Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 82503 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Isnaini Rahmawati
"Sebagian besar penggunaan energi primer untuk pembangkit energi listrik berasal dari energi fosil (Sujatmiko,2009). Penggunaan energi fosil dapat menimbulkan permasalahan bagi lingkungan. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu energi alternatif yang ramah lingkungan untuk mengatasi masalah tersebut. Microbial Fuel Cell (MFC) merupakan salah satu sumber energi alternatif yang prospektif untuk dikembangkan dan ramah lingkungan. Pada penelitian ini, urin digunakan sebagai bahan bakar dan khamir Candida fukuyamaensis digunakan sebagai biokatalis pada sistem MFC. Elektroda yang digunakan pada penelitian ini ialah elektroda BDD. Dilakukan variasi pH dari pH 5-8. Energi listrik optimum dengan densitas arus sebesar 970 mA/m2 dan densitas daya sebesar 109,61 mW/m2 diperoleh pada pH 7. Semakin banyak volume suspensi Candida fukuyamaensis sebanding dengan energi listrik yang dihasilkan terlihat dari densitas arus sebesar 940 mA/m2, 940 mA/m2, 970 mA/m2, dan 970 mA/m2 serta densitas daya 49,82 mW/m2, 72,38 mW/m2, 84,39 mW/m2, dan 109,61 mW/m2 untuk volume Candida fukuyamaensis dari 20 mL hingga 50 mL berturut-turut. Glukosa dan kreatinin merupakan salah satu senyawa dalam urin yang berpotensi menjadi sumber karbon bagi khamir, terlihat dari hasil energi listrik yang dihasilkan lebih besar dibanding menggunakan substrat urin saja. Sistem MFC berbasis urin ini dapat menghasilkan densitas daya yang cukup stabil hingga hari kedua.

The majority of primary energy use for electrical power generation is came from fossil energy (Sujatmiko, 2009).The use of fossil energy could pose problems for the environment. Therefore, it takes an environmentally friendly alternative energy to solve the problem. Microbial Fuel Cell (MFC) is one of the prospective alternative energy and eco-friendly. In this study, urine is used as fuel and Candida fukuyamaensis is used as a biocatalyst on the MFC system. Electrode used in this system is doron-doped diamond electrode. Different pH of anode compartemen (pH 5-8) was used to produce electricity optimally. The maximum power and current density 109,61 mW/m2 and 970 mA/m2 were obtained at pH 7. The increasing volume suspension of Candida fukuyamaensis is proportional to the electrical energy generated. This can be seen from the current density 940 mA/m2, 940 mA/m2, 970 mA/m2, and 970 mA/m2, as well as the power density 49.82 mW/m2, 72.38 mWm2, 84.39 mW/m2, and 109.61 mW/m2 for 20 mL to 50 mL volume of Candida fukuyamaensis respectively. Glucose and creatinine is one of the compounds in urine that potentially be source of carbon for Candida fukuyamanesis due the results from the electrical energy generated is greater than using urine only as substrate. This MFC that use urine as substrat can produce a stable power density until the second day.
"
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S63766
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widhi Susanti
"ABSTRAK
Sel bahan bakar fuel cell adalah salah satu alternatif untuk menggantikan bahan bakar dari fosil. Fuel cell mengkonversi energi kimia bahan bakar fuel menjadi listrik, panas, dan air. Urea di dalam urin adalah komponen terbesar kedua setelah air. Ikatan nitrogen-hidrogen urea lebih mudah diputuskan bila dibandingkan dengan ikatan oksigen-hidrogen dalam air, kemudian dilepaskan gas hidrogen dan listrik dapat dihasilkan. Pada penelitian ini preparasi elektroda boron-doped diamond termodifikasi nikel Ni-BDD dilakukan dengan teknik elektrodeposisi dari larutan 1 mM Ni NO 3 dalam larutan buffer asetat diikuti pengulangan cyclic voltammetry CV dalam 1 M KOH. Elektroda ini kemudian dimanfaatkan untuk elektrokatalis oksidasi urea dalam urin untuk produksi energi listrik dalam fuel cell. Penggunaan Ni-BDD diharapkan meningkatkan aktivitas fuel cell. Performa elektrokatalis tersebut diamati dengan fuel cell urea/hidrogen peroksida H2O2 . Hasil menunjukan densitas daya rata-rata yang dapat dihasilkan selama satu jam pengukuran dalam suhu ruang adalah 72,2 mW cm-2 jika 0,33 mol L-1 urea dalam 0,01 mol L-1 KOH digunakan sebagai larutan anoda dan 2 mol L-1 H2O2 dalam 2 mol L-1 H2SO4 digunakan sebagai larutan katoda. Sedangkan penggunaan urin untuk menggantikan 0,33 mol L-1 urea menghasilkan densitas daya 22 mW cm-2.

