Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 112014 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Belia Astoria
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas penerapan axiality dan fluidity dalam arsitektur. Skripsi ini
adalah penulisan dari hasil studi literatur dan studi kasus proyek mengenai
definisi, peran dan penerapan axiality dan fluidity dalam merancang arsitektur.
Axiality dihubungkan dengan garis lurus, sedangkan fluidity menjadikan garis
tersebut menjadi lebih fleksibel. Hasil skripsi ini menjelaskan bagaimana axiality
dan fluidity dalam penerapan arsitektur untuk menambah ragam kemungkinan
hasil rancangan. Axiality dan fluidity yang dipilih dengan tepat dapat
menyelaraskan keindahan rancangan dengan fungsinya

ABSTRACT
This thesis explains about the practice of axiality and fluidity in architecture. It is
a writing of literature and case studies about the definition, role, and practice of
axiality and fluidity in architecture design. Axiality is linked with straight lines
while fluidity turns the line to be more flexible. The result of this thesis explains
how axiality and fluidity in architecture practice can generate various design
possibilities. Axiality and fluidity, if chosen properly, can bridge the gap between
the design?s beauty and its function
;"
2016
S65099
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deandra Adellia Shavira
"Fluiditas merupakan karakteristik yang menggambarkan kondisi ketidakstabilan air. Ketidakstabilan ini memungkinkan air untuk dapat memberikan manfaat ataupun menimbulkan kerugian. Fenomena tersebut terjadi pada konteks Pasar Terapung Lok Baintan, dimana identitasnya sedang terancam akibat banjir yang sering melanda. Berdasarkan narasi tersebut, perancangan tugas akhir ini bertujuan untuk membayangkan kembali cara baru untuk hidup berdampingan dengan fluiditas air. Hal ini dicapai dengan cara merancang untuk mempertahankan identitas yang ada (Pasar Terapung) dan beradaptasi terhadap bencana yang sedang berlangsung (banjir).

Fluidity is a characteristic that describes the unstable state of water. This instability allows water to be able to provide benefits or cause harm. This phenomenon occurs in the context of the Lok Baintan Floating Market, where its identity is being threatened due to frequent flooding in the area. Based on the given narrative, the design of this final project aims to reimagine a new way to coexist with the fluidity of water. This aim is achieved by designing to preserve the existing identity (The Floating Market) and adapt to the ongoing disaster (The Flooding of The Floating Market)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tyas Amalia Prihatini
"Keberadaan karakter non-heteronormatif di serial televisi Amerika semakin terlihat lebih banyak. Publik kini lebih familiar dengan karakter LGBT. Namun, terdapat sebuah stereotipe yakni semua karakter non-heteronormatif diklasifikasikan sebagai LGBT. Riverdale (2017- 2019) terlepas dari stereotipe ini dengan menggambarkan sexual fluidity. Serial televisi Riverdale diadaptasi dari buku komik tahun 1970 dengan alur cerita mengenai kehidupan remaja di Riverdale. Riset sebelumnya mengenai sexual fluidity fokus pada analisis data survei, pengamatan, dan sejarah. Tujuan dari riset ini adalah untuk menginvestigasi bagaimana seksualitas yang berubah-ubah direpresentasikan di serial televisi Amerika, Riverdale. Dengan menggunakan teori Diamond mengenai sexual fluidity (2009), riset ini menemukan bahwa meskipun terdapat beberapa karakter dengan karakteristik sexual fluidity, mereka masih terpengaruh norma heteronormatif.

