Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 146989 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muryhardining Taserina
"Budaya keselamatan pasien menjadi isu penting dalam peningkatan mutu pelayanan dan kepuasan pasien, serta pengurangan beban cost rumah sakit. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan gambaran budaya keselamatan pasien di kalangan perawat rawat inap RS Trimitra. Penelitian ini menggunakan studi cross sectional dengan metode penelitian deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Penelitian kuantitatif menggunakan instrumen rumah sakit milik AHRQ dan penelitian kualitatif menggunakan instumen observasi.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat 4 budaya kategori kuat (supervisor, kerjasama, komunikasi, handsoff dan transisi), 4 budaya kategori sedang (organizational learning, respon non-punitive terhadap kesalahan, staffing, persepsi perawat terkait keselamatan pasien) dan 1 budaya lemah (frekuensi pelaporan insiden). Perilaku perawat yang diamati (ketepatan identifikasi pasien, ketepatan prosedur pemberian obat, dan pencegahan infeksi) menunjukkan sebagian besar perilaku tidak sesuai SPO/standar lain yang berlaku. Berdasarkan teori swiss cheese model, hal ini diakibatkan masih ada celah pada setiap layer pertahanan keselamatan pasien, yang pada satu waktu semua pertahanan dalam kondisi lemah mengakibatkan insiden/perilaku lalai terjadi. Saran perbaikan diperlukan pada setiap dimensi budaya keselamatan pasien.

Patient safety culture is an important issue in improving quality of care and patient satisfaction, as well as a reduction in the cost burden of the hospital. The purpose of this study to get an overview of patient safety culture among inpatient-nurse in Trimitra hospital. This study use a cross-sectional with quantitative descriptive methods and qualitative research. Quantitative research using hospital's instruments by AHRQ and qualitative research using observation instrument.
The results showed there are four strong culture (supervisor, teamwork, communication, handsoff and transitions), four medium culture (organizational learning, response of non-punitive to errors, staffing, nurses' perception related to patient safety), and one weak culture (reporting frequency incident). Nurse behavior observed (the accuracy of patient identification, precision drug delivery procedures, and the prevention of infection) showed that most of the nurse behavior is not appropriate SPO/other applicable standards. Based on the theoretical swiss cheese model, this incident caused by holes on each layer defenses, which at one time, all the defenses in weak condition. Suggested improvements needed in every dimension of patient safety culture.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S65228
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elsa Manora
"Institusi rumah sakit seperti rumah sakit didesak untuk mengevaluasi budaya keselamatan pasien mereka untuk meningkatkan keselamatan, kualitas perawatan, dan penyembuhan pasien. Tujuan dari penelitian ini untuk mendapatkan gambaran budaya keselamatan pasien di antara perawat rawat inap di rumah sakit Hermina. Penelitian ini menggunakan cross-sectional dengan metode deskriptif kuantitatif dengan analisis data univariat menggunakan penelitian menggunakan instrumen kultur keselamatan pasien rumah sakit oleh AHRQ. Hasil penelitian menunjukkan ada empat budaya yang kuat (lepas tangan dan transisi, persepsi perawat terkait dengan keselamatan pasien, pembelajaran organisasi, umpan balik dan komunikasi kesalahan), empat budaya menengah (pelaporan insiden frekuensi, dukungan manajemen keselamatan pasien, keterbukaan komunikasi, kerja tim dalam unit), dan satu budaya lemah (staf). Secara keseluruhan, penelitian ini menunjukkan bahwa gambaran budaya keselamatan pasien di rumah sakit Hermina adalah budaya sedang. Perbaikan Suggesterd diperlukan dalam setiap dimensi budaya keselamatan pasien terutama dalam budaya yang lemah.

