Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 141828 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Noer Sarifah Ainy
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan membandingkan pengaruh perubahan struktur vegetasi riparian di Sungai Pesanggrahan, antara daerah pemukiman, daerah binaan, dan daerah kebun campuran rakyat, serta pemanfaatannya oleh masyarakat setempat. Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret 2011 sampai dengan September 2011 dengan mengunakan stratified random sampling untuk analisis vegetasi riparian, dan metode wawancara serta perhitungan Index of Cultural Significance (ICS) untuk mengetahui nilai pemanfaatan vegetasi riparian oleh masyarakat. Nilai INP tertinggi di daerah kebun campuran adalah Gigantochloa apus (91,3%), daerah perumahan adalah pinus Pinus merkusii (61,8%), dan Gigantochloa apus di daerah binaan sebesar 98,2%. Berdasarkan wawancara dengan masyarakat setempat, pemanfaatan vegetasi riparian yang terdokumentasi dalam penelitian ini adalah untuk bahan makanan tambahan (27 spesies), bahan pangan lain (29 spesies), bahan materi utama (15 spesies), bahan obat (47spesies), dan tanaman hias / mitologi (12 spesies). Hasil perhitungan nilai ICS tertinggi adalah papaya (Carica papaya) dengan nilai 65, dan pemanfaatan vegetasi riparian tertinggi adalah untuk bahan obat-obatan.

ABSTRACT
The study was conducted in Lebak Bulus Village in Sounth Jakarta. The aim of this study is to know and to compare the effect of changing riparian vegetation structure in plantation area, settlement area and conservation area, also their utilization by the local community. This research has been held on March 2011 until September 2011 used stratified random sampling for riparian vegetation analysis, also used interview method and analyzing Index of Cultural Significance (ICS) to know local knowledge system. The higest Importance Value Index (INP) from plantation area is Gigantochloa apus (91.3%), residential area is Pinus merkusii (61.8%), and conservation area is Gigantochloa apus (98.2%). Based on interview with local society, utilization riparian plants diversity documented in this study are for secondary food (27 species), tersier food (29 species), the main material (15 species), medicine (47 species), ornamental plants and mythology (12 species). The result of the highest value ICS is Carica papaya with a value of 65 and the highest plants utilization is for medical purpose."
2016
T46292
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ariswan
"Ketersediaan lahan untuk menunjang kebutuhan manusia terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Dengan sifat lahan yang terbatas di wilayah perkotaan, persebaran bangunan menjadi tidak beraturan dan tidak terkendali. Hal ini memicu adanya perubahan fungsi lahan di kawasan sekitarnya teruatama di kawasan sempadan sungai yang seharusnya menjadi wilayah bebas bangunan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pola pemanfaatan dan kemiringan sempadan Sungai Ci Liwung di Kota Depok tahun 2021. Penelitian ini adalah penelitian dengan desain deskriptif. Data hasil observasi diolah dan dianalisis dengan unit analisis Meander untuk selanjutnya diinterpretasikan kedalam tabel dan peta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi sempadan Sungai Ci Liwung didominasi adanya pemanfaatan lahan pada garis sempadan sungai. Pola pemanfaatan sempadan Sungai Ci Liwung memiliki kemiripan jenis pemanfaatan lahan pada setiap Meander. Jenis pemanfaatan sempadan Sungai Ci Liwung didominasi dengan jenis permukiman tidak teratur (43,3%), permukiman teratur (26,74%), fasilitas sosial (26,63%), serta industri dan jasa (3,3%). Kemiringan sempadan Sungai Ci Liwung didominasi oleh jenis kemiringan landai (43,2%), kemudian disusul oleh kemiringan curam (36,7%), dan kemuringan agak curam (20,1%).

