Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 26659 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Diah Mardhotillah
"Skripsi ini membahas pembentukan Provinsi Banten pada 1963?2001. Perjuangan masyarakat Banten dalam mengubah status dari Karesidenan menjadi Provinsi berjalan sampai 47 tahun. Pembentukan Provinsi Banten dibagi menjadi tiga fase, yaitu inisiasi, integrasi, dan deklarasi. Masyarakat Banten melakukan berbagai upaya untuk memperjuangkan Banten menjadi sebuah provinsi, seperti dibentuk Panitia Pembentukan Propinsi Banten (PPPB), Kelompok Kerja Pembentukan Provinsi Banten (Pokja-PPB), Komite Pembentukan Provinsi Banten (KPPB), dan Sub Komite Pembentukan Provinsi Banten (SKPPB). Pembentukan Provinsi Banten ini mengalami berbagai tantangan terutama pada 1960-an, pembentukan Provinsi Banten dianggap didalangi oleh PKI. Banten resmi menjadi sebuah provinsi pada 4 Oktober tahun 2000 yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukam Provinsi Banten.

The focus of this study discuses efforts to break away from the mains: establishment of Banten Province in 1963?2001. Banten people struggle in an attempt to change the status of residency became the Province run until 47 years. The formation of Banten Province is divided into three phases, namely initiation, integration, and declaration. Banten community made various efforts to fight Banten became a province, such as Panitia Pembentukan Provinsi Banten (PPPB), Kelompok Kerja Pembentukan Provinsi Banten (Pokja-PPPB), Komite Pembentukan Provinsi Banten (KPPPB), Badan Koordinasi Pembentukan Provinsi Banten (Bakor-PPPB), and Sub Komite Pembentukan Provinsi Banten (SKPPB). The formation of Banten Province, have difficult experince, especially in the 1960s, the establishment of Banten Province is considered masterminded by the PKI. Banten officially became a province on October 4, 2000 established by Decree Law No. 23 of 2000 on Pembentukan Banten."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
S65523
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Suharsih
"Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pemertahanan bahasa Jawa dialek Banten melalui pilihan dan pemakaian bahasa di ranah keluarga berdasarkan lokasi pemukiman. Diduga lokasi pemukiman dapat memberikan pengaruh terhadap pemertahanan bahasa. Penelitian ini dilakukan di masyarakat yang homogen, yaitu lokasi pemukiman di desa dan di masyarakat yang heterogen, yaitu lokasi pemukiman di dekat pusat pemerintahan, pusat industri dan pariwisata. Populasi penelitian adalah semua penutur bahasa Jawa dialek Banten di Provinsi Banten. Dengan menggunakan stratified purposive sampling, diperoleh 340 responden dari sepuluh desa yang mewakili berbagai lokasi pemukiman. Data pilihan bahasa dikumpulkan berdasarkan kuesioner dan dianalisis dengan SPSS dan data pemakaian bahasa didapatkan melalui observasi lapangan yang dianalisis dengan teknik triangulasi.
Hasil analisis menunjukkan secara umum pemertahanan bahasa Jawa dialek Banten dalam kategori baik, dengan rerata persentase responden yang memilih menggunakan bahasa Jawa dialek Banten kepada mitra tutur di ranah keluarga 86,15%. Berdasarkan lokasi pemukiman, responden dengan karakteristik homogen (di desa) menunjukkan pemertahanan yang lebih tinggi dibandingkan dengan responden dengan karakteristik heterogen. Pemertahanan bahasa di desa didominasi oleh responden yang berusia 41-50 tahun. Pada masyarakat heterogen, responden yang tinggal di lokasi pemukiman dekat pusat pemerintahan menunjukkan pemertahanan bahasa Jawa dialek Banten paling tinggi, yaitu dengan rerata 74,93% dan didominasi oleh responden perempuan.

The research aims to figure out Banten Javanese maintenance through language choice and language use in family domain based on respondents settlement location. It is supposed that settlement location gives influence toward language maintenance. The research conducted in homogeny society, those who stay in villages, and in heterogeneous society, those who stay near governmental center, industrial center and tourism. The population is all Banten Javanese speakers in Banten Province. by using stratified purposive sampling, there are 340 Banten Javanese speakers as respondents taken from the four settlement locations. Language choice data taken from questionnaire and it analyzed using SPSS; while language use data taken from observation and it analyzed using triangulation.
