Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 174573 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lukita Purnamasari
"Dukungan keluarga adalah dukungan yang diberikan secara sistematis oleh anggota keluarga lainnya meliputi dukungan emosional, instrumental, dukungan informasi dan penghargaan, dan dukungan untuk memfasilitasi anggota keluarga dalam melakukan kontak sosial dengan masyarakat. Motivasi merupakan suatu proses yang menjelaskan tentang intensitas, arah, dan ketekunan seseorang untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Penelitian bersifat kuantitatif dengan deskripsi korelasi, menggunakan teknik total sampling dengan jumlah sampel 51 orang. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah dukungan keluarga dan variabel terikat adalah motivasi. Pengambilan data penelitian ini menggunakan kuesioner.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 56,9% pasien memperoleh dukungan keluargayang baik dan 56,9% pasien memiliki motivasi tinggi. Dari hasil uji korelasi chi square diperoleh tidak ada hubungan antara dukungan keluarga dengan motivasi mengikuti program rehabilitasi, nilai α 0,152 (˃0,05). Ini berarti motivasi dipengaruhi oleh banyak faktor lain tidak hanya dukungan keluarga. Fenomena yang muncul saat ini dimana pasien penyalahguna NAPZA datang ke tempat rehabilitasi tersangkut masalah hukum yang menurut undang-undang wajib mengikuti rehabilitasi. Penelitian ini perlu ditindak lanjuti lebih mendalam dengan penelitian kualitatif, tentang faktor - faktor lain yang mempengaruhi motivasi penyalahguna NAPZA mengikuti program rehabilitasi.

Family support is kind of support given systematically by other family members that includes. Emotional support, material, information and services, and support to facilitate family members to do social contact with community. Motivation is a process that describes the intensity, direction and persistence of a person to achieve the expected goals.This research is a quantitative study with correlation design that used total sampling technique with a sample of 51 people. The independent variable in this study is family support and the dependent variable is the motivation. Datas were collected by a questionnaire.
The results showed that 56.9% samples got the support of their families and had high motivation. The chie square test showed that there is no correlation between family support and motivation to undergo the rehabilitation program (α = 0,152). This means that the motivation is influenced by many factors beside the family support. a phenomenon that currently happens is drugs abusers come to a rehabilitation program due to legal problems in which they have an obligation to undergo a rehabilitation. This study needs to get followed up with a qualitative study, about other factors affecting the substance abusers attending rehabilitation program.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S64852
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luqman Aminnudin
"Masalah penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif (NAPZA) di Indonesia terus meningkat, menciptakan dampak serius pada kesehatan fisik, mental, sosial, dan ekonomi pasien. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan kepatuhan waktu kontrol dengan kualitas hidup pasien NAPZA yang menjalani program rehabilitasi rawat jalan di RSKO Jakarta. Desain penelitian kuantitatif deskriptif analitik dengan pendekatan cross-sectional digunakan, melibatkan 133 responden yang dipilih secara purposive sampling. Data dikumpulkan melalui kuesioner terstruktur dan dianalisis menggunakan uji Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas pasien memiliki kepatuhan waktu kontrol tinggi, namun kualitas hidup yang bervariasi. Analisis statistik tidak menemukan hubungan signifikan antara kepatuhan waktu kontrol dan kualitas hidup pasien (p > 0,05). Temuan ini menyoroti perlunya penelitian lebih lanjut terhadap faktor lain seperti dukungan sosial dan kondisi kesehatan mental. Hasil ini diharapkan menjadi bahan pengembangan program rehabilitasi multidimensional untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.

