Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 56812 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muzafarsyah
"Tesis ini merupakan analisis semiotik terhadap film Lilja 4-Ever karya sutradara asal Swedia, Lukas Moodysson. Analisis dilakukan dengan memperlakukan film Lilja 4-Ever sebagai suatu bahasa yang memuat seperangkat pesan yang dikarakterisasi oleh kodifikasi sistem gambar dan suara. Hasil analisis menunjukkan sutradara mendayagunakan komoditas budaya populer Amerika sebagai elemen-elemen dalam film yang berbahasa Rusia ini untuk membangun opini tentang wacana American Dream di Rusia dan dampaknya. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan pendekatan semiotika strukturalis Roland Barthes dan semiotika film Christian Metz.

This thesis is a semiotic analysis of Swedish drama movie, Lilja 4-Ever, directed and written by Lukas Moodysson. The analysis is seeing Lilja 4-Ever as a language contained a set of messages characterized by specific audio visual system codifications. The analysis result shows that Lukas Moodysson exploited American popular culture commodities as elements in this Russian language movie to drive opinion about the discourse of American Dream in Russia and its impact. Qualitative descriptive methode was used in this research with structural semiotic from Roland Barthes and Christian Metz film semiotic as the approaching tools."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2016
T45146
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muzafarsyah
"Tesis ini merupakan analisis semiotik terhadap film Lilja 4-Ever karya sutradara asal Swedia, Lukas Moodysson. Analisis dilakukan dengan memperlakukan film Lilja 4-Ever sebagai suatu bahasa yang memuat seperangkat pesan yang
dikarakterisasi oleh kodifikasi sistem gambar dan suara. Hasil analisis menunjukkan sutradara mendayagunakan komoditas budaya populer Amerika sebagai elemen-elemen dalam film yang berbahasa Rusia ini untuk membangun opini tentang wacana American Dream di Rusia dan dampaknya. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan pendekatan semiotika strukturalis Roland Barthes dan semiotika film Christian Metz.

This thesis is a semiotic analysis of Swedish drama movie, Lilja 4-Ever, directed and written by Lukas Moodysson. The analysis is seeing Lilja 4-Ever as a language contained a set of messages characterized by specific audio visual system codifications. The analysis result shows that Lukas Moodysson exploited American popular culture commodities as elements in this Russian language movie to drive opinion about the discourse of American Dream in Russia and its impact. Qualitative descriptive methode was used in this research with structural semiotic from Roland Barthes and Christian Metz film semiotic as the approaching tools."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitohang, Marulam
"Masalah dalam tesis ini adalah kegagalan impian Amerika yang tercermin melalui tiga buah novel karya Theodore Dreiser yaitu Sister Carrie, the Genius dan An American Tragedy, karena ketidaksesuaian atau ketidakcocokan nilai- nilai budaya yang dimiliki dengan tuntutan dunia luar atau lingkungan yang dihadapi ketiga protagonis. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan psikologi dan pendekatan budaya . Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap kegagalan impian Amerika pada periode akhir abad ke -19 dan awal abad ke 20 yang tercermin melalui tiga buah novel karya Theodore Dreiser adalah ..."
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1992
T11385
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afiq Shofy Ramadhan
"ABSTRAK
Sementara studi lain berfokus pada nilai materialisme dalam naskah Death of a Salesman karya Arthur Miller, tulisan ini mengkaji kasus bunuh diri dari tokoh Willy Loman dalam naskah tersebut yang disebabkan oleh mitos American Dream dan American Adam. Lebih jauh lagi tulisan ini akan menelisik perbedaan antar generasi dalam menilai American Dream. Penelitian ini akan menggunakan metode analisis tekstual. Dengan menggunakan konsep American Dream, American Adam, dan konsep bunuh diri milik Durkheim, tulisan ini menunjukkan adanya altruism dalam kasus bunuh diri yang disebabkan oleh mitos American Dream.