Non-heteronormative characters have become more visible in American TV series. The public are more familiar with LGBT characters now. However, there is a common stereotype that all non-heteronormative characters are classified as LGBT. Riverdale (2017-2019) breaks away from this stereotype by portraying sexually fluid characters. Riverdale TV series is adapted from 1970s comic book with a plot revolving around teenagers life on Riverdale. Previous sexual fluidity research focus on data analysis of survey, observation, and history. The aim of this research is to investigate how sexual fluidity is represented on Riverdale TV series. Using Diamond`s (2009) theory of sexual fluidity, this research found that although there are some sexually fluid characters, they still follow heternormative norms to some extent."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Fahita Farah Nesyia
"Tren gender fluidity dalam fesyen dimulai pada awal 2016. Louis Vuitton dan Ralph Lauren adalah merek yang turut mempromosikan isu gender fluidity dalam kampanye mereka, The Heroin dan Denim & Supply. Makalah ini bertujuan untuk menyelidiki tanda-tanda yang mewakili fluiditas gender dalam kedua kampanye iklan. Untuk memeriksa masalah dalam iklan, makalah ini menggunakan perspektif semiotik dengan menerapkan konsep dari Selby & Cowdery (1995) dan Goffman's Gender Advertisements (1976). Konsep tatapan laki-laki Laura Mulvey (1975) juga dimasukkan untuk menyelidiki gerakan kamera yang dapat menggambarkan obyektifikasi perempuan di kedua iklan. Makalah ini menemukan bahwa kedua iklan tampaknya menantang norma-norma dan stereotip gender yang konservatif yang terlihat melalui mise-en-scène. Namun, ketika kedua iklan dianalisis, ada indikasi yang mengarah pada objektifikasi tubuh perempuan yang dapat dilihat melalui kode teknis. Dalam iklan Louis Vuitton, model yang merepresentasikan fluiditas gender, yang berjenis kelamin laki-laki, tidak banyak muncul, sementara dalam iklan Ralph Lauren, model perempuan yang merepresentasikan fluiditas gender lebih banyak terekspos dan cenderung terobjektifikasi oleh pergerakan kamera.

The trend of gender fluidity in fashion began in early 2016. Louis Vuitton and Ralph Lauren are the brands which engage the issue of gender fluidity in their campaigns, The Heroine and Denim & Supply. This paper aims to investigate the signs which represent gender fluidity in both advertisement campaigns. To examine the issue in the advertisements, this paper uses semiotic perspective by applying semiotic concept from Selby & Cowdery (1995) and Goffman’s Gender Advertisements (1976). Also, Laura Mulvey’s concept of male gaze (1975) is included to investigate the camera movement that may illustrate women’s objectification in both advertisements. This paper finds that both advertisements seem to challenge the conservative gender norms and stereotypes that are seen through the mise-en-scène. However, as both advertisements analyzed, there is an indication to objectify women’s body that can be seen through the technical codes. In Louis Vuitton’s advertisement, the gender-fluid model, who is a male, does not appear much, while in Ralph Lauren’s campaign, the gender-fluid female model gets more exposure and is objectified by the camera movement."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya. Universitas Indonesia, 2019
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Azzahra Febrianti Mulyo
"Perkembangan kebutuhan aluminium pada industri manufaktur automotif motor dan mobil. Saat ini banyak aluminium sekunder hasil dari industri yang tidak didaur ulang karena khawatir sifatnya tidak sebaik ingotnya karena sering ditemukan adanya inklusi dan rendahnya nilai fluiditas yang menyebabkan penurunan kualitas pada produk. Untuk mengetahui inklusi dan nilai fluiditas saat ini menggunakan alat PodFA dan Prefil, akan tetapi alat tersebut masih tergolong sangat mahal dikalangan industri. Oleh karena itu, penelitian ini saya akan membuat rancang bangun alat pengukur inklusi oksida dan nilai fluiditas yang progresif dan mampu divalidasi dengan baik menggunakan kalibrator vakum, massa, dan temperature serta dalam proses perancangannya menghabiskan dana yang cukup murah dibandingkan harga alat lainnya. Untuk memverifikasi alat tersebut dapat bekerja sesuai standarnya, maka dalam riset ini meenggunakan aluminium paduan untuk mengetahui keberadaan inklusi oksida dan nilai fluiditas. Variabel bebas yang digunakan yaitu variasi temperature tuang sebesar 720oC, 740oC, dan 760oC dan bahan yang digunakan untuk pengujian alat APIF adalah paduan aluminium AC8A. Hasil dari pengujian alat tersebut menghasilkan nilai fluiditas dan sampel yang akan dikarakterisasi untuk mengetahui keberadaan inklusi oksida. Untuk mengetahui inklusi oksida menggunakan karakterisasi sampel menggunakan OM (Optical Microscopy) dan SEM-EDS (Scanning Electron Microscope-Energy Dispersive X-Ray). Pada variasi temperature tuang mendapatkan nilai fluiditas yang optimal pada temperature 760oC dan massa yang tersaring setiap 10 detik sebesar 225,94 gram, 500,45 gram, dan 682,36 gram, sehingga semakin tinggi temperature tuang maka semakin bagus nilai fluiditas pada logam cair. Inklusi oksida yang ditemukan pada paduan aluminium adalah Al2O3, Al3Ti, MgO, Al4C3, dan Si (Refraktori Brick).

