Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 102990 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hafada Choirunisa
"Mobilitas sirkuler terjadi karena adanya perbedaan desa ? kota, penduduk pedesaan sebagian besar bekerja pada sektor pertanian sedangkan penduduk kota sebagian besar bekerja pada sektor industri dan jasa. Sebagai kota yang baru memisahkan diri dari Kabupaten Tangerang, pada saat ini sektor industri dan jasa juga sedang berkembang pesat di Kota Tangerang Selatan, terbukti dengan banyaknya pekerjaan konstruksi yang sedang berlangsung.
Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Meninjau pola mobilitas sirkuler pekerja bangunan berdasarkan frekuensi kepulangan migran ke daerah asal juga sebaliknya, 2. Meninjau hubungan antara antara karakteristik migran, kepemilikan, pendapatan, jarak juga alat transportasi terhadap frekuensi kepulangan migran ke daerah asal.
Dengan menggunakan sampel acak proporsional pada setiap lokasi pekerjaan konstruksi dan dengan menggunakan kuesioner serta wawancara mendalam diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Migran yang berstatus sudah menikah dan berusia dewasa awal lebih sering melakukan putaran ulang mobilitas. Pergerakan migran lebih disebabkan oleh kuatnya daya tarik daerah tujuan, mobilitas terjadi seiring dengan kemajuan teknologi. 2. Jarak dan alat transportasi berpengaruh signifikan terhadap putaran ulang mobilitas pekerja bangunan.

Circular mobility occurred due to differences in rural - city, the majority of rural population work on the agricultural sector while the majority of city population work in the industrial and service sectors .As a new city that developed separately from tangerang, at the moment, the industrial and services sectors are developing rapidly in south tangerang, as many ongoing construction works.
This study attempts to: 1.Reviewing the spatial pattern of circular mobility of construction workers based on the frequency of circular migration, 2. Reviewing the relationship between characteristics of migrant, the ownership, income, the distance as well as transportation modes with circular migration frequency of the migrants.
Using random samplimg and deep interview in every location of construction, the results showed that: 1. Migratns aged mature early and married more often do mobility. The movement of migrants more caused by the strenghth of the appeal of the destination area, the mobility of going along with the advancement of technology., 2. Distance and transportation mode used possess significant influences to the circular migration of construction workers.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S62952
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stefanie Agustine
"Latar belakang: Perilaku penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada pekerja sektor konstruksi di Indonesia masih kurang baik, ditandai dengan masih tingginya angka kematian dan disabilitas akibat kecelakaan kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengapa dan bagaimana fenomena tersebut terjadi dan faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan APD pada pekerja konstruksi.
Metode: Studi kualitatif menggunakan Fokus Grup Diskusi (FGD) dan wawancara mendalam dengan pedoman wawancara semi-struktur pada 13 informan pekerja konstruksi, 3 orang mandor, 4 orang manajemen proyek serta 2 orang manajemen perusahaan sebuah perusahaan jasa konstruksi nasional. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan fenomenologis.
Hasil: Pekerja konstruksi mengakui bahwa tidak atau tidak selalu memakai APD, khususnya yang rutin harus digunakan. Sikap pekerja yang kurang baik dipengaruhi oleh pengetahuan terbatas, konsep diri rendah (persepsi, intensi dan pengalaman), status pekerja serta tingkat pendidikan yang rendah. Manajemen proyek hingga manajemen perusahaan berperan dalam penyediaan, inventarisasi APD yang kurang memadai, peraturan yang tidak dijalankan dengan ketat, pelatihan yang tidak diberikan kepada pekerja. Manajemen proyek dan mandor juga bertanggung jawab terhadap pengawasan, namun implementasi di lapangan masih longgar.
Kesimpulan: Perilaku pekerja konstruksi dalam penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) terutama dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang rendah dan status kerja. Kurangnya pengawasan, pelatihan serta regulasi dari manajemen berkontribusi terhadap perilaku penggunaan APD pada pekerja.