The result of analysis showed that Banten Javanese maintenance is good, reaching 86.15 % of respondents who chose to use the language. Based on the settlement locations, respondents represented homogeny society (village) tends to maintain the language higher than those who represented heterogeneous society. Social factor dominated in this location is respondents with 41-50 years old. In heterogonous societies, the respondents who live near the governmental center get the highest percentage, i.e. 74,93% with women domination.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
D2725
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ficky Utomo
"Penelitian ini membahas mengenai Kegagalan Upaya Pemekaran Daerah di Indonesia (Studi Kasus Gerakan Presidium Pembentukan Provinsi Cirebon Dalam Upaya Pemekaran Provinsi Cirebon Periode Tahun 2000-2018). Penelitian ini menggunakan Teori Gerakan Sosial, Teori Political opportunity structure, Teori Resources mobilization theory, dan Teori Collective Action Frames di dalam membedah persoalan penelitian yang diajukan perihal apa penyebab gerakan pemekaran Provinsi Cirebon ini mengalami kegagalan. Dengan menggunakan metode kualitatif yaitu dengan studi pustaka dan mengumpulkan data melalui wawancara mendalam. Peneliti beragumen bahwa gerakan pemekaran Provinsi Cirebon ini memenuhi semua prasyarat untuk diakui sebagai sebuah gerakan sosio-politik. Peneliti juga berargumen bahwa di dalam kesempatan struktur politik, organisasi Presidium Pembentukan Provinsi Cirebon (P3C) mengalami keadaan yang disebut sebagai kurvalinier dalam hubungannya dengan struktur politik dan kemunculan gerakan sosial. Peneliti juga berargumen bahwa terjadi instabilitas jejaring elit di dalam pengupayaan pemekaran Provinsi Cirebon ini. Karena disatu sisi gerakan ini disupport oleh beberapa pihak elit, namun di sisi yang lain beberapa elit dilain pihak menolak atau membiarkan gerakan ini dalam situasi yang tidak jelas, dan elit yang membantu pun tidak terlalu signifikan membantu. Dan di dalam pengupayaan pemekaran Provinsi Cirebon, peneliti berargumen bahwa para aktivis penggerak tidak mengalami represi dari negara. Sedangkan di dalam upaya memobilisasi sumberdaya, organisasi P3C dan para elit keraton Cirebon terhalang oleh kondisi finansial yang tidak cukup namun di dalam pengelolaan organisasinya berjalan dengan cukup baik dan tidak menjadi halangan. Dan terkahir, dari sisi framing, peneliti berargumen bahwa aktivitas agitasi dan framing di dalam organisasi ini dapat berjalan dengan baik, baik itu dengan media seminar, demonstrasi, maupun lewat berbagai terbitan tulisan di media.

This study discusses the Failure of Regional Expansion Efforts in Indonesia (Case Study of the Presidium Movement for the Establishment of the Province of Cirebon in the Efforts to Expand Cirebon Province for the Period of 2000-2018). This research uses Social Movement Theory, Political Opportunity Structure Theory, Resource Mobilization Theory Theory, and Collective Action Frames Theory in dissecting the research problems raised regarding what causes the Cirebon Province regional divergence movement to fail. By using a qualitative method that is by library research and collecting data through in-depth interviews. The researcher argues that the Cirebon Province regional divergence movement fulfills all the prerequisites to be recognized as a socio-political movement. The researcher also argues that on the occasion of political structure, the organization of the Presidium for the Establishment of the Province of Cirebon (P3C) experienced a condition called curvalinier in relation to political structure and the emergence of social movements. Researchers also argue that there is instability in elite networks in the efforts to expand the Cirebon Province. Because on the one hand this movement is supported by some elite parties, but on the other hand some elites on the other hand reject or leave this movement in unclear situations, and the elite who help is not too significant to help. And in seeking the expansion of the Cirebon Province, researchers argued that activist activists did not experience repression from the state. Whereas in the effort to mobilize resources, the P3C organization and the elite of the Cirebon palace were hindered by inadequate financial conditions but in managing their organizations well and did not become a hindrance. And finally, in terms of framing, researchers have argued that agitation and framing activities within this organization can run well, be it through media seminars, demonstrations, or through various writing publications in the media."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
T55233
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rica Amanda
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perubahan struktur ekonomi yang terjadi di Provinsi Banten tahun 2000-2009. Metode yang digunakan adalah analisis input-ouput dan visualisasi economic landscape dengan menggunakan data input-ouput di Provinsi Banten tahun 2000 dan 2009. Beberapa temuan yang dihasilkan diantaranya adalah terjadinya perubahan struktur ekonomi di Provinsi Banten ditandai oleh keluarnya sektor primer dari kategori sektor kunci, peningkatan peranan sektor tersier dalam perekonomian Banten dan terjadinya pergeseran pada sejumlah industri unggulan. Selain itu, komponen upah yang relatif kecil pada sektor industri berimplikasi pada urgensi peningkatan mutu sumberdaya manusia yang pada akhirnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

