Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 168770 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Idham Akbar
"Anoda korban merupakan salah satu metode memperlambat laju korosi dengan memberikan arus pada material, seperti pipa penyalur, sehingga memiliki nilai potensial proteksi. Hakikatnya, semakin jauh area material dari anoda korban, semakin berkurang nilai arus proteksi, dan semakin positif nilai potensial (atenuasi). Atenuasi arus dan potensial dapat dihitung dengan menggunakan rumus konservatif dimana dimensi (diameter) anoda dianggap tetap/konstan sejalan dengan bertambahnya waktu. Faktanya, anoda korban bersifat konsumtif dan diganti dalam jangka waktu tertentu. Berkurangnya diameter anoda dapat mempengaruhi nilai hambatan anoda dan nilai potensial. Oleh karena itu, tujuan dari tesis ini adalah mengembangkan rumus konservatif dengan menambahkan perubahan diameter anoda terhadap waktu.

Sacrificial anode is a method to slow the corrosion rate down by giving the current to the protected material, such as pipeline, so that reaching the potential protection. Essentially, the longer material area from the sacrificial anode, the less current protection, the higher potential protection (attenuation). Current and potential attenuation can be determined by using conservative formula having constantly anode dimension (diameter) in line with time increment. In fact, sacrificial anode is consumptive and replaced in certain period. Diameter anode reduction affects anode resistance and potential protection. Therefore, the objective of this thesis is to develop the conservative formula by adding anode diamter reduction in line with time increment."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
T46378
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ading Firliyadi
"Atenuasi multiple dengan menggunakan filtering radon adalah salah satu teknik yang biasa digunakan dalam penekanan energi multiple pada data seismik. Prinsip kerjanya adalah dengan memisahkan sinyal dan multiple dalam domain radon dengan memanfaatkan nilai perbedaan moveout antara sinyal primer dan multiple. Metode ini diaplikasikan pada data seismik sintetik GM 1 yang merupakan daerah pengendapan marine. Data ini ditemukan multiple yang didominasi oleh peg-leg multiple. Studi ini bertujuan untuk mengetahui respon dari filtering radon yang diterapkan baik pada metode pengolahan data Common Mid Point (CMP) stack, maupun pada metode Common Reflection Surface (CRS) stack untuk mengatenuasi multiple. Imaging pada CRS stack diharapkan mampu menghasilkan signal to noise ratio yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode konvensional. Filtering radon diterapkan baik pada CMP gather maupun pada CRS supergather. Hasil yang diperoleh dari analisis radon dapat mereduksi peg-leg multiple walaupun masih meninggalkan residu multiple baik pada CMP gather maupun pada CRS supergather. Penampang stacking dari metode CRS mempunyai signal to noise ratio yang lebih baik daripada penampang stacking dari metode konvensional.