The issue of drug abuse, including narcotics, psychotropic substances, and addictive substances (NAPZA), continues to rise in Indonesia, causing serious impacts on the physical, mental, social, and economic health of patients. This study aims to analyze the relationship between adherence to follow-up schedules and quality of life in NAPZA patients undergoing outpatient rehabilitation at RSKO Jakarta. A quantitative descriptive analytic design with a cross-sectional approach was used, involving 133 respondents selected through purposive sampling. Data was collected using structured questionnaires and analyzed using the Chi-Square test. The results indicate that the majority of patients had high adherence to follow- up schedules, but their quality of life varied. Statistical analysis showed no significant relationship between adherence to follow-up schedules and quality of life (p > 0.05). These findings highlight the need for further research on other factors such as social support and mental health conditions.. The results are expected to contribute to the development of more comprehensive, multidimensional rehabilitation programs to improve patients' quality of life."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lukman Herawan
"Dukungan keluarga keluarga merupakan salah satu faktor keberhasilan rehabilitasi dan kekambuhan. Kambuh atau relapse merujuk pada kembalinya perilaku penyalahgunaan narkoba secara rutin setelah sebelumnya mengalami pemulihan. Tulisan ini bertujuan untuk Mengeksplorasi hubungan antara variabel independen (dukungan keluarga) dengan variabel dependen (risiko kekambuhan). Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan pendekatan analitik korelasi. Teknik yang digunakan adalah teknik sampling, dan jumlah sampel yang diambil adalah 90 orang. Dalam penelitian ini, variabel bebas adalah dukungan keluarga, sedangkan variabel terikat adalah risiko kekambuhan. Pengambilan data penelitian ini menggunakan kuesioner. Hasil penelitian uji statistik menggunakan Pearson Likelihood Ratio menghasilkan nilai α = 0,745 (α > 0,05), yang menunjukkan tidak adanya hubungan signifikan antara dukungan keluarga dan risiko kekambuhan. Temuan ini menunjukkan bahwa risiko kekambuhan dipengaruhi oleh berbagai faktor lain, tidak hanya dukungan keluarga. Penelitian selanjutnya harus mengidentifikasi faktor-faktor lain yang dapat memengaruhi risiko kekambuhan, seperti lingkungan sosial dan kesehatan mental. Rekomendasi untuk pasien, berkomunikasi secara terbuka dengan keluarga tentang kebutuhan selama masa pemulihan.

Family support is one of the success factors of rehabilitation and relapse. Relapse refers to a return to regular drug abuse behavior after a period of recovery. This paper aims to explore the relationship between the independent variable (family support) and the dependent variable (risk of relapse). This study is quantitative in nature with a correlation analytic approach. The technique used was sampling technique, and the number of samples taken was 90 people. In this study, the independent variable is family support, while the dependent variable is the risk of recurrence. Data collection in this study used a questionnaire. The results of statistical test research using Pearson Likelihood Ratio resulted in a value of α = 0.745 (α > 0.05), which indicates the absence of a significant relationship between family support and the risk of recurrence. This finding suggests that the risk of relapse is influenced by various other factors, not only family support. Future research should identify other factors that may influence relapse risk, such as social environment and mental health. Recommendations for patients, communicate openly with the family about needs during the recovery period."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irma Oktarina
"Manusia melakukan atau berbuat sesuatu pada dasamya didorong oleh suatu faktor penggerak yang disebut motivasi. Hasil penelitian menyatakan bahwa 52% pasien NAPZA yang sedang menjalani rehabilitasi di RSKO Jakarta memiliki motivasi sembuh yang tinggi. Hal tersebut memberi gambaran bahwa pasien NAPZA memiliki dorongan untuk sembuh dari ketergantungan obat, baik dorongan di luar maupun dari dalam individu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi motivasi sembuh pasien NAPZA yang sedang menjalani rehabilitasi di RSKO Jakarta. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif sederhana dengan populasi sampel 25 orang pasien rehabilitasi rawat inap di RSKO Jakarta. Data diolah dengan analisis univariat dan ditata dalam bentuk tabel distribusi proporsi. Penelitian ini juga mengidentifikasi motivasi sembuh responden berdasarkan aspek keyakinan, lingkungan, pengaruh orang lain dan penghargaan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi tenaga kesehatan untuk dapat meningkatkan pelayanan yang dapat memotivasi pasien dengan mengembangkan komunikasi terapeutik yang tepat."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2007
TA5567
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muharriza
"Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional, ada sekitar 3,5 juta orang penyalahguna NAPZA di Indonesia dan usia rata-rata pertama kali menggunakan adalah 15 tahun (BNN, 2004). Salah satu faktor yang ikut berkontribusi adalah faktor keluarga (Depkes, 2001). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan lingkungan keluarga dengan perilaku penyalahgunaan NAPZA. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional study, dengan tekhnik pengambilan sampel purposive sampling. Penelitian di lakukan pada klien rawat jalan di RSKO Jakarta dengan jumlah responden 79 orang, Metode pengumpulan data menggunakan angket yang sebelumnya telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas.