The availability of land to support human needs continue to increase along with the population growth. Limited nature of land in urban areas make the distribution of buildings becomes irregular and uncontrollable. This triggers a change in land use in the surrounding area, especially in the river border area. This Study is conduted to determine the utilization patterns and slope of the Ci Liwung riparian zone in Depok City 2021. This study is a research with a descriptive design. Oberservational data are processed and analyzed with the Meander analysis unit for further interpretation into tables and maps. The result shows that the condition of the Ci Liwung riparian zone is dominated by land use inside the riparian zone. The Utilization pattern of Ci Liwung riparian zone has a similiar type of land use in each Meander. Types of the utilization of Ci Liwung riparian zone are dominated by irregular housing (43,3%), regular housing (26,74%), social facilities (26,63%), and industry & services (3,3%). Border slope of Ci Liwung riparian zone are dominated by a slightly slope (43,2%), then a steep slope (36,7%), and a bit steep slope (20,1%)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Frasti Agriani
"Sempadan sungai merupakan kawasan perlindungan setempat yang memiliki peran dan fungsi sebagai pengontrol kuantitas dan kualitas air dengan vegetasi khusus yaitu vegetasi riparian. Penelitian ini akan membahas hubungan antara perubahan penggunaan tanah di sempadan Ci Liwung segmen Depok-Jakarta dengan Kualitas Air tahun 2001-2012. Data kualitas air yang digunakan berasal dari hasil pemantauan BPLHD DKI Jakarta dan Jawa Barat yang berjumlah 8 titik pantau. Sementara data penggunaan tanah sempadan diperoleh dari hasil pengolahan data BPN DKI Jakarta dan Kota Depok Menggunakan ArcGIS 10.0. Dari hasil analisis hubungan secara spasial dan temporal maka diperoleh kesimpulan bahwa perubahan luas permukiman di sempadan Ciliwung segmen Depok-Jakarta berbanding lurus dengan kualitas airnya.

Riparian area is a local protection who has the role and function as water quantity and quality control with special vegetation called riparian vegetation. This research will discuss the relationship between land use change in the riparian segment Ciliwung Depok-Jakarta with Water Quality 2001-2012. Water quality data that used comes from the results of the monitoring BPLHD Jakarta and West Java, amounting to 8 monitoring points. While the riparian of land use data obtained from the data processing BPN Jakarta and Depok City using ArcGIS 10.0. From the analysis of the spatial and temporal relationships it could be concluded that extensive changes settlements in riparian Ciliwung Depok-Jakarta segment is directly proportional to the quality of the water."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S53863
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Apriani
"Telah dilakukan penelitian mengenai sifat fisiko-kimia dan komposisi asam lemak penyusun trigliserida dari minyak biji pepaya (Carica papaya). Biji pepaya yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari suatu perkebunan pepaya di daerah Cihideung, Bogor. Ekstraksi minyak biji pepaya dilakukan dengan menggunakan peralatan ekstraksi Soxhlet dengan pelarut n-heksana.
Hasil ekstraksi yang diperoleh berupa minyak yang berwarna kuning kemerahan setelah dimurnikan dan memiliki kadar sebesar 26,7% dari berat kering biji pepaya. Komposisi asam lemak penyusun trigliseridanya ditentukan dengan alat Kromatografi Gas.
Dari hasil analisis Kromatografi Gas, diketahui bahwa komposisi asam lemak penyusun trigliserida minyak biji pepaya adalah asam kaprilat (0,35%), asam kaprat (0,08%), asam laurat (0,07%), asam miristat (0,1%), asam palmitat (20,3%), asam stearat (3,33%), asam oleat (66,1%), asam linoleat (8,99%), dan asam linolenat (0,61%)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S30422
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Rizky Junita
"ABSTRAK
Di Universitas Indonesia UI terdapat enam situ yang mengalami penurunan kualitas air dari tahun ke tahun. Hal tersebut dapat dilihat secara kasat mata, pada perubahan warna air, bau, dan banyaknya limbah padat yang berada di situ yang berasal dari luar UI. Penurunan kualitas air tersebut salah satunya disebabkan oleh perubahan tata guna lahan di Daerah Tangkapan Air situ UI. Penelitian sebelumnya menguji kondisi perairan dengan Parameter biologis menggunakan makroinvertebrata sebagai penilaian situ, menghasilkan hipotesa bahwa kondisi sempadan situ UI yang paling mempengaruhi keberagaman dan kelimpahan makroinvertebrata Fadillah, 2017 . Pada penelitian ini ingin membuktikan pengaruh karakteristik sempadan terhadap makroinvertebrata menggunakan Tropical Rapid Appraisal Riparian Condition TRARC Version 1 untuk sempadan, serta indeks Average Score Per Taxon ASPT untuk makroinvertebrata, hasilnya terbukti bahwa nilai kondisi sempadan mempengaruhi keberagaman dan kelimpahan makroinvertebrata, hal ini dibuktikan dari hasil R 0,1 ndash; 0,7 dengan hasil korelasi 0,1 ndash; 0,5 dan nilai tekanan sempadan juga mempengaruhi keberagaman dan kelimpahan makroinvertebrata, hal ini dibuktikan dari hasil R 0,01 ndash; 0,6 dengan hasil korelasi 0,05 ndash; 0,6.

