Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 24394 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mutiah Rakhma Wisnu Wardani
"Anggur merupakan salah satu buah yang sudah dikenal. Masyarakat biasanya hanya dikonsumsi buah dan kulitnya saja padahal pada bijinya terkandung polifenol yang bermanfaat sebagai antioksidan. Namun, biji anggur dan ekstraknya memiliki rasa yang kurang enak. Oleh karena itu, pada penelitian ini ekstrak biji anggur diformulasikan menjadi sediaan tablet effervescent untuk menutupi rasa yang kurang enak. Tablet effervescent ekstrak biji anggur dibuat dalam tiga formulasi yang dibedakan konsentrasi effervescent mix-nya dan dibuat menggunakan metode granulasi basah di ruangan dengan kelembaban relatif (RH) 40% pada suhu 25°C. Selain dilakukan evaluasi granul massa tablet dan tablet, tablet effervescent ekstrak biji anggur ketiga formula dilakukan uji kesukaan kepada 30 responden.
Hasil evaluasi granul massa tablet dan tablet effervescent ekstrak biji anggur menunjukkan hasil yang baik. Untuk hasil pengujian terhadap waktu larut berkisar antara 3,67 menit dan 4,69 menit. Selanjutnya, berdasarkan uji pH didapatkan hasil dengan rentang antara 5,18 dan 5,80. Berdasarkan analisis uji kesukaan, larutan effervescent ekstrak biji anggur disukai dari segi penampilan, rasa, dan aroma serta cukup disukai dari segi penampilan tabletnya. Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa tablet effervescent ekstrak biji anggur berpotensi untuk diproduksi sebagai sediaan nutrasetika yang menarik.

Grape is one of the most well-known fruits. People usually consume only the fruit and the skin, whereas the seed actually has polyphenol content which can act as antioxidant. However, grape seed and its extract have unpleasant taste. For that reason, the aim of this study was to formulate grape seed extract into effervescent tablets, in order to overcome the unpleasant taste. Effervescent tablet of grape seed extract was formulated into three formulas which were differentiated by the percentage of effervescent mix. The effervescent tablet was prepared by wet granulation in condition of 40% relative humidity (RH) and 25˚C temperature. The effervescent granules and tablets were evaluated. Effervescent tablets and solutions of three formulas were also evaluated with hedonic test which involved 30 panels.
The effervescent granules and tablets evaluation showed good characteristics. Disintegration time of three formulas was in acceptable range, between 3.67 minutes and 4.69 minutes. pH of effervescent solution was between 5.18 and 5.80. From hedonic test result, it was showed that all effervescent solutions of grape seed extract were favorable for their appearance, taste, and flavor. It can be concluded that effervescent tablet of grape seed extract is potential to be produced as nutraceutical dosage form.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
S63548
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Natalia
"Ekstrak biji anggur (EBA) memiliki potensi besar sebagai pencerah kulit karena banyak mengandung senyawa polifenol. Namun, efeknya membutuhkan waktu yang lama. Penelitian ini bertujuan untuk menilai efektivitas serum emulgel EBA sebagai pencerah kulit serta derajat iritasinya pada kulit sukarelawan. Penetapan kadar fenol total dan resveratrol, aktivitas antioksidan dan penghambatan tirosinase dilakukan pada EBA. EBA dibuat dalam serum emulgel dengan konsentrasi 20% dan dievaluasi sifat fisikokimia dan stabilitas fisiknya. Potensi iritasi kulit dari formula dinilai dengan uji tempel 48 jam. Manfaat serum emulgel EBA sebagai pencerah kulit dievaluasi menggunakan Mexameter dengan mengukur indeks melanin kulit pada 30 orang sukarelawan. Kadar fenol total dan resveratrol pada EBA adalah 830 mg GAE/g (setara asam galat) dan 15,45 mg/100 g. EBA menunjukkan aktivitas antioksidan dan penghambatan tirosinase dengan nilai konsentrasi penghambatan setengah maksimal (IC50) adalah 7,84 dan 207,72 μg/mL. Serum emulgel EBA menunjukkan stabilitas fisik dan karakteristik yang baik yaitu homogen dan tidak terjadi sineresis. Penggunaan serum emulgel EBA tidak menyebabkan iritasi kulit dan menunjukkan penurunan indeks melanin yang signifikan (p < 0,05) sebesar 7,42% setelah 14 hari. Kesimpulan penelitian adalah serum emulgel EBA memiliki karakteristik yang baik, aman dan efektif sebagai kosmetik pencerah kulit.