Backgrounds: Construction workers’ lack of good behavior towards Personal Protective Equipment (PPE) usage, marked by high incidence of mortality and disability caused by occupational accidents in Indonesia. This research aim is to study why and how this phenomenon occured among construction workers and factors infulencing workers’ behavior on PPE usage.
Method: Qualitative study was conducted ,consisted of focus group discussions and in-depth interviews with semi-structured quidelines involving 13 construction workers, 3 supervisors, 4 project management staffs and 2 company management staffs from a national construction company . Conceptual framework used was phenomenological study.
Results: Construction workers admitted that PPE did not always used at work, particularly those routinely have to be used. Lack of good PPE usage behavior caused by limited knowledge of PPE functions, workers’ low self concept (perception, intention, and experience), low educational level, labor status,. Project management to company management took part in lack of PPE supply, inventory, regulations and training that did not meet the requirements. Project management and supervisors also contributed to supervision, although the implementation still loose.
Conclusion: Construction workers behavior of PPE usage particularly caused by low educational level and labor status. Management’s lack of supervision, training, and regulation contributed to workers’ PPE usage behavior.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Teuku Muhammad Ramadhan
"Dalam proyek bangunan tinggi di JABODETABEK terjadinya kecelakaan kerja konstruksi dapat dicegah melalui Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang baik. SMK3 akan berjalan optimal jika dimulai dengan safety plan yang baik. Rencana keselamatan kerja akan lebih akurat jika didasarkan pada Work Breakdown Structure (WBS). Terdapat 10 paket pekerjaan yang diteliti dalam penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan perencanaan K3/Safety plan berdasarkan Work Breakdown Structure (WBS) pada proyek gedung bertingkat. Temuan sumber risiko dan atau potensi bahaya sesuai dengan rincian aktivitas WBS pada penelitian ini adalah pekerja tergores/tertusuk besi, Pekerja tertimpa bekisting, pekerja terperosok ke bawah akibat kayu keropos, pekerja tertimpa material material/alat, sling tower crane putus dan material menimpa pekerja/fasilitas, bekisting roboh, pekerja jatuh dari ketinggian, bekisting/skafolding jatuh dan menimpa pekerja/fasilitas, dan material beton pracetak menimpa pekerja/fasilitas. Selain didapatkannya sumber risiko berdasarkan WBS, akan dibahas juga mengenai pembuatan rencana keselamatan IBPRP berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 10/2021 berdasarkan standar WBS dengan tujuan untuk meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja, serta mengurangi angka kecelakaan kerja khususnya pada proyek-bangunan bertingkat tinggi di JABODETABEK.

Construction work accidents in high-rise building projects in JABODETABEK may be avoided with a solid Occupational Health and Safety Management System (SMK3). SMK3 will perform best if it begins with a solid safety strategy. The work safety plan will be more accurate if it is based on the Work Breakdown Structure (WBS). This research looks at ten different job bundles. The purpose of this research is to create an OHS/Safety strategy for a multi-story construction project based on the Work Breakdown Structure (WBS). Workers who are scratched/pierced by iron, workers who are hit by formwork, workers who fall down due to porous wood, workers who are hit by materials/tools, tower crane slings are broken, and materials hit workers/facilities, formwork collapses, workers fall from a height, formwork/scabbing. In addition to obtaining risk sources based on the WBS, it will also discuss the preparation of an IBPRP safety plan based on the Regulation of the Minister of Public Works No. 10/2021 based on the WBS standard with the goal of improving occupational safety and health and reducing the number of work accidents, particularly in JABODETABEK's high-rise buildings. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afrizal Nursin
"Peran sumberdaya manusia dalam pembangunan atau proyek konstruksi sangat penting, dibandingkan dengan peran sumberdaya manusia di industri manufaktur. Industri manufaktur lebih mengandalkan kepada mesin-mesin dan robotisasi untuk mengembangkan dan menghasilkan produknya, sedangkan pada industri konstruksi lebih menekankan peran sumberdaya manusia, sehingga kemampuan manusia sebagai tenaga kerjanya harus benar-benar dapat diandalkan agar dapat menghasilkan produk yang sesuai dengan rencana, yang dalam hal ini menyangkut waktu, mutu, dan biaya.