ABSTRACT
Fuel cell is an alternative to replace the fossil fuels. Fuel Cell converts chemical energy of fuel into current, heat, and water. Urea in urine is the second largest component after water. The hydrogen nitrogen bonds in urea are more easily break than hydrogen oxygen bonds in water, then hydrogen gas is released and the electricity can be generated. In this work, nickel modified boron doped diamond Ni BDD electrode was prepared by electrodeposition was performed from 1 mM Ni NO 3 solution in acetate buffer solution followed by repetitive of cyclic voltammetry CV in 1 M KOH. The electrode used for electrocatalytic urea oxidation in urine for electrical energy production in the fuel cell. The use of Ni BDD is expected to increase fuel cell activity. The electrocatalyst perfomance was observed by urea hydrogen peroxide H2O2 fuel cell. The result show the average power density that can be produced during one hour of mesurement in room temperature was 72,2 mW cm 2 when a solution of 0,33 mol L 1 urea in 0,01 mol L 1 KOH was used as anolyte and 2 mol L 1 H2O2 in 2 mol L 1 H2SO4 used as catholyte. Whereas, replacing 0,33 mol L 1 urea by urine produced power density was 22 mW cm 2."
2017
S69235
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanzhola Gusman Riyanto
"Ketergantungan Indonesia pada energi fosil membuat produksi minyak bumi dalam negeri turun drastis sejak tahun 2001 silam sedangkan kebutuhan energi terus meningkat. Selain itu, penggunaan energi fosil dapat menimbulkan permasalahan bagi lingkungan. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu energi alternatif yang ramah lingkungan untuk mengatasi masalah tersebut. Microbial Fuel Cell (MFC) merupakan salah satu sumber energi alternatif yang prospektif untuk dikembangkan dan ramah lingkungan. Pada penelitian ini, elektroda boron-doped diamond digunakan sebagai elektroda kerja dan khamir Candida fukuyamaensis digunakan sebagai biokatalis pada sistem MFC. Untuk memperoleh energi listrik yang optimum dilakukan variasi pH pada kompartemen anoda dari pH 6,5-7,5 dan variasi konsentrasi mediator dari 10-100 μM. Energi listrik maksimum yang dihasilkan sebesar 396,2 mW/m2 dan 310 mA/m2 pada kondisi pH 7,5 dengan konsentrasi mediator 10 μM.

The dependency of fossil energy in Indonesia may cause crude oil production decreased drastically since 2001, while energy consumption increased. In addition, The use of fossil energy can cause several environment problems. Therefore, we need a alternative energy that environment friendly as solution for these problems. Microbial fuel cell is one of prospective alternative energy source to be developed and environment friendly. In this study, Boron-doped diamond electrode was used as working electrode and Candida fukuyamaensis as biocatalyst in microbial fuel cell. Different pH of anode compartmen (pH 6,5-7,5) and mediator consentration (10-100 μM) was used to produce electricity optimally. The maximum power and current density 396,2 mW/m2 and 310 mA/m2, for MFC using pH 7,5 at anode compartment and methylene blue concentration at 10 μM respectively.