ABSTRACT
At the University of Indonesia UI there are six situ water quality decreased from year to year. This can be seen in plain view, on the change of water color, odor, and the amount of solid waste that is in situ that comes from outside the UI. The decrease of water quality is one of the reasons caused by land use change in UI Water Catchment Area. Previous studies examined the condition of waters with biological parameters using macroinvertebrates as a situational assessment, resulting in the hypothesis that the conditions of the UI border most affect the diversity and abundance of macroinvertebrates Fadillah, 2017 . In this study to prove the effect of border characteristics on macroinvertebrates using Tropical Rapid Appraisal Riparian Condition TRARC Version 1 for the border, and the Average Score Per Taxon ASPT index for macroinvertebrates, the result proves that the value of border conditions affects the diversity and abundance of macroinvertebrates, evidenced from the results of R 0.1 0.7 with the correlation results 0.1 0.5 and the value of border pressure also affects the diversity and abundance of macroinvertebrata, this is evidenced from the results of R 0.01 0.6 with correlation result 0,05 0,6."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mochamad Muslich
"Vegetasi yang tumbuh pada zona riparian memiliki peran penting dalam melindungi fungsi dan struktur sungai. Penelitian bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman spesies dan struktur vegetasi serta perspektif masyarakat terhadap nilai kepentingan vegetasi pada zona riparian. Penelitian dilakukan pada Maret-September 2014 di Ciliwung segmen Bogor-Depok. Analisis vegetasi dilakukan dengan metode petak (quadrat) berukuran 40 x 50 m. Sebanyak 15 pasang petak pengamatan di kanan-kiri sungai ditempatkan secara systematic sampling pada interval jarak 4 km mengikuti panjang aliran sungai. Seluruh tumbuhan berdiameter ≥ 2 cm dalam petak pengamatan diidentifikasi nama spesiesnya dan diukur diameternya. Perspektif masyarakat terhadap nilai vegetasi diidentifikasi dengan pendekatan etnobotani melalui observasi, wawancara mendalam, dan diskusi kelompok masyarakat di tiga lokasi yang mewakili komplek perumahan dan perkampungan. Data kuantitatif nilai kepentingan spesies dan kategori fungsi vegetasi dihitung dengan pendekatan LUVI (Local's User Value Index). Jumlah spesies tumbuhan yang ditemukan di dalam petak pengamatan sebanyak 105 spesies dari 36 famili. Famili yang memiliki anggota spesies paling banyak adalah Fabaceae dan Moraceae, masing-masing 11 spesies. Indeks keanekaragaman (H') spesies tumbuhan pada seluruh lokasi penelitian sebesar 3,23 dengan indeks kemerataan spesies (E) 0,69. Spesies tumbuhan yang mendominasi di antaranya Gigantochloa apus (INP 42,90 %), Musa paradisiaca (INP 38,44 %), Paraserianthes falcataria (INP 16,20 %), Swietenia macrophylla (INP 15,46 %), dan Cecropia peltata (INP 13,76 %). Masyarakat mengetahui 14 kategori fungsi vegetasi yang tumbuh pada zona riparian. Kategori yang memiliki nilai kepentingan tertinggi adalah mencegah longsor tebing sungai dengan LUVI 31,00. Spesies tumbuhan yang memiliki nilai kepentingan tertinggi menurut perspektif masyarakat adalah Gigantochloa apus (J.A. & J.H. Schults) dengan LUVI 15,62.

