Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 179697 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ray Wijaya
"Latar Belakang: Sejauh ini, penelitian terhadap pengaruh efektivitas pemberian herbal yang berpatokan pada umur masih minim, walaupun beberapa kajian telah menyatakan bahwa umur merupakan faktor determinan dalam intervensi penyakit. Riset ini ditujukan untuk mengetahui ?periode emas? pemberian herbal Centella asiatica (CA) terhadap fungsi dan aktivitas glutation peroksidase (GPx) di striatum untuk memperoleh potensi tertinggi pemberian CA pada berbagai tahap perkembangan seperti pre-pubertas, post-pubertas, masa remaja dan dewasa muda. Metode: Mencit umur 5, 8, 12, dan 15 minggu dimasukan pada kelompok kontrol. Ekstrak Centella asiatica diberikan pada kelompok Centella asiatica dengan umur 5-12, 5-15, dan 8-15 minggu dengan dosis 100mg/kgBB/day. Pada akhir pemberian intervensi, otak mencit didekapitasi dan bagian striatum yang diisolasi dihomogenasikan sebelum disentrifugasi pada kecepatan 3500 rpm. Aktivitas GPx diukur menggunakan kit Randox dan alat spektrofotometri dengan panjang gelombang 340nm. Waktu inisiasi perilaku diukur dengan metode PACT dan stopwatch selama mencit mencoba menyelesaikan labirin dengan makanan sebagai pemicu. Hasil: Konsentrasi GPx ditemukan meningkat pada semua kelompok yang diberikan C. asiatica dengan ditemukan peningkatan signifikan pada kelompok CA 5-12 (p = 0.032). Mencit yang mengkonsumsi CA juga memerlukan waktu yang lebih sedikit untuk menyelesaikan labirin, terutama pada kelompok CA 5-12 (p = 0.029). Kesimpulan: Mencit yang diberikan C. asiatica pada usia pertumbuhan yang lebih muda mendapat manfaat lebih tinggi dibandingkan mencit yang menerima intervensi pada usia pertumbuhan akhir, terlihat dari konsentrasi GPx di striatum yang lebih meningkat dan rekor waktu yang lebih cepat dalam menyelesaikan labirin.
Background: There are lack of studies directed towards age dependent herbal administration efficacy, although several research declared it as a major determining factor in disease intervention. This study is directed to figure the ?golden period? of herbal Centella asiatica (CA) administration towards striatum?s function and glutathione peroxidase (GPx) concentration to achieve its maximum efficacy during various developmental stages of prepubertal, postpubertal, adolescent and young mature period. Methods: Mices of age 5, 8 ,12, and 15 weeks old were put into control group. Centella asiatica aqueous extract with dose of 100mg/kgBW/day was administered to CA groups of age 5-12, 5-15 and 8-15 weeks old mices. At the end of intervention, brain decapitation was conducted and striatums collected were homogenized before centrifuged at 3500 rpm. Glutathione peroxidase activity was observed using Randox kit with spectrophotometry at wavelength 340nm. Behaviour initiation time was recorded using PACT and stopwatch while mice tried to solve a maze with food as reward stimuli. Result: GPx concentrations were increased in all C. asiatica consuming groups with CA 5-12 having significant elevation (p = 0.032). Mice given CA supplementation also spent lesser time in solving the maze with statistical significance found in group CA 5-12 (p = 0.029). Conclusion: Mice given C. asiatica supplementation at earlier developmental stage (prepubertal) have greater benefits compared to those who obtain the intervention in later developing period (postpubertal), reflected by greater GPx concentration in striatum and faster record in solving the maze."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70402
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Reka Ananda Putra
"Proses penuaan adalah proses yang tidak dapat dihindari, dan populasi usia lanjut di negara berkembang termasuk Indonesia akan meningkat. Salah satu efek dari penuaan adalah menurunnya fungsi kognisi otak, sehingga menjadi mudah lupa dan buruk dalam mengambil keputusan. Centella asiatica atau pegagan adalah sebuah tumbuhan liar yang dijadikan makanan, selain itu ekstraknya juga digunakan dalam pengobatan termasuk memperbaiki memori dan memiliki efek antioksidan. Penelitian yang dilakukan diharapkan mampu meningkatkan level antioksidan pada otak, area medial prefrontal cortex mPFC , dengan menilai enzim antioksidan yaitu glutation peroksidase GPx dan kualitatif dengan paired associative cognitive test PACT .Metode: Mencit yang telah dikelompokkan menjadi 3 kelompok diberikan ekstrak herbal berdasarkan umurnya, yaitu CA 5-12, CA 5-15, dan CA8-15. Juga diberikan 4 grup kontrol. Kemudian otak diisolasi dan dijalankan menggunakan spektrofotometri untuk mengecek jumlah GPx. Selain itu, PACT juga dilakukan untuk melihat kemampuan eksekusi mencit.Hasil: Nilai GPx meningkat secara signifikan pada grup CA8-15, dan menurun di grup lain walaupun tidak signifikan. Nilai persentasi PACT lebih baik di Grup CA 5-12 dan 5-15, sedangkan sedikit lebih buruk di CA8-15.Kesimpulan: GPx di mPFC dan nilai PACT dapat ditingkatkan menggunakan ekstrak Centella asiatica dengan potensi yang berbeda tergantung umur.

