Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 126574 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ratu Hadianti Putri
"Pembakaran membara (Smoldering Combustion) merupakan fenomena pembakaran yang cukup unik, karena fenomena ini tidak memiliki lidah api. Fenomene smoldering ini dapat menjadi bahaya, karena karakteristik pembakaran yang lambat, temperatur rendah, flameless, dan proses pembakarannya dapat berkelanjutan. Fenomena ini dapat dapat terjadi pada material berpori baik yang bersifat organik maupun non-organik. Pembakaran membara pada material organik dapat menyebabkan kebakaran lahan hutan (wildland fire) baik pada permukaan tanah maupun di bawah tanah. Fenomena smoldering pada material organik ini dapat diteliti dengan material tembakau yang memiliki nilai ignition temperatur antara 380-620 oC. Dengan variasi kecepatan aliran udara serta penyalaan dari atas, sehingga perambatannya turun (downward). Pada penelitian ini dilakukan pengukuran distribusi temperatur, laju penurunan massa, serta ketebalan asap. Dimana ketika laju udara yang diberikan semakin cepat, maka proses pembakarannya akan semakin cepat juga.

Smoldering combustion is a phenomenon that is quite unique, because this phenomenon has no flame. This smoldering phenomenon can be a hazard, because of it?s characteristics. The characteristic of smoldering combustion is slow, low-temperatur, flameless and sustained. This phenomenon can occur on cellulose material both organic and non-organic. Smoldering combustion in organics material can cause a wildland fires, both in surface and inside the land. This phenomenon in orcanics material can learned with tobacco material that has ignition temperatue 380-620 oC.With air flow variation and from up ignition (downward propagation). In this research, obtained temperature distribution, mass loss rate and smoke opacity. Increase in air flow velocity cause increase in burning time."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S65007
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhilah Fitriani
"Pembakaran membara (smoldering) merupakan fenomena pembakaran yang perlu mendapatkan perhatian khusus, dimana telah dikaji luas namun terbatas dari sisi jenis material yang digunakan. Sehubungan dengan sifat pembakaran membara yang berlangsung untuk jangka wkatu yang lama membuat pembakaran membara ini sangatlah berbahaya. Bahaya yang dihasilkan tidak hanya untuk manusia namun juga bagi lingkungan. Sebuah eksperimen telah dilakukan untuk mempelajari tentang pengaruh yang dihasilkan oleh aliran udara yang diberikan terhadap pembakaran membara searah pada material selulosa berupa tembakau. Eksperimen dilakukan dalam skala kecil pada aparatus berbentuk silinder dalam arah vertikal dengan aliran udara terkontrol yang diberikan ke dalam silinder tersebut. Aliran udara yang diberikan dikontrol dengan menggunakan flowmeter. Data temperatur saat pembakaran berlangsung diukur dengan menggunakan termokopel tipe K untuk mendapatkan profil distribusi temperatur di dalam silinder. Timbangan digunakan selama pembakaran berlangsung untuk merekam massa untuk melihat laju penurunan massa dari material tembakau yang dibakar. Opacitymeter juga diletakkan di atas silinder untuk mengukur ketebalan asap yang dihasilkan dari pembakaran yang ada. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa besar aliran udara yang diberikan mempengaruhi distribusi temperatur, laju penurunan massa, dan juga ketebalan asap yang dihasilkan.