Multiple Attenuation using radon filtering is commonly used for suppressing multiple energy technique at seismic data. The basic concept is to do separation between primary and multiple in radon domain by using residual moveout value. The method is used for synthetic seismic data called GM1 as marine precipitation zone. The data is found multiple, dominantly as peg-leg multiple. The study is being done in order to know how much radon filtering can influence both for Common Mid Point (CMP) stack and Common Reflection Surface (CRS) stack to attenuate multiple. The imaging of CRS stack is expected will be able to create higher signal to noise ratio than conventional method. Radon filtering is applied to CMP gather and CRS supergather. Radon analysis can‟t able to reduce peg-leg multiple overall in CMP gather and CRS supergather. Signal to noise ratio of stacking section can be enhanced by CRS stack method significantly."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S29390
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kuncoro Teguh Setiawan
"Penentuan satellite derived bathymetry (SDB) punya arti penting bagi Indonesia yang memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia, yaitu 108.000 km. Garis pantai merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan wilayah pesisir. Pemodelan koefisien atenuasi ini dilakukan pada wilayah pesisir dengan kedalaman maksimum 30 m. Ketersediaan informasi SDB di area pesisir menjadi suatu kebutuhan untuk mendukung manajemen sumberdaya pesisir. Hingga kini penentuan SDB yang berkembang dengan menggunakan metode empirik. Penelitian ini bertujuan untuk membangun metode penentuan koefisien atenuasi pengukuran, pemodelan koefisien atenuasi inherent optical properties (IOP), penentuan SDB metode semi-analitik dan peningkatan resolusi spasial hasil SDB. Penelitian dilakukan di Pulau Karimunjawa, Pulau Bawean dan Kepulauan Seribu. Data yang digunakan yaitu data satelit, data kualitas air dan data spektral. Data satelit terdiri dari SPOT 7 tanggal 8 Mei 2017 untuk Pulau Karimunjawa, SPOT 6 tanggal 31 Maret 2015 untuk Pulau Bawean dan SPOT 6 tanggal 15 Mei 2017 untuk Kepulauan Seribu. Data kualitas air meliputi klorofil-a, total suspended solid dan color dissolve organics matters. Data spektral yaitu downwelling irradiance, upwelling radiance dan sky radiance. Metode penentuan koefisien atenuasi menggunakan apparent optical properties. Pemodelan koefisien atenuasi IOP menggunakan lima algoritma yaitu Gordon, Kirk, Morel, Lee, dan Simsha. Penentuan SDB menggunakan metode semi-analitik. Peningkatan resolusi spasial SDB menggunakan metode integrasi digital elevation model. Hasil penentuan koefisien atenuasi dari ketiga lokasi penelitian menunjukkan bahwa parameter klorofil-a yang paling dominan berpengaruh. Hasil koefisien atenuasi di Pulau Karimunjawa menunjukkan nilai terendah yaitu sebesar 0,0867 hingga 0,5223, diikuti Pulau Bawean dan Kepulauan Seribu. Model koefisien atenuasi terbaik untuk daerah pesisir Laut Jawa merupakan adaptasi dari algoritma Gordon. Hasil SDB menunjukkan bahwa kanal biru paling optimal, karena kanal ini merupakan kanal yang memiliki panjang gelombang terpendek sehingga paling sensitif untuk objek perairan, yaitu mencapai 37,2 m di Pulau Karimunjawa. Integrasi DEM meningkatkan resolusi spasial SDB citra SPOT menjadi 3 m. Hasil SDB dengan metode semi-analitik menunjukkan pengurangan eror 33,25 % dibandingkan metode SDB empirik.

Determining satellite derived bathymetry (SDB) is important for Indonesia, which has the second longest coastline in the world, namely 108,000 km. The coastline is an inseparable part of the coastal area. This attenuation coefficient modeling was carried out in coastal areas with a maximum depth of 30 m. The availability of SDB information in coastal areas is a necessity to support coastal resource management. Until now, SDB determination has been developed using empirical methods. This research aims to develop a method for determining the measurement attenuation coefficient, modeling the inherent optical properties (IOP) attenuation coefficient, determining SDB using semi-analytic methods and increasing the spatial resolution of SDB results. The research was conducted on Karimunjawa Island, Bawean Island and the Seribu Islands. The data used are satellite data, water quality data and spectral data. Satellite data consists of SPOT 7 dated 8 May 2017 for Karimunjawa