Melalui metode observasi dan survey penulis ingin mengetahui dan mengukur produktivitas tukang batu yang melaksanakan proyek konstruksi di DKI Jakarta. Tujuannya adalah untuk melihat besar atau tinggi produktivitas tukang batu dan faktor yang mempengaruhi prdduktivitas tersebut. Dengan ini diharapkan suatu peningkatan prdduktivitas tenaga kerja seoptimal mungkin dan industri konstruksi dapat merencanakan pelaksanaan sesuai dengan kemampuan tukang yang ada, khususnya tukang batu.
Setelah diadakan penelitian, dan data-data yang ada diolah dengan metoda pengukuran prdduktivitas, maka dapat beberapa fenomena. Fenomena tersebut antara lain memperlihatkan bahwa produktivitas tukang batu pada pekerjaan pasangan batu kali, batu bata, keramik, plesteran, dan pekerjaan beton rendah sekali, tetapi masih berada dalam range standar yang ada. Produktivitas tukang batu sangat dipengaruhi oleh ketepatan waktu penyiapan bahan, ukuran dan mutu bahan baku dan bahan setengah jadi, lokasi kerja, kemampuan tukang membaca gambar dan membuat mal untuk menyelesaikan pekerjaan, dan keterampilan tukang mengatur pembantu tukang dan menata tempat kerja.
Dengan kenyataan yang ada di proyek tersebut, maka dapat disarankan kepada industri konstruksi tentang perlu diadakan pelatihan khusus tukang batu yang meliputi kemampuan analisa kerja (Job Analysis), keterampilan membaca gambar. kemampuan membuat mal, kecakapan memimpin pekerja. Kontraktor perlu berhati-hati dalam menghitung biaya bangunan jika menggunakan standar yang ada, karena perkiraan produktivitas tukang batu dalam buku tersebut terlalu ideal dan sulit dicapai."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1993
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Ryan Cyrilla Adinata
"Musculoskeletal disorders merupakan gangguan otot, tendon, sendi, ruas tulang belakang, saraf perifer dan sistem vaskular yang dapat terjadi tiba-tiba atau akut maupun secara perlahan dan kronis. Menurut WHO, 60% penyakit akibat kerja adalah musculoskeletal disorders yang umumnya disebabkan oleh faktor individu dan faktor ergonomi. Aktifitas pekerjaan konstruksi memiliki potensi mengalami keluhan musculoskeletal disorders. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional dan bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara faktor risiko ergonomi terhadap keluhan musculoskeletal disorders pada pekerja Proyek Pembangunan Stadion Sport Centre – Banten. Penelitian ini melibatkan 140 pekerja lapangan dari pekerjaan struktur, arsitektur dan MEP yang diambil menggunakan cluster random sampling. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi pekerja Proyek Pembangunan Stadion Sport Centre – Banten yang mengalami keluhan musculoskeletal disorders yaitu (41,4%) pada leher, (55,0%) pada bahu dan lengan, (45,0%) pada punggung, (36,4) pada tangan, (32,9%) pada kaki. Hasil analisis bivariat menunjukkan adanya hubungan antara faktor risiko ergonomi dan karakteristik individu terhadap keluhan musculoskeletal disorders dimana faktor paling berpengaruh adalah kebiasaan berolahraga, durasi tidur dan postur kerja. Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengidentifikasi dan menjadi sumber rekomendasi di masa mendatang.

