap phenanthrene sebesar 11,53 mg phenanthrene/g adsorben.

Environmental pollution caused by oil spill can be a serious problem in environmental context, economic impact, and public perception. PAHs is the compounds in crude oil that give negative effects to the environment. An alternative method to treat the PAHs is using adsorbent materials. Some literatures mentioned that poly (dimethylsiloxane) has good adsorption capacity of some hydrophobic organic compounds, e.g. PAHs.
This research wants to get an alternative material as the adsorbent to remove PAH in water, That materials is iron oxide-silica composite that functionalized by silane compound. Area coverage of this research involves forming of iron oxide-silica composite, functionalization of the composite with silane compound, and adsorption test of PAH onto functionalized composite.
The result showed that functionalization of iron oxide onto silica composite can form Si-O-Si and Fe-O-Si bonding that played an important role in phenanthrene removal. Specific surface area and maximum adsorption capacity of this adsorbent are 116,43 m²/g and 11,53 mg phenanthrene/g adsorbent respectively.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
T26661
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>