"
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S60607
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arya Maulana Ichsan
"ABSTRAK
Fuel cell menjadi sorotan utama sebagai sumber energi alternatif karena mampu mengubah energi kimia menjadi listrik, panas, dan air. Urea, sebagai salah satu komponen utama dalam urin, merupakan salah satu bahan bakar yang dapat digunakan dalam sistem fuel cell karena memiliki densitas energi paling besar dibanding dengan molekul pembawa hidrogen umum lainnya. Pada penelitian ini, boron-doped diamond BDD dimodifikasi dengan paduan logam nikel-kobalt untuk digunakan sebagai elektroda dalam sistem fuel cell. Modifikasi BDD dilakukan dengan metode pembibitan serta elektrodeposisi Ni NO3 2 dan CoCl2 dengan variasi perbandingan mol Ni dan Co sebesar 9:1; 7:3; 6:4; 5:5. Elektroda yang terbentuk dikarakterisasi menggunakan SEM-EDX dan XPS. Karakterisasi dengan SEM-EDX menunjukkan bahwa elektroda telah berhasil dimodifikasi dengan persen berat nikel sebesar 0,15 w/w pada Ni-BDD, kobalt sebesar 0,25 w/w pada Co-BDD. Kemudian pada elektroda NiCo-BDD 9:1; 7:3; 6:4; dan 5:5 berturut-turut, teramati nikel:kobalt sebesar 0,64 :0,04 w/w ; 0,47 :0,19 w/w ; 0,48 :0,01 w/w ; 0,44 :0,22 w/w. Sementara dengan XPS didapat nikel sebanyak 3,48 pada Ni-BDD, kobalt sebanyak 0,405 sebanyak Co-BDD, nikel:kobalt sebanyak 1,55 :0,428 ; 0,49 :0,226 ; 0,864 :0,594 ; dan 0,491 :0,364 untuk NiCo-BDD 9:1; 7:3; 6:4; dan 5:5 berturut-turut. Didapatkan densitas daya terbesar untuk elektroda NiCo-BDD 7:3 sebesar 0,12001 mW/cm2 ketika digunakan urea 0,33 M dan 0,12257 mW/cm2 ketika digunakan sampel urin.

ABSTRACT
Fuel cell becomes the main highlight for the alternative energy because it converts chemical energies into electricity, heat, and water. Urea, as one of the main components in urine, can be used as a fuel in the fuel cell system because it has the highest energy density compared to other common hydrogen carriers. In this study, boron doped diamond BDD was modified with nickel cobalt then used as electrode in the fuel cell system. The modification was done by seeding and electrodeposition methods with Ni NO3 2 and CoCl2 with Ni and Co mol ratios of 9 1 7 3 6 4 and 5 5. The modified electrodes, were characterized with SEM EDX and XPS. SEM EDX characterization showed that the electrodes were modified successfully with nickel mass percentage of 0,15 w w on Ni BDD, cobalt of 0,25 w w on Co BDD, nickel cobalt of 0,64 0,04 w w 0,47 0,19 w w 0,48 0,01 w w 0,44 0,22 w w on NiCo BDD 9 1 7 3 6 4 and 5 5 respectively. Further characterization with XPS showed nickel percentage of 3,48 on Ni BDD, cobalt of 0,405 on Co BDD, nickel cobalt of 1,55 0,428 0,49 0,226 0,864 0,594 dan 0,491 0,364 on NiCo BDD 9 1 7 3 6 4 and 5 5 respectively. Highest power density of 0,12001 mW cm2 was obtained with NiCo BDD 7 3 electrode using 0,33 M urea and 0,12257 mW cm2 using urine sample."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elisabeth
"Pengembangan dan pengaplikasian microbial fuel cell (MFC) saat ini masih sangat dibatasi dengan hasil listrik berupa densitas daya yang masih rendah. Modifikasi pada beberapa faktor yang dapat meningkatkan densitas daya, salah satunya adalah luas permukaan dan jarak anoda dengan katoda. Penelitian ini menggunakan single chamber tubular air cathode dengan substrat limbah cair tempe yang ditambahkan dengan 1mL bakteri gram negatif. Sistem MFC ini, tidak menggunakan membran maupun separator. Variasi yang dilakukan adalah dengan mengatur jarak anoda terhadap katoda yaitu sebesar 2 cm, 4.5 cm, dan 8 cm dengan luas permukaan 2,062 x 10 -3m 2 dan 6,185 x 10 -3m 2. Voltase paling maksimum yaitu 24,86 mV dengan densitas daya sebesar 121,8 mW/m2 dihasilkan dengan luas permukaan anoda 6,185 x 10 -3m 2 dan jarak 8cm dari katoda. Sedangkan penurunan Chemical Oxygen Demand (COD) dan biochemical oxygen demand (BOD) terbesar berturut-turut yaitu 72% dan 47% diberikan oleh variasi dengan luas permukaan anoda 6,185 x 10 -3m 2 dengan jarak 2 cm.