Background Aging process is inevitable and the elderly population is increasing in developing countries, such as Indonesia. One of the effect is decreased cognitive function, which includes senility and poor executive function. Centella asiatica or pegagan is an edible wild bush in Indonesia that has been used as ayurvedic medicine to improve memory and as antioxidant. This research purpose is to increase the antioxidant level in the brain, specifically medial prefrontal cortex mPFC , which is assessed by glutathione peroxidase GPx and by qualitative paired associative cognitive test PACT .Method Mice was grouped into 3 groups based on ages, which are CA5 12, CA5 15, and CA8 15 compared to 4 control groups. The brain was then isolated and checked using spectrophotometry to evaluate the GPx level, and the executive function of mice was evaluated using PACTResults The GPx level increased significantly in CA8 15 group but decreased in others insignificantly. The percentage of correct choice in PACT is better in group CA 5 12 and CA 5 15, but lower in CA8 15.Conclusions GPx level in mPFC and PACT score can be improved using oral Centella asiatica extract with different potency depending on the age. "
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70423
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kevin Christian Nitihardjo
"Di Indonesia stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan disabilitas utama dimana tingkat mortalitas akibat stroke mencapai 15,4% dari seluruh kasus mortalitas di Indonesia. Terapi yang diberikan pada pasien pasca-stroke adalah dengan fisioterapi dan pirasetam. Peneliti melakukan penelitian mengenai efek kombinasi Acalypha indica Linn dan Centella asiatica terhadap perbaikan neuron sebagai alternatif terhadap pirasetam yang memiliki banyak efek samping. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan uji statistik One Way Anova (P < 0,05) dilanjutkan dengan uji Post Hoc. Dari hasil uji statistik didapatkan kesimpulan pemberian kombinasi ekstrak acalypha indica Linn dan centella asiatica pada berbagai dosis maupun pirasetam tidak menunjukkan efek yang berbeda bermakna terhadap sel piknotik dibandingkan pemberian akuades.