Smoldering fire is a phenomenon that is still less studied. To take in consideration of smoldering fire tendency which lasts for a really long time, smoldering fire brings so many bad effects not only to human but also to environment. An experiment has been conducted to study the effects of forced air flow on an upward forward oriented smoldering combustion of tobacco material. Experiments are done in a small-scale, vertically oriented smoldering cylindrical apparatus. The forced air flow was being controlled by a flowmeter. Temperature histories of tobacco are measured by 6 type-K thermocouples to get the temperature distribution profile inside the cylinder during the combustion. Weight-scale was being used to record the mass to get the mass loss rate of the tobacco. Opacitymeter was also being placed at the top of cylinder to record the smoke opacity produced by the combustion of the tobacco. The results show that the forced air flow effects the temperature distributions, mass loss rate of the tobacco, and the smoke opacity."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S64523
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sherly Veronica Abrila
"Smoldering atau pembakaran membara merupakan pembakaran yang tidak memiliki lidah api dan dapat berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama. Salah satu contoh pembakaran membara adalah kebakaran pada lapisan bawah lahan hutan atau lahan gambut. Kebakaran lahan hutan dan lahan gambut telah menjadi salah satu isu penting di Indonesia dan hingga saat ini belum ditemukan solusi yang efektif untuk mengatasinya. Material organik yang terdapat dalam struktur tanah dapat menjadi bahan mampu bakar ketika terdapat pemicu kebakaran hutan. Material organik yang sering kita temui dalam kehidupan sehari ? hari dalam bentuk rokok, yaitu tembakau, akan digunakan sebagai sampel pada eksperimen ini. Pada penelitian ini, akan dianalisis pengaruh densitas terhadap distribusi temperatur dan laju penurunan massa dari material tembakau. Selain itu, akan dibahas pula mengenai ketebalan asap yang dihasilkan dari pembakaran dengan variasi densitas yang berbeda. Variasi densitas yang digunakan pada eksperimen yaitu sebesar 0.12 ? 0.2 g/cm3. Hasil dari eksperimen ini adalah densitas sangat berpengaruh dalam proses pembakaran membara, karena kepadatan material menentukan banyaknya aliran udara dan panas yang melewati tumpukan material tersebut. Variasi densitas terendah yaitu 0.12 g/cm3 memiliki laju perambatan pembakaran membara dan laju penurunan massa yang paling cepat yaitu 0.069 mm/s dan 0.0072 g/s dan variasi densitas tertinggi yaitu 0.2 g/cm3 memiliki memiliki laju perambatan pembakaran membara dan laju penurunan massa yang paling lambat yaitu 0.018 mm/s dan 0.0039 g/s. Semakin padat material semakin lama pula asap naik ke permukaan karena akan lebih sulit untuk melewati tumpukan material tersebut.

Smoldering is a slow, flameless and the most persistent type of combustion. Wildland fire or ground fire is an example of smoldering combustion which has become one of the most important issue in Indonesia and no effective solution has been found to solve this phenomenon yet. The organic materials contained in peatland can potentially become a flammable fuel with the presence of a trigger for wildland fire. Tobacco as one of the organic material which can be found easily in daily life in a form of cigarette, will be used as a sample in this experiment. The relation between material density with temperature distribution and mass loss rate are conducted in the experiment. The optical density of the smoke produced by the smoldering combustion will also be analyzed. Experiments are carried out for the material density ranging from 0.12 ? 0.2 g/cm3. The result showed that smoldering combustion are affected by density, due to the allowance of airflow and heat propagation. The result showed that material bed with the lowest density of 0.12 g/cm3 has the slowest smoldering velocity and mass loss rate while the material bed with the highest density of 0.2 g/cm3 has the fastest smoldering velocity and mass loss rate and. The smoke will took a longer time to reach the bed surface as it will get harder to get through the bed with high density."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
S63454
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Duhita Anindyajati
"Pembakaran smoldering adalah tipe dari pembakaran yang unik, ditandai dengan pembakaran yang berkelanjutan, lambat, dan tanpa adanya lidah api. Smoldering menimbulkan ancaman serius, karena mampu menyalakan sumber panas yang lemah di sekitarnya yang dapat menyebabkan pembakaran flaming. Salah satu contoh yang paling umum dari pembakaran smoldering adalah rokok. Rokok juga merupakan salah satu penyebab utama kebakaran rumah, 20% kebakaran rumah di Amerika Serikat sekitar tahun 1992-1996 dimulai oleh rokok. Dengan demikian, kita perlu analisis karakterisasi rokok. Ketika dibakar pada kemiringan tertentu, rokok akan menunjukkan beberapa karakteristik. Laju pengurangan massa tercepat ditemukan di kemiringan 270˚, sedangkan laju yang paling lambat ditemukan di kemiringan 0˚. Hal ini disebabkan efek buoyancy yang membantu penyebaran pembakaran, yang mencapai tingkat maksimum pada kemiringan 270˚. Juga, perambatan api smoldering tercepat ditemukan di kemiringan 270˚. Karakteristik interaksi rokok dengan kain sangat dipengaruhi oleh sudut yang dibentuk oleh kain. Semakin kecil sudut, area yang terbakar akan lebih besar. Hal ini disebabkan permukaan kontak yang besar, dibentuk oleh sudut kain. Dengan demikian, daerah yang memiliki luasan area terbakar yang terbesar ditemukan di sudut 50˚.