Development and application of microbial fuel cell (MFC) is still very limited with the result of low electrical output. Modifications done on several factors that can increase power density which are anode suface and its distance to the cathode. This study uses a single tubular air-cathode chamber with tempe liquid waste as substrate, and will be added by 1 mLgram negative bacteria. This study do not use membran neither separator. Variations are done by adjusting the anode distance to the cathode of 2 cm, 4.5 cm, and 8 cm for each anode surface area of 2,062 x 10 -3m 2 dan 6,185 x 10 -3m 2. The maximum voltage of 24.86 mV with a power density of 121.8 mW/ m2 is produced with anode surface of 6,185 x 10 -3m 2 and distance of 8 cm from the cathode. While the largest decrease of Chemical Oxygen Demand (COD) and Biochemical Oxygen Demand (BOD) respectively were 72% and 47% were given by variation with anode surface of 6,185 x 10 -3m 2 with distance of 2 cm."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S69355
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cici Safitri
"Modifikasi permukaan boron-doped-diamond (BDD) dengan Ni-Mn, Ni-Co dan Ni-Cu telah dilakukan untuk digunakan sebagai elektroda kerja pada sistem sel bahan bakar berbasis membran polimer elektrolit (Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cell, PEMFC). Modifikasi dilakukan dengan rangkaian teknik wet chemical seeding (pembibitan kimia), electrochemical overgrowth of the seeds (penumbuhan kimia), annealing (pemanasan), serta refreshed and activation. Karakterisasi siklikvoltametri dan XPS menunjukkan spesi elekrokatalis Ni(OH)2 pada sampel Ni-Mn/BDD, Ni-Cu/BDD, dan Ni-Co/BDD dapat dideposisi pada potensial +0,32 V, +0,31 V dan +0.33 V berturut-turut, dengan energi ikat sebesar 855,6 eV. Agar dapat mengelektrooksidasi urea, dilakukan perubahan spesi α-NiOOH menjadi β-NiOOH yang lebih stabil dari Ni(OH)2 dengan siklikvoltametri dalam KOH 1 M selama 300 siklus. Poks tertinggi terdapat pada sampel Ni-Cu/BDD yakni 2.75 μA pada +0,59 V. Namun, pada pengaplikasian urea-PEMFC, Ni-Mn/BDD menunjukkan hasil terbaik menggunakan anolit 0,33 M dan KOH 0,1 M di ruang anoda serta katolit H2O2 2 M dan H2SO4 2 M di ruang katoda dengan densitas daya rata-rata 0,061733 mW/cm2, densitas arus rata-rata 0,185242 mA/cm2, potensial rata-rata sebesar 0,34 V vs SHE, dan efisiensi tegangan maksimal sebesar 15.83%. Sedangkan pada PEMFC berbahan bakar urin, densitas daya rata-rata yang dihasilkan 0.0889 mW/cm2, densitas arus rata-rata 0.189 mA/cm2, potensial rata-rata sebesar 0.66 V vs SHE dengan waktu pengoperasian selama 3600 detik

Surface modification on boron-doped diamond (BDD) using Ni-Mn, Ni-Co dan Ni-Cu have been performed for application as working electrodes in a Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cell (PEMFC) system. The series of wet chemical seeding, electrochemical overgrowth of the seeds, annealing, refreshed and activation techniques has been applied to modify the surface area. Characterization using cyclicvoltammetry and XPS indicate that Ni(OH)2 able to be well deposited on Ni-Co/BDD, Ni-Mn/BDD, and Ni-Cu/BDD samples at potential +0,32 V, +0,31 V dan +0.33 V respectively with binding energy as 855,6 eV. To electrooxidize urea, the change of α-NiOOHto β-NiOOH from deposited Ni(OH)2 electrochemicaly can be conducted by giving constant potential for 300 cycles in 1 M KOH. Highest oxidation peak of Ni3+ is belong to Ni-Cu/BDD as high as 2.75 μA at +0,59 V. In contrary, application Ni-Mn/BDD to urea-PEMFC shows best result by using mixture of 0.33 M urea and 0.1 M KOH as anolyte in anodic chamber, while a mixture of 2 M H2O2 and 2 M H2SO4 as chatolyte in cathodic chamber with average power density 0,061733 mW/cm2, current density 0,185242 mA/cm2, and potential of 0,34 V vs SHE with 15,83% of maximum voltage effiency yield. Urine as fuel in PEMFC has been also applied into the system with producing average power density as 0.0889 mW/cm2, 0.189 mA/cm2 for average current density, and 0.66 V vs SHE for open circuit votage for 3600 second of operation time."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
T52013
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deni Novitasari
"Kebutuhan energi listrik di Indonesia diperkirakan akan terus meningkat. Namun penggunaan minyak bumi sebagai sumber penghasil energi masih mendominasi, padahal cadangan minyak bumi di Indonesia kian menipis (ESDM, 2010). Oleh karena itu, perlu dikembangkan alternatif penghasil sumber energi yang berkelanjutan, yaitu Microbial Fuel Cell (MFC). Pada penelitian ini, digunakan bakteri Lactobacillus bulgaricus sebagai penghasil listrik pada reaktor MFC dualchamber. Untuk memperoleh energi listrik yang maksimum, dilakukan variasi optical density (OD), waktu operasi, volume reaktor, larutan elektrolit, dan konfigurasi reaktor MFC. Dari penelitian ini, dihasilkan energi listrik maksimum berupa power density sebesar 201,9 mW/m2 pada reaktor MFC seri dengan OD 0,5 dan kalium permanganat sebagai larutan elektrolit.