Hasil analisa univariat menunjukkan responden adalah Iaki-laki (93,7 %), usia saat ini > 25 tahun (54.4 %), pendidikan terakhir umumnya SMA (64,6 %) dan jenis NAPZA yang digunakan pertama kali sebagian besar adalah ganja / mariyuana (54,4 %). 54,4 % responden tinggal dilingkungan keluarga yang kondusif, usia pertama menggunakan terdapat 49,4 % dibawah 16 tahun dan tingkat penggunaan saat pertama mencari pertolongan ke fasilitas kesehatan sebagian besar sudah pada tingkat ketergamungan (83,5 %).
Sedangkan hasil uji bivariat dengan Chi-Square menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara lingkungan keluarga dengan usia pertama menggunakan NAPZA (p value=0,000; α = 0,05%), dengan OR 6,000 menunjukkan keluarga yang tidak kondusif berpeluang 6 kali dibandingkan keluarga yang kondusif dalam mempercepat seseorang mengkonsumsi NAPZA. tetapi tidak terdapat hubungan yang signifikan antara lingkungan keluarga dengan tingkat penggunaan NAPZA (p value=0,401; α = 0,05%).
Disarankan perlunya keluarga menyadari bahwa perilaku anak sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan keluarga. Tindakan preventif dimulai dari lingkungan keluarga, perlunya keluarga melakukan deteksi awal penyalahgunaan NAPZA pada anak agar dapat meminimalkan penyalahgunaan NAPZA. Perlu dilakukan penelitian dengan lingkup yang lebih luas mencakup jumlah sumpel dan variabel serta desain penelitian. Sampel diharapkan lebih banyak dan menyebar di berbagai wilayah, dengan variabel yang banyak serta perlu dilakukan penelitian dengan pendekatan cohor study."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2005
TA5460
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Selvina Isnaini
"Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan antara keberfungsian keluarga dan dukungan sosial pada remaja ketergantungan narkoba yang menjalani rehabilitasi. Pengukuran keberfungsian keluarga dilakukan dengan alat ukur Keberfungsian Keluarga yaitu McMaster Family Assessment Device (FAD) (Epstein, Ryan, Bishop, Miller, & Keitner, 2003) dan pengukuran Dukungan Sosial yaitu alat ukur Berlin Social Support Scale (BSSS) (Schwarzer & Schulz). Partisipan berjumlah 40 remaja ketergantungan narkoba yang menjalani rehabilitasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara keberfungsian keluarga dan dukungan sosial pada remaja ketergantungan narkoba yang menjalani rehabilitasi (r = .666; p = .000).

This research was conducted to find correlation between family functioning and social support among adolescent substance dependency taking rehabilitation. Family functioning conflict was measured using a modification instrument named McMaster Family Assessment Device (FAD) (Epstein, Ryan, Bishop, Miller, & Keitner, 2003) and social support was measured using a modification instrument named Berlin Social Support Scale (BSSS) (Schwarzer & Schulz). The participants of this research were 40 adolescent substance dependency taking rehabilitation. The main result of this research showed that family functioning have a significant relation with social support among adolescent substance dependency taking rehabilitation (r = .666; p = .000)"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S45607
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Ni`Ma Hayati
"Fungsi keluarga merupakan salah satu hal yang penting dalam proses pemulihan pecandu NAPZA. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi gambaran pemenuhan fungsi keluarga terhadap anggota keluarga yang menjalani proses rehabilitasi NAPZA di RSKO. Desain penelitian ini adalah deskriptif dari 25 pasien yang menjalani rehabilitasi rawat inap di RSKO dengan teknik total sampling. Hasil penelitian mengidentifikasi pemenuhan fungsi keluarga; 72 % pada fungsi afektif, 64% pada fungsi ekonomi, 60% pada fungsi pemeliharaan kesehatan, 64% pada fungsi reproduksi, dan 48% pada fungsi sosialisasi. Secara umum, 60% responden terpenuhi fungsi keluarganya. Tenaga kesehatan, khususnya perawat, di unit rehabilitasi RSKO diharapkan dapat mengoptimalkan program-program yang mendukung interaksi antara pasien dengan keluarganya agar fungsi keluarga tetap terpenuhi selama proses rehabilitasi.