Smoldering combustion is a unique type of combustion, characterized by flameless, self-sustained, and slow form of burning. Smoldering poses a serious threat, as it is able to ignite weak heat source around it that leads to flaming combustion. One of the most common examples of smoldering combustion is cigarette. Cigarette is also one of the leading causes of residence fire, as 20% residential fire in USA around 1992-1996 was started by cigarette. Thus, we need to analyze its characteristic. When burned on certain inclination, cigarette will show some characteristic. The fastest mass loss rate was found at 270˚ inclination, while the slowest is found at 0˚ inclination. This is due to buoyancy effect that helped the propagation of combustion that reached its maximum rate at 270˚ inclination. Also, the fastest smoldering propagation was found on 270˚ angle. The characteristic of cigarette interaction with fabric is heavily influenced by angle formed by the fabric. The smaller the angle, the bigger burned area would be. This is due to bigger contact surface caused by the angle of the fabric. Thus, the biggest burned area was found on 50˚ fabric.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59248
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hafizha Mulyasih
"ABSTRAK
Kebakaran hutan dan lahan gambut yang melanda sejumlah wilayah di Kalimantan dan Sumatera di Indonesia pada tahun 2019 menjadi keperihatinan banyak kalangan. Para peneliti terus berupaya mempelajari terkait fenomena terjadinya proses pembakaran, metode penangulangan, metode pemadaman hingga mempelajari emisi yang dihasilkan. Penelitian yang dilakukan dalam skala laboratorium dilakukan untuk mempelajari fenomena dalam skala kecil agar mendapatkan hasil yang lebih mendekati dengan kondisi riil di lapangan. Penelitian ini melihat pengaruh ukuran reaktor uji dengan mengunakan reaktor ukuran 10x10x10 cm dan 40x40x20 cm untuk mempelajari fenomena perpindahan panas yang terjadi. Sampel yang digunakan berasal dari Palangkaraya, Kalimantan dan daerah Rokan hilir, Sumatra. Pada penelitian pembakaran membara gambut skala laboratorium dengan melihat pengaruh ukuran reaktor uji didapatkan hasil bahwa reaktor kecil dengan ukuran 10x10x10 cm akan menyebabkan laju perambatan pembakaran membara pada sampel dengan kecepatan laju 3 cm jam tidak dapat dilihat sebagai nilai yang tepat dikarenakan pada reaktor tersebut akan mengalami fenomena panas yang terakumulasi sehingga perpindahan panas tidak dapat dilihat sebagai fungsi laju aliran panas yang berpindah. Sedangkan dalam pengujian dengan reaktor 40x40x20, laju perambatan dapat dihitung karena perpindahan panas yang terjadi bersifat mengalir pada media berpori gambut dan tidak mengalami efek panas yang terakumulasi.

ABSTRACT
Peat fires that hit several regions in Kalimantan and Sumatra in Indonesia 2019 became a concern for many people. The researchers continue to study the peat smoldering phenomena with the combustion process, methods of handling, extinguishing methods to study the emissions produced. This research is conducted on a laboratory scale to study small-scale phenomena to obtain results that are closer to the real conditions on the field. This study looks at the effect of the size of the reactor by using reactors the size of 10x10x10 cm and 40x40x20 cm to learn the phenomenon of heat transfer that occurs. The samples used were from Palangkaraya, Kalimantan and Rokan hilir, Sumatra. The research on laboratory scale of peat smoldering combustion by looking at the effect of the reactor size, it was found that a small reactor with a size of 10x10x10 cm will cause the spread rate of the sample at a rate of 3 cm hour cannot be seen as the right value because the reactor will experience the phenomenon of heat that accumulates so that heat transfer cannot be seen as a function of heat flow that moves. Whereas in testing with a 40x40x20 reactor, the spread rate can be calculated because the heat transfer that occurs is flowing on the porous media and does not have heat accumulated.