Musculoskeletal disorders are injuries or disorders of the muscles, tendons, joints, vertebrae, peripheral nerves and vascular systems that can occur suddenly or acutely also slowly and chronically. According to WHO, 60% of occupational diseases are musculoskeletal disorders which are generally caused by individual factors and ergonomic factors. Construction work activities have the potential to cause complaints of musculoskeletal disorders. This study uses a cross-sectional study design and aims to identify the relationship between ergonomic risk factors and complaints of musculoskeletal disorders among construction workers at the Banten Sport Center Stadium Project. This study involved 140 field workers from structural, architectural and MEP works taken using cluster random sampling. The overall prevalence of musculoskeletal complaints, particularly in the neck (41.4%), shoulders and arms (55,0%), lower back (40.5%), hands (36.4%) and feet (32,9%). The results of the bivariate analysis showed that there was a relationship between ergonomic risk factors and individual characteristics on complaints of musculoskeletal disorders where the most influential factors were exercise habits, sleep duration and work posture. Therefore, further research is needed to identify and become a source of recommendations in the future."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eunike Atara Trisyani
"Skripsi ini membahas tentang analisis faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan kelelahan pada pekerja konstruksi di Proyek Y PT.X Tahun 2024. Kelelahan kerja (fatigue) adalah suatu kondisi dimana terjadi perasaan lelah dan penurunan fungsi mental dan fisik yang menyebabkan berkurangnya semangat kerja sehingga menurunkan efektivitas dan efisiensi kerja. Penelitian ini menggunakan pendekatan kauntitatif dengan desain cross sectional. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah prurposive sampling. Analisi data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan dua cara, yaitu chi square. Hasil penelitian ini menunjukkan sebanyak 48,9% responden mengalami kelelahan kerja. Terdapat hubungan yang signifikan antara kelelahan kerja dengan faktor risiko terkait pekerjaan seperti beban kerja, durasi kerja, durasi lembur, jenis pekerjaan dan faktor risiko tidak terkait pekerjaan, seperti konsumsi minuman berkafein, konsumsi air mineral, kualitas tidur, kuantitas tidur, dan pekerjaan sampingan.

Work fatigue (fatigue) is a condition where there is a feeling of fatigue and a decrease in mental and physical function which causes a decrease in morale, thereby reducing work effectiveness and efficiency. This study uses a quantitative approach with a cross-sectional design. The sampling technique used was purposive sampling. Data analysis in this study was carried out using two ways, namely chi square. The results of this study showed that 48.9% of respondents experienced job fatigue. There is a significant relationship between fatigue and work-related risk factors such as workload, work duration, overtime duration, type of work and non-work-related risk factors, such as caffeinated beverage consumption, mineral water consumption, sleep quality, sleep quantity, and side jobs"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susanto
"Fokus penelitian ini adalah mengetahui pengaruh karakteristik individu terhadap upah pekerja konstruksi menggunakan data SAKERNAS 2013 dengan jumlah responden 13.365 dan menggunakan analisis regresi linier berganda dengan metode ordinary least square (OLS).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel bebas meliputi umur, jenis kelamin, status kawin, tempat tinggal, pendidikan, pelatihan, regional, hari kerja mempunyai pengaruh positif terhadap upah pekerja konstruksi. Penerimaan upah maksimum terjadi pada umur 46,43 tahun, sedangkan setiap penambahan umur 1 tahun akan menambah penghasilan sebesar 2,6%. Jenis kelamin laki-laki akan mendapatkan upah sebesar 3,49% > berjenis kelamin perempuan.
Status kawin akan menerima upah sebesar 10,34% > tidak kawin. Sedangkan pekerja yang tinggal di kota akan menerima upah sebesar 13,43% > pekerja yang tinggal di desa. Pendidikan tamat SMP akan menerima upah sebesar 6,64%, berpendidikan tamat SMA+ sebesar 26,18% lebih tinggi dari pekerja yang berpendidikan <=SD. Pekerja yang mengikuti pelatihan kerja (bangunan batu, kayu dan beton) akan mendapatkan upah sebesar 25,72% > tidak mengikuti pelatihan kerja. Dan pekerja yang tinggal di Pulau Sumatera akan mendapatkan upah sebesar 29,78%, Pulau Jawa sebesar 10,01%, Pulau Kalimantan sebesar 50,75%, Pulau Sulawesi sebesar 26,26% dan Pulau Maluku serta Papua yang akan mendapat upah sebesar 45,08% lebih tinggi jika di bandingkan dengan pekerja yang tinggal di pulau Bali dan Nusa Tenggara.