Hospital institutions such as hospitals are urged to evaluate their patient safety culture to improve patient safety, quality of care, and healing. The purpose of this study was to obtain a picture of patient safety culture among inpatients at Hermina Hospital. This study uses cross-sectional quantitative descriptive methods with univariate data analysis using research using hospital patient safety culture instruments by AHRQ. The results showed that there were four strong cultures (hands off and transition, nurses' perceptions related to patient safety, organizational learning, feedback and communication errors), four intermediate cultures (frequency incident reporting, patient safety management support, communication openness, teamwork in unit), and one weak culture (staff). Overall, this study shows that the culture of patient safety in Hermina Hospital is a medium culture. Suggesterd improvement is needed in every dimension of patient safety culture, especially in a weak culture."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Annisa Nuraeni
"Penelitian ini membahas tentang analisis budaya keselamatan pasien di Instalasi Rawat Inap RS AZRA Bogor Tahun 2018. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan gambaran budaya keselamatan pasien di Instalasi Rawat Inap RS AZRA Bogor menggunakan kuesioner AHRQ Assosiations of Health Care Quality. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode survei dan pendekatan cross sectional dengan jumlah sample 75 perawat rawat inap.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Instalasi Rawat Inap RS AZRA Bogor memiliki budaya keselamatan baik sebesar 37,3 yang artinya budaya keselamatan ini termasuk kategori budaya keselamatan kurang. Peneliti menyarankan agar SDM RS AZRA Bogor memperhatikan kembali staffing dengan cara mengurangi tugas non core job-nya.

This study discuss the analysis of patient safety culture at Inpatient of AZRA Bogor Hospital in 2018. The purpose of this study is to get a description of the patient 39 s safety culture at Inpatient of AZRA Bogor Hospital using AHRQ Assosiations of Health Care Quality questionare. The method of this researching using quantitative with survey and cross sectional approach with total sample of 75 nurses.
The result showed Inpatient had a good patient safety culture of 37,3. It means this safety culture belongs to less safety culture category. This research recommends that the AZRA Bogor Hospital pay attention to staffing by reducing its non core job task.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sanwia Sumaheny
"Budaya keselamatan pasien (BKP) adalah penerapan sistem asuhan pasien dalam organisasi yang tercermin dalam sikap, perilaku, keterampilan, komunikasi, kepemimpinan, pengetahuan, tanggung jawab, dan nilai yang ada dalam diri petugas kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku organisasi berdasarkan karakteristik individu, kelompok dan organisasi terhadap budaya keselamatan pasien oleh perawat rawat inap di RS Hermina Daan Mogot RSHDM).
Desain penelitian ini menggunakan metode cross sectional dengan responden seluruh (111) perawat pelaksana pada unit rawat inap RSHDM. Data kuesioner dianalisis menggunakan metode univariat, bivariat dan multivariat.
Hasil penelitian menunjukkan karakteristik individu, karakteristik kelompok dan karakteristik organisasi terhadap BKP di RSHDM adalah baik. Hasil BKP perawat pelaksana rawat inap RSHDM menunjukkan nilai baik. Tanggung jawab menjadi satu-satunya variabel yang tidak ada hubungan dengan BKP sedangkan kepemimpinan paling berhubungan dengan BKP.

Patient safety culture (PSC) is the application of patient care systems in the organization which are reflected in the attitudes, behaviors, skills, communication, leadership, knowledge, responsibility, and values that exist in health care workers. This study aims to determine the organizational behavior based on the characteristics of individuals, groups and organizations on patient safety culture by nurses on inpatient units in Hermina Hospital Daan Mogot (HHDM).
The design of this study using cross-sectional method with respondents from all (111) nurses on inpatient units in HHDM. Questionnaire data were analyzed using univariate, bivariate and multivariate analyzes.
The results showed the characteristics of an individual, group characteristics and organizational characteristics of the PSC in HHDM is good. Results PSC inpatient nurses HHDM shows good value. Responsibility to be the only variable that did not match while the leadership were most associated with PSC.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imelda
"Penelitian ini bertujuan mengetahui status budaya keselamatan pasien di RS Awal Bros Batam tahun 2016. Konsep yang digunakan adalah konsep budaya keselamatan pasien dari AHRQ 2004 yang diadopsi dari penelitian Puspitasari M. 2009, kemudian untuk perbaikan digunakan konsep keandalan sistem dari Marx D. 2010. Desain penelitian adalah sequential explanatory, menggunakan kuesioner AHRQ yang sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dilanjutkan dengan FGD untuk merumuskan upaya perbaikan dimensi lemah.Status budaya keselamatan pasien termasuk kategori budaya sedang, rerata persepsi positif 70,82. Kekuatan terbesar adalah pembelajaran organisasi dan perbaikan berkelanjutan, umpan balik dan komunikasi tentang keselamatan pasien, keterbukaan komunikasi. Dimensi terlemah terutama pada staffing, respon non punitive terhadap kesalahan, serah terima dan transisi. Saran perbaikan dengan mengurangi tugas non core job, program retensi karyawan, hotline service internal, leader lead tracer, pelatihan investigator.