"
2019
T55184
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Lutfi Ramadhan
"Pembakaran lahan gambut masih menjadi kontributor besar terhadap permasalahan lingkungan di Indonesia. Beberapa penelitian pada pemadaman pembakaran gambut telah dilakukan, seperti penggalian, penyiraman air, hujan buatan, dan juga penyiraman foam. Penelitian ini terfokus pada eksperimen skala laboratorium dalam mempelajari sifat pembakaran membara gambut serta proses supresi dengan sistem pemadaman berbasis air. Gambut yang digunakan dalam penelitian ini didapat dari dua lokasi yang berbeda, yaitu Bagaiserwar dan Kayuagung, Indonesia. Selama pengujian pemadaman, intensitas air dari kabut air divariasikan dengan merubah jarak antara nosel dengan permukaan gambut. Sementara itu, dilakukan dua pendekatan yaitu penyiraman selama 15 menit periode singkat dan penyiraman penuh hingga pembakaran gambut padam. Temperatur gambut dan kehilangan massa total selama reaksi pembakaran akan diukur untuk mendapatkan rasio laju pembakaran pada setiap sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju penyebaran dari pembakaran membara sangat dipengaruhi oleh ukuran partikel dan permeabilitas dari material gambut. Durasi singkat pemadaman air dikatakan gagal untuk memadamkan pembakaran gambut. Terjadi fenomena pembakaran ulang yang disebabkan masih adanya panas tersimpan di dalam inti gambut. Total air yang dibutuhkan untuk memadamkan penuh pembakaran gambut adalah sekitar 6 liter/kg gambut.

Peatland fire still remains a big contributor of environmental problem in Indonesia. Several studies on peat fire suppressions have been done, such as quarrying, water spray, artificial rain, and also foam spray. This research is focused on laboratory scaled experimental study of Indonesian peat smoldering fire behaviour and suppression process by water mist system. The peat used in this work were obtained from two different locations, namely Bagaiserwar and Kayuagung, Indonesia. During the suppression tests, the intensity of water mist spray was varied by changing the distance between the nozzle and the peat surface. Meanwhile, the time periods of spray were 15 minute short period of suppresion and approximately 2 hours for full suppresion until the peat fire was extinguished. The peat temperature and the total mass lost during the smoldering reaction were recorded to get the burning rate ratio for each sample. The spread rate of smoldering process was identified by changing in the local temperatures of the peat bed. The results show that the spread rate of smoldering combustion front was affected by particle size and permeability of peat material. The short duration of water suppression failed to extinguish the peat fires. A re ignition phenomenon was identified due to the persistence of stored heat in the core of peat. In addition, the total water required to fully suppress both peat fires are about 6 l kg peat."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
T48667
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sofi Hesti Fathia
"ABSTRAK
Pada pengiriman batubara melalui transportasi laut dalam jumlah yang besar dapat menimbulkan pembakaran spontan pada batubara. Pembakaran spontan pada batubara yang terjadi disebabkan karena reaksi oksidasi yang dialami oleh batubara. Untuk mencegah hal tersebut maka, diberi alat penukar panas sebagai salah satu upaya pencegahan terhadap pembakaran spontan batubara. Alat penukar panas ini akan dialiri dengan air laut. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh aliran air terhadap penurunan temperatur dari batubara. Pengujian skala laboratorium dilakukan dengan menggunakan silinder stainless steel yang diberi insulator berupa rockwool untuk mengurangi heat loss pada dinding silinder. Silinder tersebut dibiarkan terbuka pada bagian atas, sumber panas berasal dari bawah yang dipanaskan dengan pemanas. Dalam skala percobaan dibuat alat penukar panas berbentuk U. Pada percobaan ini batubara jenis sub bituminous yang digunakan. Pengaruh aliran air terhadap pencegahan pembakaran spontan dapat diketahui dengan memberikan variasi aliran air pada heat exchanger.