Functioning of family is the one important thing in the recovery process of drug addicts. This study aims to identify the description of the functioning of the family against family members undergoing drug rehabilitation in RSKO. This study design is descriptive of the 25 patients undergoing inpatient rehabilitation in RSKO with total sampling technique. Results of the study identify the functioning of the family; 72% on affective function, 64% in the functioning of the economy, 60% on health care function, 64% of the reproductive function, and 48% in the socialization function. In general, 60% of respondents met the family function. Health workers, particularly nurses, in rehabilitation unit of RSKO is expected to optimize the programs that support the interaction between patients with their families in order to keep the family functioning during the rehabilitation process.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S55603
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sahusilawane, Elvina Katerin
"Latar Belakang. Penyalahgunaan zat merupakan masalah global yang berkembang dengan angka kekambuhan yang cukup tinggi. Undang undang no 35 tahun 2009 mewajibkan semua penyalahguna zat untuk mengikuti rehabilitasi, namun terdapat perbedaan pendapat terkait efektifitas terapi berdasarkan keinginan untuk mengikuti rehabilitasi. Faktor yang turut berperan dalam keberhasilan rehabilitasi adalah tingkat kesiapan untuk berubah yang terlihat dari motivasinya. Implikasi UU no 35 dapat dilihat melalui perbedaan tingkat motivasi dan hubungannya dengan karakteristik serta mekanisme koping dari individu yang telah menjalani rehabilitasi berdasarkan keinginannya. Metode. Potong lintang melibatkan 100 orang penyalahguna zat yang telah mengikuti rehabilitasi selama periode bulan Juli-September 2014 di Balai Besar Rehabilitasi BNN. Pengukuran tingkat motivasi dengan instrumen University of Rhode Island Change Assessment Scale (URICA) dan mekanisme koping diukur dengan instrumen Brief-Coping Orientation to Problem Experienced (Brief-COPE). Hasil. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada tingkat motivasi antara penyalahguna zat yang mengikuti rehabilitasi secara sukarela dengan yang tidak sukarela setelah mengikuti proses terapi rehabilitasi. Terdapat hubungan antara tingkat motivasi dengan mekanisme koping (nilai p 0.001). Mekanisme koping yang digunakan pada subyek dalam penelitian berupa emotion-focus koping dan skor mekanisme koping yang terbanyak pada tingkat sedang. Simpulan. Tidak terdapat perbedaan tingkat motivasi pada penyalahguna zat yang telah menjalani rehabilitasi berdasarkan keinginan.
Background. Substance abuse is a growing global problem at a fairly high recurrence rate. Indonesia narcotics law no 35 in 2009 requires compulsory treatment for people with drug dependence, nevertheless there are many differences in opinions regarding the effectiveness of therapy based on the willingness to participate. Factors that contribute to the outcomes of rehabilitation s the readiness to change seen by motivation. The implications of the Law No. 35 can be seen through motivational level differences and its relationship with the characteristics and coping mechanisms of substance abusers who have undergone a rehabilitation based on the willingness to be rehabilitated. Method. A crosssectional involving 100 substance abusers who have undergone a rehabilitation program during the period July-September 2014 at BNN rehabilitation center. Motivation level measurement by University of Rhode Island Change Assessment Scale (URICA) instrument and coping mechanism by Brief-Coping Orientation to Problems Experienced (Brief-COPE) instrument. Result. There is no significant differences of motivational level between voluntary and compulsary substance abuser. There is a relationship between the level of motivation with coping mechanisms (p-value 0.001). Coping mechanisms used by the subject is emotionfocused coping with the highest score is at moderate level. Conclusion.There is no difference of motivational level among substance abusers who have undergone a rehabilitation program based on the willingness."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Immi Rizky Budiyani
"Maraknya penyalahgunaan NAPZA suntik, membuat pemerintah mendirikan Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) untuk mengurangi dampak buruk akibat pemakaian NAPZA suntik, sehingga diharapkan meningkatnya derajat kesehatan penasun. Namun salah satu permasalahan dalam penerapan PTRM adalah kepatuhan pasien. Berdasarkan hal itu, dilakukan penelitian cross sectional terhadap 51 sampel agar diketahui faktor yang berhubungan dengan ketidakpatuhan mengikuti terapi metadon di RSKO Cibubur.