Grape seed extract (GSE) has great potential in exhibiting skin lightening properties due to its rich polyphenolic compounds. However, its effect takes a long time. The current study aimed to assess the effectiveness of the skin lightening GSE emulgel- based serum and also its degree of irritation in the skin of volunteers. The GSE was determined for the total phenolic and resveratrol contents, antioxidant, and tyrosinase inhibition activities. The GSE was prepared in 20% emulgel-based serum and evaluated for its physicochemical properties and physical stability. The potential for skin irritation of the formulation was assessed using the 48 h patch test. The effectiveness of the skin lightening GSE emulgel-based serum was evaluated using Mexameter by measuring the melanin index in 30 volunteers. The total phenolic and resveratrol contents of GSE were 830 mg GAE/g (gallic acid equivalent) and 15.45 mg/100 g, respectively. GSE demonstrated antioxidant and tyrosinase inhibitory activities with the half-maximal inhibitory concentration (IC50) of 7.84 and 207.72 μg/mL, respectively. The GSE emulgel-based serum showed good physical stability and characteristics which homogeneous and no syneresis. The application of the GSE emulgel-based serum did not cause any skin irritation and showed a significant decrease in the skin melanin index (p < 0.05) by 7.42% after 2 weeks. In conclusion, the GSE emulgel-based serum was safe and effective as a skin lightening product."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khansa Nursatyani
"Minyak biji anggur (Vitis vinifera L.) memiliki kandungan asam linoleat tinggi yang dapat bermanfaat untuk menjaga kelembapan dan kesehatan kulit. Kemampuan asam linoleat dalam menjaga kelembapan dan kesehatan kulit ini dapat digunakan sebagai zat aktif dalam sediaan kosmetik. Namun, asam linoleat mudah teroksidasi sehingga membatasi penyimpanan serta penanganannya dalam sediaan kosmetik. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan minyak biji anggur ke dalam bentuk padat melalui teknik mikroenkapsulasi untuk meningkatkan stabilitas dan membuat sediaan gel dengan mikrokapsul minyak biji anggur sebagai sediaan pelembap kulit.
Mikrokapsul minyak biji anggur dibuat dengan metode penguapan pelarut menggunakan penyalut etilselulosa yang bersifat hidrofobik. Minyak biji anggur diformulasikan dengan perbandingan minyak dan polimer 1:1, 1:2, 1:3 dan 1:4 berdasarkan perbedaan jumlah antara zat aktif dan polimer.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa F4 adalah formula terbaik dengan nilai efisiensi penjerapan 75,10% sehingga digunakan pada formulasi sediaan gel untuk sediaan pelembap kulit. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa mikroenkapsulasi menggunakan penyalut etilselulosa melalui metode penguapan pelarut dapat mengubah minyak biji anggur cair menjadi bentuk padat dan meningkatkan kestabilannya sehingga dapat dimasukkan ke dalam sediaan gel sebagai suatu sediaan kosmetik yang menarik untuk pelembap kulit.

Grape seed oil (Vitis vinifera L.) has a high linoleic acid content which can be used as moisturizer and skin health. The ability of linoleic acid as moisturizer and skin health can be utilized as an active ingredient in cosmetic products. However, linoleic acid is easily oxidized, it gives an effect to limited the storage conditions and application in cosmetic products. The aims of this research were to formulate grape seed oil into a solid form through the microencapsulation technique to improve the stability, as well as formulate the gel containing grape seed oil microcapsules as skin moisturizer product.
Grape seed oil microcapsules were prepared by solvent evaporation method using ethylcellulose as coating polymer. The grape seed oil was formulated with ethylcellulose in the ratio of 1:1, 1:2, 1:3 and 1:4 based on the amount of oil and polymer ratio. The F4 microcapsules was incorporated into gel dosage form, since the F4 microcapsules had the highest entrapment efficiency (75,10%).