Island, SPOT 6 dated 31 March 2015 for Bawean Island and SPOT 6 dated 15 May 2017 for the Kepulauan Seribu. Water quality data includes chlorophyll-a, total suspended solids and color dissolved organics matters. Spectral data are downwelling irradiance, upwelling radiance and sky radiance. The method for determining the attenuation coefficient uses apparent optical properties. IOP attenuation coefficient modeling uses five algorithms, namely Gordon, Kirk, Morel, Lee, and Simsha. Determination of SDB using semi-analytic methods. Increasing SDB spatial resolution using digital elevation model integration methods. The results of determining the attenuation coefficient from the three research locations show that the chlorophyll-a parameter has the most dominant influence. The results of the attenuation coefficient on Karimunjawa Island show the lowest value, namely 0.0867 to 0.5223, followed by Bawean Island and the Seribu Islands. The best attenuation coefficient model for the Java Sea coastal area is an adaptation of the Gordon algorithm. The SDB results show that the blue channel is the most optimal, because this channel has the shortest wavelength so it is the most sensitive for water objects, reaching 37.2 m on Karimunjawa Island. DEM integration increases the SDB spatial resolution of SPOT imagery to 3 m. SDB results using the semi-analytic method show an error reduction of 33.25% compared to the empirical SDB method."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Nyoman Sukanta
"Pengembangan model fungsi atenuasi ?ground motion? dari gempabumi subduksi interface wilayah Sumatera dan Jawa untuk kelas situs tanah sedang (SD) dan tanah keras (SC Proses simulasi model dilakukan untuk menghasilkan model atenuasi yang sesuai dengan sebaran data GM_PGA yang digunakan. Hasil uji parametrik dan analisa regresi non linier dengan simulasi model sebanyak 4 versi digunakan untuk menghasilkan model fungsi atenuasi yang diharapkan. Proses analisa regresi non linier untuk data GM_PSA dilakukan dengan rentang periode sebanyak 19 bagian, dari periode 0.05 detik sampai 4 detik. Untuk kelas situs tanah sedang dan tanah keras diperoleh model atenuasi spektral untuk semua rentang periode. Semua model hasil penelitian selanjutnya dibandingkan dengan beberapa model yang dijadikan acuan oleh tim 9 dalam pembuatan peta zonasi gempabumi Indonesia. Model GM_PGA dibandingkan dengan model dari Young et. al., 1997, Atkinson & Boore 2003 dan Zhao et. al., 2006. Model GM_PSA dibandingkan dengan model Zhao et. al. 2006.
Hasil perbandingannya secara umum menunjukkan model hasil penelitian mempunyai nilai yang sedikit lebih besar dibandingkan dengan model lainnya dibahas dalam penelitian ini. Penentuan kelas situs berdasarkan SNI 1726:2012 tersebut, dilakukan berdasarkan hasil pengukuran langsung di lokasi sensor accelerometer. Data Peak Ground Acceleration (PGA) dan data Pseudo Acceleration (PSA) komponen horizontal dua arah dalam rentang periode terpilih digunakan dalam proses analisa model. Pendekatan geometric mean (GM) digunakan dalam analisa PGA dan PSA selanjutnya. Sebanyak 273 data GM_PGA dan 108 data GM_PSA untuk tanah sedang serta 90 data GM_PGA dan 34 data GM_PSA untuk tanah keras hasil rekaman sensor accelerometer yang tersebar di wilayah Sumatera dan Jawa digunakan dalam penelitian ini. Periode kejadian sumber gempabumi diambil dari tahun 2007 sampai 2014 dengan kekuatan M ≥ 5.0 Proses simulasi model dilakukan untuk menghasilkan model atenuasi yang sesuai dengan sebaran data GM_PGA yang digunakan.
Hasil uji parametrik dan analisa regresi non linier dengan simulasi model sebanyak 4 versi digunakan untuk menghasilkan model fungsi atenuasi yang diharapkan. Proses analisa regresi non linier untuk data GM_PSA dilakukan dengan rentang periode sebanyak 19 bagian, dari periode 0.05 detik sampai 4 detik. Untuk kelas situs tanah sedang dan tanah keras diperoleh model atenuasi spektral untuk semua rentang periode. Semua model hasil penelitian selanjutnya dibandingkan dengan beberapa model yang dijadikan acuan oleh tim 9 dalam pembuatan peta zonasi gempabumi Indonesia. Model GM_PGA dibandingkan dengan model dari Young et. al., 1997, Atkinson & Boore 2003 dan Zhao et. al., 2006. Model GM_PSA dibandingkan dengan model Zhao et. al. 2006. Hasil perbandingannya secara umum menunjukkan model hasil penelitian mempunyai nilai yang sedikit lebih besar dibandingkan dengan model lainnya.