This study aims to analys the hospital of patient safety culture of Awal Bros Hospital Batam in 2016. The concept used was the concept of patient safety culture from AHRQ 2004 which is adopted from Puspitasari M. research 2009, then for improvement used the concept of system reliability form Marx D. 2010. The research design was sequential explanatory, used questionnaire from AHRQ which has been translated to Indonesia language, followed by FGD to formulate the weak dimension improvement effort.Patient safety culture status categorized into medium culture, average of positive perception 70,82. The greatest strengths are in organizational learning and continuous improvement, feedback and communication about patient safety, communication openness. Weaknesses are primarily in staffing, non punitive responses to errors, handover and transitions must be fixed immediately. Improvement suggestions by reducing non core job assignments, employee retention programs, hotline service internal, leader lead tracer, investigator training.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T47696
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elita Mulya Fitriyanti
"Keselamatan pasien adalah pencegahan bahaya bagi pasien. Salah satu strategi untuk meningkatkan budaya keselamatan pasien adalah dengan menerapkan Walkrounds yang diperkenalkan sebagai program kepemimpinan Rumah Sakit dalam menjaga hubungan baik dengan praktisi perawatan garis depan, mengidentifikasi bahaya dan mengumpulkan informasi yang berguna dalam membuat keputusan tentang keselamatan pasien yang melibatkan tim multidisiplin rumah eksekutif. sakit (Frankel et al, 2008 dan Saadati et al 2016). Banyak negara telah menerapkan PSLWA sebagai program untuk menanamkan budaya keselamatan pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara. Dengan budaya keselamatan pasien di Instalasi Rawat Inap RS Hermina Daan Mogot. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode survei dan pendekatan cross-sectional.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara intensitas perawat mengikuti pelaksanaan walkrounds dengan budaya keselamatan pasien perawat di Instalasi Rawat Inap. Namun, tidak ada hubungan yang signifikan antara komitmen pemimpin dan keterlibatan perawat dalam pelaksanaan walkrounds dengan budaya keselamatan pasien perawat di Instalasi Rawat Inap. Oleh karena itu, peneliti merekomendasikan bahwa penerapan walkrounds dilakukan sesuai dengan teori yang ada dan untuk menyebarluaskan tujuan implementasi walkrounds untuk meningkatkan budaya keselamatan pasien yang lebih baik.

Patient safety is the prevention of danger for patients. One strategy to improve patient safety culture is to implement Walkrounds which are introduced as Hospital leadership programs in maintaining good relations with frontline care practitioners, identifying hazards and gathering information that is useful in making decisions about patient safety involving multidisciplinary home executive teams. sick (Frankel et al, 2008 and Saadati et al 2016). Many countries have implemented PSLWA as a program to instill a culture of patient safety. This study aims to determine the relationship between. With the culture of patient safety at the Inpatient Installation of Hermina Daan Mogot Hospital. This research is a quantitative study with a survey method and cross-sectional approach.
The results showed that there was a relationship between the intensity of nurses following the implementation of walkrounds with the safety culture of nurse patients in Inpatient Installation. However, there is no significant relationship between the commitment of the leader and the involvement of nurses in the implementation of walkrounds with the nurse patient safety culture in the Inpatient Installation. Therefore, the researchers recommend that the application of walkrounds be carried out in accordance with existing theories and to disseminate the purpose of applying walkrounds to improve better patient safety culture.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mariska Robiyanti
"Penelitian ini membahas tentang keselamatan pasien pada pasien yang direstrain di HCU Rawat Inap Teratai RSUP Fatmawati Tahun 2016. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan hasil analisis mengenai Implementasi Patien Safety pada Pasien Restrain di HCU Rawat Inap Teratai RSUP Fatmawati. Penelitian ini merupakan penelitian Operational Research yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. Metode yang digunakan adalah wawancara, observasi dan telaah dokumen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa RSUP Fatmawati telah memiliki prosedur mengenai restrain dan keselamatan pasien. Hasil penelitian juga menunjukkan terdapat lubang pada lapisan kedua akibat tidak dilakukannya supervisi, lapisan ketiga akibat belum semua perawat mengikuti pelatihan, lapisan keempat akibat belum dipatuhinya prosedur restrain dan keselamatan pasien. Pada teori Swiss Cheese disebutkan bahwa lubang yang terletak pada satu garis lurus dapat mengakibatkan kejadian tidak diinginkan yang membahayakan patient safety pada pasien yang direstrain di HCU Rawat Inap Teratai 2016.