Hasil penelitian menunjukkan ketidakpatuhan sebesar 37,3%. Diketahui penasun dengan umur <30 tahun (66,7%), berjenis kelamin laki-laki (40%), pendidikan tinggi (37,5%), tidak bekerja (44,4%), pengetahuan kurang (54,5%), sikap kurang (60%), jauh dari tempat pelayanan (38,7%), dukungan keluarga kurang (46,7%), dukungan petugas kesehatan kurang (50%), dukungan teman kurang (37,5%) dan keterpaparan informasi baik (41,7%) memiliki proporsi ketidakpatuhan lebih tinggi. Hasil uji Chi Square menyatakan terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan ketidakpatuhan mengikuti PTRM (p-Value 0,026; PR 2,261).

The rise of injecting drug use make government build Methadone Maintenance Treatment program (MMT) , in order to harmful reduction so that IDU’s health increased. But one of problems in applying MMT is adherence injection drug users. Based on that, cross sectional study carried out to 51 samples in order to know the factors related to disobedience in IDU who following MMT program in RSKO Cibubur.
The result shows disobedience is 37,3%. IDU with age less than thirty (66,7%), male (40%), high education (37,5%), didn’t have a job (44,4%), less knowledge (54,5%), less attitude (60%), far from health care (38,7%), less of family support (46,7%), less of health worker’s support (50%), less of friend support (37,5%) and have good exposure information (41,7%). Chi Square test results stated that there is a significant relationship between knowledge of the noncompliance following the MMT (p-Value 0.026; PR 2,261).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S46003
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulia Pratiwi
"Permasalahan mengenai penyalahgunaan narkoba dicerminkan salah satunya dari hal rehabilitasi penyalahguna narkoba. Survei BNN tahun 2015 menyatakan bahwa hanya sekitar 18 di kelompok rumah kos yang pernah mencari pelayanan rehabilitasi. Keterpaparan informasi narkoba merupakan faktor yang cukup penting dalam perubahan perilaku terlebih untuk melakukan rehabilitasi. Rumah kos merupakan populasi rumah tangga yang dianggap rawan terhadap penyalahgunaan narkoba. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan keterpaparan informasi narkoba dengan perilaku pencarian rehabilitasi di rumah kos.
Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Survei Prevalensi Penyalahguna Narkoba pada Kelompok Rumah Tangga di 20 Provinsi Tahun 2015 dan menggunakan desain penelitian Cross Sectional. Pada penelitian ini peneliti hanya mengambil populasi dan sampel pada rumah kos di 6 kota di 6 provinsi yaitu Medan, Jakarta, Surabaya, Pontianak, Makassar dan Manado.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyalahguna narkoba di rumah kos yang terpapar informasinya baik memiliki kecenderungan untuk melakukan perilaku pencarian rehabilitasi 3,8 kali lebih tinggi dibandingkan yang terpapar informasinya kurang baik setelah dikontrol oleh variabel umur, pekerjaan dan pendapatan/uang saku perbulan.

The problem of drug abuse is reflected by the rehabilitation of drug abusers. Survey of BNN in 2015 said that only about 18 in boarding houses ever seek rehabilitation services. Exposure to drug information is an important factor in behavioral change especially for rehabilitation. Boarding house is vulnerable population to do drug abuse. The purpose of this study was to determin the relationship of drug information exposure with rehabilitation search behavior in boarding house.
This study uses secondary data from the Drug Abuse Prevalence Survey in Household in 20 Provinces Budget Year 2015 and uses Cross Sectional design study. In this study, only took the population and samples in boarding houses in 6 cities in 6 provinces namely Medan, Jakarta, Surabaya, Pontianak, Makassar and Manado.
The results of this study is drug abusers that exposed to good information have a tendency to conduct rehabilitation seeking behavior 3,8 times higher than those who exposed to poor information after controlled by age variable, occupation and income allowance per month.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S69405
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>