Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 197899 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adhitya Derisa Rasi Makara
"Tesis ini membahas tentang peranan agregator musik dalam struktur industri musik di indonesia dalam konteks agregator musik ini sebagai agen perubahan strukturasi industri musik dalam hal pendistribusian dan promosi konten musik di era perkembangan teknologi informasi dan komunikasi bagi para musisi indie. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain studi kasus. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa ada 2 faktor utama yang mempengaruhi perubahan industri musik Indonesia. Yang pertama adalah perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin maju. Dan yang kedua adalah berkembangnya musik Indie (Sidestream). Agregator musik muncul sebagai platfrom bisnis yang fokus mendistribusikan lagu ke toko musik digital di seluruh dunia. Agregator musik berperan sebagai pengganti label rekaman yang kerap kali menjadi sandungan bagi para musisi untuk memasarkan karyanya. Agregator musik melalui toko digital maupun streaming musik dianggap mampu menjawab tantangan era digital dalam hal distribusi dan promosi karya musik. Terlebih, agregator musik dianggap mampu mewadahi karya-karya musisi baru atau musisi indie yang seringkali mengalami kesulitan luar biasa untuk memperkenalkan karya musiknya.

This tesis discusses about the role of Music Aggregator in structur change of music industry in Indonesia in the context that music aggregator is as an agent to change music industry in term of music distribution and promotion content in the growing information and communication technology era for indie musicians. The thesis applies qualitative design with case study design. The study concluded that two main factor which affect of Indonesia music industry change. The first factor is the rapid growth of information and communication technology. The second factor is the rise of Indie Music (Sidestream). Music Aggregator becames a business platform that focuses on distributing songs to digital music stores all around the world. Music Aggregator contributes as subtitutive record label that alwasy hampers all musician to market their creation. Music Aggregator through digital music store or streaming music platform is able to answer the challenges of digital era in the term of music content distribution and promotion. Music aggregator can collect creations of new musicians or indie musicians who often experience extraordinary diffuculty to introduce their creations."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
T46318
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifanda Khalifah Putri
"Dalam industri musik terdapat dua jenis industri yaitu major dan independen. keduanya memiliki perbedaan yang sangat signifikan. Kedua industri tersebut memiliki fokus dan tujuan yang berbeda, adalah d’Masiv sebuah band yang memiliki identitas sebagai band major yang ingin memperluas karyanya hingga ke kalangan independen. d’Masiv sebagai band major perlu menyusun strategi-strategi agar dapat diterima di kalangan independen, dari hal tersebut dapat dilihat bahwa strategi dibutuhkan untuk membentuk identitas band dalam bermusik

In the music industry there are two kinds of industries, namely are major and independent. with very significant differences. Between them both of these industries have a different focus and purpose. d'Masiv is a band that has an identity as a major band that wants to expand his work to the independent circles. d'Masiv as a major band needs to devise strategies to be accepted among independents from it can be seen that the strategy needed to establish the identity of the band musically"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raras Prawitaningrum
"Perkembangan teknologi tak bisa dipungkiri mengakibatkan perubahan di beberapa industri, salah satunya dalam industri musik. Industri musik yang pada awalnya dikuasai oleh industri arus utama mengalami perubahan dengan kemunculan kolektif independen karena didukung oleh beberapa faktor. Kolektif musik independen menggunakan pengalaman dan pengamatannya untuk membangun suatu industri yang berbeda agar bisa bertahan dan meraih kesuksesan di industri musik tanpa menggunakan mediasi. Hasil dari penelitian ini adalah memaparkan bagaimana strategi band independen rock metal asal Jakarta, Seringai, dalam menjual musik dan atributnya tanpa adanya mediasi, yakni label rekaman.