This study discusses about Patient Safety in restraint patients at Teratai?s Inpatient Care of RSUP Fatmawati in 2016. The aim of this study is to get the results of implementation analysis of Patient Safety in restraint patients. This research is an Operational Research, which use quantitative and qualitative approach. The method are observation, interviews, and documents review.
The results showed that the RSUP Fatmawati has procedures regarding restrain and patient safety. The results also show there is a hole in the second layer of not doing supervision, the third layer as a result, not all nurse training, a fourth layer due to non-compliance with procedures restrain and patient safety. Swiss Cheese theory mentioned that the holes are located on one straight line. It can lead to adverse events that endanger patient safety in the restraint patients at the Teratai?s Inpatient Care of RSUP Fatmawati 2016.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S66478
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rezi Nizma Revinisya
"Patient Safety Leadership Walkrounds telah banyak digunakan di organisasi pelayanan kesehatan di negara Barat untuk meningkatkan keselamatan pasien. Strategi ini merupakan strategi yang efektif dalam melibatkan kepemimpinan, mengidentifikasi isu keselamatan, dan mendukung budaya keselamatan pasien. Akan tetapi, di Asia, termasuk Indonesia, penerapan Patient Safety Leadership Walkrounds ini masih dinilai sangat kurang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Patient Safety Leadership Walkrounds terhadap budaya keselamatan pasien di RSPAD Gatot Soebroto. Penelitian ini merupakkan penelitian kuantitatif dengan metode survei dan pendekatan cross sectional.
Hasil penelitian menunjukan bahwa 82,7 tenaga keperawatan di Instalasi Rawat Inap RSPAD Gatot Soebroto telah memiliki persepsi yang baik terhadap budaya keselamatan pasien. Terdapat hubungan yang signifikan antara variabel intensitas paparan walkrounds dengan budaya keselamatan pasien. Namun, tidak ada hubungan yang signifikan antara keterbukaan komunikasi dalam walkrounds dan komitmen pemimpin dalam walkrounds terhadap budaya keselamatan pasien dikarenakan ketidaktepatan dalam pelaksanaan walkrounds. Oleh karena itu, peneliti menyarankan agar pelaksanaan walkrounds dilakukan sesuai dengan teori yang ada untuk mencapai budaya keselamatan pasien yang baik.

Patient Safety Leadership Walkrounds have been widely used in Western Country rsquo s healthcare organizations to improve patient safety. This strategy appears to be an effective strategy for engaging leadership, identifying safety issues, and supporting a culture of patient safety. However, in Asia, including Indonesia, the implementation of Patient Safety Leadership Walkrounds is still lacking. This study aims to determine the association between Patient Safety Leadership Walkrounds and patient safety culture at RSPAD Gatot Soebroto. This study is a quantitative research using cross sectional approach and survey method.
The result showed that 82,7 of nursing staff at inpatient installation of RSPAD Gatot Soebroto have a good perception towards the patient safety culture. There is a significant relationship between intensity of exposure to walkrounds with patient safety culture. However, there is no significant relationship between communication openness in walkrounds and commitment leadership in walkrounds towards patient safety culture due to inaccuracy in the implementation of walkrounds. Therefore, it is recommended that the implementation of walkrounds is done in accordance with existing theories to achieve a better patient safety culture.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marta Hendry
"Tesis ini membahas mengenai sejauh mana budaya keselamatan pasien pada residen. Desain penelitian cross sectional dengan analisis mixed method. Subjek penelitian seluruh residen dengan instrumen kuisioner HSOPS. Hasil penelitian menyimpulkan dimensi budaya keselamatan pasien yang paling rendah adalah dimensi respon tidak menghukum terhadap kesalahan (18%). 12 dimensi keselamatan pasien tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin dan tingkat kelas residen (p> 0,05), tetapi sebagian besar dipengaruhi oleh asal departemen.