The development of ground motion attenuation model for subduction interface zone earthquakes in Sumatera - Java for the site classes medium soil (SD) and hard soil (SC Process simulation model is done to produce a model of attenuation in accordance with the distribution of GM_PGA data used. The results parametric tests and non-linier regression analys for 4 versions were considered to generate the expected attenuation function models. The process of non-linear regression analysis for GM_PSA data were conducted for the periods, from 0.05 to 4 seconds. Spectra attenuation models for site classes medium soil and hard soil were developed for this range of records. Furthermore, the results for all model are compared with the models referenced by the seismic hazard map development team . The GM_PGA models are compared to the models of Young et. al., 1997, Atkinson & Boore 2003 and Zhao et. al., 2006. The GM_PSA models are compared to the models of Zhao et. al. 2006.
The comparison results generally show that the models developed in this study have values larger than the other models is discussed in this study. The site classes are in accordance with SNI 1726:2012 and were determined base on field measurements at accelerometer sensor locations. The data of Peak Ground Acceleration (PGA) and Pseudo Acceleration (PSA) from 2-direction horizontal components in the selected periode range were used in models development. A total of 273 geometric mean (GM_PGA) data and 108 GM_PSA data for soil site class and a total of 90 GM_PGA data and 34 GM_PSA data for hard soil site class from accelerometer sensor records, from Sumatera and Java were used in this study. The earthquake events considered were from the period 2007 to 2014, with the magnitude M ≥ 5.0.Process simulation model is done to produce a model of attenuation in accordance with the distribution of GM_PGA data used.
The results parametric tests and non-linier regression analys for 4 versions were considered to generate the expected attenuation function models. The process of non-linear regression analysis for GM_PSA data were conducted for the periods, from 0.05 to 4 seconds. Spectra attenuation models for site classes medium soil and hard soil were developed for this range of records. Furthermore, the results for all model are compared with the models referenced by the seismic hazard map development team. The GM_PGA models are compared to the models of Young et. al., 1997, Atkinson & Boore 2003 and Zhao et. al., 2006. The GM_PSA models are compared to the models of Zhao et. al. 2006. The comparison results generally show that the models developed in this study have values larger than the other models.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
D2118
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tika Mustika
"Pembentukan komposit matrik aluminium paduan AC8A/SiCp dengan metode hot-press di lingkungan atmosfer yang tidak dikondisikan berpengaruh terhadap karakteristik material yang dihasilkan. Dilakukan analisa terhadap karakteristik matrik terbentuk dan ikatan antar muka matrik dan penguat, untuk melihat pengaruh elemen paduan, lingkungan atmosfer dan parameter proses hot-press terhadap material. Observasi awal parameter proses pembentukan komposit menggunakan serbuk alumunium murni Merck, menunjukkan terbentuknya struktur komposit Al/SiCp yang padat. Perbandingan komposit AC8A/SiCp yang dibuat dengan metode hot-press di lingkungan atmosfer dan metode metalurgi serbuk konvensional dalam ruang vakum, menunjukkan komposit dibuat dengan metode hot-press dengan tekanan 425 MPa, 380oC selama 5 menit, memiliki fasa Al, Si, SiC dengan densitas relatif 99%, dan komposit dibuat dengan metode metalurgi serbuk konvensional pada 600oC selama 6 jam memiliki fasa Al, Si, SiC, Al2O3 dengan densitas relatif 84%. Analisa ikatan antar muka matrik dan penguat melalui pengamatan fraktografi terhadap tiga jenis komposit yang dibentuk dari SiC tanpa pelapis, SiC berlapis MgAl2O4 dan SiC berlapis SnO2, menunjukkan terjadinya ikatan antar muka yang baik pada ketiganya, dimana sifat mekanis tertinggi dimiliki komposit dengan SiC tanpa pelapis. Sifat mekanis komposit AC8A/SiCp naik bersamaan meningkatnya fraksi volume penguat, dimana komposit dengan 40% Vf SiCp memiliki kuat tekan 445 MPa, kekerasan 222 HVN.

