Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 158815 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurul Puspita
"ABSTRAK
Pekerja di pabrik pembuatan gong Bogor berisiko mengalami tekanan panas yang berasal dari tungku pembakaran. Tujuan dari penelitian yaitu untuk memperoleh gambaran keluhan kesehatan akibat tekanan panas. Penelitian dilakukan pada 18 pekerja dengan desain studi deskriptif cross-sectional pada bulan Juni 2016. Hasil penelitian menunjukkan indeks WBGT di ruang produksi melebihi nilai ambang batas yang diperkenankan dan pekerja mengalami tekanan panas. Keluhan paling dominan yang dirasakan pekerja yaitu banyak berkeringat, cepat haus dan lelah, tidak nyaman dalam bekerja, kulit terasa panas, dan kulit terasa perih kemerahan. Pabrik disarankan memperbaiki lingkungan kerja untuk meminimalisasi keluhan kesehatan dan risiko gangguan kesehatan akibat tekanan panas.

ABSTRACT
Employees of gong factory in Bogor had a risk to experience heat stress from furnace. The aim of this study is to obtain an explanation of health complaint due to heat stress. The subject of the study were 18 employees, and the method used was cross-sectional descriptive study on July 2016. The study found that WBGT index in production area exceeded threshold value, therefore the employees experienced heat stress. The most dominant complaint from the employees were easily getting perspire, thirsty, tired, uncomfortable in working, hot skin, and sore skin redness. The factory was suggested to improve a better work environment to minimize health complaint and risk of heat-related illness."
2016
S63466
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Rizkon Nurhasanah
"Kombinasi dari faktor lingkungan kerja, faktor pekerjaan, faktor pakaian, serta faktor karakteristik individu dapat menyebabkan tekanan panas (heat stress) bagi pekerja water blasting dan AFR di area preheater industri semen PT.X. Tekanan panas memiliki potensi untuk menyebabkan gangguan kesehatan (heat related disorders) yang diawali respon fisiologis tubuh (heat strain) berupa gejala yang dirasakan secara subjektif oleh responden. Penelitian ini menggunakan metode observasional dengan pendekatan cross-sectional.
Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa terdapat 24 pekerja (100%) water blasting dan 19 pekerja AFR (52,8%) mengalami tekanan panas. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat 7 keluhan yang dirasakan oleh >50% responden yaitu banyak mengeluarkan keringat (100%), merasa cepat haus (100%), kulit terasa panas (83,3%), merasa cepat lelah (66,7%), lemas (66,7%), tidak nyaman (65%), dan merasa pusing atau berkunang-kunang (51,7%). Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan pengendalian baik secara teknis, administratif, maupun personal untuk meminimalisasi keluhan dan risiko kesehatan akibat tekanan panas.

The combination of environment and work factor, clothing, and individual's characteristic could generate heat stress for water blasting and AFR workers at preheater industry cement PT.X. Heat stress has the potential to cause heat related disorders which started with physiological responses (heat strain) manifested in workers`s subjective complaints. This study used observational method with cross sectional study design.
This study showed that 24 water blasting workers (100%) and 19 AFR workers (52,8%) experienced heat stress. The study also showed that seven complaints felt by >50% are sweating (100%), feeling thirsty gradually (100%), skin feels hot (83,3%), feeling tired (66,7%), limp (66,7%), feel uncomfortable while working (65%) and dizziness (51,7%). Therefore, effort such as engineering control, administrative control, and personal protective equipment are needed to minimize the subjective complaints and adverse health effect of heat stress.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S65258
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Ramadhani
"Penelitian ini membahas tentang manajemen risiko keselamatan dan kesehatan kerja pada proses pembuatan gong di sektor informal Pabrik X tahun 2016. Desain penelitian ini adalah survei dengan pendekatan semi-kuantitatif, menggunakan tools Job Hazard Analysis (JHA) untuk mengidentifikasi bahaya, mengacu pada Standar Manajemen Risiko AS/NZS 4360:2004. Penilaian risiko dilakukan dengan menganalisis nilai kosekuensi, pajanan serta peluang terjadinya dampak, kemudian dianalis dengan metode Fine pada AS/NZS 4360:2004. Hasil penelitian menunjukkan bahwa level risiko yang belum acceptable pada setiap proses pembuatan gong di Pabrik X, yaitu very high, priority 1, substansial dan priority 3. Telah dirumuskan rekomendasi pengedalian risiko yang bersifat engineering dan administratif.