The results revealed that microencapsulation technique by solvent evaporation method using ethylcellulose as a coating polymer could change grape seed oil in liquid form to solid forms. Furthermore, the microcapsules of grape seed oil might enhance the stability of linoleic acid. Therefore, they could be incorporated into gel formulation to be an interesting cosmetic product for skin moisturizer.;
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
S64826
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fariha Ulfah Azzahrah
"Minyak biji anggur Vitis vinifera L. merupakan minyak nabati berwujud cair yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat karena kandungan asam linoleat di dalamnya. Namun, wujud cair yang dimiliki oleh minyak biji anggur ini dapat membatasi proses penyimpanannya. Mikroenkapsulasi merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengubah bentuk cair menjadi bentuk padat. Penelitian ini bertujuan untuk mengubah minyak biji menjadi serbuk mikrokapsul dengan metode emulsifikasi sambung silang menggunakan gum arab sebagai penyalut. Minyak biji anggur diformulasikan dengan perbandingan minyak dengan polimer yaitu 1:2, 1:3, 1:4, dan 1:5. Evaluasi mikrokapsul yang dilakukan yaitu bentuk dan morfologi, ukuran mikrokapsul, indeks mengembang, kadar air, dan efisiensi penjerapan.
Hasil evaluasi dari keempat formulasi mikrokapsul yang diperoleh berwarna putih kekuningan berbentuk sferis. Mikrokapsul pada F1 memiliki ukuran 69 m, F2 memiliki ukuran 82 m, F3 memiliki ukuran 125 m, dan mikrokapsul pada F4 memiliki ukuran 131 m. Nilai kadar air dari keempat formulasi berkisar 4,37-5,70 . Indeks mengambang dari keempat formulasi berkisar 5,54-5,94. Sedangkan nilai efisiensi penjerapan dari F1 adalah 17,33 , F2 20,73 , F3 34,22 , dan F4 67,15 . Hasil evaluasi menunjukkan bahwa F4 merupakan formula terbaik dengan nilai efisiensi penjerapan 67,15 . Dapat disimpulkan bahwa minyak biji anggur mampu diubah menjadi mikrokapsul dengan metode emulsifikasi sambung silang.

Grape seed oil Vitis vinifera L. is a liquid vegetable oil used mainly for its linoleic acid. However, there are many efforts to convert the liquid form of the oil into a solid form due to its instability under poor storage condition. Thus, microencapsulation can be used to convert its liquid into a solid form. The aim of this study was to convert grape seed oil into a microcapsule powder by cross linked emulsification method using gum arabic as a coating polymer. The grape seed oil was formulated with gum arabic in the ratios of 1 2, 1 3, 1 4, and 1 5. Microcapsules were characterized in terms of shape and morphology, size, swelling index, water content, and entrapment efficiency.
The evaluation result showed that all the formulation microcapsule had a white yellowish spherical form. The particle size of F1, F2, F3 and F4 size 69 m, 82 m, 125 m, and 131 m, respectively. The water content of the F1 ndash F4 ranged from 4,37 5,70 and swelling indexes 5.54 to 5.94. The value of entrapment efficiency of F1, F2, F3, and F4 were 17.33 , 20.73 , 34.22 , and 67.15 , respectively. The result of the evaluation indicated that microcapsule F4 was the best formula with an entrapment efficiency values of 67.15 . It can be concluded that the grape seed oil could be converted into microcapsules by cross linked emulsification using gum arabic.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S68669
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mazhar Alamsyah
"Latar Belakang: Penggunaan larutan irigasi dapat berkontribusi terhadap keberhasilan perawatan saluran akar, EBA mulai dikembangkan sebagai larutan irigasi Tujuan: menganalisis tingkat kebocoran pengisian saluran akar pada sepertiga apeks dengan siler berbasis resin. Metode: 66 gigi premolar bawah manusia, dibagi secara acak kedalam 3 kelompok: EBA 2,9%, NaOCl 2,625%, aquades. Dilakukan pengisian, diinkubasi sebelum dilapisi cat kuku, serta direndam kedalam tinta india. Dekalsifikasi dan transparansi dengan metode Robertson. Penetrasi tinta diukur dengan skala Panthamvonich. Hasil: Terdapat perbedaan bermakna tingkat kebocoran EBA 2,9% dibandingkan antar kelompok. Kesimpulan: Larutan EBA 2,9% mampu menurunkan tingkat kebocoran sepertiga apeks pengisian saluran akar

Background: Irrigation can contribute to the succes of root canal treatment, Grape seed extract developed as irrigation solution. Purpose: analyze apical third leakage of root canal filling. Methods: 66 mandibular human premolars, randomly divided into 3 groups, EBA 2.9%, NaOCl 2.625%, aquadest. Each group obturated using guttap and siler-based resin (37 0C for 24 hours). coated all of samples with nail polish, immersed into indian ink. Decalcified and transparency with Robertson’s method. Evaluated and measured with Panthamvonich’s scale. Results: There are significant differences grape seed extract leakage rate compared between groups. Conclusion: Grape seed extract solution 2.9% is able to reduce of apical third leakage of root canal filling"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2015
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shelvy Soetanto
"Latar belakang: Ekstrak Biji Anggur (EBA) mengandung Proanthosianidin yang efektif sebagai agen antibakteri. Biofilm adalah komunitas mikrobialmultiseluler yang terdiri atas sel-sel yang berlekatan dan dapat membentuk matriks ekstraselular polisakarida. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kemampuan antibakteri larutan EBA terhadap biofilm E.faecalis.