Technology development undeniably caused changes in certain industries, one of them is music industry. Music industry that was initially dominated by mainstream industry is changing with the emergence of collective independent that is supported by several factors. Collective independent music use experience and observation to build a different industry to survive and achieve success in music industry without using mediation. Result of this study is to explain the strategy of an independent rock metal band from Jakarta, Seringai, in selling music and its attributes without mediation, which is record label."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aliefia Augustine
"Penelitian ini mengenai agensi perempuan dalam industri musik independen di Indonesia. Penulis berargumen bahwa musisi perempuan mempraktikkan otonomi dalam tatanan dunia patriarkis–di mana perempuan memiliki sedikit kesempatan untuk angkat bicara (Yab et al., 2022)--dan kapitalis–di mana industri jasa secara umum dan musik secara khusus terpusat di pulau Jawa dan Bali (Resmadi & Batari, 2020). Meskipun literatur akademik dan temuan riset menunjukkan bahwa musisi dari kelompok budaya non-dominan sulit berpartisipasi dalam industri musik, penulis berargumen bahwa musik independen memberikan bukti sebaliknya. Dengan mengambil kasus kelompok musik perempuan asal Lombok, The Dare. Kelompok musik perempuan ini mempraktikkan feminisme di tengah komersialisasi musik independen Indonesia yang didominasi laki-laki. Penelitian ini bertujuan untuk memahami praktik feminisme dalam karya The Dare dengan menggunakan data sekunder. Penulis meminjam konsep reproduksi ideologi feminisme dan partisipasi audiens (Keltie, 2017) untuk mencapai tujuan ini. Penelitian ini menemukan bahwa The Dare mempraktikkan agensi melalui partisipasi audiens, dan mempromosikan feminisme melalui pertunjukan dan citra yang mereka bangun di dalam jaringan maupun di luar jaringan.  

This journal is about women musicians’ agency in Indonesia’s independent music industry. In this journal, the author argues that women musicians practice autonomy in a patriarchal world–where there is only a small opportunity for women to speak up (Yab et al., 2022)–and a capitalist world–where service industry in general and specifically music industry focused in Java and Bali (Resmadi & Batari, 2020). Even though many literature and academic findings show that musicians who come dari marginalized cultures find it hard to participate in the music industry, the author argues that independent music proves the opposite. By looking at The Dare, a girl group from Lombok. This girl group practices feminism amidst the commercialization of Indonesia’s independent music industry which is dominated by men. This research aims to understand the feminism practice by The Dare with secondary data. The author uses feminism ideology reproduction and audience participation concept (Keltie, 2017) to achieve the result. This research finds that The Dare practice agency through audience participation and promoting feminism through their act and online-offline branding."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Limisgy Ramadhina Febirautami
"Industri musik di Indonesia merupakan salah satu prioritas utama oleh Badan Ekonomi Kreatif BEKRAF untuk ditingkatkan daya saingnya. Dalam meningkatkan daya saingnya, industri musik dihadapi dengan tantangan utama yaitu sumber daya manusia yang kurang memadai serta pemanfaatan pasar yang belum optimal. Oleh karena itu, industri musik di Indonesia perlu mengembangkan strategi terbaru untuk menghadapi tantangan tersebut. Seiring berkembangnya teknologi di industri musik, data terkait musik seperti tangga lagu, fitur audio, serta lirik lagu semakin mudah didapatkan. Data tersebut berpotensi memberikan informasi penting dan karakteristik terkait lagu yang sedang tren dan diminati oleh masyarakat Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik lagu yang populer atau diminati oleh masyarakat Indonesia menggunakan music mining. Penentuan karakteristik dilakukan dengan mengklasifikasikan lagu keseluruhan, lagu lokal, dan lagu internasional yang populer di Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian ini, algoritme pohon keputusan C5.0 mampu memberikan karakteristik yang detail dan optimal untuk lagu keseluruhan, lagu lokal, dan lagu internasional dengan akurasi yang baik. Terdapat beberapa kesamaan dan perbedaan karakteristik yang dimiliki antara lagu secara keseluruhan, lagu lokal, dan lagu internasional yang berkaitan satu sama lain. Keterkaitan tersebut dapat digunakan menjadi strategi dan rekomendasi pelaku industri musik dalam memproduksi lagu yang sesuai dengan preferensi masyarakat.