ABSTRACT
Coal shipping through sea transportation can cause spontaneous combustion of coal. Spontaneous combustion that occurs is due to oxidation reactions. To prevent this, a heat exchanger is provided to reduce the effects of spontaneous combustion. This heat exchanger will flowed with sea water. This experiment was conducted to determine the effect of flow rate on drecreasing temperature of coal. Laboratory-scale experiments was made using a stainless steel cylinder that opens at the top and insulated by rockwool to reduce heat loss. The heat source comes from the bottom which is heated by the heater. A U-shaped heat exchanger of laboratory-scale experiments was made. In this experiment, sub bituminous coal was used. The effect of flow rate on the prevention of spontaneous combustion can be known by providing variations of flow rates in a heat exchanger."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Almacho Rachmanudiputra
"Proses dehumidifikasi udara dan mikroenkapsulasi merupakan salah satu bagian dari proses yang terjadi dalam penggunaan alat pengering secara tidak alami. Proses dehumidifikasi dan mikroenkapsulasi dapat diaplikasikan melalui sistem pengering semprot, yang sangat bermanfaat terutama dalam bidang industri pengolahan makanan. Pada penelitian pertama, digunakan sistem pengering semprot dengan menggunakan media air, yang terdiri dari variasi kelembaban udara masuk yang diperoleh melalui temperatur evaporator (100C, 150C, 200C, dan 250C) dan variasi temperatur udara keluar (600C, 900C, 1200C). Variasi laju aliran udara masuk yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari 150 lpm, 300 lpm, dan 450 lpm. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh variasi kelembaban udara masuk dan temperatur udara keluar terhadap laju aliran material menggunakan media air pada sistem pengering semprot. Pada penelitian kedua, digunakan sistem pengering semprot dengan tekanan udara sebesar 1 bar untuk dilakukan proses mikroenkapsulasi menggunakan campuran gelatin (25 ml), maltodekstrin (75 ml), serta air (400 ml). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besar ukuran hasil mikrostruktur pada penyaring siklon, dinding siklon, serta permukaan erlenmeyer dengan menggunakan tekanan udara sebesar 1 bar. Hasil penelitian pertama menunjukkan bahwa semakin rendah rasio kelembaban, maka laju aliran materialnya semakin tinggi dan semakin rendah temperatur udara keluar yang digunakan, maka laju aliran material yang dicapai juga semakin rendah, begitupun sebaliknya. Kemudian, dari hasil penelitian kedua diperoleh ukuran mikrostruktur pada penyaring siklon dan permukaan erlenmeyer sebesar 10 μm, serta pada dinding siklon yang memiliki ukuran sebesar 20 μm. Hasil tersebut menunjukkan bahwa alat pengering mampu menjalankan proses mikroenkapsulasi dengan menggunakan tekanan udara sebesar 1 bar.

The process of air dehumidification and microencapsulation is one part of the process that occurs in the use of dryers unnaturally. Dehumidification and microencapsulation processes can be applied through a spray dryer system, which is very useful especially in the field of food processing industry. In the first study, a spray dryer system was used using water media, which consisted of variations in intake air humidity obtained through evaporator temperatures (100C, 150C, 200C, and 250C) and variations in outgoing air temperatures (600C, 900C, 1200C). Variations in the rate of air flow used in this study consisted of 150 lpm, 300 lpm, and 450 lpm. This study aims to determine the influence of variations in air humidity out and air temperature out to the flow rate of materials using water media in the spray dryer system. In the second study, a spray dryer system with an air pressure of 1 bar was used to microencapsulate using a mixture of gelatin (25 ml), maltodextrin (75 ml), and water (400 ml). This study aims to find out the size of microstructure results in cyclone filter, erlenmeyer wall, and erlenmeyer surface by using air pressure of 1 bar. The results of the first study showed that the lower the humidity ratio, the higher the flow rate of the material and the lower the outtake air temperature used, the lower the flow rate of the material, and vice versa. Then, from the results of the second study obtained the size of microstructures on cyclone filters and erlenmeyer surfaces of 10 μm, as well as on the wall of cyclones that has the size of 20 μm. The results showed that the dryer is able to run the microencapsulation process using an air pressure of 1 bar."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Moza Nadia
"Lignocellulosic biomass (LCB) merupakan salah satu sumber daya yang paling banyak tersedia di alam yang kerap digunakan dalam penelitian pembakaran membara. Contoh biomasa lignoselulosa antara lain adalah tanah gambut, kertas, sabut kelapa, tembakau, jerami, dan batu bara. Sebelumnya, telah dilakukan beberapa penelitian terkait pembakaran membara pada tanah gambut di Laboratorium Thermodinamika, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia. Oleh sebab itu, perlu adanya penelitian pembakaran membara pada biomasa lignoselulosa lainnya, seperti kertas. Penyalaan dan pembakaran bahan kertas dipengaruhi oleh moisture content (MC) sehingga perlu adanya pengeringan pada temperatur dan dalam waktu tertentu. Eksperimen dilakukan menggunakan lima sampel dengan tingkat MC yang berbeda (9.9%, 7.2%, 5.7%, 4.4%, dan 4.3%). Hasil percobaan menunjukkan bahwa hahan kertas sukar untuk membara dan mempertahankan pembakarannya pada MC >10% (tanpa pengeringan), bahan kertas dapat membara dan mempertahankan pembakarannya hingga ±10 menit setelah igniter dimatikan pada MC 7 – 10%, dan bahan kertas dapat membara dan mempertahankan pembakarannya hingga ±80 menit setelah igniter dimatikan pada MC ≤5.7%. Kemudian dapat diketahui hubungan antara moisture content dengan karakteristik penyebaran pembakaran membara bahan kertas dan besaran emisi yang dihasilkan. Hasil percobaan menunjukkan bahwa sampel dengan MC 4% (~4.4 cm²/min dan 500 cm²) menghasilkan laju perambatan dan luas area bakar yang lebih besar dibandingkan dengan sampel dengan MC 5.7% (2.86 cm²/min dan 387.72 cm²). Konsentrasi CO dan rata – rata partikulat yang dihasilkan pada eksperimen dengan MC 4% adalah ~550 ppm(vol) dan 380.82 μg/m³ serta MC 5.7% adalah ~500 ppm(vol) dan 347.48 μg/m³.