In Indonesia stroke is one of the main causes of death and disability due to stroke mortality rates which reached 15.4% of all cases of mortality in Indonesia. Therapy given to post-stroke patients is by physiotherapy and piracetam. Researchers conducted a study of the effects of the combination of Acalypha indica Linn and Centella asiatica on the repair of neurons as an alternative to pirasetam which has many side effects. This study is an experimental study using statistical tests One Way ANOVA (P<0,05) followed by post hoc test. From the statistical test results obtained the conclusion of a combination of extracts of Acalypha indica Linn and Centella asiatica at different doses or pirasetam did not show significantly different effects on picnotic cell compared with aquadest administration."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muthia Hanifah
"ABSTRAK
Pegagan Centella asiatica mengandung senyawa asiatikosida yang dapat dimanfaatkan dalam penggunaan pada penderita striae dengan meningkatkan sintesis kolagen. Asiatikosida memiliki berat molekul yang besar dan bersifat hidrofilik sehingga menyebabkan sulit berpenetrasi melalui kulit. Teknologi nanopartikel seperti nanoemulsi memiliki ukuran droplet yang kecil sehingga zat aktif dapat dihantarkan berpenetrasi ke dalam lapisan kulit. Penelitian ini bertujuan memformulasikan dan menguji stabilitas losio nanoemulsi yang mengandung ekstrak pegagan. Nanoemulsi mengandung ekstrak pegagan diformulasikan ke dalam bentuk losio menggunakan High Pressure Homogenizer. Sediaan tersebut kemudian dievaluasi dan diuji penetrasi secara in vitro menggunakan sel difusi Franz. Ukuran partikel nanoemulsi yang didapat adalah 19,88 2,3 nm dan losio nanoemulsi memiliki ukuran partikel 198,4 11,52 nm, nilai indeks polidispersitas 0,329 0,065, dan zeta potensial -30,9 mV. Sediaan losio nanoemulsi stabil terhadap penyimpanan selama 8 minggu pada suhu dingin, suhu ruang, dan suhu tinggi 4 2 C, 30 2 C, 40 2 C . Jumlah kumulatif asiatikosida yang terpenetrasi adalah 1558,645 66,93 ?g/cm2 untuk losio nanoemulsi dan 1260,364 71,42 ?g/cm2 untuk losio non nanoemulsi. Persentase jumlah asiatikosida terpenetrasi dari losio nanoemulsi dan losio non nanoemulsi secara berturut-turut adalah 65,38 2,11 dan 58,77 2,93 . Fluks dari losio nanoemulsi dan losio non nanoemulsi berturut-turut 2,1255 0,31 ?g/cm2/jam dan 1,4506 0,49 ?g/cm2/jam. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa sediaan losio nanoemulsi berpenetrasi lebih banyak dibandingkan dengan losio non nanoemulsi.

ABSTRACT
Pegagan Centella asiatica contains asiaticoside compounds that can be utilized in the treatment of striae patients by increasing the synthesis of collagen. Asiaticoside has a large molecular weight and are hydrophilic, causing difficult penetration through the skin. Nanoparticle technology such as nanoemulsion has a small droplet size so that the active substance can be delivered into the skin layer. This study aims to formulate and test the stability of nanoemulsion lotion containing pegagan extract. Nanoemulsion contains pegagan extract formulated into the form of lotion using High Pressure Homogenizer. Nanoemulsion lotion were then evaluated and tested for penetration in vitro using the Franz diffusion cell. The result of particle size of nanoemulsion was 19.88 2.3 nm and nanoemulsi lotion had particle size 198.4 11.52 nm, polydispersity index value 0.329 0.065, and zeta potensial 30.9 mV. Nanoemulsion lotion was stable against storage for 8 weeks at cold, room, and high temperature 4 2 C, 30 2 C, 40 2 C . The cumulative amount of the penetrated asiaticoside was 1558.645 66.93 g cm2 for nanoemulsion lotion and 1260.364 71.42 g cm2 for non nanoemulsion lotion. The percentage of asiaticocide penetrated of nanoemulsion lotion and non nanoemulsion lotion were 65.38 2.11 and 58.77 2.93 , respectively. Flux of nanoemulsion lotions and non nanoemulsion lotion were 2.1255 0.31 g cm2 hr and 1.4506 0.49 g cm2 hr, respectively. Based on these results it can be concluded that nanoemulsion lotion can penetrate more than the non nanoemulsion lotion."
2017
S70057
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arriel Putra Soetyono
"Latar Belakang: Kanker kolorektal adalah bentuk kanker yang terjadi di usus besar atau rectum. Kanker ini merupakan kanker paling mematikan ke 2. Berbagai metode mulai dari pembedahan hingga kemoterapi saat ini dikembangkan untuk menyembuhkan penyakit tersebut dengan harga yang cukup tinggi dan berbagai efek samping. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa zat aktif yang terkandung dalam bahan organik seperti rumput laut jenis Gracilaria sp. dapat menghambat pertumbuhan kanker. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kandungan kimia, komponen aktif, sifat antioksidan, dan kemampuan sitotoksik rumput laut Gracilaria sp. tumbuh di perairan Bekasi.