Riparian vegetation has important rules on protection of the river functions and structure. The objectives of the study were to identify species diversity and vegetation structure and also to define local's perspectives of the riparian vegetation function in Ciliwung River segment Bogor-Depok. Fifteen pairs of 40 x 50 m quadrat plots have been used to analyse diversity and structure of riparian vegetation. All plants ≥ 2 cm diameter were identified and measured for diameter. Local's perspectives on riparian vegetation values were identified by ethnobotany approach through in-depth interview, field observation, and Focus Group Discussion. Quantitative data on local's perspectives were analysed by Local's User Value Index (LUVI). The total number plants species were 105 species and 36 families. Fabaceae and Moraceae were highest number in species member (11 species). The diversity index (H) was 3.23 and the equitability species index (E) was 0.69. Gigantochloa apus (J.A. & J.H. Schultz) Kurz is the most dominant species that has highest Important Values Index (42.90 %), followed by Musa paradisiaca (IVI 38.44 %), Paraserianthes falcataria (IVI 16.20 %), Swietenia macrophylla (IVI 15.46 %), and Cecropia peltata (INP 13.76 %). 14 functions of the riparian vegetation were known by local people. The most important function of the riparian vegetation was prevention of riverbank from landslide (LUVI 31.00) and the most important species for the whole category functions was Gigantochloa apus (J.A. & J.H. Schults) Kurz with LUVI 15.62."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
T43307
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Uswatun Khasanah
"Penelitian analisis vegetasi riparian dilakukan di sepanjang Sungai Citirem, Suaka Margasatwa Cikepuh, mulai dari bulan Februari 2010-Juni 2011. Pengambilan data dilakukan dengan metode kuadrat (petak). Penentuan unit sampel dilakukan dengan cara purposive sampling. Tujuan penelitian adalah mengetahui komposisi dan struktur vegetasi riparian di sepanjang Sungai Citirem. Hasil penelitian menunjukkan 20 spesies ditemukan, terbagi menjadi 13 famili. Famili Euphorbiaceae dan Verbenaceae paling banyak ditemukan, masing-masing tiga spesies. Spesies pohon yang dominan di bagian hulu adalah Tectona grandis L.f., di bagian tengah Ficus racemosa L. dan bagian hilir Adenanthera pavonina L. Struktur lateral vegetasi riparian menunjukkan bahwa pepohonan dapat tumbuh mulai dari tepi badan air hingga jarak 20 m dalam unit sampel. Struktur longitudinal vegetasi menunjukkan bahwa vegetasi riparian sepanjang sungai didominasi oleh pohon gugur daun (deciduous tree).