This research aims to study the structural changes of economic in the Province of Banten over 2000-2009 using input-output analysis and presentation of economic landscape. The result showed that structural changes marked by the prime sector which is comes out from key sector category in 2009, and the tertiary sectors play a higher role in Banten economic. Also, this research finds shifting that happened in some industrial sectors such as basic metal industries, chemical, rubber and plastics industries. Furthermore, small proportion of wages in industrial sectors led to implication for educational policy such as upgrade the quality of human resources, and the social welfare at the end."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
T32147
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdurrahman Aslam
"Kabupaten Lebak memiliki letak geografis unik yang dapat dijadikan kawasan pariwisata alam mulai dari bukit, sungai, gua, dan garis pantai yang panjang karena setiap objek alam dapat memiliki potensi untuk dijadikan objek wisata alam dengan nilai yang  berbeda-beda. Bentang alam sebagai sumberdaya wisata menjadi penentu ada atau tidaknya kegiatan wisata alam tersebut (Dernoi dalam Burton, 1995). Tujuan Penelitian ini yaitu untuk mengetahui potensi pariwisata alam di Kabupaten Lebak dan mengetahui hubungan antara potensi pariwisata alam dengan jumlah pengunjung. Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan keruangan serta menggunakan Uji Statistik Chi Square untuk mencari hubungan. Hasil penelitian menunjukan bahwa potensi objek wisata alam di Kabupaten Lebak berdasarkan pembobotan menghasilkan sebagian besar nilai potensi objek wisata alam yang rendah. Secara spasial Kabupaten Lebak memiliki beragam objek wisata alam dan terdapat beberapa objek wisata alam yang memiliki keunikan sendiri yaitu objek wisata Pantai Langir dan objek wisata Karang Taraje, namun belum adanya pengelolaan yang baik pada fasilitas dan aksesibilitas membuat nilai potensi tetap rendah. Kedatangan wisatawan ke objek wisata alam disebabkan oleh nilai potensi objek wisata alam yang tinggi dan memiliki fasilitas yang baik. Melalui hasil uji statistik diketahui bahwa adanya hubungan yang signifikan antara potensi pariwisata alam dengan jumlah pengunjung objek wisata alam tahun 2017 di Kabupaten Lebak ditunjukan dengan objek wisata alam yang memiliki nilai tinggi mendatangkan jumlah pengunjung yang tinggi juga, dan begitu sebaliknya.

Lebak Regency has a unique geographical location that can be used as a natural tourism area starting from long hills, rivers, caves and coastlines because each natural object can have the potential to be a natural tourist attraction with different values. Landscapes as tourism resources are a determinant of the presence or absence of natural tourism activities (Dernoi in Burton, 1995). The purpose of this research is to find out the potential of natural tourism in Lebak Regency and find out the relationship between the potential of natural tourism and the number of visitors. The analytical method used is descriptive method with spatial approach and using the Chi Square Statistic Test to find relationships. The results of the study showed that the potential of natural tourism objects in Lebak Regency based on weighting produced most of the potential value of low natural tourism objects. Spatially, Lebak Regency has a variety of natural attractions and there are several natural attractions that have their own uniqueness, namely the Langir Beach tourist attraction and Karang Taraje tourist attraction, but the lack of good management of facilities and accessibility makes the potential value remains low. The arrival of tourists to natural attractions is due to the potential value of high natural tourism objects and good facilities. Through the results of statistical tests, it is known that the existence of a significant relationship between the potential of natural tourism and the number of visitors to natural attractions in 2017 in Lebak Regency is indicated by natural attractions that have high scores, bringing high numbers of visitors, and vice versa."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kelvin Geovani Pratama