Metode: Gracilaria Sp. dibersihkan, dikeringkan, dan dihaluskan kemudian dilakukan maserasi bertingkat dengan urutan normo-heksana, etil asetat, dan etanol; yang menghasilkan 3 jenis ekstrak. Ketiga ekstrak tersebut akan diuji fitokimia dan kromatografi lapis tipis (KLT) untuk mengetahui komponen fitokimianya, dilanjutkan dengan pengukuran aktivitas antioksidan melalui uji DPPH, dan evaluasi aktivitas sitotoksik terhadap sel kanker kolon HT-29 menggunakan uji MTT.

Hasil: Rumput laut Gracilaria Sp mengandung metabolit sekunder flavonoid, alkaloid, dan triterpenoid semua ekstrak menunjukkan aktivitas antioksidan sedikit atau tidak ada terhadap radikal bebas DPPH dengan IC50 >100. Di sisi lain, evaluasi sitotoksisitas untuk Etanol menunjukkan sitotoksisitas aktif dengan IC50 dari 53,32. Sedangkan ekstrak etil asetat dan n-heksana menunjukkan sitotoksisitas yang lemah dengan evaluasi sitotoksik aktif masing-masing sebesar 107,58 g/mL dan 180,65 g/mL.

Kesimpulan: Rumput laut Gracillaria sp. mengandung komponen fitokimia yang bersifat sitotoksik terhadap sel kanker usus besar HT-29. Hasil analisis statistik menunjukkan distribusi data IC50 normal (p > 0.05). Terdapat perbedaan yang signifikan antar perlakuan inhibisi ekstrak etanol dengan ekstrak n-heksana, dan ekstrak etil asetat (p =0.01).


Background: The colorectal cancer is a form of cancer that occurs in the colon or rectum varying methods ranging from surgery to chemotherapy are used which are expensive and has side effects. Previous research suggests that active components from organic materials such as the seaweed species Gracilaria sp. can inhibit cancer growth. This research aims to study the chemical contents, active components, antioxidant properties, and cytotoxic capabilities of the seaweed Gracilaria sp. grown in the waters of Bekasi.

Method: Cleaned and dried Gracilaria Sp. was pulverised into a powdered state, Multilevel maceration is done towards the with the sequence of n-hexane, ethyl acetate, ethanol, which results in 3 extracts. The three extracts underwent phytochemical screening and thin layer chromatography (TLC) to determine the phytochemical components of the secondary metabolite, followed by measuring antioxidant activity by means of DPPH assay, and evaluating the cytotoxic activity towards HT-29 colon cancer cells using MTT assay.

Results: Seaweed Gracilaria Sp contains secondary metabolites of flavonoids, alkaloids, and triterpenoids all extracts show little to none antioxidant activity towards DPPH free radical with IC50 of >500 μg/mL. Cytotoxicity evaluation for Ethanol shows active cytotoxicity with an IC50 of 53.32 μg/mL. While ethyl acetate and n-hexane extracts show weak cytotoxicity with an active cytotoxic evaluation with IC50 value of 107.58 μg/mL and 180.65 μg/mL, respectively. The data distribution IC50 value of all extracts from statistical analysis is normal (p > 0.05). There was a statistically significant difference in IC50 value between treatments (p =0.01).

Conclusion: Seaweed Gracillaria sp. contained phytochemical components that are cytotoxic towards HT-29 colon cancer cells."

Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yeyet Pujiati
"Latar belakang dan tujuan: Berdasarkan studi buah mengkudu lebih dikenal berkhasiat antikanker, melalui kemampuan sitotoksiknya dengan menginduksi apoptosis terhadap sel kanker, sehingga lebih benilai ekonomis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah daun mengkudu memiliki kemampuan sitotoksik dan bahan aktif yang sama seperti pada buahnya yang dapat mempengaruhi sistem reproduksi khususnya fragmentasi DNA sperma yang menurunkan integritas DNA sperma dengan menggunakan ekstrak air dan etanol daun mengkudu. Integritas DNA sperma sangat penting untuk menentukan keberhasilan fertilisasi bagi pria. Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan potensi tanaman mengkudu. Akan tetapi penelitian pengaruh daun mengkudu terhadap DNA sel sperma manusia belum dilakukan.
Metode: Lima belas sampel semen yang telah memenuhi syarat inklusi diinkubasi selama 30 menit dalam ekstrak air dan etanol daun mengkudu, dengan konsentrasi kontrol, 125 mg/ml, 250 mg/ml, 500 mg/ml dan 1000 mg/ml. Untuk mengetahui efek ekstrak air dan etanol daun mengkudu terhadap fragmentasi yang menurunkan integritas DNA sperma dilakukan deteksi dengan metode halosperm. Data diuji normalitas menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov test dan General Linear Model (GLM) Repeated Measures ANOVA.
Hasil: Ekstrak air dan etanol daun mengkudu menurunkan integritas DNA sperma dibandingkan kontrol. Pada setiap peningkatan konsentrasi ekstrak air daun mengkudu yaitu 125 mg/ml, 250 mg/ml, 500 mg/ml dan 1000 mg/ml terdapat perbedaan signifikan menurunkan integritas DNA sperma, sedangkan ekstrak etanol daun mengkudu pada konsentrasi 125 mg/ml-1000 mg/ml menunjukkan tidak berbeda signifikan menurunkan integritas DNA sperma.
Kesimpulan: Efek ekstrak air daun mengkudu pada peningkatan konsentrasi 125 mg/ml-1000 mg/ml semakin menurunkan integritas DNA sperma.

Background and objective: Based on studi Noni is better known to have special virtue as anticancer through its cytotoxic ability inducting apoptosis to cancer cell. This makes Noni has more economical value. This research would like to find out whether leave has cytotoxic ability and the same active material as in its fruit affect reproduction system especially the fragmentation of DNA sperm, which could decrease the integrity of sperm DNA. As the integrity of DNA sperm is very important to determine the success of fertilisation of a man. This research has been done to increase potential on Noni plant. But the effect of Noni to the reproduction system especially to a human?s DNA sperm cell has not been done.
Method: Fifteen semen samples which were qualified from inclusion requirements were incubated for 30 minutes in the water extract and Noni leave ethanol, through control concentration of 125 mg/ml, 250 mg/ml, 500 mg/ml, and 1000 mg/ml. To find out the effect of water extract and Noni leave ethanol to the fragmentation which decreased the integrity of DNA sperm, detection was done by halosperm method. The data was tested the normality through the method of Kolmogorov-Smirnov test and General Linear Model (GLM) Repeated Measures ANOVA.
Result: Water extract and Noni leave ethanol could decrease the integrity of sperm DNA compared to the control. In each of concentration increase on Noni leave water extract, i.e. 125 mg/ml, 250 mg/ml, 500 mg/ml, and 1000 mg/ml, had a significant difference in decreasing the integrity of sperm DNA, meanwhile Noni leave ethanol extract in the concentration of 125 - 1000 mg/ml, indicated no significant differences in decreasing the integrity of sperm DNA.
Conclusion: The effect of Noni leave water extract in the concentration increase of 125 mg/ml - 1000 mg/ml progressively decreased the integrity of sperm DNA."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Setyo Budi Premiaji Widodo
"Perkembangan penyakit menunjukkan adanya tren peningkatan penyakit tidak menular yang didominasi oleh penyakit kardiovaskular. Salah satu manifestasinya adalah pada kelainan neurovaskular. Penelitian untuk terapi penyakit ini terus dikembangkan, termasuk salah satunya terapi menggunakan obat herbal. Dua jenis tanaman yang dipercaya memiliki efek terapi adalah akar kucing dan pegagan.
Metode: Penelitian dilakukan dalam bentuk eksperimen dengan tujuan mendapatkan data terkontrol dari efek pemberian kombinasi akar kucing dan pegagan, obat citicoline, dan aquades pada 5 kelompok tikus yang sebelumnya dikondisikan hipoksia. Data diambil dengan melakukan hitung sel piknotik, terkondensasi dan sel normal pada girus dentatus otak tikus.
Hasil: Dari 5 ke tikus yang diamati selnya, jumlah rata-rata sel terbanyak muncul pada kelompok terapi dengan citicoline. Jumlah rata-rata terendah muncul pada kelompok terapi dengan akuades. Pemberian kombinasi akar kucing dan pegagan tidak menunjukkan adanya urutan sesuai dosis. Pada analisis dengan uji One-Way Annova, didapatkan bahwa hasil tidak menunjukkan perbedaan bermakna.
Diskusi dan Kesimpulan: Walaupun secara statistik tidak ditemukan perbedaan bermakna dari masing-masing kategori, pada pengamatan langsung sel dapat diamati adanya peningkatan jumlah sel normal pada pemberian terapi dengan kombinasi ekstrak akar kucing dan pegagan. Pengobatan dengan terapi herbal di Indonesia memiliki potensi besar untuk dikembangkan, peneliti berharap dapat dilakukan studi lebih lanjut untuk mengetahui hubungan antara pemberian ekstrak dengan efek neuroterapinya.