The development of aluminum demand in the automotive manufacturing industry of motorcycles and cars. Currently, there are many secondary aluminum products from the industry that are not recycled because they are worried that their properties are not as good as ingots because they are often found to have inclusions and low fluidity values which cause a decrease in product quality. To determine inclusions and fluidity values, PodFA and Prefil tools are currently used, but these tools are still very expensive in the industry. Therefore, in this research, I will design a progressive oxide inclusion and fluidity value measuring device that can be well validated using vacuum, mass, and temperature calibrators and in the design process spends quite cheap funds compared to the price of other tools. To verify the tool can work according to its standards, this research uses aluminum alloy to determine the presence of oxide inclusions and fluidity values. The independent variables used are cast temperature variations of 720oC, 740oC, 760oC and the material used for APIF tool testing is AC8A aluminum alloy. The results of testing the tool produces fluidity values and samples that will be characterized to determine the presence of oxide inclusions. To determine the oxide inclusions using sample characterization using OM (Optical Microscopy) and SEM-EDS (Scanning Electron Microscope-Energy Dispersive X-Ray). In the pouring temperature variation, the optimal fluidity value is obtained at a temperature of 760oC and the mass filtered every 10 seconds is 225.94 grams, 500.45 grams, and 682.36 grams, so that the higher the pouring temperature, the better the fluidity value in liquid metal. Oxide inclusions found in aluminum alloys are adalah Al2O3, Al3Ti, MgO, Al4C3 and Si (Refractory Brick)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Evan Putra Sukiman
"Sifat mampu cor (castability) yang baik menjadi hal yang sangat penting dalam menghasilkan produk aluminium dengan ukuran ketebalan yang relatif tipis dan bentuk yang rumit. Salah satu faktor yang mempengaruhi sifat mampu cor suatu logam dalam proses pengecoran adalah fluiditas (sifat mampu alir), khususnya untuk menghindari cacat-cacat yang sering terjadi pada benda cor. Umumnya jenis cacat yang mendominasi pada proses pengecoran aluminium tuang adalah keropos shrinkage, porositas gas, dan retak panas (hot tears). Akibat permasalahan tersebut, maka dilakukanlah penelitian dengan menambahkan modifier stronsium kedalam paduan aluminium silikon (Al-7%Si dan Al-11%Si) yang bertujuan untuk mendapatkan nilai fluiditas yang baik. Penelitian ini secara khusus bertujuan untuk mempelajari pengaruh variasi penambahan modifier stronsium (0%, 0.015%, 0.03%, dan 0.045%) terhadap morfologi struktur silikon paduan aluminium silikon (Al-7%Si dan Al-11%Si) pada temperatur tuang yang bervariasi (660_C, 680_C, 700_C, dan 720 _C) dengan menggunakan metode pengujian fluiditas vacuum suction test. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan temperatur sebesar 20_C pada paduan Al-7%Si dengan penambahan 0.03%Sr akan meningkatkan fluiditas sekitar 29.15% dan pada temperatur tuang 700_C, fluiditas dengan penambahan 0.015%Sr hingga 0.03%Sr (titik optimum) akan meningkat sekitar 13.51%. Sedangkan setiap kenaikan temperatur sebesar 20_C pada paduan Al-11%Si dengan penambahan 0.045%Sr akan meningkatkan fluiditas sekitar 8.9% dan pada temperatur tuang 680 _C, fluiditas dengan penambahan 0.03%Sr hingga 0.045%Sr (titik optimum) akan meningkat sekitar 23.13%. Penambahan 0.03%Sr pada paduan Al-7%Si akan menghasilkan struktur silikon yang lebih bulat dan tersebar merata. Hal yang sama terjadi pada paduan Al-11%Si dengan penambahan 0.045%Sr.