ABSTRACT
While other studies focus on the materialism in Arthur Miller rsquo;s Death of a Salesman, this paper examines the suicide case of Willy Loman that presumably causes by the myth of American Dream and Adam. Even fewer tries to acknowledge the inter-generation gap in perceiving American Dream. This is what this study tries to accomplish by doing textual analysis of the play. This study uses the concept of American Dream, and American Adam, and delves into the Durkheim 39;s concept of suicide. At the end, this study would like to state the altruism in the suicide caused by the myth of American Dream. "
2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ijtahidah Dwi Indriyani
"Memperoleh American Dream dan mengartikan kesuksesan dapat berbeda bagi seseorang ke orang lain, Chris Gardner dalam The Pursuit of Happyness mengalami American Dream yang didominasi orang kulit putih. Untuk menemukan ideologi dominan orang kulit putih di dalam film ini, dan untuk mengetahui bahgaimana American Dream milik Gardner mewakili ideologi orang kulit putih, penelitian ini menggunakan metode analisis tekstual pada analisis konten termasuk bahasa, simbol, dan gambar visual di dalam film. Teori privilese oleh McIntosh menjadi kerangka kerja untuk menguji studi penelitian. Ideologi kulit putih percaya pada upaya individu, meritokrasi, dan sistem sosial yang adil namun menolak keberadaan hak istimewa dan supremasi kulit putih. Sebagai seorang Afrika-Amerika, Chris Gardner bekerja lebih keras daripada pekerja magang lainnya untuk mendapatkan pekerjaan di kantor Dean Witter. Dia percaya pada dirinya sendiri dan yakin akan kesuksesannya meski tidak memiliki hak istimewa untuk mendukung perjalanan suksesnya.

Achieving the American Dream and defining success can vary from one person to another, Chris Gardner in The Pursuit of Happyness undergo a dominant white man American Dream. To find the dominant white man’s ideology in the film, and to explore how Gardner’s American Dream would represent the white ideology, this research uses the textual analysis method on the content analysis including the language, symbols, and visual pictures in the film. McIntosh’s privilege theory becomes the framework for examining the research study. The white ideology believes in individual efforts, meritocracy, and a fair social system nonetheless it denied the existence of white privilege and supremacy. As an African American, Chris Gardner works harder than any other intern to get a job at Dean Witter office. He believes in himself and is sure of success despite having no privilege to support him in his journey. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Magnon Rosauro Wilson Moeljono Adikoesoemo
"ABSTRACT
Willa Cather wrote 12 novels, more than 60 short stories, several poems, and a good number of critical essays. Her writings showed characters from all walks of life, and her settings were in quite different backgrounds and of quite different periods. Her works have never been noisy or self-assertive and yet Willa Cather, as Mildred Bennet said, has not needed a revival in the sense that there has been a Fitzgerald revival, a Sherwood Anderson revival, and a Nathanael West revival. (See Bennet, 1961: vii)
In The World of Willa Cather, Mildred Bennet writes that when Charles Poore reviewed her book in 1951, he wrote that there was no need for a Willa Cather revival "the world has never lost its taste for her excellent writing." She believes that the same assertion can be made quite as confidently today: from the response of a new generation of readers it is evident that the taste has been inherited; the flow of critical writing which began shortly after Miss Cather's death shows no sign of slacking off; and in colleges and universities interest in her life and work is decidedly on the increase . . ." (Bennet, 1961: vii).
Elizabeth Shepley Sergeant, on her first encounter with the works of Willa Cather said that she had "discovered a genuine, first-class work of American fiction, in which a young woman of prairie background had conceived her world with new eyes and had made of it a work of art . . . ." (Sergeant, 1953: 11)
Willa Cather's other biographers have written with much admiration for her works and most of her critics have been generous with their reviews. Even critics who have not seen eye to eye with her have treated her with respect. These critics who have written for and against her have such formidable names like H. L. Mencken, Carl Van Doren, Edmund Wilson, Sinclair Lewis, T. K. Whipple, Joseph Wood Krutch, Rebecca West, E. K. Brown, David Daiches, Elizabeth Moorhead, Louise Bogan, Granville Hicks, Lionel Trilling, Alfred Kazin, Maxwell Geismar, George Schloss, Henry Steele Commager, Morton D. Zabel, Howard Mumford H. Jones, Leon Edel, James Schroeter, and many others. (See Schroeter, 1968).
What is it that pulls so many to Willa Cather? Why has "the world never lost its taste for her excellent writing"? What did Willa Cather "conceive" about her world so much so that she "made of it a work of art"? Upon reading and examining Willa Cather's works, I strongly suggest that the element which attracts most readers to her writing is the "American Dream."
This is the topic I aim to write about in this thesis--Willa Cather and the American Dream. I will show that the works of Willa Cather reflect the American dream, especially the dreams of freedom, success, and the pastoral vision.
"
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1987
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sucahyani Dwi Astuti
"Tesis ini membicarakan gambaran perjuangan seorang wanita imigran Swedia yang bernama Alexandra di wilayah frontir Divide, Nebraska, Amerika Serikat. Sebagai seorang imigran wanita yang hidup di wilayah yang dikenal sebagai ?the wild land? (wilayah yang liar) dan masih menganut budaya patriarki (budaya masyarakat yang masih meletakkan laki-laki pada posisi dan kekuasaan yang dominan dibandingkan wanita), dia harus berjuang keras untuk mencapai impiannya. Dengan kemampuannya dalam beradaptasi dengan lingkungan barunya, Alexandra berhasil menyerap nilai-nilai Amerika, seperti kerja keras, optimis, mandiri dan kapitalistik. Dengan nilai-nilai tersebut dan didukung semangat feminisme yang tinggi, akhirnya Alexandra mampu menunjukkan dirinya sebagai wanita frontir yang berhasil menggapai American Dream (impian Amerika) nya.