Producing aluminum alloy matrix composites AC8A/SiCp by powder metallurgy of hot-press method under unconditioned atmosphere environments may influence the characteristics of final material. Analysis of characteristics of formed matrix and interfacial bonding between matrix and reinforcement have been done to know about effects of Aluminium alloy elements, atmosphere environment and hot-press parameters. Preliminary observations of process parameters in producing composites using Merck?s pure aluminum powder, showed dense structure of formed composites Al/SiCp. Comparative analysis between AC8A/SiCp composites using the hot-press method in unconditioned atmosphere and conventional powder metallurgy with vacuum chamber, showed that hot-pressed using 425 MPa, 380oC in 5 minutes has phase of Al, Si and SiC, with relative density 99%; and using conventional powder metallurgy method with vacuum chamber in 600oC, 6 hours has phase of Al, Si, SiC, with relative density 84%. Interfacial bonding analysis by fractography of three composites : uncoated SiCp, SiCp coated with MgAl2O4 and with SnO2, showed that all types has good bonding strength, where uncoated SiCp has highest hardness and compressive strength. Composites hardness and compressive strength are increased along with increasing of reinforcement volume fraction, where 40% Vf SiCp has compressive strength of 445 MPa, hardness of 222 HVN."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
D1387
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachyandi Nurcahyadi
"Aluminum matrix composite (AMC) menjadi material yang sangat potensial bagi aplikasi industri ketika terdapat kebutuhan untuk mendapatkan kombinasi sifat ringan dengan sifat lainnya yang menunjang seperti kekuatan, kekakuan, ketahanan aus, konduktivitas listrik dan termal tinggi, dan koefisien ekspansi termal rendah. Namun material AMC sangat rentan terkena korosi pitting dan galvanik, yang disebabkan oleh pembentukan pasangan galvanik antara matriks dan penguat, serta terbentuknya mikrostruktur pada interface penguat/matrix. Anodisasi merupakan proses modifikasi permukaan yang potensial untuk meningkatkan ketahanan korosi AMC dengan menghasilkan lapisan oksida berpori. Namun, adanya penguat dalam AMC menghalangi pembentukan lapisan oksida protektif dengan mendorong terbentuknya cavity dan retak mikro. Oleh karena itu, metode cerium sealing digunakan untuk memperbaiki cacat pada lapisan oksida hasil anodisasi, sehingga dapat meningkatkan ketahanan korosi pada lingkungan yang sangat agresif.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh parameter proses yakni temperatur dan rapat arus anodisasi terhadap pembentukan lapisan anodik berpori. Anodisasi dilakukan pada tiga temperatur yakni 25°C,0°C dan -25°C dengan variasi rapat arus 25,20 dan 15 mA/cm2. Pengujian kekerasan mikro Vickers digunakan untuk mengetahui sifat mekanik lapisan anodik. Pengamatan struktur mikro menggunakan FE-SEM untuk mengetahui morfologi permukaan dan mengukur ketebalan lapisan anodik.
Hasil pengujian menunjukkan penurunan temperatur dan rapat arus akan meningkatkan kekerasan permukaan lapisan anodik alumina dimana kekerasan tertinggi adalah 427 HV yang didapat pada temperatur -25°C dengan rapat arus 15mA/cm2. Penurunan temperatur dan rapat arus juga relatif akan meningkatkan kerapatan dan keseragaman permukaan hasil anodisasi. Serta penurunan temperatur hingga 0°C akan meningkatkan ketebalan lapisan oksida dimana ketebalan terbesar adalah 14,13 μm yang yang didapat pada temperatur 0°C dengan rapat arus 25mA/cm2. Namun ketebalan kembali menurun pada saat diturunkan ke temperatur -25°C.