Good castability become a very important matter to produce aluminum product with relatively thin size and complicated shape. One of the factor that affect the castability of a metal in the casting process is fluidity, especially to avoid defects that often to be occured in the casting product. Kinds of defect which commonly dominate in the casting process of cast aluminum are shrinkage, gas porosity, and hot tears. Consequence of those problems, a research has been done by adding the strontium modifier into aluminum-silicon alloy (Al-7%Si and Al-11%Si) to obtain good fluidity. This research specifically headed for learning the effect of addition strontium modifier (0%, 0.015%, 0.03%, and 0.045%) to change the morphology of the silicon structure of aluminum silicon alloy (Al-7%Si and Al-11%Si) with the variation of cast temperature (660_C, 680_C, 700_C, and 720 _C) by using the vacuum suction test method. Result of this research indicate that for every rise of temperature about 20_C for Al-7%Si alloy with the addition of 0.03%Sr will improve the fluidity about 29.15% and at cast temperature of 700_C, the fluidity with addition of 0.015%Sr to 0.03%Sr (optimum point) will improve about 13.51%. Meanwhile for every rise of temperature about 20oC for Al-11%Si alloy with the addition of 0.045%Sr will improve the fluidity about 8.9% and at cast temperature of 680_C, the fluidity with addition of 0.03%Sr to 0.045%Sr (optimum point) will improve about 23.13%. Addition of 0.03%Sr for Al-7%Si alloy will exhibit fine, fibrous, and spread evenly of the silicon structure. A similar condition happen for Al-11%Si with the addition of 0.045%Sr."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S41773
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arie Wijaya
"Fe adalah jenis pengotor yang umum ditemukkan pada paduan aluminium. Pada umumnya pada aluminium, unsur Fe sangat merugikan karena dapat membentuk fasa intermetalik yang menyebabkan kegetasan pada paduan aluminium. Selain itu adanya unsur Fe juga dapat mengurangi castability dari paduan aluminium baik dalam pembentukkan porositas dari produk cor ataupun menurunkan nilai fluiditasnya. Pada penelitian ini akan di analisis besarnya pengaruh Fe terhadap pembentukkan fasa intermetalik dan pengaruhnya terhadap fluiditas paduan eutektik aluminium-silikon. Penelitian ini menggunakan bahan master alloy paduan Al-11%Si untuk menghindari pengaruh unsur paduan lain terhadap pembentukkan intermetalik ataupun fluiditasnya. Pada penelitian ini menggunakan variable temperature tuang 660_C,680_C, 700_C, dan 720_C. Selain itu pengujian ini juga menggunakan variable kadar Fe diantaranya; 0,6%, 0,8%, 1%, dan 1,2%. Jenis pengujian yang digunakan untuk mengetahui pengaruh Fe terhadap pembentukkan fasa intermetalik dan fluiditasnya antara lain; pengujian fluiditas dengan alat vacuum suction, pengujian komposisi material, pengamatan mikrostruktur dengan menggunakan SEM yang disertai dengan EDX. Dari hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa meningkatnya kadar Fe akan menurunkan fluiditas dari paduan eutektik, yang dipengaruhi pembentukkan fasa intermetalik AlFeSi. Semakin besar fasa intermetalik akan menghalangai feeding logam cair sehingga menurunkan fluiditasnya. Selain itu jumlah fasa intermetalik terhadap matriks aluminium juga berpengaruh terhadap pengurangan fluiditas berkaitan dengan meningkatnya viskositas logam cair. Dari hasil pengujian yang didapat menjelaskan bahwa adanya Fe akan menimbulkan fasa intermetalik yang dapat mengurangi nilai fluiditas logam aluminium cair.