The Thesis describes the struggle of a Swedish immigrant woman, Alexandra, in frontier Divide region, Nebraska, United States of America. As a woman immigrant who is living in the region which is called as the wild land and is still believing in patriarchy system (a social system in which the male act as the primary authority figure central to social organization, and where fathers hold authority over women, children, and property), lead to hard working to reach her dream. Her ability to adapt with new environment, Alexandra succeeds to absorb American values such as hard working, optimism, self reliance and capitalism. The values, supported by her feminism motivation, at the end, Alexandra shows the capability as frontier woman who can reach her American Dream."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Muthiah Hanum
"Bom bunuh diri, peristiwa tersebut yang termasuk ke dalam Culture of Death di teritori Palestina – Israel saat ini merupakan hasil dari kekacauan politik, serta birokrasi akibat pendudukan dan pengepungan yang tidak berkesudahan. Di dalam Culture of Life, kehidupan manusia mulai dari kelahiran hingga kematiannya secara alamiah adalah sakral. Itu berarti kelahiran dan kematian yang dibuat-buat adalah bertentangan dengan culture of life atau memiliki culture of death, termasuk bom bunuh diri, kesyahidan, dan terrorisme. Anggapan bahwa Bangsa Palestina memiliki culture of death dari pernyataan yang dilayangkan oleh kelompok pendukung Israel, membuat bangsa tersebut tidak layak untuk memiliki negara merdeka. Namun, Mahmoud Darwish, seorang penyair nasional Palestina, menyanggah hal tersebut dalam puisinya yang berjudul Halat Hiṣar (State of Siege). Selain dalam puisi Mahmoud Darwish, polemik mengenai culture of death di teritori Palestina – Israel ini terdapat dalam berbagai media dan jurnal akademis. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan sanggahan Mahmoud Darwish terhadap culture of death di Palestina didukung dari beberapa sumber: Analisis puisinya yang telah disebutkan di atas, perbandingan kasus-kasus culture of death di belahan dunia lainnya, dan data dari sumber tertulis relevan. Data penelitian diperoleh dari studi literatur dari jurnal akademis, artikel, dan buku. Dalam pembuatannya, penelitian ini menggunakan metode kualitatif, studi pustaka, dan pendekatan sosiologi sastra dan strukturalisme semiotik. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa situasi teritori Palestina - Israel lah yang memaksa Bangsa Palestina hidup dalam culture of death.
Suicide bombings event which belong to the Culture of Death in the Palestinian territories - Israel today are the result of political turmoil as well as bureaucracy due to endless occupation and siege. In Culture of Life, human life from birth to death is naturally sacred. That means birth and death made up are against the culture of life or have a culture of death, including suicide bombings, martyrdom, and terrorism. The notion that the Palestinians have a culture of death from statements posted by Israeli support groups, makes the nation unfit to have an independent state. However, Mahmoud Darwish, a Palestinian national poet, refutes this in his poem entitled Halat Hiṣar (State of Siege). In addition to Mahmoud Darwish's poem, polemics about culture of death in the Palestinian-Israeli territory are contained in various media and academic journals. This study aims to prove Mahmoud Darwish's rebuttal of culture of death in Palestine supported from several sources: Analysis of the poem mentioned above, comparison of cases of culture of death in other parts of the world, and data from related literature. Research data were obtained from literature studies from academic journals, articles and books. In its making process, this research uses qualitative methods, literature studies, with sociology of literature and semiotic structuralism approaches. The results of this study indicate that the situation of the Palestinian territories - Israel is what forced the Palestinians to live in a culture of death."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sherina Daffa Mayori
"Artikel ini menguraikan efek 'cocacolonization' (Wagnleitner et al.; 1994), atau penyebaran pengaruh budaya Amerika melalui berbagai cara, yang digambarkan dengan baik dalam WandaVision (2021), terutama dalam perjuangan sang karakter utama dalam mempertahankan keluarga imajinernya. Makalah ini juga melihat bagaimana serial televisi dari masa lalu telah membentuk harapan dan persepsi sang karakter utama tentang hal-hal yang terkait dengan rumah tangga di Amerika. Menggunakan metode analisis film, makalah ini menyimpulkan bahwa banyak acara TV Amerika sengaja dibuat untuk mendistribusikan budaya Amerika untuk program reeducation atau pendidikan ulang mengenai budaya dari negara tersebut kepada warga luar Amerika. Analisis ini akan mengkaji masa lalu Wanda Maximoff, tokoh utama serial Marvel ini, untuk menemukan dampak ‘cocacolonization’ terhadap alur dan akhir cerita. Juga, artikel ini membandingkan realitas keluarga Wanda dan stereotip umum keluarga Amerika di serial-serial TV.