Metoda: E.faecalis ATCC 29212 dibuat dalam bentuk biofilm dengan cara diinokulasi diatas membran filter selulosa nitrat steril yang diletakkan di atas BHIA dandiinkubasi pada suhu 37oC selama 72 jam pada keadaan aerob. Kemudian dipapar dengan PBS (kontrol), larutan EBA, dan larutan Klorheksidin 2% masing-masing kelompok terdiri dari 3 tabung. Setiap tabung ditambahkan PMA dan analisis DNA E.faecalis menggunakan RT-PCR. Data dianalisis secara statistik dengan uji non parametrik Kruskal Wallis dan Mann-Whitney.
Hasil: Larutan EBA memiliki kemampuan antibakteri terhadap biofilm E.faecalis. Apabila antar kelompok dibandingkan maka kemampuan antibakteri antar kelompok mempunyai nilai yang berbeda bermakna.
Kesimpulan: Ekstrak Biji Anggur (EBA) memiliki kemampuan antibakteri terhadap biofilm E. faecalis.

Background: Grape Seed Extract contains Proanthosianidin which proven to be effective as antimicrobial agent. Biofilm is defined as multicelular microbial community, consist of cells attached to others and produce polisacharide extracelullar matrix. The aim of this study is to investigate antibacterial efficacy of grape seed extract againts E.faecalis biofilm.
Method: E.faecalis ATCC 29212 strain was prepared in biofilmform using sterile nitrate selulose membrane, incubated on BHIA media at 37oC for 72 h. Each membrane contain E.faecalis biofilm was added to 3 tubes of PBS (control), 3 tubes of Grape Seed Extract, and 3 tubes of Clorhexidine 2%. The value of viable DNA cells was measured using RT-PCR. The data was analyzed statistically using non-parametric Kruskal-Wallis test and Mann-Whitney test.
Result: Grape Seed Extract has antibacterial efficacy againts E.faecalis biofilm. The difference between all groups were statistically significant.
Conclusion: Grape Seed Extract has antibacterial efficacy againts E.faecalis Biofilm.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Rahma Sesha
"Salah satu komoditi pangan yang telah diteliti memiliki khasiat sebagai nutrasetika dalam pencegahan risiko diabetes adalah daun murbei Morus alba Linn. Penelitian ini bertujuan untuk membuat formula tablet effervescent dari ekstrak daun murbei. Tablet effervescent dibuat dalam 3 tiga formula yang dibedakan berdasarkan konsentrasi effervescent mix nya yaitu formula I 50 formula II 60 dan formula III 70. Ketiga formula dievaluasi berdasarkan persyaratan tablet effervescent yang baik dan diuji waktu larutnya. Formula yang terpilih diuji kesukaan terhadap parameter penampilan aroma dan rasa pada 30 panelis.
Hasil evaluasi tablet menunjukkan ketiga formula memenuhi persyaratan tablet berdasarkan parameter organoleptis keragaman bobot keseragaman ukuran kekerasan dan keregasan. Hasil pengujian terhadap waktu larut yang diperoleh yaitu formula I 4 03 0 15 menit formula II 3 85 0 10 menit dan formula III 3 71 0 10 menit. Selanjutnya pengujian terhadap pH larutan diperoleh nilai pH berkisar antara 5 26 0 03 hingga 5 76 0 02. Hasil uji kesukaan berdasarkan parameter penampilan aroma dan rasa secara berurutan menunjukkan nilai uji kesukaan 4 70 3 83 dan 3 73.
Berdasarkan nilai uji kesukaan dapat disimpulkan bahwa sediaan tablet effervescent dapat diterima oleh panelis Oleh karena itu ekstrak daun murbei dapat digunakan sebagai bahan aktif dari tablet effervescent sebagai sediaan nutrasetika antidiabetik.