"Kota Tangerang merupakan salah satu kota pusaka di Indonesia, dan satu-satunya di Provinsi Banten. “Tangerang Live” merupakan sebuah visi dan misi dalam membangun Kota Tangerang, menjadi kota layak kunjung, layak huni, serta layak invesitasi. Kota Tangerang memiliki potensi besar dalam mengembangkan pariwisata perkotaan, karena terdapat beberapa peninggalan sejarah yang dapat menjadi sebuah daya tarik wisata. Tourism Business District merupakan sebuah istilah dalam pariwisata perkotaan yang berguna dalam memahami komponen pariwisata perkotaan, yang terdiri dari kesatuan fasilitas wisata. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan deliniasi Tourism Business District, serta menentukan karakteristik Tourism Business District yang terdapat di kota Tangerang. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel fasilitas wisata, CBD, jaringan jalan, serta penggunaan tanah yang terdapat di Kota Tangerang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode keruangan melalui pendekatan fasilitas wisata, dan analisis dilakukan secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa deliniasi Tourism Busines District di kota Tangerang terdapat didalam wilayah pusat pelayanan kota, tepatnya di Kecamatan Tangerang, serta memiliki karakteristik Tourism Busines District yang di tentukan berdasarkan fasilitas primer yang tersedia, yaitu berupa atraksi yang didominasi oleh leisure setting dan terdapat core attraction berupa atraksi bangunan sejarah dan bangunan hasil pencapaian Kota Tangerang

Tangerang City is one of the heritage cities in Indonesia, and the only one in Banten Province. "Tangerang Live" is a vision and mission in developing Tangerang City, a city worthy of visit, livable, and worthy of investment. Tangerang City has great potential in developing urban tourism, because there are several historical relics that can become a tourist attraction. Tourism Business District is a term in urban tourism that is useful in understanding the components of urban tourism, which consists of a unity of tourist facilities. This study aims to determine the delineation of the Tourism Business District and determine the characteristics of the Tourism Business District in the city of Tangerang. The variables used in this research are tourist facilities, CBD, road network, and land use in Tangerang City. The method used in this research is the spatial method through the tourist facilities approach, and the analysis is carried out descriptively. The results show that the Tourism Busines District delineation in the city of Tangerang is located in the city service center area, precisely in the Tangerang District, and has the characteristics of the Tourism Busines District which are determined based on the available primary facilities, namely in the form of attractions dominated by leisure settings and core attractions in the form of historical building attractions and buildings achieved by the City of Tangerang."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
SJ Arifin
"Penelitian ini membahas tentang perkembangan oligarki di Provinsi Banten. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui latar belakang, penyebab, tahap-tahap, dan bentuk oligarki di Provinsi Banten. Penelitian ini berupaya memaparkan kaitan antara kondisi sosial, ekonomi, dan budaya Banten dengan kemunculan oligarki di Banten. Lebih dalam lagi, penelitian ini akan memaparkan bentuk, struktur, dan sifat oligarki di Provinsi Banten. Pertanyaan pokok dalam penelitian ini adalah, bagaimana proses terbentuknya oligarki di provinsi Banten? Dengan sub-sub pertanyaan, pertama, apa latar belakang dan penyebab terbentuknya oligarki di Provinsi Banten? Kedua, bagaimana fase-fase atau tahapan terbentuknya oligarki di Provinsi Banten? Ketiga, bagaimana bentuk oligarki di Provinsi Banten?
Teori utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori "Oligarki", dengan teori pendukung yaitu teori "Modal Sosial", teori "Elite Tradisional-Patrimonial", teori "Hubungan Negara dan Masyarakat", dan teori "Rent Seeking Economy". Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif analitis untuk menganalisis data-data yang diperoleh. Pengumpulan data dilakukan melalui studi pustaka, observasi, dan wawancara mendalam dengan 19 informan; aktifis, pelaku usaha, tokoh jawara, dan akademisi.
Temuan penelitian ini adalah semakin kuatnya oligarki sultanistik di Provinsi Banten dengan Tb. Chasan Sochib (kemudian digantikan putranya, Tb. Chaeri Wardana) sebagai oligark tertinggi. Beberapa oligark baru yang kuat telah muncul namun masih dalam kendali Tb. Chaeri Wardana. Implikasi teoritis dari penelitian ini mendukung dan menguatkan teori oligarki yang dikemukakan oleh Jeffrey Winters, terutama mengenai bentuk dan sifat-sifat oligarki sultanistik. Faktor utama penyebab terbentuknya oligarki di Banten menguatkan teori hubungan negara dan masyarakat. Dinamika internal oligarki mendukung teori-teori modal sosial dan elite tradisionalpatrimonial. Sedangkan aktivitas utama oligarki di Banten menguatkan teori rent-seeking.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa demokrasi elektoral pasca Orde Baru di Banten telah didominasi oleh oligark. Oligark terkuat di Banten adalah Tb. Chasan Sochib yang dominasi oligarkisnya berkembang dalam 3 fase, yaitu, pertama, Fase Jawara-Kontraktor (1967- 2001), kedua, Fase Konsolidasi Oligarki (2001-2006), ketiga, Fase Keluarga (2006 hingga sekarang). Bentuk oligarki di Banten saat ini adalah oligarki sultanistik dimana Tb. Chaeri Wardana menjadi figur utama. Oligark-oligark lain tunduk dan dilindungi oleh Tb. Chaeri Wardana. Pertahanan kekayaan dikelola oleh Tb. Chaeri Wardana untuk para oligark. Aktivitas utama oligarki sultanistik di Banten adalah rent seeking terhadap proyek-proyek APBD.