The tesis focus about the patient safety culture among the resident. This is a cross sectional design research with mix method analysis where all the residen of Medical Faculty of Sriwijaya University as the research subject with HSOPS quesionaire as an instrument. The lowest culture dimension is nonpunitive response to errors (18%). The twelve dimension of patient safety did not influenced by the gender and class level of resident (p>0.05), but majority influenced by the departement catagory"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cinta Callissta Anggraeni
"Upaya membangun kesadaran terhadap budaya keselamatan pasien merupakan langkah pertama menuju keselamatan pasien sehingga budaya tersebut menjadi dasar dalam menerapkan dan mencapai keselamatan pasien di Puskesmas. Tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh hasil analisis gambaran budaya keselamatan pasien sebagai langkah untuk meningkatkan mutu kesehatan dan keselamatan pasien di Puskesmas Duren Sawit. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional dan kuesioner hasil adaptasi dari Hospital Survey on Patient Safety Culture (HSOPSC) 2.0 dari AHRQ sebagai instrumen penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dimensi pembelajaran organisasi dan perbaikan berkelanjutan memperoleh persentase tertinggi (88,3%), dengan 2 dimensi lainnya dalam kategori baik, yaitu komunikasi tentang kesalahan (87,8%) dan kerja sama tim (87,3%). Dimensi pelaporan kejadian keselamatan pasien memperoleh persentase terendah (57,7%), dengan 6 dimensi lainnya dalam kategori cukup baik, yaitu kepegawaian dan kecepatan kerja (62,0%), supervisor, manajemen, atau pemimpin klinis yang mendukung keselamatan pasien (66,2%), respons terhadap kesalahan (70,8%), serah terima dan pertukaran informasi (70,9%), keterbukaan komunikasi (73,6%), dan dukungan manajemen untuk keselamatan pasien (74,6%). Kesimpulan dari penelitian ini adalah budaya keselamatan pasien di Puskesmas Duren Sawit termasuk dalam kategori cukup baik (73,9%) sehingga Puskesmas perlu meningkatkan pendidikan, pelatihan, dan sosialisasi kepada tenaga kesehatan, meningkatkan sumber daya, memberikan reward kepada tenaga kesehatan yang melaporkan kejadian keselamatan pasien, serta melaksanakan monitoring dan evaluasi secara berkala.

An attempt to construct awareness of patient safety culture is the first phase towards patient safety, thus that culture becomes the basis for implementing and achieving patient safety in Public Health Center. The purpose of this study was to obtain the results of the analysis on the patient safety culture overview as a step to increase health quality and patient safety at the Duren Sawit Public Health Center. This study is a quantitative research with a cross-sectional approach using questionnaires adapted from AHRQ's Hospital Survey on Patient Safety Culture (HSOPSC) 2.0 as a research instrument. The result showed that the dimension of organizational learning and continuous improvement had the highest percentage (88,3%), while the other 2 dimensions are in the good category, namely communication about error (87,8%) and teamwork (87,3%). The dimension of reporting patient safety events had the lowest percentage (57,7%), with the other 6 dimensions are in the relatively good category, which are staffing and work pace (62,0%), supervisor, manager, or clinical leader support for patient safety (66,2%), response to error (70,8%), handoffs and information exchange (70,9%), communication openness (73,6%), and hospital management support for patient safety (74,6%). The conclusion of this study is that patient safety culture at the Duren Sawit Public Health Center is considered to be in a relatively good category (73,9%). Therefore, the Public Health Center needs to increase education, coaching, and socialization for healthcare workers, increase resources, give rewards for healthcare workers who has reported patient safety events, and implement monitoring and evaluation periodically."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>