One of potential plant which can be used as nutraceutical dosage form's ingredient is mulberry leaves. Mulberry leaves have been suggested for preventing diabetes. The aim of this study was to optimize formula of effervescent tablet which contain mulberry leaves extract Effervescent tablets were made in three formulas. Formulas which were differentiated by its effervescent mix content are 50 effervescent mix content as formula I 60 effervescent mix content as formula II and 70 effervescent mix content as formula III. Thus each formula was evaluated by its effervescent tablet's characteristic and its disintegration time. Selected formula would have been tested by hedonic test to 30 panels.
The result of effervescent tablet's evaluation showed that tablets have a good characteristic in term of appearance weight uniformity diameter size and thickness hardness and friability. Moreover pH of effervescent solution were in acceptable range between 5 26 0 03 and 5 76 0 02. The result of disintegration time of each formula was 4 03 0 15 minutes in formula I 3 85 0 10 minutes in formula II and 3 71 0 10 minutes in formula III. The scores of hedonic test for appearance smell and taste were 4 70 3 83 and 3 73 respectively.
Based on the hedonic scores the effervescent tablet were acceptable for panels. Therefore mulberry leaves extract could be used as an active ingredient of effervescent tablets as anti diabetic nutraceutical dosage form.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S54894
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Helmy Mubarak
"Ekstrak biji anggur memiliki kandungan senyawa fenol aktif yang melimpah. Senyawa fenol dalam ekstrak biji anggur memiliki permasalahan penetrasi melalui kulit karena bersifat hidrofilik. Tujuan penelitian ini yaitu membuat fitosom ekstrak biji anggur yang selanjutnya diformulasikan dalam serum untuk memperbaiki permasalahan penetrasi. Fitosom dibuat dalam tiga formula berdasarkan perbandingan massa antara ekstrak dan fosfatidilkolin, yakni 1:0,5; 1:1; dan 1:2, menggunakan metode hidrasi lapis tipis. Fitosom kemudian dikarakterisasi morfologi, distribusi ukuran partikel, potensial zeta dan efisiensi penjerapannya. Formula terpilih selanjutnya diformulasikan ke dalam serum berbasis gel, kemudian dievaluasi. Uji penetrasi secara in vitro dilakukan dengan sel difusi Franz pada sediaan serum fitosom dan serum tanpa fitosom sebagai kontrol.
Hasil menunjukkan bahwa fitosom dengan perbandingan 1:1 merupakan formula paling optimal dengan karakteristik bentuk partikel yang sferis, Dmean volume sebesar 4147,83 nm, indeks polidispersitas 0,486, potensial zeta -25,2 mV dan efisiensi penjerapan sebesar 75,01 0,25 . Evaluasi sediaan yang dilakukan menunjukkan serum memiliki karakteristik yang baik. Persentase kumulatif zat terpenetrasi dari sediaan serum fitosom dan non fitosom sebesar 27,25 0,67 dan 11,97 0,49 . Serum fitosom memiliki nilai fluks sebesar 243,11 7,94 ?g/cm2.jam, sementara serum kontrol hanya 68,56 5,54 ?g/cm2.jam. Dapat disimpulkan bahwa serum fitosom ekstrak biji anggur dapat berpenetrasi lebih baik dibandingkan dengan serum tanpa fitosom.

Grape seed extract GSE contains abundant phenolic compounds. Phenolic compounds in GSE have an inadequate penetration because they are hydrophilic. The objective of this research was to make GSE phytosome which was then formulated into serum to improve the penetration problem. Phytosomes were prepared in three formulas based on the mass ratio between the extract and the phosphatidylcholine, 1 0.5, 1 1, and 1 2 using a thin layer hydration method. Phytosomes were then characterized in terms of morphology, particle size distribution, zeta potential and their entrappment efficiency. The selected formula was then formulated into a gel based serum, then evaluated. An in vitro penetration study was performed with Franz diffusion cells on phytosomal serum and non phytosomal serum as control.