Aluminum matrix composites (AMC) become potential materials for transport application where there is an obvious need for combination of weight saving and other properties, i.e. high specific strength, high specific stiffness, electrical and thermal conductivities, low coefficient of thermal expansion and wear resistance. However they are generally susceptible to corrosion in various environments, due to galvanic reactions between the reinforcements and the matrix, and selective corrosion on the interface due to the formation of new compounds. Anodizing has been considered as a potential modification treatment for enhancing corrosion resistant of AMC by forming porous anodic oxide on the surface area.
This study aims to analyze the influence of anodizing process parameters which is temperature and current density on the formation of porous anodic coating, Anodizing process has been done at three different temperatures which are 25°C,0°C and -25°C with variation of current density at 25,20 and 15 mA/cm2. Vickers microhardness testing was used to determine the mechanical properties of anodic layer. Observation of microstructure using FE-SEM to determine surface morphology and to measure anodic layer thickness.
Test results showed that decreasing temperature and current density would increase surface hardness of aluminium anodic layer. The highest surface hardness was 427 HV which was got by anodizing at temperature -25°C with using 15 mA/cm2 of current density. Decreasing temperature and current density would also relatively increasing density and make the surface smoother and looks more uniform. Decreasing temperature until 0°C would increase thickness of the oxide layer where the highest thickness was 14,13 μm which was got by anodizing at temperature 0°C with using 25 mA/cm2 of current density. But the thickness would decrease when the temperature was decreased to -25°C.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S53800
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Suharno
"Die soldering merupakan salah satu cacat proses pengecoran logam dimana cairan logam melekat pada permukaan baja cetakan. Proses ini merupakan hasil reaksi antar muka antara aluminium cair dengan permukaan cetakan. Aluminium dengan kandungan silikon 7 dan 11% serta baja cetakan SDK 61 merupakan hal yang umum digunakan sebagai cairan logam dan material cetakan pada proses pengecoran tekan (die casting) paduan aluminium. Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari morfologi dan karakteristik lapisan intermetalik AlxFeySiz yang terbentuk selama proses reaksi antar muka pada saat pencelupan. Sampel uji yang digunakan yaitu baja perkakas jenis SKD 61 hasil annealing, yang dicelup pada Al-7%Si dengan temperatur tahan 680°C dan dicelup pada Al-11%Si dengan temperatur tahan 710°C pada waktu kontak yang berbeda-beda, yaitu 10 menit; 30 menit dan 50 menit.
Hasil penelitian menunjukkan dua lapisan intermetalik terbentuk pada permukaan baja perkakas SKD 61 yakni compact intermetallic layer dengan fasa intermetalik AlxFey dan broken intermetallic layer dengan fasa intermetalik AlxFeySiz. Peningkatan waktu kontak pada proses pencelupan baja perkakas SKD 61 baik pada paduan Al-7%Si maupun Al-11%Si akan meningkatkan ketebalan lapisan intermetalik yang terbentuk sampai titik optimum kemudian menurun kembali. Sedangkan nilai kekerasan mikro dalam setiap lapisan intermetalik AlxFeySiz tergantung dari kadar Fe di dalamnya. Semakin meningkat kadar Fe maka kekerasan intermetallik akan semakin meningkat. Hal ini terjadi karena peningkatan kadar Fe akan berakibat pembentukan partikel fasa intermetalik AlxFeySiz mejadi lebih cepat.

Effect of Contact Time on Interface Reaction between Aluminum Silicon (7% and 11%) Alloy and Steel Dies SKD 61. Die soldering (die sticking) is a defect of metal casting in which molten metal "welds" to the metallic die mold surface during casting process. Die soldering is the result of an interface reaction between the molten aluminum and the die material. Aluminum alloy with 7 and 11% silicon and SKD 61 die steel are the most common melt and die material used in aluminum die casting. This research is done to study the morphology and the characteristics of the formed AlxFeySiz intermetallic layer during interface reaction at dipping test. The samples of as-anneal SKD 61 tool steel was dipped into the molten of Al-7%Si held at temperature 680°C and into molten Al-11%Si held at temperature 710°C with the different contact time of 10 minutes; 30 minutes; and 50 minutes.