Recent updates in diseases shows increasing number incommunicable disease, espescially in cardiovascular diseases. One of the disease caused by cardiovascular disease is neurovascular. Research for treatment of this disease still on progress, including research in herbal medicine. Two of herbal medicine that has being used for years are akar kucing and pegagan.
Method: Experimental, in purpose obtaining controlled data from treatment with combination of akar kucing with pegagan, citicoline, and aquades in 5 group of mouse that has been hypoxiated. Data taken after treatment are the normal cells of mouse (Sprague dawley.) brain in gyri of dentata.
Result: From 32 mouse that observed, mean number of highest normal cells are found in mouse with citicoline treatment. And the lowest mean of normal cell are found in mouse with aquades treatment. Treatment with combination of akar kucing and pegagan did not correlated with order of dose. And statistic analysis with one-way annova shows the differences are not significant (p>0,878).
Discussion and Conclusion: Although statistically insignifficant, in direct observation the difference can be seen. In mouse with akar kucing and pegagan treatment, number of normal cells was increased. This may be resulted from anatomycal factor, duration of treatment, and method of observation. Further research still needed for understanding the effect of treatment with neurotheraphy effect.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Avi Rahmadiah
"Populasi lanjut usia lebih rentan terhadap berbagai macam penyakit sehingga mendapatkan terapi obat yang beragam. Hal tersebut memperbesar timbulnya kejadian interaksi obat pada lanjut usia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis interaksi obat yang diresepkan pada pasien lanjut usia di Puskesmas Beji Kota Depok. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain penelitian potong lintang cross sectional . Data yang digunakan adalah resep pasien lanjut usia dan pengambilan data dilakukan secara retrospektif pada bulan Juli hingga Desember 2016. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode systematic stratified random sampling.
Hasil analisis dari 353 lembar resep diperoleh bahwa terdapat 85 lembar resep 24,08 yang memiliki interaksi obat. Kasus interaksi obat yang terjadi sebesar 93 kasus dari total lembar resep yang diambil. Jenis obat yang paling sering diresepkan adalah amlodipin 18,02 dengan hipertensi sebagai penyakit yang paling banyak didertita oleh pasien lanjut usia di Puskesmas Beji Kota Depok, yaitu sebesar 55,08. Interaksi yang paling sering terjadi adalah kombinasi natrium diklofenak dengan deksametason, yaitu sebesar 35,56. Tingkat keparahan terbanyak adalah mayor sebesar 72,04. Prevalensi kejadian interaksi obat pada pasien lanjut usia di Puskesmas Beji sebesar 24,08.