Lignocellulosic biomass (LCB) is one of the most abundant resources available in nature and is often used in smoldering combustion research. The examples of lignocellulosic biomass are peat, paper, coconut fiber, tobacco, straw, and coal. Previously, several studies had been carried out regarding smoldering of peat soil at the Thermodynamics Laboratory, Faculty of Engineering, University of Indonesia. Therefore, there is a need for research on smoldering combustion on other lignocellulosic biomass, such as paper. Ignition and burning of paper are influenced by moisture content (MC), thus drying at a certain temperatue within certain minutes is necessary. Experiments were carried out using five samples with different MC levels (9.9%, 7.2%, 5.7%, 4.4%, and 4.3%). The experimental results show that paper material is difficult to smolder and maintain its combustion at MC > 10% (without drying). paper material can smolder and maintain its combustion up to ± 10 minutes after the igniter is turned off at MC 7 – 10%, and paper material can smolder and maintain its combustion up to ±80 minutes after the igniter is turned off at MC ≤5.7%. Therefore, we can find out the relationship between moisture content and the characteristics of the smoldering of paper and the amount of emissions produced. The experimental results show that the sample with MC 4% (~4.4 cm²/min and 500 cm²) produces a greater propagation rate and burn area compared to the sample with MC 5.7% (2.86 cm²/min and 387.72 cm²). The average concentration of CO and particulates produced in the experiment with MC 4% was ~550 ppm(vol) and 380.82 μg/m³ and MC 5.7% was ~500 ppm(vol) and 347.48 μg/m³."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhil
"ABSTRAK
Kebakaran pada gudang penyimpanan kertas dan kayu membutuhkan sistem proteksi yang tidak merusak material yang terbakar. Salah satu caranya adalah dengan mengurangi kadar konsentrasi oksigen yang berada pada udara normal. Metode ini bertujuan mengurangi resiko perambatan api saat terjadi kebakaran. Penelitian sifat bakar mengenai persentase pengurangan massa, laju pengurangan massa, dan laju pengurangan luas material selulosa terhadap pengaruh konsentrasi oksigen.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah LOI (Limiting Oxygen Index) Penyalaan awal sampel menggunakan piloted ignition dilakukan pada posisi vertikal pada udara normal dan perambatan pada konsentrasi oksigen di bawah udara normal. Pengujian menggunakan empat variasi konsentrasi oksigen (% volum) yaitu 20,9 ; 19,6 ; 17,5 dan 16,3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase pengurangan massa terbesar dan terkecil untuk sampel kayu dan kertas masing-masing pada konsentrasi 20,9 % dan 16,3 %. Hal yang sama juga terjadi pada laju perambatan luas sampel. Semakin rendah konsentrasi oksigen, maka semakin sedikit massa yang terbakar dan laju perambatan yang lebih lambat

ABSTRACT
Fire on wood and paper storage warehouse requires protection system that will not damage the burning material. One of the methods is by reducing oxygen concentration level at normal air. This method aims to reduce the risk of fire propagation during actual fire. Research is done on the nature of the fuel mass reduction percentage, the rate of mass reduction, and the rate of area reduction of cellulosic material as the effect of oxygen concentration.
The method that was used in this research is based on LOI (Limiting Oxygen Index) . Ignition of the sample using piloted ignition was done in vertical position under normal air condition and propagation of fire at lower oxygen concentration in normal air. The tests used four variations of oxygen concentration (volume %), which were 20.9; 19.6; 17.5 and 16.3. The results showed thatthe largest and the smallest mass reduction percentage for wood and paper occurred at a concentration of 20.9% and 16.3%, respectively. The same thing happened in burned area propagation rate of the sample. The lower the oxygen concentration, the less the mass being burned and a slower rate of propagation"
2015
T43824
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>