The research results showed that the interface reaction can form a compact intermetallic layer with AlxFey phase and a broken intermetallic layer with AlxFeySiz phase on the surface of SKD 61 tool steel. The increasing of the contact time by the immersion of material SKD 61 tool steel in both of molten Al-7%Si and Al-11%Si will increase the thickness of the AlxFeySiz intermetallic layer until an optimum point and then decreasing. The micro hardness of the AlxFeySiz intermetallic layer depends on the content of the iron. Increasing of the iron content in intermetallic layer will increase the micro hardness of the AlxFeySiz. This condition happened because the increasing of Fe content will cause forming of intermetallic AlxFeySiz phase becomes quicker.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Akhmad Riyanto
"Friction Stir Welding FSW merupakan teknik yang relatif baru dalam pengelasan logam. FSW menawarkan beberapa keunggulan jika dibandingkan dengan pengelasan konvensional, terutama pada pengelasan aluminium dimana didapatkan kualitas hasil pengelasan yang lebih baik dan juga rendah distorsi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek dari diameter pahat dan kedalaman tusuk pahat terhadap lebar diameter sambungan dan sifat mekanik hasil lasan pada penyambungan plat tipis aluminium AA1100 dengan menggunakan teknik pengelasan Micro Friction Stir Spot Welding MFSSW. Dalam penelitian ini, digunakan pahat berupa pahat permukaan datar tanpa shoulder-pin berbahan material HSS. Aluminium AA1100 dengan ketebalan 0.42 mm digunakan sebagai benda kerja uji pengelasan.
Parameter yang divariasikan dalam penelitian ini adalah lebar diameter pahat 2 mm, 4 mm, dan 6 mm, dan kedalaman tusuk 300 mikron, 400 mikron, dan 500 mikron. Dimana variasi dari parameter-parameter ini akan mempengaruhi sifat mekanik dari lasan sebagai responnya yaitu beban geser. Response Surface Methods RSM digunakan untuk menganalisis pengaruh parameter-parameter tersebut terhadap beban geser dari lasan. Uji makro dilakukan untuk mengetahui profil dan lebar diameter sambungan. Hasil patahan uji geser juga dianalisis untuk mengetahui jenis patahannya, serta hasil uji makro membantu untuk meprediksi patahan.
Dari hasil percobaan dan analisis diketahui bahwa diameter pahat dan kedalaman tusuk berbanding lurus terhadap beban puncak atau gaya geser maksimum. Dari hasil uji makro, diketahui bahwa variasi lebar diameter pahat berpengaruh terhadap bentuk atau profil lasan dan juga lebar diameter sambungan, yang mana hal ini berpengaruh terhadap gaya geser maksimum lasan. Sementara itu, kedalaman tusuk pahat berpengaruh terhadap struktur sambungan dimana semakin besar kedalaman tusuknya, strukturnya semakin kuat dan dapat dilihat dari kekuatannya yang lebih besar, serta memiliki cacat retak yang lebih kecil.

Technology of Friction Stir Welding FSW is a relatively new technique for joining metal. In some case on Aluminum joining, FSW gives better results compared with the arc welding processes, including the quality of welds and less distortion. The purpose of this study is to analyze the diameter tools effect and insertion depth effect on Micro Friction Stir Spot Welding to the width of joints diameter and the shear load of Welds. In this case, Aluminum AA1100 with thickness of 0.42 mm was used. Tools of HSS material with Flat Surface was used.
The parameter variations used in this study were the diameter of the tools 2 mm, 4 mm, 6 mm, and the variable of plunge depth 300 m, 400 m, and 500 m. Where the variation of these parameters will affect to the mechanical properties of welds as response was the shear load. Response Surface Methods RSM was used to analyze MFSSW parameters with the shear load of welds. The fracture of the shear test results was also analyzed to determine the type of fracture, as well as the macro test to predict the fracture. Macro test also used to know the width of joint diameter.