Iron is a kind of common impurities in aluminium alloy. Iron have detrimental effect in aluminium alloy because Fe can form intermetallic phase that causing embrittlement in mechanic properties. Beside that iron can produce porosity in casting product and reduce the fluidity of aluminium molten. This research will analyze effect of iron that reducing the fluidity Aluminium-Silikon eutectic. This research using master alloy aluminium-silikon eutectic alloy for avoid influence other alloy to form intermetallics and fluidity. This research using pouring temperature variables such as; 660_C, 680_C, 700_C, and 720_C. Beside that this research also using variable of iron concentration in 0,6%, 0,8%, 1%, and 1,2%. The research including fluidity testing with vacuum suction tool, composition examination of materials, and observation microstructure by SEM that followed with EDX. In the results showing increasing concentration of iron will reduce the fluidity that related the formation of intermetallics in microstructure. More coarse the intermetallics tend to reduce fluidity of liquid aluminium because presence of coarse intermetallics interferes with feeding. Beside that amount of intermetallics to matrix aluminium will increasing the viscosity aluminium liquid.So, increasing amount of intermetallics will also reduce the fluidity. The results of this fluidity testing can explain increasing concentration of iron in eutektik aluminium-silicon will produce of intermetallics. This intermetalics will reduce the fluidity with interfere feeding and increasing the viscosity."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S41710
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Baskoro
"Besi merupakan elemen pengotor dalam paduan aluminium tuang yang bersifat merusak jika kadarnya berlebih. Kehadiran elemen ini dalam paduan aluminium umumnya dihasilkan dari penggunaan peralatan baja dan penambahan material scrap saat proses pengecoran. Pada kondisi kesetimbangan, kelarutan padatan besi dalam larutan padat aluminium sangat rendah (~0,05%) sehingga akan membentuk fasa intermetalik di dalam paduan aluminium. Pada paduan Al-Si, fasa intermetalik yang umum terbentuk adalah ?-Al8Fe2Si, yang berbentuk chinese script, dan ?-Al5FeSi, yang berbentuk jarum. Kehadiran fasa intermetalik ini, terutama ?-Al5FeSi, dapat menurunkan sifat mampu cor dan sifat mekanis paduan Al-Si. Banyak faktor yang mempengaruhi pembentukan fasa intermetalik dalam paduan aluminium, antara lain komposisi paduan, superheat leburan, laju pendinginan, dsb. Penelitian ini memfokuskan pada pengaruh kadar besi dan temperatur tuang terhadap sifat mampu cor, khususnya nilai fluiditas serta morfologi fasa intermetalik yang terbentuk pada paduan Al-Si hipoeutektik. Pengujian nilai fluiditas paduan Al-Si hipoeutektik ini dilakukan dengan menggunakan alat uji fluiditas vakum. Kadar besi yang bervariasi, yaitu 0,5 wt%, 1,0 wt%, 1,4 wt% dan 1,8 wt%, ditambahkan ke dalam paduan Al-Si hipoeutektik untuk mengetahui pengaruh kadar besi terhadap nilai fluiditas. Pengujian fluiditas ini dilakukan pada temperatur tuang yang bervariasi, yaitu 660_C, 680_C, 700_C dan 720_C, sehingga pengaruh superheat leburan terhadap fluiditas juga dapat diketahui. Untuk mengetahui morfologi fasa intermetalik yang terbentuk dilakukan pengamatan sampel hasil uji fluiditas dengan menggunakan Scanning Electron Microscope (SEM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan peningkatan temperatur tuang maka nilai fluiditas paduan Al-Si hipoeutektik akan semakin meningkat, namun dengan penambahan kadar besi maka nilai fluiditas akan semakin menurun. Hal ini dikarenakan dengan penambahan kadar besi maka ukuran dan jumlah fasa intermetalik yang berbentuk jarum (?-Al5FeSi) akan semakin bertambah. Fasa intermetalik tersebut akan menghalangi saluran interdendritik sehingga logam cair semakin sulit untuk masuk ke dalam cetakan.