Artikel ini menguraikan efek 'cocacolonization' (Wagnleitner et al.; 1994), atau penyebaran pengaruh budaya Amerika melalui berbagai cara, yang digambarkan dengan baik dalam WandaVision (2021), terutama dalam perjuangan sang karakter utama dalam mempertahankan keluarga imajinernya. Makalah ini juga melihat bagaimana serial televisi dari masa lalu telah membentuk harapan dan persepsi sang karakter utama tentang hal-hal yang terkait dengan rumah tangga di Amerika. Menggunakan metode analisis film, makalah ini menyimpulkan bahwa banyak acara TV Amerika sengaja dibuat untuk mendistribusikan budaya Amerika untuk program reeducation atau pendidikan ulang mengenai budaya dari negara tersebut kepada warga luar Amerika. Analisis ini akan mengkaji masa lalu Wanda Maximoff, tokoh utama serial Marvel ini, untuk menemukan dampak ‘cocacolonization’ terhadap alur dan akhir cerita. Juga, artikel ini membandingkan realitas keluarga Wanda dan stereotip umum keluarga Amerika di serial-serial TV."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Christanty Yudha Bestari
"Tesis ini adalah tentang persepsi audience terhadap sebuah produk budaya Amerika. Fokus penelitian ini adalah audience Indonesia, yakni sekelompok penggemar musik heavy metal rock Metallica. Audience dipilih berdasarkan suatu kesamaan yakni memiliki ketertarikan menonton Metallica. Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah tentang bagaimana persepsi para penggemar musik cadas ini berdasarkan teori resepsi. Maka yang diteliti adalah pendapat audience Indonesia terhadap Metallica serta yang dirasakan oleh kelompok ini ketika menonton konser Metallica di Indonesia, khususnya Jakarta. Pengambilan data dilakukan melalui wawancara terhadap informan penggemar Metallica. Pengolahan data menggunakan teknik coding, yakni open coding, axial coding dan selective coding.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa seluruh informan mendapat pengaruh dan energi positif dari musik popular Amerika Metallica. Musik cadas yang begitu kental dengan bayang- bayang kebrutalan, narkotika, urakan dan musik keras ternyata tidak terjadi dalam persepsi audience Indonesia. Mereka justru menikmati musik Metallica sebagai pengaruh positif bagi kehidupan masing- masing informan, meskipun bidang yang ditekuni berbeda- beda. Audience lebih memandang Metallica dari kualitas bermusik baik secara fisik ataupun dari efek perasaan yang ditimbulkan dari karya- karya Metallica.

This thesis describes the perceptions of an Indonesian audience toward a product of American culture. The focus of this research is on, which is a group of heavy metal rock music enthusiasts of the band Metallica. The researcher has chosen an audience based on their interests toward Metallica's concert and their fanaticism toward Metallica's music. Formulation of the problem in this research is about how the perception of the audience of rock music is observed, based on the theory of reception. This research discusses the opinions of a group of Indonesians about hard rock band Metallica and about this audience's feelings and experience of Metallica's concert in Indonesia, especially in Jakarta. Data were collected through interviews with this audience. The researcher analyzes the data using coding techniques, namely open coding, axial coding and selective coding.
From this research, it can be concluded that all participants got a positive energy and influence from Metallica, an American popular band. Metal rock music is so thick with shadows of brutality, narcotics, sloppy, and loud music. But this does not occur in the perception of the Indonesian audience. They enjoy the music of Metallica as a positive influence on their lives. They like the musical quality of Metallica and enjoy Metallica?s album.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>