From the result of experiment and analysis, it is shown that the width of the tools diameter and the plunge depth is directly proportional to the load of the shear test results. From macro test, it is known that the variation of tools diameter affecting on profile and width diameter of joint. Meanwhile, the insertion depth affecting on the strength of joints.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sigit Aryo Tejo
"Direldorar T eimologi Maieria! BPPT belrerja soma dengan indus/ri UK M pengecoran logam di daera/1 Bandung dan Jurusan Memlurgi FTUI berupaya untuk mengembangkan blok mesin kapasilus 500 cc dengan malaria! aluminium cor jenis AC 4A-material AI~Si. Dalam pembuaian komponen bio/c mesin dengun merode gravity casling dan maleial AC -JA diperlu/ran kualilas hasil pengccorun yang baik (SMI me/mnik yang iinggz). Salah sum cara uniuk menghasi/kan kualitax hasil coran yang baik adalah dengan menggunaican perlaicuan Iogam cair degassing alan pang/zilangan gas-gas dalam logum cair.
Umuk srudi ini dibuar delcipun bua/z sanzpel unluk mengem/mi pengurzih variabe/ tekanan degassing, yaifu 50 kg/mm2¢1an 130 /cg»)nm2_ dan pengaruh wakm degassing, yaitu 0, 5, 10, 15 meni! rerhadap /cekuutan tarik, ke/cerasun, makroslrukrur, %p0rosiias dan juga diiakukan uji komposisi kim ia.
Dari hasil pengujian diperoleh /|a.s'i1 bahwu sampel hasil coran memiliki /radar Fe berlebih daiam icomposisi kimianya .se/zingga memberilrcm q/bk penurunan keuletan/ elongasi. Kekuaian iarik, c/ongasi dun nifai lcekerasan puck: aluminium AC 4 A has!! coran a/:an meninglca! seiring dengcm penamhahun wakm proscs degassing dar! 0 sampai 15 menii. Ke/ruarun Iurik, einngasi dam nilai kelrerascm pada aluminium AC -I A hasil coran lebih ringgi puda iekanun 130 kgmrrrz dibanding/fun paclu ielcanan 50 kgfmmz. Dimana hal ini dapul disebabkun semukin bunyalr gas argon yang ciimasukkan maka akan memperbcnivak gelembzmg yang lerbenruk .veizingga semakin bexar permukuan lconiak dengan laguna cuir unluir reijadi mekcmisme penyerapan hi¢/rogen ierlarut dan pe/epasan /zidrragen dari aluminium cair. Sedangkun persentase porosilas hasii coran akan menurun seiring dengun peningkumn waktu prose;-¢iegu.s'.s-ing."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S41297
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imron Rosyadi
"ABSTRAK,
Suatu studi tentang pembuatan dengan proses roll-welding dilakukan dengan menggunakan paduan aluminium 5052 dan 6063. Mula-mula dilakukan pengerolan dalam kondisi dingin (terperatur kamar), namun tidak berhasil mendapatkan sambungan karena keterbatasan mesin rol dengan kemampuan reduksi maksimum hanya sebesar 40%. Kemudian dilakukan pengerolan panas, dengan variasi temperatur pengerolan pada level 200 °C, 300 °C, dan 400 °C dan prosen reduksi pada level 40%, 50%, dan 60%. Semua pengerolan bisa menghasilkan sambungan, kecuali untuk kondisi pengerolan 200 °C - 40% dan 200 °C - 50%. Dengan naiknya temperatur pengerolan danlatau prosen reduksi, dari pengamatan dengan SEM, pengujian geser (lap-shear), dan pengamatan SEM fraktografi, masing-masing diketahui bahwa kondisi sambungan semakin rapat, kekuatan ikatan semakin meningkat, dan titik-titik sambungan yang terbentuk semakin banyak sehingga kualitas sambungan makin baik."
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>