The research was about occupational safety and health risk management of gong manufacturing process at informal sector Factory X in 2016. The design of that research was based on a survey with semi-quantitative approach, Job Hazard Analysis (JHA) was used to identify hazard referred to Risk Management Standard AS/NZS 4360:2004. The risk evaluation was conducted by analyze the quality of consequence, exposure and probability of the impacted, then it was analyzed by Fine method in AS/NZS 4360:2004. The result of this research showed level of risk was unacceptable, there were very high, priority 1, substantial and priority 3. Gong manufacturing was suggested to control the risk by engineering and administrative control."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S63443
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiara Ratnaning Pamungkas
"Penelitian pada 4 lokasi di area PT United Tractors Tbk. yang terdiri atas Warehouse Head Office, Yard Marketing, Workshop Jakarta dan UTR menunjukkan indeks WBGT Indoor antara 28.56°C sampai dengan 30.84°C dan indeks WBGT Outdoor antara 29.77°C hingga 29.88°C. Setelah dilakukan analisis indeks WBGT, beban kerja dan pola kerja berdasarkan Permenakertrans No. 13 Tahun 2011, didapatkan hasil bahwa dari 115 responden yang menjadi subyek penelitian, 25 responden (21.7%) termasuk kelompok berisiko mengalami pajanan tekanan panas. Sebanyak 110 responden (95.7%) merasakan temperatur lingkungan tempat mereka bekerja adalah panas serta 79.1% responden merasa tidak nyaman (terganggu) dengan kondisi tersebut. Seluruh responden yang menjadi subyek penelitian pernah mengalami keluhan akibat pajanan tekanan panas tetapi dengan frekuensi yang berbeda-beda. Jenis keluhan yang sangat sering (setiap hari) dirasakan oleh responden adalah banyak mengeluarkan keringat (64.3%) dan merasa cepat haus (43.5%) sedangkan jenis keluhan yang tidak pernah dirasakan oleh pekerja adalah rasa ingin pingsan (90.4%) dan kram/kejang otot perut (82.6%).

The research is conducted in 4 locations: Warehouse Head Office, Yard Marketing, Workshop Jakarta and UTR. The result of environmental monitoring showed that the WBGT indoor index range from 28.56°C until 30.84°C and WBGT outdoor from 29.77°C until 29.88°C. The measurement results of WBGT index, workload and work rate are being analyzed and compared with Permenakertrans No. 13 Tahun 2011. The comparison result showed that 25 respondent (21.7%) are including into risky group due to exposure of heat stress. 110 out of 115 respondents (95.7%) feel that their workplace is hot and 79.1% respondents feel uncomfortable with that hot conditions. Besides that, many subjective complaints due to exposure of heat stress are experienced by the workers with different frequency. The subjective complaints that experienced everyday by the workers are excessive sweating (64.3%) and quickly feel thirsty (43.5%), beside that the complaints that never being experienced by the workers are collapse (90.4%) and muscle abdominal cramps (82.6%)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45881
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Mansyur
"ABSTRAK
Pekerja di pabrik pembuatan tempe di Desa Citeureup beresiko mengalami keluhan Musculoskeletal Disorders yang berasal dari proses kerja. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran keluhan Musculoskeletal Disorders. Penelitian dilakukan pada 15 pekerja di 3 tempat dengan desain studi deskripstif observasional dengan pendekatan cross-sectional. Hasil penelitian menunjukkan proses kerja pembuatan tempe di Desa Citereup mempunyai tingkat risiko ergonomi yang cukup tinggi. Dari 10 (sepuluh) Terdapat 4 (empat) aktivitas yang mempunyai tingkat risiko tinggi. Keluhan paling dominan yang dirasakan pekerja yaitu pegal-pegal. Oleh karena itu, perlu dilakukan perbaikan postur tubuh kerja untuk meminimalisasi keluhan Musculoskletal Disorders dan faktor risiko ergonomi.