The study on analysis of riparian vegetation was conducted in Citirem River, starting from February 2010 to June 2011. Data collection was performed by sample plot. Sample units were done by purposive sampling. The aims of the study are to know the composition and vegetation structure of riparian along Citirem River. The data shows 20 species recorded belong to 13 families. Euphorbiaceae and Verbenaceae are the most dominant families. Tree riparian species dominant in the headwater area is Tectona grandis L.f., in the middle sized-stream is Ficus racemosa L., and in the large stream is Adenanthera pavonina L. Lateral zonation showed that the trees are able to grow in the riparian area extending from the edge of the water bodies to 20 m in the sample unit. Longitudinal zonation showed that riparian area along the river is dominated by deciduous trees."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S191
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Tanah berfungsi sebagai penyaluran akhir dari seluruh gaya yang berasal dari bangunan yang didirikan diatas tanah tersebut. Sehingga sifat kekuatan tanah menjadi suatu hal yang sangat penting dan harus diperhitungkan dalam perencanaan suatu konstruksi. Lintasan tegangan (stress Path) merupakan suatu metoda dalam menganalisa kekuatan tanah melalui permodelan perubahan tegangan yang terjadi dimasa lalu, sekarang dan masa yang akan datang. Lintasan tegangan mewakilkan.secara grafik perubahan dari suatu set kondisi tegangan kelainnya yang digambarkan melalui garis yang menghubungkan titik-titik pada grafik antara p ( tegangan isotropis ) dan q (tegangan deviator) dari hasil uji kekuatan tegangan aksial tanah terkekang yang mencapai tegangan aksial maksimum. Dengan menggunakan metoda analisa ini, maka didapatkan parameter-parameter kekuatan tanah, yaitu : M, ?, ? dan K yang dibutuhkan untuk analisa geoteknis tanah. Pada metode ini terdapat 3 metoda pengujian, yaitu : 1. Tak terkonsolidasi Tak Terdrainasi 2. Terkonsolidasi Tak Terdrainasi 3. Terkonsolidasi Terdrainasi Sedangkan pada penelitian kali ini kondisi yang digunakan adalah kondisi Terkonsolidasi Tak Terdrainasi dan kondisi Terkonsolidasi Terdrainasi. Contoh tanah yang digunakan dalam penelitian ini berupa tanah yang diambil disekitar bantaran sungai Ciliwung, tepatnya didaerah Condet. Selain itu, dilakukan beberapa uji laboratorium yang bertujuan untuk mengetahui soil properties dari contoh tanah bantaran sungai Ciliwung. Kata kunci: Lintasan tegangan, citical state, parameter kekuatan tanah, uji triaksial, contoh tanah, sungai Ciliwung, soil properties."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S35134
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astrid Dian Pratiwi
"ABSTRAK
Penelitian struktur komunitas pohon dan bambu telah dilakukan di zona riparian Ciliwung wilayah Depok-Jakarta Selatan. Penelitian bertujuan untuk membandingkan struktur komunitas pohon dan bambu pada 3 titik lokasi zona riparian dengan kondisi habitat yang berbeda-beda. Metode yang digunakan yaitu metode petak. Sebanyak 4 petak sampel di setiap titik lokasi ditentukan secara purposive. Hasil penelitian menunjukkan ketiga titik lokasi memiliki perbedaan struktur komunitas pohon dan bambu. Vegetasi di titik lokasi 1,2, dan 3 masing-masing terdiri dari 13 spesies dalam 9 famili, 15 spesies dalam 11 famili, serta 4 spesies dalam 4 famili. Secara keseluruhan, ketiga titik lokasi memiliki tingkat kekayaan pohon yang rendah R 1,10-3,35 dan tingkat kekayaan bambu yang rendah R 0,00-0,15 ; tingkat keanekaragaman pohon yang rendah hingga sedang H ; 1,26-2,33 dan tingkat keanekaragaman bambu yang rendah H 0,00-0,06 ; tingkat kemerataan pohon yang tinggi E 0,81-0,90 dan tingkat kemerataan bambu yang rendah E 0,00-0,09 . Berdasarkan nilai INP, titik lokasi 1 didominasi oleh pohon Cecropia peltata INP 85,12 dan bambu Gigantochloa apus INP 173,95, titik lokasi 2 didominasi oleh pohon Paraserianthes falcataria INP 142,40 dan bambu Gigantochloa apus INP 200, titik lokasi 3 didominasi oleh pohon Leucaena leucocephala INP 105,94 dan tidak ditemukan bambu.