The elderly population more susceptible to various diseases so that geriatric patients require various drug therapy. Due to various drug therapy geriatric patients tend to have a greater chance of drug interaction. The purpose of this research is to analyze drug interactions in geriatric patients at Beji Primary Health Care Depok. The study design was cross sectional and descriptive. The data used was secondary data obained from geriatric patient prescription with a retrospective method in the period July December 2016. Sampling technique using systematic stratified random sampling.
The result of analysis, 85 24,08 out of 353 prescriptions experience drug interaction. Drug interactions result was 93 events out of 353 prescription. The most frequently prescribed drug type is amlodipine 18,02 with hypertension 55,08 as the most common disease in geriatric patient at Beji Primary Health Care Depok. The most frequent interaction is a combination of diclofenac sodium with dexamethasone 35.56 . The most severity that occurs frequently is major 72,04 . The prevalence of drug interaction occurence in geriatric patient at Beji Primary Health Care Depok is 24,08.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S67989
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meita Dwi Utami
"Kesehatan reproduksi sangat erat kaitannya dengan fungsi dan proses reproduksi serta kemampuan untuk menghasilkan keturunan. Adanya gangguan pada fungsi reproduksi seperti disfungsi ereksi dan ejakulasi dini membuat masyarakat mencari alternatif pengobatan. Pengobatan herbal lebih disukai masyarakat karena dinilai mempunyai efek samping yang lebih rendah dibandingkan dengan obat sintesis. Penelitian ini bertujuan mengetahui adanya pengaruh pemberian ekstrak etanol 95% biji Kapasan (Abelmoschus moschatus Medik.) terhadap kualitas spermatozoa tikus putih jantan. Tiga puluh ekor tikus putih jantan galur Sprague Dawley dengan berat 150 gram dibagi dalam 5 kelompok, yakni kelompok kontrol normal, positif, dosis 1, 2, dan 3. Kelompok kontrol normal diberikan CMC 0,5%. Kelompok kontrol positif diberikan suspensi X-Gra® dengan dosis 12,6 mg/kg bb. Kelompok dosis 1, 2, dan 3, diberikan suspensi ekstrak etanol 95% biji Kapasan dengan dosis 100 mg/kg bb, 200mg/kg bb, 400 mg/kg bb. Setelah 52 hari perlakuan, tikus dikorbankan dan dilakukan pengambilan sperma pada epididimis kanan dan kiri. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak etanol 95% biji Kapasan menurunkan konsentrasi, viabilitas, dan motilitas spermatozoa namun masih dalam batas ambang normal tikus fertil. Pemberian ekstrak menunjukkan tidak adanya pengaruh pada abnormalitas spermatozoa. Berdasarkan penelitian, dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak etanol 95% biji Kapasan tidak menurunkan kualitas spermatozoa tikus putih jantan.