The results showed that the 1 1 ratio was the optimal formula among three with spherical shape, Dmean volume was 4147.83 nm, polydispersity index 0.486, zeta potential 25.2 mV and entrapment efficiency of 75.01 0.25 . The total cumulative phenol penetrated from the phytosomal serum and control were 27.25 0.67 and 11.97 0.49 respectively. The phytosomal serum had a flux value of 243.11 7.94 g cm2.hour, while the control serum was 68.56 5.54 g cm2.hour. It could be concluded that GSE phytosomal serum could penetrate better than non phytosomal serum.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S69674
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susilastuti Rahayu
"Telah dilakuka penelitian tentang penggunaan Aerosil dalam formulasi sediaan tablet. Penambahan 2% b/b Aerosil ternyata dapat menurunkan waktu hancur yang optimal terhadap formulasi tablet Antalgin. Pengaruh penambahan 2% b/b Aerosil pada formulasi tablet Antalgin menurunkan wantu hancur kurang lebih 47,5 %, pada formulasi tablet Vioform menurunkan waktu hancur kurang lebih 49,0 % pada formulasi tablet vitamin C menurunkan wantu hancur kurang lebih 42,9% sedangkan pada formulasi tablet Tr_sulfa hanya menurunkan wanuhancur 16,1%"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 1977
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rindi Irsan Artomo
"Tablet Cepat Hancur (TCH) adalah sediaan tablet yang didesain untuk segera hancur di rongga mulut tanpa bantuan air maupun dikunyah sehingga dibutuhkan eksipien yang mudah hancur atau larut dengan adanya air. Saat ini, TCH dibuat dengan menggunakan superdisintegran dari bahan-bahan impor. Padahal banyak eksipien yang terdapat di Indonesia yang sangat potensial untuk dikembangkan, salah satunya adalah maltodekstrin DE 10-15.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menghasilkan maltodekstrin suksinat (MDS) dari maltodekstrin DE 10-15 dan mengetahui karakteristiknya sebagai eksipien penghancur yang digunakan dalam formula TCH. MDS merupakan maltodekstrin DE 10-15 yang termodifikasi melalui proses suksinilasi dengan asam suksinat anhidrida dalam medium berair. MDS kemudian dikarakterisasi dan diformulasi menjadi lima formula TCH dengan verapamil HCl sebagai model obat. TCH yang dibuat melalui metode granulasi kering kemudian dievaluasi.
Hasil karakterisasi menunjukkan MDS memiliki derajat subtitusi sebesar 0,1772, kelarutan sebesar 1:21 bagian dalam akuades, dan mampu mengembang dua kali lebih baik dibandingkan maltodekstrin DE 10-15. Hasil evaluasi TCH menunjukkan bahwa formula 3 yang dibuat dengan menggunakan MDS sebagai eksipien penghancur pada konsentrasi 15% memiliki kriteria yang baik sebagai tablet cepat hancur. Formula 3 memiliki kekerasan 3,71 Kp, keregasan 0,98%, waktu hancur in vitro 71,2 detik, waktu pembasahan 37,2 detik, dan verapamil HCl terdisolusi sebesar 96,91% dalam waktu 10 menit. Hasil ini menunjukkan bahwa MDS sangat potensial untuk digunakan sebagai eksipien penghancur pada TCH.

Fast Disintegration Tablet (FDT) are tablet dosage forms which disintegrate in the patient’s mouth rapidly without water needed or chewed, so FDT’s need an excipient that easily disintegrated or soluble with the presence of water. Nowadays, FDT was made of superdisintegrant from import commodities. Besides there were many excipients in Indonesia that have potential to be developed, one of those was maltodextrin DE 10-15.
The aim of this research was to produce maltodextrin succinate (MDS) from maltodextrin DE 10-15 and find out its characteristics as tablet disintegrant to be applied in FDT’s formulas. MDS are maltodextrin DE 10-15 that has been through modification by succinylation using succinic anhydride in aqueous medium. MDS was characterized and then formulated into five FDT’s formulas using verapamil HCL as drug model. FDT that has been produced by dry granulation method was evaluated.
The results showed that MDS has 0.1772 degree of substitution, solubility was 1:21 portion in aquadest, and capable to swell two times better than maltodextrin DE 10-15. The results from FDT’s evaluation shows that formula 3 that has been produced using MDS as tablet disintegrant at 15% of concentration had the best characteristics as FDT. Formula 3 exhibited 3.71 Kp of hardness, 0.98% of friability, 71.2 seconds of in vitro disintegration time, 37.2 seconds of wetting time, and 96.91% verapamil HCl dissoluted in 10 minutes. This results shows that MDS was very potential to be used as disintegrant in FDT.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S47004
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>