Music industry is one of main priority to improve its competitiveness by BEKRAF. Music industry is faced by main challenges such as insufficient human resources and unoptimized market utilization. Thus, music industry in Indonesia needs to develop new strategy to handle the challenges. Nowadays, the developing of technology in music industry data related to music, e.g. top charts, audio features, and song lyric are easily obtained. Those data are potential to give important information and characteristics related to trending songs and songs preferred in Indonesia.
This study aims to know the characteristics of popular or preferred songs in Indonesia using music mining. Determining the characteristic was done by classifying overall songs, local songs, and international songs that are popular. Based on this study, C5.0 decision tree is able to give detail and optimal characteristics of overall songs, local songs, and international songs. There are some similarities and differences among them that are related to each other. Those relations among characteristics can be used to be the strategy and recommendation for music industry in producing songs that are preferred in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naldo
"ABSTRAK
Tesis ini membahas resistensi band Mocca dalam menyikapi industri musik
indonesia dalam konteks band indie sebagai agen perubahan strukturasi industri
musik Indonesia. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain studi
kasus. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa industri musik Indonesia mengalami
penurunan kualitas oleh karena itu terbentuklah musik indie yang lahir dari
komunitas sebagai wadah perlawanan terhadap musik mainstream dan selera
masyarakat.

Abstract
This thesis discusses the resistance of Mocca band and the dealing with
Indonesian music industry in the context of the indie band as an agent of change
on Indonesian music industry structuration. The study was a qualitative research
design with case studies. The study concluded that Indonesian music industry
deteriorated since it was formed by the birth of indie music community as a place
of resistance against mainstream music and tastes of society."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
T31133
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Abednego Kurniawan Sigit
"Transformasi struktural utama di industri musik telah didokumentasikan secara luas sejak kehadiranteknologi digital yang telah menciptakan berbagai platform pemasaran untuk industri musik. Transisi ke musikdigital dan online tidak lain hanyalah perubahan menyeluruh dalam lingkungan media dan landasanfundamental bagi restrukturisasi seluruh industri. Dalam jangka waktu singkat, perubahan signifikan telahterjadi ketika mereka memindahkan konsumen untuk mengadopsi model bisnis streaming dan berlangganan.Format-format yang berubah ini juga membawa pada dominasi radio dan televisi. Oleh karena itu, alternatifyang lebih murah untuk katalog musik seperti media online dan seluler lebih baik. Eksposisi ini menempatkanindustri musik independen untuk mempertimbangkan isu-isu kunci dalam konteks transformasi cepat ini.

The transition to digital and online is nothing but a complete change in the media environment and afundamental foundation for the restructure of the whole entertainment industry. In a short timeframe, significantchanges in music industry have happened as they move consumers to adopt streaming and subscription businessmodels. These changing formats have been brought against the dominance of physical music storage. Asopposed to radio and television, music catalogue such as online and mobile media are much preferable,particularly on independent music. This exposition situates any independent music party to consider key issuesin the context of this rapid transformation. Within this shift, many factors play a role to affect music industry,artists, and consumers. This research will further findings by implementing content analysis from severalprevious researches."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Wendi Putranto
Yogyakarta: B-First, 2009
780 WEN m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Vitorio Mantalean
"ABSTRAK
Kemapanan major label yang notabene pihak paling berpengaruh dalam industri musik populer mengalami guncangan akibat demokratisasi akses yang disebabkan oleh revolusi digital, tak terkecuali di Indonesia. Hal tersebut membuat major label perlu mencari berbagai sumber pemasukan baru sejak bisnis music sales tak lagi dapat diandalkan sebagai tumpuan pendapatan. Grup band Nidji yang masuk pada saat industri musik populer Indonesia tengah limbung rupanya tetap mampu bertahan di saat banyak grup band seusianya lenyap tertelan ganasnya ombak industri. Melalui pendekatan kualitatif, penelitian studi kasus ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Nidji sanggup mempertahankan diri sebagai grup band yang tetap populer dan produktif pada era keterpurukan industri musik populer Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesediaan Nidji menjadi ujung tombak pemasukan Musica Studio dalam bisnis manajemen artis membuat Nidji tetap dapat produktif dan populer selagi menguntungkan Musica Studio sebagai major label yang menaunginya. Selain itu, Musica Studio sebagai major label juga menerapkan sejumlah strategi guna menciptakan efisiensi produksi karya musik seraya melakukan ekspansi bisnis ke bidang-bidang lain.