Iron is the most common and usually (at high level) detrimental impurity in aluminum casting alloys. The impurity in aluminum alloy results mainly from the use of steel tools and scrap material in casting process. As the equilibrium solid solubility of iron in the aluminum solid solution is rather low (~0,05%), iron exists in aluminum alloy in the form of Fe-rich intermetallic phases. In Al-Si hypoeutectic alloy, the most common intermetallic phases are ?-Al8Fe2Si (appears in the form of chinese script) and ?-Al5FeSi (appears in the form of platelet). The presence of intermetallic phases, especially ?-Al5FeSi, reduce castability and mechanical properties. Many factors that influence of intermetallic formation, such as alloy composition, melt superheating, cooling rate, etc. The research focused on effect iron content and pouring temperature on castability, especially fluidity and morphology intermetallic phases that form in Al-Si hypoeutectic alloy. Research on the fluidity in Al-Si hypoeutectic alloy was conducted by using the vacuum suction test. Varied iron levels, 0.5 wt%, 1.0 wt%, 1.4 wt% and 1.8 wt%, were introduced into Al-Si hypoeutectic alloy to find out their influences on the fluidity. The research was done at varied temperatures, 660_C, 680_C, 700_C and 720_C, so effect melt superheating on fluidity could be identified. Afterwards, sample of fluidity test are observed by using Scanning Electron Microscope (SEM) to identify size and morphology their intermetallic phases. The results obtained showed that the increasing pouring temperature improve the fluidity of Al-Si hypoeutectic alloy. On the other hand, the increasing iron content reduce the fluidity of Al-Si hypoeutectic alloy due to size and volume fraction of intermetallic phases, especially ?-Al5FeSi (needle-like), will increase. The intermetallic phases causes interdendritic flow channels blocked thus the flow of liquid metal more difficult to feed in the mold."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S41708
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nofec Budiarto
"EZDA 3 merupakan paduan seng alumunium (Zn-4%Al) yang memiliki kombinasi yang baik dengan sifat mekanis, castability, dan stabilitas dimensi. oleh karena itu, paduan ini banyak dipakai pada pengecoran die casting. Pada industri peleburan seng pemanfaatan scrap masih kurang banyak dilakukan. Hal ini disebabkan karena adanya unsur pengotor yang dapat mengurangi castability. Untuk mendapatkan seng yang bebas dari pengotor relatif mahal karena diperlukan proses pemumian terlebih dahulu. Salah satu elemen pengotor yang terkandung dalam seng adalah unsur Fe. Adanya unsur Fe di dalam seng merugikan sifat mekanis(keuletannya turun) dan fluiditas Akibat permasalahan tersebut, maka dilakukan penelitian dengan menambahkan unsur besi ke dalam paduan EZDA 3 (Zn-4%Al) yang bertujuan mendapatkan nilai fluiditas, kekerasan dan kekuatan tarik. Penelitian ini secara khusus bertujuan untuk mempelajari pengaruh variasi penambahan besi (0%, 0,1% dan 0,2%) terhadap morfologi struktur paduan ini pada temperatur tuang 420°C dengan menggunakan metode pengujian fluiditas vacuum section test. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Mikrostruktur seng alumunium (Zn4%Fe) berwama putih merupakan fasa 11 dengan bulatan hitam didalamnya merupakan fasa a. Peningkatan komposisi Fe 0,04% dan 0,19%, membentuk fasa intermetalik dengan senyawa yang terbentuk FeAh. Penambahan Unsur Fe meningkatkan jumlah dan ukuran fasa intermetalik yang terbentuk, menurunkan nilai fluditas dari 27,2 hingga 21 em, dan meningkatkan kekerasan dari 38,4 hingga 45 HRB dan meningkatkan nilai kekuatan tarik pada angka 232 Mpa di komposisi 0,04% Fe dan menurun pada angka 77 Mpa di komposisi 0,19% Fe.

EZDA 3 is an aluminum zinc alloy (Zn-4% AI) which has a good combination of mechanical properties, castability, and dimensional stability. therefore, this alloy is widely used in die casting foundry. On the utilization of scrap zinc smelting industry is still lacking a lot done. This is because the impurity element which can reduce castability. To get free from the impurities of zinc is relatively expensive because of the purification process is required in advance. One of the impurity element contained in the zinc is the element Fe. The appearance of Fe element in the reduce zinc alloy ductility and fluidity. The research done by adding iron to the alloy elements EZDA 3 (Zn-4% AI) which aims to get the fluidity, hardness and tensile strength. This study specifically aims to study the effect of variations in the addition of iron (0%, 0.1% and 0.2%) of the morphological structure of these alloys at temperatures of 420°C castings testing using vacuum fluidity test section. These results showed that the microstructure of aluminum zinc (Zn-4% Fe) in white color is the phase 11 with black dots inside is a phase. Increased in the composition of Fe 0.04% and 0.19%, formed intermetallic phases with a compound formed FeAh. The addition of Fe element increases the number and size of the intermetallic phases, the lower the value of fluidity from 27.2 to 21 em, and increased the hardness of 38 to 45 HRB and increased the value of tensile strength of 232 MPa at number the composition of 0.04% Fe and decreased in number 77 MPa at 0.19% Fe composition."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S65236
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Latar belakang: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kadar F2α-isoprostan, aktivitas enzim Na+-K+ ATPase dan fluiditas membran sel sinsitiotrofoblas plasenta penderita pre-eklampsia yang diberi vitamin E.