The focus of this study find out of the effect of individual characteristics on the wages of construction workers using SAKERNAS 2013 with 13.365 number of respondents and using multiple linear regression analysis with the method of Ordinary Least Squares (OLS).
Results of research shows that the independent variables consist of age, gender, marital status, place of residence, education, training, regional, working days have a positive effect on the wages of construction workers. The maximum wages occurs at the age of 46.43 years, and base on inferential analysis can conclude that every additional 1 year of age will increase revenue 2.6%. Male will get wages 3.49% > female.
Marital status will get wages 10.34% > are not married. While workers living in the city will receive a wage 13.43% > worker who lives in the village. Junior high school will receive wages 6.64%, completed high school plus will receive wages 26.18% higher than <= SD. Workers who follow vocational training (masonry, wood and concrete) will get wages 25.72% > does not follow vocational training. And workers who live on the island of Sumatra will get wages 29.78%, 10.01% Java, 50.75% Borneo, 26.26% Sulawesi and 45,08% Maluku and Papua island higher when compared with workers who live on the island of Bali and Nusa Tenggara
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evelyn
"Skripsi ini membahas tentang analisis hubungan faktor risiko pekerjaan dan non pekerjaan terhadap kelelahan pekerja konstruksi di suatu proyek bangunan tingkat tinggi di wilayah Jakarta. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan di sektor konstruksi salah satunya kelelahan. Kelelahan dapat dipengaruhi oleh faktor risiko pekerjaan maupun non pekerjaan. Analisis hubungan antara faktor risiko dengan kelelahan yang terjadi menjadi penting sebagai baseline data dalam upaya mengurangi kecelakaan di sektor konstruksi. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain potong lintang. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara faktor risiko pekerjaan: lama kerja, faktor psikososial (effort, Reward, dukungan sosial, kepuasan kerja, stress kerja) dan faktor non pekerjaan (kuantitas dan kualitas tidur) terhadap terjadinya kelelahan pekerja konstruksi Proyek X.

This thesis discusses the analysis of work related dan non work related risk factors towards fatigue of construction workers in a high-rise building project in the Jakarta. Many factors that cause accidents in the construction sector, one of them is fatigue can be affected by work and non-job risk factors. Analysis of the relationship between risk factors and fatigue that occurs becomes important as a baseline of data in an effort to reduce accidents in the construction sector. This research is a quantitative research with cross sectional design. The results of this study indicate that there is a significant relationship between occupational risk factors: duration of work, psychosocial factors (effort, Reward, social support, job satisfaction, work stress) and non-work factors (quantity and quality of sleep) to the fatigue of Project X construction workers."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luh Putu Putri Jayanthi
"Pekerjaan konstruksi merupakan salah satu pekerjaan yang memiliki risiko kecelakaan kerja yang tinggi. Kelelahan merupakan risiko paling kritis penyebab dari kecelakaan kerja yang terjadi. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk melihat proporsi usia, status gizi (Indeks Masa Tubuh), status kesehatan, masa kerja, jam kerja, waktu istirahat, kebiasaan olahraga, konsumsi kafein, konsumsi alkohol, kebiasaan merokok, kualitas tidur, kepuasan kerja, tuntutan di tempat kerja, kontrol terhadap pekerjaan, dukungan sosial dan stres kerja terhadap kelelahan kerja itu sendiri, serta uji kelelahan secara subjektif dan objektif.
Penelitian kelelahan ini dilakukan secara objektif dengan menggunakan alat berupa aplikasi sleep 2 peak dan subjektif dengan kuesioner yang meliputi Industrial Fatigue Research Committee (IFRC), Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), Sleep Hygiene Index untuk melihat higiene tidur dan kuesioner adaptasi dari Copenhagen Psychosocial Questionnaire-III yang menyasar kepada 75 pekerja konstruksi Light Rail Transit (LRT) PT. X, dimana perusahaan ini juga bergerak di bidang konstruksi bangunan dan merupakan jenis pekerjaan baru di PT. X.
Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional study dengan pendekatan deskriptif kuantitatif. Analisis dari penelitian ini secara bivariat diperoleh bahwa ada perbedaan yang signifikan pada uji kelelahan secara subjektif dan kelelahan secara objektif (p=0,000). Serta secara multivariat diperoleh bahwa ada hubungan yang signifikan antara status kesehatan, kualitas tidur, higiene tidur, kepuasan kerja, tuntutan dalam pekerjaan, kontrol pekerjaan, dukungan sosial dan stres kerja terhadap kelelahan.

Construction work is one job that has a high risk of workplace accidents. Fatigue is the most critical risk of the cause of workplace accidents that occur. Therefore this study was conducted to look at the proportion of age, nutritional status (Body Mass Index), health status, working period, working time, rest periods, exercise habits, caffeine consumption, alcohol consumption, smoking habits, sleep quality, job satisfaction, demands in the workplace, job control, social support and work stress on work exhaustion itself, as well as subjective and objective fatigue tests.
This fatigue study was conducted objectively by using a tool such as the application of sleep 2 peak and subjective with a questionnaire covering the Industrial Fatigue Research Committee (IFRC), Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), Sleep Hygiene Index to see sleep hygiene and adaptation questionnaires from Copenhagen Psychosocial Questionnaire-III which targets 75 construction workers of Light Rail Transit (LRT) PT. X, where the company is also engaged in building construction and is a new type of work at PT. X.
This study uses a cross-sectional study design with a quantitative descriptive approach. The analysis of this study was bivariately obtained that there were significant differences in subjective fatigue and objective fatigue tests (p = 0,000). As well as multivariate, it was found that there was a significant relationship between health status, sleep quality, sleep hygiene, job satisfaction, job demands, job control, social support and work stress on fatigue.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T53602
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gavin Andre Irhandy
"Industri konstruksi merupakan salah satu sektor yang memiliki bahaya yang besar dan risiko cukup tinggi sehingga memungkinkan terjadinya kecelakaan kerja. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh faktor risiko individu dan organisasi terhadap perilaku tidak aman atau substandart action pada pekerja konstruksi. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei hingga Juni 2021 yang melibatkan 165 pekerja konstruksi di proyek pembangunan stadion sport centre – Banten. Penelitian ini menggunakan desain studi yang bersifat cross sectional. Instrumen yang digunakan untuk pengambilan data antara lain kuesioner berkaitan dengan perilaku keselamatan (safety behavior), pengetahuan keselamatan (safety knowledge), motivasi keselamatan (safety motivation), psychological capital, dan pandangan terhadap faktor organisasi terkait keselamatan. Hasil pada penelitian menunjukan usia memiliki pengaruh positif namun tidak signifikan terhadap perilaku tidak aman, sedangkan tingkat pendidikan, pengalaman kerja diproyek bersangkutan, rata-rata jam kerja mingguan, motivasi keselamatan, dan faktor organisasi memiliki pengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap perilaku tidak aman. Dan pengetahuan keselamatan, psychological capital (efikasi diri, harapan, ketahanan, dan optimisme) memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap perilaku tidak aman. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengendalian dan intervensi untuk meminimalisir perilaku tidak aman (substandart action).

Construction industry has a high hazard and high risk to allow work accident. The purpose of this study was to analyze the effect of individual risk factor and organizational risk factor associated with unsafe behavior or substandard action in construction workers. This research conducted in Mei – June 2021 involving 165 workers in the sports center stadium construction project Banten. This study used a cross sectional study design. The instrument used for collecting data included questionnaires related to safety behavior, safety knowledge, safety motivation, psychological capital, and organizational factors related to safety. The result of this research indicate age has a positive effect but not significant against unsafe behavior or substandard action. While education level, work experience in the project, average weekly working hours, safety motivation, organizational safety behavior have a negative effect but not significant against unsafe behavior or substandard action, and safety knowledge, psychological capital (self-efficacy, hope, resilience, and optimism) have a negative and significant effect against unsafe behavior or substandard action. Therefore, we need to control and intervene to reduce unsafe behavior or substandard action in workers."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>