ABSTRACT
The democratization of access caused by digital revolution shook the status quo of major label as the most influencing and decisive player in the pop music industry, including in Indonesia. It urged major labels to search for new sources of revenue since music sales business was no longer reliable. Music group Nidji, that stepped in at the time of Indonesia 39 s pop music industry was unsteady, apparently are still able to survive until now while other groups their age are drowning. Using qualitative approach, this case study research aims to find out how Nidji could maintain themselves as productive and popular music group in the adversity era of Indonesia pop music industry. The result shows that Nidji rsquo s willingness to be the spearhead of Musica Studio rsquo s revenue in artist management business kept themselves productive and popular while at the same time helped Musica Studio securing their revenue stream. In the other hand, Musica Studio as the major label also applied some strategies to create production efficiency while expanding their business to another sectors. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Octadila Laily Anggraeni
"Kemajuan teknologi yang begitu pesat membawa banyak perubahan termasuk di bidang keuangan yaitu salah satunya adalah munculnya teknologi finansial. Salah satu bentuk dari teknologi finansial ini adalah crowdfunding. Industri kreatif seperti musik, film, dan game merupakan sektor yang cukup tinggi memanfaatkan model pendanaan crowdfunding berbasis imbalan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi keputusan pemilihan sumber pendanaan yang diambil oleh pelaku industri musik di Indonesia dalam proyek pembuatan album dengan melakukan crowdfunding berbasis imbalan serta pengaruh dari crowdfunding berbasis imbalan pada biaya modal perusahaan. Penelitian ini didasari pada teori pecking order dan menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain studi multi cases studies. Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan informasi melalui wawancara dengan pelaku di industri musik yang melakukan crowdfunding. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor kesempatan, kemudahan, transparansi, dan saluran promosi yang dapat dimanfaatkan merupakan pertimbangan utama pelaku industri musik memilih saluran crowdfunding berbasis imbalan sebagai alternatif sumber pendanaan. Asumsi adanya informasi asimetri yang memengaruhi pola pecking order tidak dapat menjelaskan fenomena pada crowdfunding berbasis imbalan karena kemudahan akses terhadap sumber pendanaan merupakan pertimbangan pemilik proyek melakukan crowdfunding berbasis imbalan. Hasil penelitian juga menunjukkan adanya perubahan pada biaya modal pada pelaku industri musik setelah melakukan crowdfunding berbasis imbalan. Biaya modal mengalami peningkatan yang cukup tinggi setelah melakukan crowdfunding berbasis imbalan yang berasal dari biaya produksi reward untuk investor malaikat. Penelitian lebih lanjut tentang crowdfunding berbasis imbalan dengan memasukkan unsur sumber pendanaan berupa utang dan penerbitan ekuitas sangat berguna dalam membandingkan cost of capital dari masing-masing jenis pendanaan dan dalam mengetahui optimal capital structure suatu perusahaan. Penelitian ini juga bertujuan untuk membantu praktisi memahami bagaimana crowdfunding berbasis imbalan mengubah industri musik di Indonesia.

The rapid advancement in technology has brought many changes, one of which is in the financial sector, the emergence of financial technology. One form of financial technology is crowdfunding. Creative industries such as music, film, and games are quite high sectors which utilizing reward-based crowdfunding. This study aims to determine the factors that influence. This study aims to determine the factors that influence the decision on the selection of funding sources taken by music industry players in Indonesia in album-making projects by reward-based crowdfunding and the effect of reward-based crowdfunding on company capital costs. This research is based on the pecking order theory and uses a qualitative approach with the design of multi cases studies. The research was conducted by gathering information through interviews with music industry players who are crowdfunding. The results of the study show that the opportunity, convenience, transparency, and promotion channels are the primary considerations for the music industry to choose reward-based crowdfunding channels as an alternative source of funding. The assumption that information asymmetry influences pecking order patterns cannot explain the phenomenon of reward-based crowdfunding because of the ease of access to funding sources is the consideration for project owners to choose reward-based crowdfunding. The results of the study also showed a change in the cost of capital of the music industry after the reward-based crowdfunding. Cost of capital has increased after reward-based crowdfunding that comes from the cost of producing a reward for angel investors. Further research on reward-based crowdfunding by including funding sources in the form of debt and equity issuance is very useful in comparing the cost of capital of each type of funding and in knowing the optimal capital structure of a company. This research also aims to help practitioners understand how reward-based crowdfunding is changing the music industry in Indonesia."
2019
T53778
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>