The research focuses on the development of oligarchy in the Province of Banten. The objectives of the research are identifying background, cause, steps and forms of oligarchy in the Province of Banten. The research attempts to expose the relations between social, economical, and cultural aspects of the Province of Banten and the emergence of oligarchy. Furthermore, it exposes form, structure, and characteristic of oligarchy in the Province of Banten. The fundamental question of this research is: how was the oligarchy in the Province of Banten established? The fundamental question can be divided into three sub questions: first, what was the background and causes for the establishment of the oligarchy? Second, what was the step of the establishment of the oligarchy? Third, what is the form of the oligarchy?
The research uses theory of oligarchy as its main theory, supported by 4 other theories i.e. the theory of social capital, the theory on patrimonial-traditional elite, the theory of state-society relationship, and the theory on rent-seeking economy. The research uses qualitative approach with analytical descriptive method. Data were collected through literature, observations, and in depth interview with 19 informants; activists, businessmen, jawaras, and academicians.
The findings of this research is the more powerful of Sultanistic Oligarchy in Banten Province with Tb. Chasan Sochib (later replaced by his son, Tb. Chaeri Wardana) as the supreme oligarch. Some powerful new oligarch have emerged but still under Tb. Chaeri Wardana's control. Theoretical implications of this research have supported and strengthened the theory of oligarchy proposed by Jeffrey Winters, especially on the forms and characteristics of Sultanistic Oligarchy. The main factors causing formation of oligarchy in Banten have strengthened the theory of statesociety relationship. Internal dynamics of the oligarchy have supported the theories of social capital and patrimonial-traditional elite. While the main activity of oligarchy in Banten has strengthened the theory on rent-seeking economy.
The Result shows that the post-New Order's electoral democracy in the Province of Banten has been dominated by oligarchs. Tb. Chasan Sochib is the strongest oligarch dominating oligarchs in three phase of development: first, jawara-contractor phase (1967-2001), second, oligarchy consolidation phase (2001-2006), and third, family phase (2006 until present).The present form of oligarchy in Banten is Sultanistic Oligarchy where Tb. Chaeri Wardana becomes the main figure. Other oligarchs follow to and are protected by Tb. Chaeri Wardana. Wealth defense is managed by Tb. Chaeri Wardana for other oligarchs. The main activities of sultanistic oligarchy in the Province of Banten is rent-seeking of state budgeted projects.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
T35691
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ainul Hayati
"Kemiskinan merupakan isu yang selalu menarik untuk dibahas, karena hampir tidak ada satu negara pun di dunia ini yang terbebas dari masalah kemiskinan.Tesis ini dilatarbelakangi adanya perbedaan angka kemiskinan yang cukup mencolok antar Kabupaten/kota di wilayah Provinsi Banten. Fokus penelitian adalah melakukan analisis terhadap faktor-faktor yang diduga menjadi penyebab terhadap perbedaan angka kemiskinan tersebut dengan menggunakan data Susenas tahun 2010. Dengan menggunakan variabel lokasi geografis, jumlah anggota rumah tangga, karakteristik kepala rumah tangga (jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan), serta variable bantuan kredit usaha untuk penanggulangan kemiskinan, didapati bahwa penyebab tingginya resiko kemiskinan rumah tangga adalah lokasi geografis dan penambahan jumlah anggota rumah tangga. Hasil penelitian merekomendasikan untuk membuat kebijakan dengan memprioritaskan pembangunan wilayah pedesaan dan pengendalian terhadap laju pertumbuhan penduduk.