ABSTRACT
Research on tree and bamboo community structure has been done at Ciliwung riparian zone in Depok South Jakarta. This study aims to compare tree and bamboo community structures at 3 location points of riparian zone with different habitat condition. The method used was plot method. Total of 4 plots at each location point were determined purposively. The result shows that three location points have different tree and bamboo community structure. Vegetation at location point 1, 2, and 3 respectively consists of 13 species in 9 families, 15 species in 11 families, and 4 species in 4 families. Overall, three location points has low level of tree richness R 1.10 mdash 3.35 and low level of bamboo richness R 0.00 mdash 0.15 low to moderate level of tree diversity H 1.26-2.33 and low level of bamboo diversity H 0.00-0.06 high level of tree evenness E 0.81-0.90 and low level of bamboo evenness E 0.00-0.09. Based on INP values, location point 1 is dominated by tree Cecropia peltata INP 85.12 and bamboo Gigantochloa apus INP 173.95, location point 2 is dominated by tree Paraserianthes falcataria INP 142.40 and bamboo Gigantochloa apus INP 200, location point 3 is dominated by tree Leucaena leucocephala INP 105,94 and no bamboo was found."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Neli Triana
"ABSTRAK
Saat ini, manusia hidup di masa Antroposen. Masa Antroposen adalah masa ketika semua manusia dihadapkan pada dampak dari perilakunya selama ini yang telah memodifikasi lingkungan, nyaris seluruh bumi. Sungai dan daerah alirannya bagian dari ruang kota turut terdampak. Dibutuhkan strategi, salah satunya keterpaduan antara peran aktif komuniti lokal dan kebijakan pemerintah dalam mengelola sungai. Hal ini agar sungai tetap lestari demi kebutuhan manusia kini dan nanti. Penelitian dilakukan di Hutan Kota Sangga Buana, Karang Tengah, Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Pengelolaan kawasan bantaran tersebut dilakukan masyarakat setempat, yaitu Kelompok Tani Lingkungan Hidup KTLH Sangga Buana. Masalah penelitian adalah menelusuri proses muncul dan berkembangnya hutan kota, pola relasi antara KTLH dengan pemerintah setempat dalam menerangkan keberadaan komuniti pengelola hutan kota. Selanjutnya, mengungkap pola pembentukan jaringan dan aktor, pembagian kerja dan sistem nilai, serta tanggungjawab dalam pola-pola hubungan tersebut. Penelitian ini penelitian kualitatif. Data primer diperoleh melalui observasi lapangan dan wawancara mendalam. Data sekunder dari buku, jurnal, artikel koran, laporan penelitian, dan lainnya. Kesimpulannya faktor human dan nonhuman memiliki andil besar dalam pembentukan hutan kota. Dalam kasus ini, keberlangsungan, dan pengelolaan hutan kota menunjukkan pola relasi yang terbentuk antara KTLH, pemerintah dan pihak lain. Namun, relasi itu baru sebatas saling memanfaatkan. Pengelolaan sungai dalam konsep Antroposen belum terwujud. Kata kunci: pengelolaan sungai, Antroposen, komuniti, hutan kota, konsep kekuasaan dan penguasaan, teori jejaring aktor actor network theory/ANT

ABSTRACT
Currently, humans are living in the Antropocene period. It is a time when all human beings are faced with the impact of their behavior that has modified the environment, almost the whole earth. Rivers and stream areas are part of urban space that is affected. Strategy is needed. One of which is the integration between the local community and government policy in managing river. The research was conducted in Hutan Kota Sangga Buana, Karang Tengah, Lebak Bulus, South Jakarta. Local community, Kelompok Tani Lingkungan Hidup KTLH Sangga Buana, is believed to be the main actor behind the hutan kota. The research problem is to explore the process of emergence and development of urban forest, the relation pattern between KTLH and local government, explaining the existence of forest management. Furthermore, it discloses the pattern of network formation and actors, the division of community and the value system, as well as the responsibilities in those relationship patterns. This research is qualitative research. Primary data was obtained through field observation and in depth interviews. Secondary data is obtained from books, journals, newspaper articles, research reports, and more. In conclusion the human and nonhuman factors have a big share in the process. In this case, the sustainability, and management of the Sangga Buana City Forest shows the pattern of relationships established between KTLH, the government and others. However, the relationship is only limited to utilize each other. River management in Antropocene concept has not yet materialized. Keywords river management, anthropocene, community, urban forest, power and mastery, actor network theory ANT "
2018
T51001
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>