ABSTRACT
Workers of tempe factory in Desa Citeureup had a risk to experience musculoskeletal disorders complaints that derived from the process of working. The aim of this study is to obtain a description of musculoskeletal disorders complaints. The subject of the study was 15 workers in three places, and the method used was observational descriptive study with cross-sectional design. The result showed that the process of working in the manufacture of tempe have high level of ergonomics risk. There were 4 (four) activities from 10 (ten) that have high risk level. The most dominant complaints most dominant from the workers were stiff. The factory was suggested to improve body posture to minimize musculoskletal disorders complaints and ergonomic risk factor."
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meriza Wulandari
"Tekanan panas di tambang bawah tanah PT Cibaliung Sumberdaya terjadi karena kombinasi dari temperatur lingkungan kerja, panas metabolik tubuh, pakaian kerja, dan karakteristik pekerja. Tekanan panas dapat menimbulkan berbagai keluhan kesehatan yang dirasakan secara subjektif oleh pekerja. Penelitian dilakukan pada 52 pekerja dengan desain studi cross-sectional. Dari 9 titik pengukuran di underground menunjukkan indeks WBGT indoor berkisar antara 29,1°C hingga 35,5°C. Setelah dilakukan analisis berdasarkan Permenkes No. 70 Tahun 2016, didapatkan hasil bahwa dari 52 responden, terdapat 48 responden 92,3 mengalami tekanan panas. Sebanyak 50 responden 96,2 merasa temperatur lingkungan kerja mereka panas dan 46 responden 88,5 merasa tidak nyaman dengan kondisi panas tersebut. Seluruh responden menyatakan pernah mengalami keluhan subjektif akibat pajanan tekanan panas dengan frekuensi yang berbeda-beda. Oleh karena itu, perusahaan perlu melakukan berbagai upaya pengendalian tekanan panas untuk meminimalisasi risiko keluhan kesehatan yang dirasakan pekerja.

Heat stress in underground mining at PT Cibaliung Sumberdaya happens because of combination of workplace temperature, body metabolic heat, clothing, and workers rsquo characteristics. Heat stress can cause various health complaints that perceived by workers. This study performed on 52 workers using cross sectional study design. The measurement result of 9 points in underground showed that WBGT indoor index range from 29,1°C until 35,5°C. After analyzing based on Permenkes No. 70 Tahun 2016, the result showed that from 52 respondents, there are 48 respondents 92,3 experiencing heat stress. Besides that, 50 out of 52 respondents 96.2 feel that their workplace temperature is hot and 46 respondents 88.5 feel uncomfortable with that hot conditions. All respondents claimed experiencing subjective complaints due to heat stress exposure with different frequencies. Therefore, company needs to undertake various efforts of heat stress control and prevention to minimize the risk of health complaints that perceived by workers."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simaremare, Rumiris Feronika
"ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan penilaian terhadap pajanan tekanan panas
di workshop pembuatan batik yang terletak di Kecamatan Mauk, Tangerang.
Sebanyak 84% dari pekerja yang diwawancarai mengeluh tentang suhu lingkungan
kerja yang dirasa terlalu panas, meskipun dalam hal ini sudah terdapat pengendalian
terhadap tekanan panas yang terpasang pada bangunan. Penilaian didasarkan pada tiga
kriteria menurut Worksafe BC 2007, yakni faktor lingkungan, faktor pekerja, dan
faktor pekerjaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Indeks Suhu Basah dan Bola
(ISBB) di luar ruangan (outdoor) lebih tinggi dibanding ISBB di dalam ruangan
(indoor) dan indeks panas berada pada area berbahaya dengan level risiko tinggi.
Hasil observasi faktor pekerja yang meliputi aklimatisasi, status hidrasi dan pakaian
kerja tidak menunjukkan adanya upaya pengendalian yang dilakukan. Demikian juga
hasil observasi pada faktor pekerjaan yakni beban kerja dan pola kerja tidak
menunjukkan adanya pengendalian administratif yang diupayakan dalam menangani
keluhan terhadap pajanan tekanan panas ini. Penurunan tingkat risiko pajanan tekanan
panas diharapkan dapat dilakukan dengan modifikasi pengendalian teknis,
mengupayakan pengendalian administratif serta penggunaan pakaian kerja yang
sesuai dengan lingkungan kerja dengan pajanan tekanan panas