Health reproduction is closely related to the functions and processes of reproduction. Disturbance in the reproductive function such as erectile dysfunction and premature ejaculation makes people looking for alternative treatments. People prefer choose herbal drugs because herbal drugs have lower side effects than the synthetic drugs. This study aimed to observed the effect of 95% ethanol extract Kapasan seeds (Abelmoschus moschatus Medik.) in quality of spermatozoa white male rats. Thirty Sprague Dawley male rats were divided into 5 groups, which are normal control, positive control, dose 1, 2, and 3. The normal control group was given only 0.5% CMC. Positive control group was given 12,6 mg/kg bw suspension of X-Gra®. Dose group 1, 2, and 3 were given extract with dose 100 mg/kg bw, 200 mg/kg bw, 400 mg/kg bw. After 52 days of treatment, sperm was taken from epididymal. The results showed that 95% ethanol extract Kapasan seeds (Abelmoschus moschatus Medik.) at dose of 400 mg/kg bw decrease the concentration, viability, and motility of spermatozoa but still in normal condition . The extract showed no effect on sperm abnormalities. The conclusion is, the 95% ethanolic extract Kapasan seeds have no effect in quality of sperm white male rats.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
S61285
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rafiqah Nur Viviani
"Resep jamu kuno Au Fere II (Persea americana dan Vigna cylindrica) dari daerah Maluku dipercayai memiliki khasiat sebagai antihipertensi sejak masa lampau, meskipun belum terdapat bukti ilmiah terkait efeknya pada tekanan darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak Au Fere II terhadap kadar angiotensin II plasma pada model tikus Two-Kidney-One-Clip (2K1C). Studi dilakukan terhadap enam kelompok tikus, yaitu kelompok sham (n=4) dan lima kelompok 2K1C (n=20). Tikus 2K1C diinduksi dengan pemasangan mikroklip stainless steel 0,2 mm pada arteri ginjal kiri selama lima minggu. Kelompok tikus 2K1C (>140/100 mmHg, n=4 per kelompok) dibagi menjadi kelompok kontrol negatif (2K1C: tidak diberi perlakuan), kontrol positif (CAP: kaptopril 4,5mg/200g BB), dosis 1 ekstrak Au Fere II (D1: 0,495mL/200g BB), dosis 2 (D2: 0,99mL/20g BB), dan dosis 3 (D3: 1,98mL/200g BB). Pemberian perlakuan dilakukan secara per oral sekali sehari selama satu minggu. Pemberian perlakuan tersebut memengaruhi tekanan darah dan kadar angiotensin II plasma, serta tidak memengaruhi rasio berat ginjal basah/berat badan. Tekanan darah sistolik (D1 dan D3) dan diastolik (D1, D2, dan D3) menunjukkan perbedaan yang bermakna jika dibandingkan terhadap kelompok 2K1C, namun tidak menunjukkan adanya aktivitas yang dose-dependent dari tiga dosis yang diujikan. D3 mengalami penurunan tekanan darah paling efektif dibandingkan dengan D1 dan D2. Selain itu, kadar angiotensin II plasma seluruh kelompok perlakuan juga lebih rendah dibandingkan terhadap kelompok 2K1C, meskipun tidak bermakna secara statistik. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa resep jamu kuno Au Fere II menunjukkan potensi sebagai antihipertensi dengan menurunkan tekanan darah dan kadar angiotensin II plasma.

The Au Fere II ancient herbal recipe (Persea americana and Vigna cylindrica) from Maluku was believed to have antihypertensive properties since the past, although there has been no scientific proof regarded its effect on blood pressure. This study aimed to determine the effect of Au Fere II extract on angiotensin II plasma levels in the Two-Kidney-One-Clip (2K1C) rat model. The study was conducted on six groups, the sham group (n=4) and five groups of 2K1C rats (n=20). The left kidney artery was clipped with a 0.2mm stainless steel microclip for five weeks. Twenty hypertensive rats (>140/100mmHg) were assigned into five groups (n=4), negative control (2K1C: not treated), positive control (CAP: captopril 4.5mg/200g BW), dose 1 Au Fere II extract (D1: 0.495mL/200g BW), dose 2 (D2: 0.99mL/200g BW), and dose 3 (D3: 1.98mL/200g BW). The treatment was given orally once/day for one week. Au Fere II reduced blood pressure and plasma angiotensin II levels but did not affect the kidney's-wet-weight/body-weight ratio. Systolic (D1, D3) and diastolic blood pressure (D1, D2, D3) were significantly lower compared to the 2K1C group but did not show any dose-dependent activity of the three doses tested. D3 was shown the most effective reduction in blood pressure compared to D1 and D2. Angiotensin II plasma levels in all treatment groups decreased compared to the 2K1C group, although it was not statistically significant. These results suggest that Au Fere II could potentially be used as an antihypertensive by lowering blood pressure and angiotensin II plasma levels.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>