Electrical energy demand in Indonesia is increasing in past few years. However, the use of crude oil as the source of energy is still dominating, while the reserve of crude oil in Indonesia is depleted (ESDM, 2010). Therefore, there is necessary to develop an alternative sustainable energy source, such as Microbial Fuel Cell (MFC). In this study, the bacteria Lactobacillus bulgaricus is used as electricityproducing in dual-chamber MFC reactor. The maximum electrical energy is reached by varying optical density (OD), operation time, reactor volume, electrolyt solution, and MFC reactor configuration. From this study, the highest electrical energy generated in term of power density is 201,9 mW/m2. This value obtained in MFC reactor series using OD 0,5 and potassium permanganate as electrolyt solution."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1155
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fitra Suhanda
"Microbial Fuel Cel/ (IVIFC) adalan seperangkat alat yang mampu menguban energi kimia yang berasal dari metabolisme suatu mikroorganisme, menjadi energi Iistrik. |V|etabo|isme suatu mikroorganisme melibatkan transpor elektron di dalamnya, seningga dapat di manfaatkan untuk mengnasiikan listrik. Proses transpor elektron dari membran sei ke permukaan anoda dapat dibantu dengan penambanan mediator. Penelitian ini bertujuan memanfaatkan Kultur Pseudomonas aeruginosa untuk memproduksi Iistrik dalam IVIFC, tanpa penambanan mediator dari luar sistem. Pseudomonas aeruginosa adalan bakteri yang dapat mengnasilkan pigmen-pigmen berwarna knas. Salan satunya adalan pyocyanin, suatu pigmen biru nijau yang diperkirakan bersifat elektroaktif.
Pyocyanin dapat dinasilkan olen P. aeruginosa pada media pertumbunan ekstrak tauge. Hasil uji voltametri siklik ternadap ekstrak pyocyanin menunjukkan banwa senyawa tersebut bersifat elektroaktif, dengan potensial oksidasi pada 0,21825 V dan potensial reduksi pada 0,147 V. Pengukuran Iistrik IVIFC dilakukan dengan menggunakan Kultur P. aeruginosa pada media ekstrak tauge dengan pyocyanin sebagai auto-mediator. Arus yang diperolen rata-rata sebesar 23 uA, serta voltase rata-rata sebesar 260 mV. Produksi Iistrik IVIFC dengan memvariasikan konsentrasi substrat glukosa sebesar 0,5 g/L; 1 g/L; 2,5 g/L; 3 glL dan 4 glL menunjukkan bahwa pengukuran berlangsung optimal penambahan glukosa sebesar 3 g/L"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S30439
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astry Eka Citrasari
"Kebutuhan akan listrik telah menjadi kebutuhan krusial masyarakat Indonesia. Akan tetapi, sumber daya untuk menghasilkan energi listrik saat ini, bahan bakar fosil, diprediksi akan habis dalam waktu belasan tahun ke depan. Dengan sebuah pengembangan teknologi terkini, Microbial Fuel Cell yang menggunakan mikroba untuk memecah suatu substrat yang akan menimbulkan beda potensial dan menghasilkan listrik. Variasi yang dilakukan adalah variasi elektrolit dan penambahan jumlah bakteri.