ABSTRACT
The aim of this study was to make an assessment of the heat stress exposure in a Batik
Workshop located at Kecamatan Mauk, Tangerang. 84% of interviewed workers
complained about the working environment temperature that tends to be very hot,
although the building already has a built-up control to heat stress. The assessment is
based on three criteria by Worksafe BC 2007 that is environmental, worker, and work
factors. The result showed that the Wet Bulb Globe Temperature (WBGT) outdoor
higher than indoor, and the heat index is at dangerous area with a high risk level.
Observation on worker (acclimatization, hydratin and clothing) and work (work load
and work rate) factors did not show any control measures undertaken. The level of
risk can be reduced by modification of engineering control, administrative control and
the proper personal protective equipment (clothing)."
2016
T46391
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti iddriandika Mauda
Depok: Universitas Indonesia, 2010
S26637
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Alwina Fitria Maulidiani
"Kombinasi dari temperatur lingkungan kerja, panas metabolik dari tubuh pekerja, pakaian kerja, dan faktor individu dapat menimbulkan tekanan panas (heat stress) bagi pekerja di area peleburan, proses sekunder, dan pengecoran SSP PT Krakatau Steel. Tekanan panas berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan (heat-related disorders) yang diawali dengan berbagai respon fisiologis tubuh (heat strain) berupa gejala-gejala atau keluhan yang dirasakan secara subjektif oleh pekerja. Penelitian dilakukan pada 51 orang responden dengan desain studi cross sectional deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang mengalami tekanan panas adalah 36 orang dari 51 responden (70,6%) di area peleburan dan proses sekunder. Seluruh responden merasa bahwa suhu lingkungan kerja mereka panas dan 74,5% responden merasa tidak nyaman (terganggu) dengan kondisi panas tersebut. Oleh karena itu, diperlukan berbagai upaya pengendalian dari segi teknis, administratif, maupun penyediaan alat pelindung diri untuk meminimalisasi risiko timbulnya keluhan yang dirasakan pekerja akibat tekanan panas.

The combination of work environment temperature, metabolic heat, clothing, and individual factors could generate heat stress for workers in melting, secondary process, and casting area of SSP PT Krakatau Steel. Heat stress could potentially generate heat related disorders which started with physiological responses (heat strain), remarked as workers’ subjective complaints. This study performed on 51 workers using cross sectional descriptive study design. The results showed that there are 36 among 51 respondents (70,6%) in melting and secondary process area experienced heat stress. All respondents felt the work environment temperature was hot and 74,5% felt uncomfortable with it. Therefore, efforts are needed, such as technical and administrative controls and also distribution of personal protective equipments, to minimize the risk of heat stress signs."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45178
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudia Oemar
"Penggunaan bahan kimia telah berkembang luas pada berbagai sektor industri baik formal maupun non-formal, termasuk industri mebel. Produk dengan bahan kimia dipakai untuk membantu meningkatkan kualitas dan keindahan produk mebel. Cat, thiner, dan pelitur adalah produk berbahan kimia yang biasa dipakai dalam pembuatan mebel. Toluene adalah komponen atau campuran bahan kimia utama yang terdapat dalam cat, thinner, dan pelitur.
Penelitian ini bertujuan untuk Menganalisis tingkat risiko pajanan Toluene pada karyawan bengkel mebel X di Jatinegara. Untuk menentukan tingkat resiko, Sample toluene di udara diambil mengunakan Coconut Shell Charcoal lalu dianalisis dengan Gas Chromatography untuk mendapatkan nilai konsentrasi toluene. Konsentrasi toluene tertinggi berada di titik 5 yaitu area cat kursi sebesar 22.975 mg/m³.
Berdasarkan perhitungan RQ pada 33 pekerja di bengkel mebel, didapatkan bahwa untuk pajanan realtime sebanyak 61% pekerja memiliki risiko kesehatan non karsinogenik karena nilai RQ > 1. Sedangkan menururt perhitungan RQ lifetime, didapatkan bahwa 88% dari 33 pekerja memiliki risiko kesehatan non karsinogenik karena nilai RQ > 1.

Use of chemical has grown wider at various sectors in formal and non-formal including furniture industry. Those chemicals were used to improve the quality and beauty of furniture products. Paint, thiner, and varnish are the chemical product that commonly used in the furniture. Toluene is the major chemical contained in paint, thinner, and varnish.
This study attempts to analyze the risk levels of risk exposure on employees of furniture workshop ?X? in Jatinegara. To determine the risk levels, coconut shell charcoals were used in air sampling, and then were analyzed with gas chromatography to get toluene concentration. Highest toluene concentration was at painting area, 22.975 mg/m³.
Based on RQ realtime calculation, there were 61% of workers having non carcinogenic health risk because the value of RQ > 1. Acording to RQ lifetime calculation, got that 88% of 33 workers having non carcinogenic health risk because the value of RQ > 1.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S65394
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>