Poverty is an issue that is always interesting to discuss, because almost no other country in the world which is free from this problem kemiskinan.Tesis poverty against the backdrop of differences are quite striking between the district / city in the province of Banten. The focus of research is to conduct an analysis of the factors thought to be the cause of the difference in poverty rates by using data Susenas in 2010. By using the variable geographic location, number of household members, household head characteristics (sex, education and employment), and variable business loans for poverty reduction, it was found that the cause of the high risk of household poverty are geographic location and the addition of the number of household members. The study recommends to create a policy to prioritize the development of rural areas and the control of population growth."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
T30300
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Gilang Sukmahavi
"Isu pemekaran wilayah di Indonesia muncul kepermukaan pada tahun 1999, pasca turunnya Presiden Soeharto dari kursi kepresidenan pada tahun 1998. Banten yang merupakan wilayah Eks-Keresidenan masa Hindia Belanda muncul sebagai salah satu wilayah yang menuntut otonomi daerah dan terlepas dari Jawa Barat. Gagasan ini muncul setelah dua kali mendapatkan halangan menjadi provinsi pada masa Orde Lama dan masa Orde Baru. Ulama menjadi corong pertama dalam hal gagasan pembentukan provinsi Banten. Lobi politik baik formal ataupun informal dilakukan demi mendukung gagasan otonomi Banten. Gerakan sosial-politik ini dilakukan ulama demi mencapai tujuan otonomi yantu kesejahteraan, keadilan, dan pembangunan yang merata. Bersama dengan komponen sosial yang lain, ulama bergerak menjadi penyeimbang kepentingan dalam proses pembentukan provinsi Banten. Di lain pihak, Jawa Barat merasa terancam dengan pemekaran wilayah yang secara langsung akan mengurangi pendapatan asli daerah.

The region autonomy has appeared in Indonesia since 1999, after Soeharto’s retaired from his position as Indonesia President in 1998. Banten, whiches the eks-Residence in Netherland Indische has appeared as region who required of autonomy and separated from West Java. This idea was formed after Banten had threatment twice from Orde Lama and Orde Baru, when Banten formed to be a province. Ulama to be the first in terms of the idea funnel formation of Banten province. Political lobbying either formal or informal do to support the idea of autonomy Banten. This socio-political movements made ulama in order to achieve the goal of autonomy prosperity, justice, and equitable development. Together with the other social components, to balance the interests of ulama engaged in the process of formation of Banten province. On the other side, West Java felt threatened by the autonomy region because that will directly reduce revenue."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S53323
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deby Eryani Setiawan
"Salah satu program prioritas pemerintah adalah kedaulatan pangan. Provinsi Banten termasuk ke dalam kategori prioritas 3 penanganan kerawanan pangan atau memiliki kerentanan terhadap kerawanan pangan dan gizi tingkat sedang. Di Pulau Jawa khususnya, prioritas 3 merupakan kategori terendah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola sebaran wilayah ketahanan pangan di Provinsi Banten berdasarkan 3 aspek ketahanan pangan yaitu ketersediaan pangan, akses terhadap pangan dan pemanfaatan pangan dan gizi.
Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh fisik bentuk medan dan non-fisik kerapatan jalan dan lumbung pangan terhadap wilayah ketahanan pangan. Metode yang digunakan untuk memperoleh klasifikasi wilayah ketahanan pangan yaitu teknik overlay, sedangkan untuk mengetahui keterkaitan faktor fisik dan non-fisik terhadap ketahanan pangan dilakukan uji statistik.
Hasil yang diperoleh yaitu Provinsi Banten didominasi oleh wilayah dengan klasifikasi sangat tahan pangan. Kecamatan dengan ketahanan pangan yang tinggi sangat tahan pangan paling banyak ditemukan pada wilayah yang jaraknya dekat dengan ibukota Provinsi Banten. Faktor yang berpengaruh terhadap ketahanan pangan di Provinsi Banten adalah keberadaan lumbung pangan.

Food sovereignty is one of the government 39 s priority programs. Banten is included into third rank, as a province that need to be prioritized in term of handling food insecurity. Banten is vulnerable to food insecurity at moderate level, which is the lowest level in Java.
This study aims to analyze the spatial pattern of food security in Banten Province based on the combination of the following three main elements of food security food availability, food access and food utilization.
Besides, it aims to find out the influence of physical factor landform and non physical factors road density and food barn to food security classification. This study uses overlay to obtain classification of food security area in every sub districts and then uses statistical method to analyze the correlation between food security and physical and non physical factors.
The study concluded that Banten Province is dominated by sub districts that highly food secure. Areas with highly food secure are most commonly found near the capital of Banten province. Factors that affect the food security in Banten Province is the existence of food barns.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S68447
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>