Eksperimen menggunakan elektrolit Kalium Persulfat (K2S2O8) menghasilkan densitas daya lebih tinggi dibanding menggunakan Kalium Permanganat (KMnO4) yaitu 3,01 mW/m2 . Sedangkan, penambahan jumlah bakteri sebanyak 1% medium adalah kondisi yang mampu menghasilkan densitas daya optimum yaitu 66,33 mW/m2 dengan efisiensi coloumbicnya 4,48%. Selain memproduksi listrik, Microbial Fuel Cell juga terbukti menurunkan kadar COD jika substrat yang digunakan adalah limbah cair seperti limbah cair tempe pada penelitian ini yang dapat penurunan terbesarnya mencapai 42,97% pada variasi penambahan jumlah bakteri sebanyak 10% medium.

Demand for electricity has become a crucial requirement of Indonesian society. Resources to generate electrical energy, fossil fuels, is predicted to run out within the next dozen years. With a development of the latest technology, Microbial Fuel Cell that uses microbes to break down a substrate which will cause electric potential difference and generate electricity. This experiment conducted two variations : electrolyte solution and number of bacteria.
Experiments using potassium persulphate electrolyte (K2S2O8) resulted in a higher power density than using potassium permanganate (KMnO4) is 3,01 mW/m2. Meanwhile, the addition of as much as 1% of bacteria medium is a condition that can produce optimum power density is 66.33 mW/m2 with coloumbic efficiency of 4.48%. Beside that, Microbial Fuel Cell is also shown to reduce levels of COD if the substrate used is wastewater such as tempe wastewater in this study were able to achieve a 42.97% decline in its biggest increase in the number of bacteria on the variation of as much as 10% of medium.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S54841
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aliyah
"Penelitian ini melakukan pengembangan sistem microbial fuel cell (MFC) dengan menggunakan elektroda busa karbon termodifikasi AuNP dan terfungsionalisasi mercapto benzoic acid (MBA). Elektroda busa karbon termodifikasi AuNP berhasil disintesis melalui metode hidrotermal. Hasil ini dikonfirmasi oleh analisis UV-Visible Spectrometer (UV-Vis), X-Ray Diffraction (XRD), Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR) dan Scanning Electron Microscope (SEM). Hasil analisis menggunakan Particle Size Analyzer (PSA) menunjukkan ukuran AuNP yang didapat yaitu sekitar 50 nm dengan distribusi yang bersifat polydisperse dan memiliki bentuk nanopartikel sphere yang dikonfirmasi melalui Transmission Electron Microscopy (TEM). Studi awal elektrokimia dengan metode Cyclic Voltammetry (CV) dengan rentang potensial -1,5 sampai 1,8 dengan scan rate 10 mV/s dilakukan untuk mengkonfirmasi bahwa elektroda busa karbon termodifikasi memiliki sifat elektro aktif terhadap glukosa, yang merupakan substrat atau bahan bakar pada sistem MFC ini. Kinerja MFC dievaluasi dengan menggunakan kurva polarisasi dan didapatkan hasil bahwa elektroda busa karbon termodifikasi AuNP terfungsionalisasi MBA memiliki nilai densitas arus dan daya yang lebih tinggi yaitu 1226, 93 mA/m2 dan 223,91 mW/m2 dibandingkan dengan elektroda tanpa fungsionalisasi yaitu  392,29 mA/ m2 dan 109,14 mW/ m2. Selain itu, studi Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS) dilakukan untuk mengetahui besarnya hambatan pada sistem MFC sehingga peyimpangan produksi daya dapat diketahui. 

This study developed a microbial fuel cell (MFC) system using carbon foam electrodes modified with AuNP and mercapto benzoic acid (MBA) functionalization. AuNP modified carbon foam electrodes were successfully synthesized by hydrothermal method. These results were confirmed by analysis of UV-Vis, XRD, FTIR, and SEM. The results of the analysis using the Particle Size Analyzer (PSA) show that the AuNP size obtained is around 50 nm with a polydisperse distribution and has a sphere nanoparticle shape confirmed by TEM. Initial electrochemical studies were conducted with the Cyclic Voltammetry (CV) method with a potential range of -1.5 to 1.8 and a scan rate of 10 mV/s were carried out to confirm that the modified carbon foam electrodes have electro-active properties against glucose, the substrate or fuel in this MFC system. MFC performance was evaluated using polarization curves and the results showed that the MBA functionalized AuNP modified carbon foam electrode had higher current density and power values, 1226, 93 mA/m2 and 223.91 mW/m2 compared to the electrode without functionalization, namely 392.29. mA/m2 and 109.14 mW/m2. In addition, an Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS) study was conducted to determine the amount of resistance in the MFC system so that deviations in power production could be identified."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>