Metode: Penelitian dilakukan pada bulan September 2003 ? Februari 2005 di Rumah Sakit Bersalin Budi Kemuliaan, Jakarta Pusat. Sampel penelitian adalah 6 wanita pre-eklampsia yang mendapatkan vitamin E, 6 wanita pre-eklampsia yang tidak mendapat vitamin E dan 6 wanita hamil normal. F2α-isoprostan diukur dengan ELISA Reader pada λ = 450 nm. Fluiditas diukur dengan membandingkan rasio molar kolesterol total dan kadar fosfolipid membran sel. Kolesterol diukur menggunakan Modular C800 dengan reagen Roch. Fosfolipid diukur menggunakan spektrofluorometer Shimadzu RF5301PC dengan filter eksitasi 267 nm dan emisi 307 nm. Aktivitas Na+-K+ ATPase dihambat dengan ouabain. Produksi Pi diukur dengan metode Fiske dan Subbarow menggunakan spektrofotometer pada λ = 660 nm. Data dianalisis menggunakan uji F melalui ANOVA 1 arah.
Hasil: Pemberian vitamin E pada penderita pre-eklampsia menurunkan stres oksidatif dengan indikasi turunnya F2α-isoprostan secara bermakna (26,72 ± 11,21 vs 41,85 ± 7,09 ng/mL, p = 0.017). Vitamin E mampu menangkal radikal bebas sehingga peroksidasi fosfolipid dapat dihambat dan fluiditas membran sel dapat dipertahankan pada 0,39 ± 0,08 dibandingkan tanpa pemberian vitamin E yaitu 0,53 ± 0,14 (p = 0,024). Aktivitas enzim Na+-K+ ATPase membran sel sinsitiotrofoblas tidak dipengaruhi oleh vitamin E (p = 0,915).
Kesimpulan: Suplementasi vitamin E pada wanita pre-eklampsia menurunkan kadar F2α-isoprostan, mempertahankan fluiditas membran sel, namun tidak meningkatkan aktivitas enzim Na+-K+ ATPase sel sinsitiotrofoblas.

Abstract
Background: The aim of our study was to analyze F2α-isoprostane level, Na+-K+ ATPase activity and placental syncytiotrophoblast cell membrane fluidity in preeclamptic women who received vitamin E supplementation.
Methods: The study was conducted between September 2003 and February 2005 at Budi Kemuliaan Maternity Hospital, Central Jakarta. Samples were 6 preeclamptic women with vitamin E supplementation, 6 preeclamptic women without vitamin E supplementation and 6 normal pregnant women. The dose of vitamin E was 200 mg daily. F2α-isoprostane was measured with ELISA reader at λ of 450 nm. Cell membrane fluidity was measured by comparing the molar ratio of total cholesterol and cell membrane phospholipid concentration. The cholesterol was measured by Modular C800 using Roche reagent. Phospholipid was measured by Shimadzu RF5301PC spectrofluorometer (excitation 267 nm, emission 307 nm). Na+-K+ ATPase activity was inhibited by ouabain. Pi production was measured with Fiske and Subbarow method using spectrophotometer at λ of 660 nm. Data was analyzed using F test with one-way ANOVA.
Results: Vitamin E supplementation in preeclamptic women decreased the oxidative stress, indicated by significantly lower level of F2α-isoprostane compared to those without vitamin E (26.72 ± 11.21 vs 41.85 ± 7.09 ng/mL, respectively, p = 0.017). Membrane fluidity in syncytiotrophoblast cell of preeclampsia with vitamin E group was maintained at 0.39 ± 0.08 while in those without vitamin E was 0.53 ± 0.14 (p = 0.04). Na+-K+ ATPase activity in syncytiotrophoblast cell membrane was not affected by vitamin E (p = 0.915).
Conclusion: Vitamin E supplementation in preeclamptic women decreases F2α-isoprostane level and maintains cell membrane fluidity of syncytiotrophoblast cells; however, it does not increase Na+-K+ ATPase enzyme activity."
[Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Universitas Negeri Jakarta. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam], 2012
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>